Tugas KMB Nefrotik Sindrom Kelompok 3
Tugas KMB Nefrotik Sindrom Kelompok 3
DI
D
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 3
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Allhamdulillah tepat waktunya, dengan mata kuliah KMB
dengan tema “Asuhan Keperawatan Pada Klien Nefrotik Sindrom”.
Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, Untuk itu
kami mohon ma’af yang sebesar-besarnya atas ketidaksempurnaan dari makalah
ini. Dengan demikian kami mengundang para pembaca untuk memberi kritik dan
saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi.
Terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan Kesehatan bagi kita semua. Amin
ya robbal’alamin.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ..............................................................................................3
B. Etiologi ..............................................................................................3
C. Patofisiologi.......................................................................................4
D. Patway ...............................................................................................7
E. Gambaran Klinis ...............................................................................8
F. Komplikasi.........................................................................................8
G. Penatalaksanaan.................................................................................9
H. Prognosis ...........................................................................................13
A. Pengkajian .........................................................................................
B. Diagnosa medis .................................................................................
C. Intervensi............................................................................................
D. Evaluasi .............................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran..................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
nefrotik bergantung dari penyebab yang mendasarinya, sebagian besar membaik
dengan pemberian terapi suportif dan spesifik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi Sindrom Nefrotik ?
2. Apa etiologi dari Sindrom Nefrotik ?
3. Bagaimana patofisiologi Sindrom Nefrotik ?
4. Bagaimana patway Sindrom Nefrotik ?
5. Apa saja gambaran klinis Sindrom Nefrotik ?
6. Apa komplikasi Sindrom Nefrotik ?
7. Bagaimana penatalaksanaan Sindrom Nefrotik ?
8. Bagaimana prognosis Sindrom Nefrotik ?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui dan memahami definisi Sindrom Nefrotik
2. Agar dapat mengetahui dan memahami etiologi Sindrom Nefrotik
3. Agar dapat mengetahui dan memahami patofisiologi Sindrom Nefrotik
4. Agar dapat mengetahui dan memahami patway Sindrom Nefrotik
5. Agar dapat mengetahui dan memahami gambaran klinis Sindrom Nefrotik
6. Agar dapat mengetahui dan memahami komplikasi Sindrom Nefrotik
7. Agar dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan Sindrom
Nefrotik
8. Agar dapat mengetahui dan memahami prognosis Sindrom Nefrotik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Etiologi
3
dengan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, amiloidosis atau lupus
eritematosus sistemik. Berdasarkan klasifikasi dan penyebab sindrom nefrotik
dapat dibagi menjadi:
Glomerulonefritis primer:
Glomerulonefritis sekunder:
C. Patofisiologi
1. Proteinuria
Proteinuria ada tiga jenis yaitu glomerular, tubular dan overflow.
Kehilangan protein pada sindrom nefrotik termasuk dalam proteinuria glomerular.
Proteinuria disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler terhadap protein akibat
rusaknya glomerulus. Proteinuria pada penyakit glomerular disebabkan oleh
meningkatnya filtrasi makromolekul melewati dinding kapiler glomerulus. Hal ini
disebabkan oleh kelainan pada podosit glomerular. Dalam keadaan normal
4
membran basal glomerulus mempunyai mekanisme penghalang untuk
mencegah kebocoran protein. Mekanisme penghalang yang pertama berdasarkan
ukuran molekul (size
barrier) dan yang kedua berdasrkan muatan listrik (charge barrier).2
Proteinuria dibedakan menjadi selektif dan non-selektif berdasarkan ukuran
molekul protein yang keluar melalui urin. Proteinuria selektif apabila protein yang
keluar terdiri dari molekul kecil seperti albumin, sedangkan non-selektif apabila
protein yang keluar terdiri dari molekul besar seperti imunoglobulin. Selektivitas
proteinuria dipengaruhi oleh keutuhan struktur membran basal glomerulus.
2. Hipoalbuminemia
3. Edema
Edema pada sindrom nefrotik memiliki teori underfill dan overfill. Teori
underfill menyatakan hipoalbuminemia adalah faktor terjadinya edema pada
sindrom nefrotik. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik
plasma yang berakibat cairan bergeser dari intravaskuler ke jaringan interstisium
dan terjadi edema. Akibat dari penurunan tekanan onkotik dan bergeser cairan
plasma terjadi hipovolemia, dan ginjal melakukan kompensasi dengan
meningkatkan retensi natrium dan air. Sedangkan teori overfill menyatakan retensi
natrium merupakan defek renal utama. Terjadi defek primer pada kemampuan
nefron distal untuk mengekskresikan natrium yang mengakibatkan terjadinya
5
peningkatan volume darah akibat tekanan onkotik yang rendah dan memicu
transudasi cairan ke ruangan ekstraseluler sehingga terjadi edema. Penurunan laju
filtrasi glomerulus mengakibatkan kerusakan ginjal sehingga menambah retensi
natrium dan edema. Kedua mekanisme tersebut secara bersamaan ditemukan pada
kasus sindrom nefrotik.
4. Hiperkolesterolemia
6
D. Pathway
7
E. Gambaran Klinis
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan sindrom nefrotik:
1. Keseimbangan Nitrogen Negatif
Proteinuria masif dapat menyebabkan keseimbangan nitrogen menjadi
negatif, dimana secara klinis diukur dengan kadar albumin plasma. Diet tinggi
protein belum terbukti memperbaiki metabolisme albumin karena respon
hemodinamik terhadap asupan yang meningkat adalah meningkatnya tekanan
glomerulus yang menyebabkan kehilangan protein dalam urin semakin banyak.
Diet rendah protein dapat mengurangi proteinuria serta menurunkan kecepatan
sintesis albumin dan jangka panjang akan meningkatkan risiko memburuknya
keseimbangan nitrogen negatif.
8
2. Hiperkoagulasi
Tromboemboli merupakan komplikasi yang banyak ditemukan pada
sindrom nefrotik akibat peningkatan koagulasi intravaskular. Kadar berbagai
protein yang terlibat dalam kaskade koagulasi terganggu pada sindrom nefrotik
serta agregasi platelet ikut meningkat. Gangguan koagulasi yang terjadi
disebabkan oleh peningkatan sintesis protein oleh hati dan kehilangan protein
melalui urin.
3. Hiperlipidemia dan lipiduria
Hiperlipidemia adalah keadaan yang sering ditemukan pada sindrom
nefrotik. Respon hiperlipidemia sebagian dicetuskan oleh menurunnya tekanan
onkotik plasma, serta derajat hiperlipidemia berbanding terbalik dan berhubungan
erat dengan menurunnya tekanan onkotik. Kondisi hiperlipidemia dapat reversibel
seiring dengan resolusi dari sindrom nefrotik yang terjadi baik secara spontan
maupun diinduksi dengan obat.
4. Gangguan metabolisme kalsium dan tulang
Vitamin D yang terikat protein akan diekskresikan melalui urine sehingga
terjadi penurunan kadar plasma. Kadar 25-hidroksivitamin D dan 1,25-
dihidroksivitamin D plasma juga ikut menurun sedangkan kadar vitamin D bebas
tidak mengalami gangguan.
5. Infeksi
Infeksi sering menyebabkan kematian pada sindrom nefrotik terutama oleh
organisme berkapsul. Infeksi pada sindrom nefrotik terjadi akibat defek
imunitas humoral, seluler dan gangguan sistem komplemen.
G. Penatalaksanaan
9
1. Non-Farmakologis
a. Nutrisi dan Cairan
Pasien disarankan untuk tirah baring jika terdapat edema anasarka,
restriksi cairan karena edema, diet protein 1-2 gram/hari, diet
rendah kolesterol <600 mg/hari dan berhenti merokok. Diet
rendah garam dapat dilakukan untuk menurunkan derajat
edema dan mencegah obesitas sebaiknya <35% kalori berasal dari
lemak, selama terapi steroid dan mengurangi hiperkolesterolemia.
Gejala pada pasien dengan sindrom nefrotik berhubungan dengan
edema yang disebabkan oleh retensi natrium, maka asupan natrium
diet harus dibatasi hingga 2 gram/hari pada dewasa atau 35
mg/kgBB/hari pada anak-anak. Pembatasan asupan cairan dapat
dilakukan untuk pasien dengan hiponatremia. Jika edema berlanjut,
pengobatan diuretik harus dipertimbangkan
2. Farmakologis
a. Diuretik
Sebelum memulai terapi diuretik, penting untuk membedakan
kontribusi potensial underfill dan overfill. Penggunaan agresif
diuretik dosis tinggi pada sindrom nefrotik overfill diindikasikan
untuk pengelolaan edema dan kelebihan volume intravaskular.
Sedangkan, penggunaan diuretik pada sindrom nefrotik underfill
dilakukan hati-hati dengan pemantauan hemodinamik ginjal dan
sistemik yang cermat karena berpotensi memperburuk hipovolemia
intravaskular. Tingkat diuretik yang dibutuhkan tergantung pada
derajat edema dan respon klinis. Pada pasien nefrotik dengan
edema ringan dan GFR normal, diuretik thiazide oral mungkin
merupakan pilihan pertama yang masuk akal. Dengan edema yang
lebih parah, diuretik loop harus dipertimbangkan, dengan
pemberian intravena lebih efektif daripada pemberian oral.
Sementara furosemide adalah diuretik loop yang paling umum
digunakan, terutama pada anak-anak. Karena durasi kerja diuretik
10
loop yang singkat, maka diberikan setidaknya dua kali sehari.
Respon diuretik yang buruk dapat diganti dengan meningkatkan
dosis oral loop diuretik dengan pemberian secara intravena. Satu
studi pada anak-anak nefrotik menunjukkan bahwa 1 mg/kg
furosemide intravena dua kali lebih efektif dari 2 mg/kg
furosemide oral.
b. ACE-Inhibitor
Penggunaan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor pada
sindrom nefrotik merupakan suatu indikasi dapat menurunkan
proteinuria dengan menurunkan tekanan darah, mengurangi
tekanan intraglomerular dan aksi langsung di podosit, mengurangi
resiko progresifitas dari gangguan ginjal pada pasien sindrom
nefrotik sekunder. Dosis yang direkomendasikan masih belum
pasti, namun pada umumnya digunakan enalapril dengan dosis
2,5-20 mg/hari. ACE-inhibitor dapat digunakan secara tunggal
atau dikombinasikan dengan Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
dapat meningkatkan efektivitas pengobatan. Efek proteinuria
ACE-inhibitor dapat ditingkatkan dengan diet rendah garam,
pemberian diuretik, diet rendah protein masih belum terbukti. Diet
isokalori rendah protein yang mengandung 0,6-0,8 gram
protein/kgBB/hari tidak secara konsisten mengurangi
proteinuria dibandingkan dengan efek ACE-inhibitor. Tekanan
darah, fungsi ginjal dan serum kalium harus dipantau secara ketat.
Obat ini dikontraindikasikan pada kehamilan.
c. Terapi Kortikosteroid
Penggunaan imunosupresan pada sindrom nefrotik yang dapat
digunakan golongan glukokortikoid seperti prednison, prednisolon
dan metilprednisolon. Penatalaksanaan yang dapat diberikan
dengan kortikosteroid yaitu:
1) Perlu dilakukan skrining untuk menentukan ada tidaknya
TBC sebelum pemberian kortikosteroid
11
2) Pengobatan dengan prednison pada umumnya
menggunakan standar dari ISKDC:
4 minggu pertama diberikan prednison 60 mg/hari (2
mg/kgBB) dibagi dalam 3-4 dosis sehari. Dosis ini
diteruskan selama 4 minggu tanpa memperhatikan adanya
remisi atau tidak (maksimum 80 mg/hari).
4 minggu kedua diberikan prednison diteruskan dengan
dosis 40 mg/hari, diberikan dengan cara intermiten
yaitu 3 hari berturut turut dalam 1 minggu dengan
dosis tunggal setelah makan pagi atau alternate (selang 1
hari dengan dosis tunggal setelah makan pagi)
Tapering off prednison pelan – pelan diturunkan
setiap minggu nya menjadi 30 mg, 20 mg, 10 mg/hari
diberikan secara intermiten atau alternate.
Jika terjadi relapse maka pengobatan diulangi dengan cara
yang sama.
d. Terapi Hiperlipidemia
Untuk pengobatan farmakologis, dapat diberikan statin.
Beberapa manfaat statin dalam terapi sindrom nefrotik selain
untuk memperbaiki kondisi dislipidemia yaitu mengurangi agregasi
trombosit, menurunkan kadar faktor prokoagulan, inhibisi
proliferasi sel mesangial, inhibisi akumulasi matriks, dan efek anti
inflamasi.
e. Terapi Antibiotik
Terapi ini digunakan saat pasien sindrom nefrotik mengalami
infeksi dan harus diatasi dengan adekuat untuk mengurangi
morbiditas. Jenis antibiotik yang paling sering dipakai yaitu
golongan penisilin dan sefalosporin.
f. Antikoagulan
Pemberian terapi antikoagulan pada sindrom nefrotik dilakukan
jika kadar albumin kurang dari 2g/dl, atau selama urin masih dalam
12
kondisi proteinuria nefrotik. Profilaksis yang sederhana untuk
mencegah tromboemboli juga dapat dilakukan seperti latihan
fisik pada tungkai bawah, mencegah terjadinya pengurangan
volume, mencegah terjadinya imobilisasi, mencegah melakukan
pungsi pada arteri femoralis atau vena.
H. Prognosis
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Tiwi Qira. "Aspek Klinis, Diagnosis dan Tatalaksana Sindroma Nefrotik
pada Anak." Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika 1.2 (2018): 81-88.
Arsita, Elli. "Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Sindroma Nefrotik." Jurnal
Kedokteran Meditek (2017).
Cadnapaphornchai, Melissa A., et al. "The nephrotic syndrome: pathogenesis and
treatment of edema formation and secondary complications." Pediatric
nephrology 29.7 (2014): 1159-1167.
Johnson, Richard J, John Feehally, and Jurgen Floege. “Introduction to glomerular
disease: clinical presentations.” Comprehensive Clinical Nephrology.
(2015).
Kharisma, Yuktiana. "Tinjauan penyakit sindroma nefrotik." (2017).
Kodner, Charles. “Diagnosis and Management of Nephrotic Syndrome in Adults.”
American family physician vol. 93,6 (2016): 479-85.
Mahalingasivam, Viyaasan, et al. "Nephrotic syndrome in adults." Acute Med
17.1 (2018): 36-43.
Manalu, Erida. "Sindrom Nefrotik Resisten Steroid." Jurnal Ilmiah Widya 5.3
(2019): 1-5.
PAPDI. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.” (2014).
PPK PAPDI. “Penatalaksanaan Bidang Ilmu Penyakit Dalam.” (2015).
Tapia, Carolina. and Khalid Bashir. “Nephrotic Syndrome.” StatPearls, StatPearls
Publishing, 15 May 2022.
Turner, Neil N., et al., eds. Oxford textbook of clinical nephrology. Oxford
University Press, 2015.
Trihono, Partini Pudjiastuti, et al. "Konsensus Tata Laksana Sindrom Nefrotik
Idiopatik pada Anak (Edisi Kedua)." (2012).
Ware, Thuvaraka. "Nephrotic syndrome." InnovAiT 13.3 (2020): 159-163.
Wiguna, Putu Dhenny Wahyu, and Wayan Sudhana. "Seorang penderita sindrom
nefrotik relaps dengan gambaran histologi minimal change disease (MCD)
15
yang diduga mengalami evolusi menjadi focal segmented
glomerulosclerosis (FSGS)." Jurnal Penyakit Dalam Udayana 3.1 (2019):
18-21.
16