Pujisyukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas berkat, rahmat,
dan karuniaNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN SYNDROM NEFROTIK” tepat pada waktunya.Adapun
makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mengikuti mata kuliah keperawatan
medical bedah.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan saran, petunjuk, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini.Demi kesempurnaan
makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya.
(penulis)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. KONSEP DASAR PENYAKIT SYNDROM NEFROTIK...........................................................3
1. Pengertian.......................................................................................................................3
2. Epidemiologi...................................................................................................................3
3. Etiologi/ faktor predisposisi............................................................................................3
4. Patofisiologi....................................................................................................................4
5. Pathway..........................................................................................................................6
6. Klasifikasi.......................................................................................................................7
7. Gejala klinis....................................................................................................................7
8. Pemeriksaan diagnostic..................................................................................................7
9. Diagnosis / kriteria diagnosis.........................................................................................8
10. Penatalaksanaan...........................................................................................................8
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................11
1. Pengkajian....................................................................................................................11
2. Diagnosa keperawatan.................................................................................................12
3. Perencanaan keperawatan/ intervensi..........................................................................13
4. Implementasi.................................................................................................................18
5. Evaluasi........................................................................................................................18
BAB III....................................................................................................................................20
PENUTUP...............................................................................................................................20
A. SIMPULAN......................................................................................................................20
B. SARAN...........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Era Globalisasi ini kita sering mendengar istilah syndrom nefrotik, hal ini
lumrah terjadi di kehidupan kita, tetapi kadang kita tidak mengetahui apa
syndromenefrotik itu sebenarnya. Sekarang melalui makalah ini kami akan membahas
mengenai syndrom nefrotik.
Syndrome Nefrotik merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema.Kadang-kadang disertai
hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus.Sebab pasti belum
jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder,
idiopatik dan sklerosis glomerulus.Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak
setiap tahun.Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak
daripada anak perempuan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada
pasien syndrome nefrotic sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai.Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi
masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana
keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah
sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini
diantaranya:
1. Bagaimana konsep dasar penyakit syndromnefrotik ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan syndromnefrotik ?
C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit syndromnefrotik ?
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan syndromnefrotik
BAB II
PEMBAHASAN
2. Epidemiologi
Sindroma nefrotik biasanya lebih sering menyerang anak laki-laki dari pada anak
perempuan dengan perbandigan 2 : 1 dan paling banyak pada umur 2 sampai 6
tahun.
3. Etiologi/ faktor predisposisi
Menurut pembagian berdasarkan etiologi (penyebab) dibagi menjadi :
a. Sindroma nefrotik primer yang atau disebut juga Sindroma nefrorik Idiopatik,
yang diduga ada hubungan dengan genetik, imunoligik dan alergi. Meliputi :
1) Nefropati lesi minimal (minimal change disease)
b. Sindroma nefrotik sekunder yang penyebabnya berasal dari ekstra renal (diluar
ginjal). Penyebab SN sekunder adalah sangat banyak, diantaranya ialah:
1) Infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV),HIV, infeksi
streptococcal, serta endokardtitis.
2) Neoplasma seperti limfoma, leukemia, serta karsinoma (kanker).
3) Obat-obatan seperti penicillamine, captopril, heroin.
4) Penyakit sistemik, contohnya SLE, amiloidosis, kencing manis (Diabetes),
dll
5) Obesitas dan penyakit-penyakit metabolik serta penyakit-penyakit
multisistem lainnya.
c. SN bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten
terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba
pencangklokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk
biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
4. Patofisiologi
Manifestasi primer sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma protein, terutama
albumin, ke dalam urine.Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin,
namun organ ini tidak mampu untuk terus mempertahankannya jika albumin terus
menerus hilang melalui ginjal.Akhirnya terjadi hipoalbuminemia.Hipoalbuminemia
disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan peningkatan katabolisme
albumin di ginjal menyebabkan edema. Sintesis protein di hati biasanya
meningkat( namun tidak memadai untuk mengganti kehilangan albumin dalam
urin). Hipotesis menunjukan kehilangan albumin mengakibatkan penurunan
tekanan onkotik dalam saluran darah.Ini mengakibatkan kebocoran cairan dari
dalam darah ke intestitium. Isi dari cairan yang berkurang dalam saluran darah
seterusnya akan mengaktifkan renin- angiotensin- aldosteron sistem.
Hormon vasopresin(ADH) akan dirembes untuk menstabilkan kandungan
cairan dalam saluran darah seperti sediakala. Meskipun demikian, pengumpulan
cairan ini menyebabkan kehilangan cairan yang terus- menerus ke interstitium
karena protein terus – menerus hilang kedalam urin diikuti dengan kerusakan pada
membran basal glomerulus.Ini menyebabkan penumpukan cairan secara berlebih
dalam jaringan dan mengakibatkan edema. Hilangnya protein dalam serum
menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam
darah ( hiperlipidemia) hal ini menyebabkan intake nutrisi berkurang sehingga
menyebabkan terjadinya malnutrisi. Menurunnya respon imun karena sel imun
tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia.
5.Pathway
Sindrom Nefrotik Bawaan,
Sindrom Nefrotik Sekunder,
Sindrom Nefrotik Idiopatik
Permeabilitas glomerolus ↑
Reabsorbsi dalam
ductus kolektivus
Reabsorbsi natrium
ditubulus ginjal
Edema
6. Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
a. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic
syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah.
Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal
bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
b. Sindrom Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus
sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system endokarditis,
bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif
c. Sindrom Nefrotik Kongenital
Factor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi
yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya
adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan
dan kematian dapat terjadi pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak
dilakukan dialysis.
7.Gejala klinis
a. Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak
b. Hipoalbuminemia< 30 g/l
c. Edema anasarka. Edema terutama jelas pada kaki, di sekitar mata (periorbital),
asites, dan efusi pleura.
d. Hiperlipidemia
e. Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan risiko trombosis arteri dan vena
8.Pemeriksaan diagnostic
a. Urinalisa (protein, eritrosit, silinder)
1) Protein urin – meningkat
2) Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
3) Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
4) Berat jenis urin – meningkat
b. Clearance kreatinin (BUN / SC)
c. Uji darah
1) Albumin serum – menurun
2) Kolesterol serum – meningkat
3) Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
4) Laju endap darah (LED) – meningkat
5) Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan
d. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz,
Cecily L, 2002 : 335).
9. Diagnosis / kriteria diagnosis
Masalah yang lazim muncul:
a. Kelebihan volume cairan
b. Ketidakefektifan pola napas
c. Resiko infeksi
d. Kerusakan integritas kulit
e. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
kontraktilitas dan frekuensi jantung.
f. Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
g. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
h. Hambatan mobilitas fisik
i. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
10. Penatalaksanaan
a. Sindrom nefrotik serangan pertama.
Perbaiki keadaan umum penderita :
1) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Rujukan ke
bagian gizi diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal.
2) Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi plasma atau
albumin konsentrat.
3) Berantas infeksi.
4) Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi.
5) Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema
anasarka. Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu
aktivitas. Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat antihipertensi.
6) Terapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya 14 hari
setelah diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk memastikan apakah
penderita mengalami remisi spontan atau tidak. Bila dalam waktu 14 hari
terjadi remisi spontan, prednison tidak perlu diberikan, tetapi bila dalam
waktu 14 hari atau kurang terjadi pemburukan keadaan, segera berikan
prednison tanpa menunggu waktu 14 hari.
Adalah sindrom nefrotik yang kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan atau < 4
kali dalam masa 12 bulan.
1) Induksi
Adalah sindrom nefrotik yang kambuh > 2 kali dalam masa 6 bulan atau > 4
kali dalam masa 12 bulan.
1) Induksi
2) Rumatan
No Intervensi Rasionalisasi
1 Awasi denyut jantung, TD, dan CVP Takikardi dan hipertensi terjadi karena :
Kegagalan ginjal dalam mengeluarkan
urine, pembatasan cairan berlebihan selama
mengobati hipovolemia/ hipotensi ,
perubahan pada sistem renin- angiotensin.
4 Kaji kulit, wajah, area tergantung Edema terjadi terutama pada jaringan yang
untuk edema. Evaluasi derajat tergantung pada tubuh, contoh tangan, kaki,
edema( pada skala +1 sampai +4) area lumbosakral.
Intervensi Rasionalisasi
No Intervensi Rasionalisasi
No Intervensi Rasionalisasi
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi.
5. Evaluasi
Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi
sekunder terhadap kehilangan protein dan kurangnya intake nutrisi
Evaluasi: Nutrisi pasien terpenuhi
Dx 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder
akibat peningkatan permiabilitas glomerulus ditandai dengan pasien
mengalami edema
Evaluasi: Menunjukan keseimbangan cairan adekuat
Dx 3 : Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Evaluasi : Menunjukan kemampuan untuk mempertahankan aktivitas
yang biasa/ normal
Dx 4 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
Evaluasi : Daya imunitas tubuh normal, tidak terjadi tanda/ gejala infeksi
Dx 5: Kurang pengetahuan kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Evaluasi: Pasien mengetahui tentang penyakit dan pengobatannya
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan diatas, diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya:
Brunner & Sudarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi :8 vol:3.Jakarta: EGC
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan: Guidelines for
Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I
Made Kariasa. Jakarta: EGC.
Linda Juall Carpenito-moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. EGC:
Jakarta
Mutaqqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. ECG: Jakarta.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Harif.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Mediadan NANDA NIC-NOC Jilid 2.Yogyakarta: Med Action Publishing
Syaifuddin.2011.Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan
Kebidanan Edisi 4.Jakarta: EGC
Sloane Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi.Jakarta.EGC
MAKALAH
SINDROM NEFROTIK
DISUSUN OLEH
KELOMPOK
ENDANG SYAMSIAH
GITA MARYA SUCI ALRANI
CHAIRUNNISA SUKIMAN
ALDA