Disusun Oleh
Kelompok 7
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
A. Pengkajian .................................................................................................................
B. Klasifikasi Data .........................................................................................................
C. Analisa Data ..............................................................................................................
D. Nurse Planning Care .................................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan
pada anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya
kerusakan glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suradi & Yuliani, 2010).
Insidens Sindroma Nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat
dan Inggris terdapat 2-7 kasus baru per 100.000 anak dalam satu tahun, dengan
prevalensi berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di Indonesia dilaporkan 6 per
100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun. Sindrom nefrotik dapat
dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital sindrom nefrotik primer, dan sindrom
nefrotik sekunder.
Salah satu peran perawat yaitu memberikan penilaian serta mengobservasi tingkat
keparahan edema, penambahan berat badan, mengontrol kelembaban kulit serta
memantau protein serum pada anak dengan Sindroma Nefrotik (Betz & Sowden,
2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Asuhan
keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom nefrotik.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah agar penulis mampu :
a. Melaksanakan pengkajian pada pasien dengan sindrom nefrotik.
b. Mendapatkan analisa data pada pasien sindrom nefrotik.
c. Menegakkakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan sindrom nefrotik.
d. Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien sindrom nefrotik.
e. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien sindroma nefrotik.
f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan sindrom nefrotik.
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman tentang
perawatan pada anak dengan sindroma nefrotik.
2. Manfaat Bagi Pasien dan Keluarg
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit yang dideritanya,
gejala, penyebab, komplikasi dan bagaiamana cara merawat pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
d. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria akan dapat mengakibatkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya
jumlah albumin, terjadilah penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan
intravaskuler akan berpindah ke interstisial. Perpindahan cairan tersebut
mengakibatkan volume cairan intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi
hipovolemik pada pasien, kondisi hipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan
berdampak pada hipotensi.
Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi aliran
darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi
renin angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi
aldosteron yang mengakibatkan retensi terhadap natrium dan air yang berdampak
pada edema Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat
hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma Nefrotik akan
rentan terhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.
Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan kolesterol dan
trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena penurunan
plasma albumin dan penurunan onkotik plasma. Selain itu, peningkatan produksi
lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi hilangnya protein dapat
mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak didalam
urine atau lipiduria.
Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma nefrotik atau
keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi hormon renin
yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya renin
mengubah angiotensin yang disekresi hati menjadi angiotensin 1 Sel kapiler paru
selanjutnya mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi
otot polos sekeliling arteriola. Hal inilah yang menyebabkan anak mengalami
tekanan darah tinggi. Dalam kondisi lain, ketidakseimbangan natrium akibat
konsumsi natrium yang terlalu sedikit akan mengakibatkan anak mengalami
hipotensi (Suriadi & Yuliani, 2010).
e. Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang
1. pemeriksaan Urine
a. Urinalisis
Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam urine lebih dari 2
gr/m²/hariz
Ditemukan bentuk hialin dan granular. 3. Terkadang pasien mengalami
hematuri
Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan darah.
Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya proteinuria
(normalnya 50-1.400 mOsm).
Osmolaritas urine akan meningkat.
2. Uji Darah
a. Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang dari 2 gr/dl
(normalnya 3.5-5.5 gr/dl)
b. Kadar kolesterol serum akan meningkat dapat mencapai 450-1000 mg/dl
(normalnya <200 mg/dl)
c. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami
hemokonsentrasi (normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada
Perempuan 39-47%).
d. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000- 1.000.000/µl
(normalnya 150.000-400.000/al) 5. Kadar elektrolit serum bervariasi
sesuai dengan keadaan penyakit perorangan (normalnya K 3,5-5,0 mEq/L,
Na+ 135-145 mEq/L, Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106 mEq/L.)
3. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status
glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan medis
dan melihat proses perjalanan penyakit. (Betz & Sowden, 2009).
3) Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis
Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus sternalis pada posisi 45",
pada anak dengan hipovolemik akan ditemukan JVD datar pada posisi
supinasi, namun pada anak dengan hipervolemik akan ditemukan JVD
melebar ke angulus mandibularis pada posisi anak 45"
4) Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema
pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur atau
konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik
5) Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun
anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas yang tidak
teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan
saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering serta pecah-
pecah pada anak dengan hipovolemik.
7) Kardiovaskuler
a. Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas yang
tidak teratur
b. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
c. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
8) Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta penurunan bunyi
napas pada lobus bagian bawah bila dilakukan EKG.
9) Paru – paru
a. Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
b. Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila
anak mengalami dispnea
c. Perkusi, biasanya ditemukan sonor
d. Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun
frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.
10) Abdomen
a. Inspeksi, biasanya biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat
bila anak ansietas
b. Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar
perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
c. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan Auskultasi, pada anak dengan asites
akan dijumpai shifting dullness
11) Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan
tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang akibat
edema dan berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
12) Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema
anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja Selain itu dapat
ditemukan CRT>2 detik akibat dehidrasi.
13) Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan
pada anak perempuan akan mengalami edema pada labia mayora
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan dan ruang ketiga (Wong, 2008).
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit (Wong,
2008).
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (Wong, 2008).
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, dan anoreksia (Wong, 2008).
3. Intervensi Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan dan ruang ketiga (Wong, 2008).
Tujuan: Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan atau bukti
akumulasi cairan yang ditunjukkan pasien minimum.
Kriteria hasil:
a. Berat badan ideal
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Asites dan edema berkurang
d. Berat jenis urine dalam batas normal
Intervensi:
1. Kaji lokasi dan luas edema
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Monitor masukan makanan/cairan
4. Timbang berat badan setiap hari
5. Ukur lingkar perut
6. Tekan derajat pitting edema, bila ada
7. Observasi warna dan tekstur kuli
8. Monitor hasil urin setiap hari
9. Kolaborasi pemberian terapi diuretic
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan perubahan turgor kulit/ edema
(Nurafif & Kusuma, 2013).
Tujuan: Kulit anak tidak menunjukan adanya kerusakan integritas, kemerahan
atau iritasi
Kriteria hasil
a. Tidak ada luka/lesi pada kulit
b. Perfusi jaringan baik
c. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dengan
perawatan alami
Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
2. Hindari kerutan pada tempat tidur.
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
7. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (Wong, 2008).
Tujuan Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan dan
mendapatkan istirahat dan tidur yang adekuat
Kriteria hasil : Anak mampu melakukan aktivitas dan latihan secara mandiri.
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat.
2. Seimbangkan istirahat dan aktivitas bila ambulasi.
3. Rencanakan dan berikan aktivitas tenang.
4. Instruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah dan anoreksia (Wong, 2008).
Tujuan Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil: Tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang
adekuat, mempertahankan berat badan.
Intervensi :
1. Tanyakan makanan kesukaan pasien
2. Anjurkan keluarga untuk mendampingi anak pada saat makan
3. Pantau adanya mual dan muntah
4. Bantu pasien untuk makan
5. Berikan makanan sedikit tapi sering
6. Berikan informasi pada keluarga tentang diet klien
4. Evaluasi Keperawaatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai Tujuan evaluasi adalah
untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Evaluasi yang
diharapkan mengacu pada SLKI, (2019).
BAB III
RESUME KASUS
A. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
Ibu dari An.A mengatakan klien mengalami edema
Klien sedikt rewel
Ibu klien megatakan kliem mengalami edema pada palpebra pipi ,ekstremitas
skrotum,dan asites
b. Data objektif :
TD : 150/100 mmhg
Nadi : 112 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,8 c
BB : 12 Kg
TB : 85 cm
B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Oedem
Hypervolemia / kelebihan
volume cairan
Ds : Ibu pasien mengatakan
An. A sedikit rewel Risiko Infeksi
Do : Suhu 37,8 c
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria masif,
hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Kebutuhan cairan rumatan
per hari pada anak-anak diperhitungkan sesuai berat badannya. Anak dengan BB <10 kg
adalah 100 mL/24 jam, untuk BB 11-20 kg adalah 1000 mL+50 ml./24 jam untuk setiap kilo
gram BB antara 11-20 kg, dan untuk BB> 20 kg adalah 1500 ml.+20 ml/kgBB/24 jam untuk
setiap kilogram diatas 20 kg. Makanan yang boleh diberikan yaitu makanan tidak
mengandung garam, daging yang masih segar (belum diolah seperti sosis, bakso dan lain-
lain); minuman yang boleh diberikan adalah air mineral. Sedangkan makanan yang tidak
boleh diberikan yaitu makanan siap saji (seperti mie instan, saus keju, dan lain-lain), lemak
dari daging; minuman yang tidak boleh diberikan seperti jus dalam kemasan, minuman
berenergi, minuman ringan berkarbonasi.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Albar. Husein, 2006, Tata Laksana Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal Pada Anal, Sari Pediatri,
Vol & No. 1: SMP IKA FK-UNHAS/RSUP Dr Wahidin Sudirchuedo 11. Perintis
Kemendekaan Km. 11. Tamalancea Makasar Sulsel
Appel GB. Glomerulus disorders and nephrotic syndromes. In Goldman L Ausiello D, eds. Cecil
Medicine. 23rd ed: Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier, 2007- chap 122
Betz & Sowden, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, efisi 5. Jakarta EOC CarpenitoLJ. 2009,
Baku Sak Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC