Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA

BATU SALURAN KEMIH

DI

Oleh :

KELOMPOK : 4

NURUL AKMA ( 22235101016 )

MISNA MAISARAH ( 22235101010)

FIRDA AMELIA ( 22235101004 )

REZA MARFUZA ( 22235101023 )

DOSEN PEMBIMBING : Ns. ISNI HIJRIANA, M.Kep

YAYASAN PEMBANGUNAN KAMPUS JABAL GHAFUR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) JABALGHAFUR
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

1
TAHUN AKADEMIK 2024/2025

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada ibu dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan ibu Ns.Isni Hijriana M.kep atas
bimbingannya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca
dan dapat menambah wawasan mengenai materi tentang ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA BATU SALURAN KEMIH. Kami
pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Sigli, 5 Maret 2024


Penyusun

Kelompok 4

3
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Definisi..................................................................................................................
B. Etiologi..................................................................................................................
C. Manifestasi Klinis..................................................................................................
D. Patofisiologi..........................................................................................................
E. Komplikasi.............................................................................................................
F. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................................
G. Penatalaksanaan Medis.........................................................................................
H. Asuhan keperawatan batu saluran kemih..............................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................
A. Pengkajian.............................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................
C. Intervensi ..............................................................................................................
D. Impementasi.........................................................................................................
E. Evaluasi................................................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit ketiga terbanyak


di bidang urologi setelah infeksi saluran kemih (ISK) dan pembesaran prostat
benigna. Penyakit BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan kristal yang tersusun dari bahan organik dan anorganik dalam
urine yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi
daya larut substansi.Penyakit ini juga dikaitkan dengan mutasi genetik. Proses
pembentukan BSK disebut urolitiasis dan dapat terbentuk pada ginjal,ureter,
buli-buli, dan uretra. Penyakit ini sering terjadi pada usia 30-50tahun dan lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan (Anggraeny et al.,
2019)Prevalensi dan insidensi penyakit BSK terus meningkat terutama pada
negara-negara di Asia beberapa dekade terakhir. Prevalensi penyakitBSK di
Asia adalah sekitar 5-19,1%. Pada tahun 2013, prevalensi penderita batu ginjal
berdasarkan wawancara dokter di Indonesia adalahsebesar 0,6% dan untuk
wilayah Kalimantan Timur sebesar 0,4%. Data rekam medik di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Abdul WahabSjahranie Samarinda mendapatkan
bahwa pasien yang didiagnosis BSK pada tahun 2018 sampai Oktober 2019
dilaporkan sebanyak 592 orang.Angka rekurensi penyakit BSK juga cukup
tinggi di negara-negara Asia,yaitu sekitar 6-17% setelah 1 tahun, 21-53%
setelah 3 sampai 5 tahun, danrekurensi seumur hidup diperkirakan 60-80%
(Anggraeny et al., 2019)

Batu ginjal (renal lithiasis) adalah penyakit yang berasal dari gumpalan
kecil dan keras yang terbentuk di dalam ginjal. Batu ginjal dapat disebabkan
oleh berbagai hal. Pada skenario yang umum, batu ginjal terbentuk ketika urin
berkonsentrasi, mineral mengkristal dan menggumpal. Sakit batu ginjal
biasanya dimulai pada sisi tubuh atau punggung, dibawah pinggul serta

5
bergerak ke perut bagian bawah dan pangkal paha. Rasa nyeri sering berubah
seiring pergerakan batu ginjal pada saluran urin. Batu ginjal dapat ataupun
tidak menyebabkan tanda dangejala sampai batu tersebut bergerak didalam
ureter pipa yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih. Batu ginjal
terbentuk Ketika komponen urin cairan dan berbagai mineral dan asam hilang
keseimbangan. Ketika hal ini terjadi, urin terdapat lebih banyak zat yang
mengkristal, seperti kalsium, oxalate dan uric acid,pada cairan (Russari, 2016).

Penyebab terbentuknya batu dapat digolongkan dalam 2 faktor antara lain


faktor endogen seperti faktor genetik, hiperkasiuria, pH urin yang bersifatasam
maupun basa dan kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yangbertolak
belakang dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuhdapat
merangsang pembentukan batu, sedangkan faktor eksogen sepertikurang
minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinyapengendapan
kalsium dalam pelvis renal akibat ketidakseimbangan cairanyang masuk,
tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknyapengeluaran keringat,
yang akan mempermudah pengurangan produksi urindan mempermudah
terbentuknya batu, dan makanan yang mengandung purinyang tinggi,
kolesterol dan kalsium yang berpengaruh pada terbentuknya batu.

Faktor yang menyebabkan berkurangnya aliran urin dan menyebabkan


obstruksi, salah satunya adalah statis urin dan menurunnya volume urin
akibatdehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini dapat
meningkatkan resiko terjadinya urolithiasis. Rendahnya aliran urin adalah
gejala abnormal yang umum terjadi, selain itu, berbagai kondisi pemicu
terjadinya urolithiasis seperti komposisi batu yang beragam menjadi faktor
utama identifikasipenyebab urolithiasis.Terapi dan perubahan gaya hidup
merupakan intervensi yang dapatmengubah faktor resiko, namun ada juga
faktor resiko yang tidak dapatdiubah. Jenis Kelamin Pasien dengan urolithiasis
umumnya terjadi pada lakilaki 70-81% dibandingkan dengan perempuan 47-
60%, dapat dilihat darianatomi sistem perkemihan laki-laki dan perempuan,
dapat menjadi salah satualasan bahwa Urolithiasis umumnya terjadi pada laki-

6
laki dibandingkan perempuan. Urolithiasis banyak terjadi pada usia dewasa
dibanding usia tua,namun bila dibandingkan dengan usia anak-anak, maka usia
tua lebih seringterjadi. Kebiasaan diet dan obesitas Intake makanan yang tinggi
sodium,oksalat yang dapat ditemukan pada teh, kopi instan, minuman soft
drink,kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam
dapat menjadi penyebab terjadinya batu.Pekerjaan yang menuntut untuk
bekerja di lingkungan yang bersuhu tinggi serta intake cairan yang di batasi
atau terbatas dapat memacu kehilangan banyak cairan dan merupakan resiko
terbesar dalam proses pembentukan batukarena adanya penurunan jumlah
volume urin. Cairan Asupan cairandikatakan kurang apabila < 1 liter/ hari,
kurangnya intake cairan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya
urolithiasis karena hal ini dapatmenyebabkan berkurangnya aliran urin/ volume
urin (Nugraha, 2019).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu definisi Batu Saluran Kemih ?


2. Apa etiologi Batu Saluran Kemih ?
3. Bagaimana manifestasi klinis Batu Saluran Kemih?
4. Bagaimana patofisiologi Batu Saluran Kemih?
5. Apa saja komplikasi Batu Saluran Kemih?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic batu saluran kemih ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis Batu Saluran Kemih ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada Batu Salurah Kemih?

C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui definisi Batu Saluran Kemih
2. Agar dapat mengetahui apa saja etiologi Batu Saluran Kemih
3. Agar dapat mengetahui manifestasi klinis Batu Saluran Kemih
4. Agar dapat mengetahui patofisiologi Batu Saluran Kemih
5. Agar dapat mengetahui apa saja komplikasi Batu Saluran Kemih
6. Agar dapat mengetahui apa saja pemeriksaan diagostik batu saluran kemih
7. Agar dapat mengetahui penatalaksanaan medis Batu Saluran Kemih

7
8. Agar dapat mengetahui asuhan keperawatan Batu Saluran Kemih

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Batu saluran kemih merupakan masa keras yang terbentuk disepanjang
saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, maupun uretra) akibat
pengkristalan dalam urin (Suryanto & Subawah, 2017). Batu saluran kemih
merupakan masalah kesehatan yang cukup besar. Insidensi batu saluran
kemih dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti konsumsi tinggi kalsium
dan oksalat, intake cairan yang kurang, infeksi saluran kemih atau oleh karena
urine yang tidak adekuat (Saputra et al., 2016)
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam
kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis) (Russari, 2016). Urolithiasis adalah
proses pembentukan batu secara berbeda bagian dari saluran kemih, termasuk
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Pengelolaan urolitiasis rumit
dengan tiga masalah utama yaitu, prevalensinya yang tinggi, kemungkinan
kambuh yang tinggi dan kurangnya intervensi yang efektif, dan tidak
diterapkan nya pola hidup sehat (Primiano, et al., 2020).
Urolitiasis adalah kondisi dimana pasien datang ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan, termasuk analgesia dan perawatan untuk
memfasilitasi pengeluaran batu. Urolithiasis terjadi terutama melalui
supersaturasi urin dan biasanya timbul dengan nyeri pinggang, hematuria, dan
mual / muntah. Urinalisis tidak mendiagnosis, tetapi dapat digunakan dalam
kaitannya dengan pemeriksaan lain. Sejarah, pemeriksaan, dan penilaian

8
dengan beberapa tes laboratorium merupakan landasan evaluasi bahwa benar
adanya pasien tersebut menderita Urolithiasis. Urolithiasis adalah penyakit
umum yang prevalensinya meningkat dengan potensi morbiditas yang
signifikan. Evaluasi terfokus dengan riwayat, pemeriksaan, dan pengujian
pentingdalam diagnosis dan manajemen (Gottlieb, Long, & Koyfman, 2018).

B. Etiologi
Terbentuknya batu di saluran kemih ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine , gangguan metabolic , infeksi saluran kemih ,
dehidrasi , dan lainnya . Penyebab terbentuknya batu di saluran kemih antara
lain :
1. Faktor genetic atau faktor keturunan.
2. Faktor lingkungan seperti gaya hidup , kebiasaan makan , kurang
minum air putih , kurang olahraga , pekerjaan , suhu , obesitas ,
kondisi air yang cenderung terdapat butiran pasir dan lainnya.
3. Hiperkalsuria
Penyebab terbentuknya batu kalsium disebabkan karena adanya
peningkatan penyerapan kalsium usus , menurunnya reabsorpsi
kalsium di ginjal dan peningkatan mobilisasi tulang .
4. Hiperurikosuria
Kadar asam urat yang berlebihan dalam urine bertindak terbentuknya
batu kalsium oksalat dan terdeteksi batu kalsium . Batu kalsium
terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan monosodium koloid
kristalisasi kalsium yang diinduksi oleh asam urat.
5. Hipositraturia
Sitrat adalah inhbihor endogen pembentukan batu kalsium ditemukan
batu ginjal karena rendahnya ereksi sifat urine .
6. Hiperoksaluria
Meningkatnya kalsium oksalat , faktor makanan yang dapat
mempengaruhi yaitu teh , kopi instan , softdrink dan lain-lainnya
(Susanti & Janah, 2020).

9
C. Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul bervariasi tergantung ukuran pembentukan batu
pada ginjal. Gejala umum yang muncul di antaranya:
1. Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik yang hebat. Nyerikolik
ditandai dengan rasa sakit yang hilang timbul di sekitar tulang rusuk dan
pinggang kemudian menjalar ke bagian perut dan daerah paha sebelah
dalam.
2. Demam dan menggigil pada saat infeksi terjadi.
3. Perubahan dalam buang air kecil dan warna urin.
4. Nyeri saat buang air kecil.
5. Mual dan muntah.
6. Nyeri pada daerah pinggang
7. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena
batu.
8. Adanya darah di dalam urin dan adanya gangguan buang air kecil,
penderita juga sering BAK atau malah terjadinya penyumbatan pada
saluran kemih. Jika ini terjadi maka resiko terjadinya infeksi saluran
kemih menjadi lebih besar (Hasanah,2016).

D. Patofisiologi
Penyebab pasti batu ginjal belum diketahui karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Dua proses yang diduga terlibat dalam pembentukan batu
ginjal adalah supersaturasi dan nukleasi.Supersaturasi terjadi jika substansi
yang menyusun batu terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu ketika
volume urin dan kimia urin yang menekan pembentukan batu menurun. Pada
proses nukleasi, natrium hydrogen, asam urat dan kristal hidroksipatit
membentuk inti. Ionkalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti
untuk membentuk campuran batu sehinggs pengendapan dari sedimen-

10
sedimen yang terdapat dalam urin lama- kelamaan akan terbentuk suatu
massa padat dan keras menyerupai batu.. Proses ini dinamakan nukleasi
heterogen(Russari, 2016).
Pembentukan batu saluran kemih adalah prosedur kompleks yang
mencakup gangguan biokimiawi urin yang merangsang terjadinya nukleasi
kristal dan agregasi. Gangguan penyerapan magnesium pada 31usus berperan
dalam pembentukan kalsium oksalat. Memang, penyimpangan saluran kemih
yang mempengaruhi perkembangan batu disebabkan oleh meliputi terus-
menerus rendah pH urin yang rendah(faktor utama), hiperurikosuria (kadar
asam urat urin harian melebihi 850 mg / hari), volume urine yang rendah, dan
penghambat makromolekul kristalisasi.
a. Ph urin rendah
Urolithiasis biasanya dikaitkan dengan penurunan pH urin yang
persisten. Hampir semua pasien dengan batu asam urat menunjukkan
pH urin yang terus-menerus rendah. PH urin yang rendah diduga
dapat memicu kalkulasi asam urat melalui kimia asam basa basa dan
kelarutan asam urat.
b. Hiperurikosuria
Hiperurikosuria dengan pH urin yang teratur juga dapat menyebabkan
pembentukan batu bercampur yang terdiri dari monosodium urat dan
kalsium oksalat. Meskipun urat sebagian besar lebih mudah larut
daripada asam urat, dapat dicatat bahwa tidak demikian. Monosodium
urat pada kadar tinggi mengendap dari larutan dan diduga
menghasilkan kristalisasi kalsium oksalat melalui keduanya.
Hiperurikosuria sebagian besar berasal dari kelalaian nutrisi,
mespkipun mutasi di saluran monosodium urat dapat menyebabkan
hiperurikosuria hipourikemia ginjal kongenital.
c. Volume urin rendah
Pengeluaran urin yang berkurang menyebabkan peningkatan
konsentrasi zat terlarut dalam urin. Konsentrasi urat yang tinggi dapat
mengakibatkan pengendapan asam urat dan monosodium urat sebagai

11
akibat dari kelarutan asam urat yang terbatas. Akibatnya, batu asam
urat banyak ditemukan di daerah tropis dan lingkungan panas.

d. Penghambat makromolekul kristalisasi


Urin mengandung faktor-faktor yang menghambat pembentukan
kristal yaitu kristalisasi asam urat dan pembentukan kalkulus. Sur-
factant urin, glikoprotein dan glikosaminoglikan (GAGs) memiliki
efek penghambat pada kristal asam urat. Studi menunjukkan tingkat
GAGs yang secara signifikan lebih rendah dalam urin dari pembentuk
asam urat.
Faktor keluarga, genetik dan lingkungan mempengaruhi pembentukan
batu saluran kemih. Gen ZNF365 yang terletak pada chromo-some
10q21-q22 dilaporkan terkait dengan asam urat urolithi-asis.
Meskipun DNA ini mengkodekan empat macam protein melalui
penyambungan pengganti, hanya satu petunjuk untuk kemajuan batu
asam urat (Abou-Elela, 2017).

E. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada saluran kemih antara lain sebagai berikut :

1. Obstruksi ureter
Obstruksi ureter adalah penyumbatan di dasar kandung kemih , tempat
Dimana urin mengalir ke uretra untuk dikeluarkan dari tubuh .
2. Hidronephrosis
Hidronephrosis adalah pembengkakan pada salah satu atau kedua
ginjal akibat urine yang menumpuk dan tidak bisa dikeluarkan dari
dalam tubuh ,sehingga urine mengalir balik dari kandung kemih ke
ginjal.
3. Gagal ginjal

12
Gagal ginjal adalah kondisi penurunan fungsi ginjal dalam menyaring
limbah sisa metabolisme tubuh dari dalam darah dan membuangnya
melalui urine.
4. Uremia
Uremia adalah kondisi berbahaya yang terjadi ketika ginjal tidak lagi
menyaring dengan baik. Ini mungkin terjadi ketika seseorang berada
pada stadium akhir penyakit ginjal kronis.
5. Sepsis adalah suatu komplikasi infeksi yang mengancam jiwa. Sepsis
terjadi ketika bahan kimia yang dilepaskan di dalam aliran darah
untuk melawan infeksi memicu peradangan di seluruh tubuh. Dapat
menyebabkan berbagai perubahan yang merusak beberapa sistem
organ, menyebabkan kegagalan organ, terkadang bahkan
mengakibatkan kematian.
6. Pielonefritis kronis, ditandai dengan peradangan dan fibrosis ginjal
yang disebabkan oleh infeksi berulang atau persisten ginjal,
vesicoureteral refluks (aliran kencing yang mengarah balik ke ginjal),
atau penyebab lain dari obstruksi saluran kemih.
7. Gagal ginjal akut atau kronis. Gagal ginjal akut adalah Suatu kondisi
saat ginjal tiba-tiba tidak dapat menyaring limbah dari darah. Gagal
ginjal kronis adalah penyakit ginjal yang telah berlangsung lama
sehingga menyebabkan gagal ginjal.
8. Pielonefritis xanthogranulomatous adalah bentuk pielonefritis kronis
yang tidak biasa yang ditandai dengan pembentukan abses
granulomatosa, kerusakan ginjal yang parah, dan gambaran klinis
yang mungkin menyerupai karsinoma sel ginjal dan penyakit
parenkim ginjal inflamasi lainnya.
9. Pielonefritis emfisematosa (EPN) adalah infeksi yang menyebabkan
nekrosis ditandai dengan adanya gas di parenkim ginjal, demam
tinggi, leukositosis dan nyeri pinggang.
10. Pyonephrosis adalah infeksi bakteri atau jamur yang terjadi di ginjal.
Mikroba ini bergerak dari uretra ke dalam ginjal melalui darah.

13
(Al-Mamari, 2017).

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien Urolithiasis adalah:

a. Ureteroskopi
Ureteroskopi adalah tindakan medis yang digunakan untuk memeriksa
saluran kemih bagian atas untuk mendiagnosa penyakit tertentu seperti
infeksi saluran kemih atau bahkan kanker. Tindakan ini menggunakan
tabung kecil yang disebut endoskop, yang mirip dengan teleskop
fleksibel. Tabung ini terpasang kamera kecil pada ujungnya, dan
dimasukkan ke dalam ureter dan kandung kemih. Secara umum,
ureteroskopi dianggap sebagai endoskopi saluran kemih atas.Selain
untuk tujuan diagnostik, ureteroskopi juga dapat digunakan untuk
menghilangkan batu ginjal yang terletak di ureter atau ginjal itu
sendiri. Tindakan ini dapat menghilangkan batu ginjal dengan segala
ukuran, namun batu ginjal yang lebih besar biasanya dipecah terlebih
dahulu kemudian diangkat dengan menggunakan perangkat laser
helium, gelombang suara berfrekuensi tinggi, atau energi listrik.

b. CT Scan
Terdapat banyak pemeriksaan penunjang untuk membantu
menegakkan diagnosis batu saluran kemih, salah satunya ialah
pemeriksaan radiologi dengan menggunakan CT-Scan. Menurut the
European Society of Urogenital Radiology, pemeriksaan CTScan
Urografi (CTU) merupakan alat pemeriksaan dengan hasil pencitraan
yang lebih maksimal dibandingkan lainnya seperti foto konvensional
dan ultrasonografi. Pemeriksaan CTU dapat dilakukan dengan atau
tanpa menggunakan kontras namun untuk membantu penegakan

14
diagnosis batu saluran kemih biasanya pemeriksaan tidak memerlukan
kontras karena batu sudah dapat dilihat dengan jelas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran CT-Scan tanpa kontras pada
pasien batu saluran kemih.
c. Ultrasonografi abdomen
Ultrasonografi abdomen terbatas digunakan dalam diagnosis dan
pengelolaan urolitiasis. Meskipun ultrasonografi sudah tersedia,
dilakukan dengan cepat dan sensitif terhadap kalkuli ginjal, hampir
sulit mendeteksi adanya batu ureter (sensitivitas: 19 persen), yang
kemungkinan besar bersifat simtomatik daripada kalkuli ginjal.
Namun, jika batu ureter itu ada, divisualisasikan dengan ultrasound,
temuannya dapat diandalkan (spesifisitas: 97 persen). Pemeriksaan
ultrasonografi juga sangat sensitif terhadap hidronefrosis, yang
mungkin merupakan 40manifestasi obstruksi ureter, namun seringkali
terbatas pada penentuan tingkat atau sifat obstruksi.
d. Radiografi polos BNO
Radiografi polos BNO mungkin cukup untuk mendokumentasikan
ukuran dan lokasi kalkuli yang bersifat radiopaque. Batu yang
mengandung kalsium, seperti batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat,
paling mudah dideteksi dengan radiografi. Batu yang bersifat
radiopaque lemah, seperti batu asam urat murni dan batu yang
terutama terdiri dari sistin atau magnesium amonium fosfat, mungkin
sulit, jika tidak mungkin, untuk dideteksi pada radiografi film biasa.
e. IVP (Intravenous Pielography)
Intravenous Pielography (IVP) telah dianggap sebagai modalitas
pencitraan standar untuk urolitiasis. IVP memberikan informasi yang
berguna tentang batu (ukuran, lokasi, radiodensitas) dan
lingkungannya (anatomi calyx, tingkat obstruksi), serta unit ginjal
kontralateral (fungsi, anomali) (Tubagus, Ali, & Rondo, 2017).

15
G. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
Penggunaan antibiotik ( ceftriaxone , ciprofloaxiacin ) , natrium
bikarbonat , allopurinol , fosfat , tiazid , asupan kalsium , dan vitamin.
b. Pembedahan
Operasi terbuka nefrostomiter terbuka semakin jarang dilakukan
karena memerlukan sayatan Tunggal besar untuk akses batu , sehingga
memiliki risiko komplikasi lebih besar , selanjutnya operasi
laparaskopi atau lubang kecil merupakan Tindakan dilakukan dengan
cara membuat lubang kecil di dinding perut , menggunakan alat
berbentuk tabung tipis prosedur medister terbuka terdiri dari
pyelolithotomy atau nephrolitihotmoy. Laparaskopi merupakan
Langkah dari operasi terbuka dan dapat sebagai alternatif kasus
kegagalan teurapeutik menggunakan metode yang kurang invasif .
c. Terapi Radiasi
Terapi ESWL extracorporeal shockwavelithotripsy Teknik
pengobatan penyakit batu ginjal maupun batu saluran kemih .

B. Asuhan Keperawatan Diabetes insipidus

1. Pengkajian.

a. Keadaan umum

Meliputi kondisi seperti Tingkat ketegangan / kelelahan , Tingkat


kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien .

b. Tanda-tanda vital

Meliputi pemeriksaan ;

1) Tekanan darah

2) Pulserate

16
3) Respiratory

4) Temperature

c. Riwayat penyakit sebelumnya

Ditanyakan apakah sebelumnya klien pernah ada Riwayat trauma


kepala, pembedahan, pemakaian obat phenotoin, infeksi kranial,
Riwayat keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit
yang sama.

d. Pengkajian Pola Gordon

1) Persepsi Kesehatan

a) Mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakit


yang sedang diderita.

b) Kaji Upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.

2) Pola nutrisi metabolic

a) Nafsu makan klien menurun atau meningkat.

b) Penurunan berat badan 20% dari berat badan ideal .

3) Pola eliminasi

a) Kaji frekuensi eliminasi urine klien .

b) Kaji karakteristik urine klien .

c) Kaji keluhan klien pada saat BAK.

d) Klien mengalami polyuria ( sering kencing ).

4) Pola aktivitas dan Latihan

a) Kaji rasa nyeri / nafas pendek saat beraktivitas.

b) Kaji keterbatasan aktivitas ( lemas, letih, sulit


bergerak, nyeri saat bergerak ).

c) Kaji penurunan kekuatan otot.

17
5) Pola istirahat dan tidur

a) Kaji pola tidur klien.

b) Kaji keluhan klien pada saat tidur.

c) Kaji penyebab klien susah tidur.

6) Pola kognitif / perceptual

Kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya


ingat masa lalu, dan tanggapan dalam menjawab
pertanyaan.

7) Pola persepsi diri/ konsep diri

a) Kaji perasaan klien tentang dirinya saat sedang


sakit.

b) Kaji dampak sakit terhadap klien .

c) Kaji keinginan klien untuk berubah.

8) Pola peran /hubungan

a) Kaji pengaruh sakit yang diderita terhadap


pekerjaannya.

b) Kaji keefektifan hubungan klien dengan orang


terdekatnya.

9) Pola seksualitas/reproduksi

a) Kaji dampak sakit terhadap seksualitas.

b) Kaji perubahan perhatian terhadap seksualitas.

10) Pola koping/ toleransi stress

a) Kaji metode koping yang digunakan untuk


menghindari stress.

b) System pendukung dalam mengatasi stress.

18
11) Pola penilaian/kepercayaan

Klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap


sembahyang tiap ada kesempatan.

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Klien tampak kesulitan pada saat BAK , BAK tidak tuntas,


membran mukosa dan kulit kering ,tampak kurus karena penurunan
nafsu makan .

b. Palpasi

Turgor kulit menurun, membran mukosa/ kulit kering.

3. Analisa data

Problem
No. Data Etiologi

1. DS:Pasien mengeluh Agen pencedera Nyeri akut


fisiologis
nyeri saat berkemih .
P: Nyeri pada saat
berkemih
Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk.
R: Nyeri dibagian
bawah abdomen.
S: Skala nyeri 7.
T; Nyeri hilang timbul.

DO:Klientampakmeringis

19
klien terlihat memegang
bagian bawah abdomen.

2. DS:Pasien mengeluh
Obstruksi saluran Retensi urine
sulit BAK dan hanya
kemih
keluar sediki-sedikit.

DO; BAK output 1000


cc/hari, distensi
abdomen bawah,
disuria,hesistensi.

3. DS:Pasien mengeluh
Prosedur invasif atau Resiko infeksi
demam dan menggigil
pemasangan kateter

DO;Klien terlihat
pucat, dan konjungtiva
terlihat
anemis,hematuria , suhu
tubuh meningkat.

20
4. DS:Pasien mengatakan
Kurangnya terpapar Defisit pengetahuan
kurang memahami apa
informasi
itu BSK dan bahayanya.

DO;Klien terlihat
bingung saat ditanyakan
perawat mengenai
penyakit yang diderita.

4. Diagnosa yang muncul

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.

b. Retensi urine b.d obstruksi saluran kemih.

c. Resiko infeksi b.d prosedur invasive atau pemasangan kateter.

d. Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi.

No Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah 1) Nyeri berkurang 1) Kaji skala nyeri klien
agen pencedera dilakukannya dengan skala 4-3. 2) Ajarkan teknik relaksasi
fisiologis asuhan 2) Klien terlihat rileks napas dalam
keperawatan dan nyaman saat 3) Observasi dari
Dalam waktu 2 BAK. ketidaknyamanan
x 24 jam, 3) Klien bisa 4) Kolaborasi pemberian
diharapkan melakukan teknik analgetik.
nyeri yang relaksasi napas
dirasakan dalam
teratasi.

21
:
5. Rencana keperawatan
2. Retensi urine Setelah 1) Klien dapat 1) Monitor intake dan
b.d obstruksi dilakukannya berkemih dengan output
saluran kemih asuhan normal . 2) Pantau kebiasaan klien
keperawatan 2) Klien dapat berkemih.
Dalam waktu 2 mengontrol 3) Monitor penggunaan
x 24 jam, kencingnya. obat antikolinergik.
diharapkan klien 4) Kolaborasi dengan
bisa BAK dokter dalam pemberian
dengan normal obat diuretik.
3. Resiko infeksi Setelah 1) Klien bebas dari 1) Monitor tanda dan gejala
b.d prosedur dilakukannya gejala infeksi. infeksi.
invasif atau asuhan 2) Menunjukkan 2) Monitor adanya luka.
pemasangan keperawatan kemampuan untuk 3) Inspeksi kulit terhadap
kateter. Dalam waktu 2 mencegah kemerahan,panas.
x 24 jam, timbunya infeksi. 4) Batasi pengujung
diharapkan 3) Jumlah leukosit 5) Kaji suhu setiap 4 jam .
infeksi pada dalam batas
klien bisa segera normal.
terkontrol.

22
4. Defisit Setelah 1) Klien dapat 1) Kaji pengetahuan klien .
pengetahuan b.d dilakukannya memahami apa itu 2) Lakukan edukasi
kurangnya asuhan BSK. mengenai BSK.
terpapar keperawatan 2) Klien dapat 3) Sediakan informasi bagi
informasi Dalam waktu 2 mengetahui apa keluarga tentang kondisi
x 24 jam, bahaya BSK. dengan cara yang tepat.
diharapkan klien 3) Klien tidak bingung
bisa mengerti lagi.
dan memahami
apa itu BSK dan
apa saja
bahayanya.

23
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan ,
pengambilan data yang dilakukan pertama kali oleh perawat pada saat pasien
masuk ke rumah sakit . Dikumpulkan secara sistematis dan komprehensif
terkait dengan aspek biologi , psikologis , spiritual , dan social. Pengumpulan
data dari berbagai sumber data dilakukan untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status Kesehatan klien. Adapun proses pengumpulan data
tersebut dimulai dari :
1. Identitas (nama, umur, jenis
kelamin,agama,Pendidikan,pekerjaan,suku
Penanggung jawab , dan tanggal masuk).
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan sekarang
4. Riwayat Kesehatan masa lalu
5. Riwayat Kesehatan keluarga
6. Pola keseharian yaitu meliputi pola nutrisi, pola aktivitas, pola
eliminasi, pola istirahat dan tidur ,pola personal hygiene ).
7. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi , palpasi, perkusi, dan auskultasi .
8. Pemeriksaan sistemik meliputi kepala, mata, hidung, mulut dan
tenggorokan ,telinga ,leher, thorax ,abdomen ,genetalia ).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap


pengalaman atau respon individu , keluarga ,atau komunikasi pada
masalah kesehatan . Selain itu, diagnose keperawatan juga merupakan

24
bagian penting dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai
untuk membantu klien dalam kesehatan yang

25
optimal. Mengingat pentingnya diagnose keperawatan dalam pemberian asuhan
keperawatan , maka dibutuhkan standar diagnosis keperawatan yang dapat
diterapkan secara rasional . Adapun tipe diagnosa keperawatan antara lain
sebagai berikut :

1. Aktual
Diagnosa keperawatan actual menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai
dengan data klinik yang ditemukan. Syarat untuk menegakkan
diagnosa keperawatan actual harus ada unsur PES. Symptom (S),
etiologi , dan problem untuk memenuhi kriteria mayor dan minor .
2. Resiko
Diagnosa keperawatan resiko menjelaskan masalah Kesehatan yang nyata
akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat menegakkan risiko
diagnose keperawatan adanya unsur PE( problem dan
etiologi ).Penggunaan istilah “risiko” dan “risiko tinggi” tergantung
dari Tingkat keparahan / kerentanan terhadap masalah.
3. Kemungkinan
Diagnosa keperawatan kemungkinan menjelaskan bahwa perlu adanya
data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah
ada faktor yang dapat menimbulkan masalah. Syarat menegakkan
kemungkinan daignosa keperawatan adanya unsur respon ( problem )
dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah.

C. Intervensi
Intervensi merupakan tahap perencanaan untuk mengarahkan Tindakan
keperawatan dalam usaha membantu , meringankan , memecahkan masalah ,
atau untuk memenuhi kebutuhan pasien . Tahapan ini perawat merencanakan
suatu Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dalam perawatan terhadap
pasien secara efektif dan efisien . Penentuan tujuan dan kriteria hasil , tujuan
merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi diagnose keperawatan

26
dalam menentukan kriteria hasil harus dibuat berdasarkan komponennya.
Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi tujuan klien..
2. Menetapkan hasil yang diperkirakan
3. Memilih Tindakan keperawatan.
4. Mendelegasikan Tindakan.
5. Menuliskan rencana asuhan keperawatan.

D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang diberikan sesuai dengan yang
sudah direncanakan dalam rencana perawat . Tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau Keputusan
sendiri bukan merupakan petunjuk dari atau perintah dari petugas Kesehatan
lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan
berdasarkan dari hasil keputusan bersama , seperti dokter dan petugas
Kesehatan lainnya.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menrus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif , dilanjutkan ,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan. Penilaian adalah
tahap untuk menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan
dengan tujuan , apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai , maka perlu
dicari penyebabnya. Tahapan ini perawat melakukan tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan untuk menandakan seberapa jauh
diagnose keperawatan , rencana tindakan , dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai .

27
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Batu saluran kemih merupakan masa keras yang terbentuk disepanjang
saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, maupun uretra) akibat
pengkristalan dalam urin (Suryanto & Subawah, 2017). Batu saluran kemih
merupakan masalah kesehatan yang cukup besar. Insidensi batu saluran
kemih dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti konsumsi tinggi kalsium
dan oksalat, intake cairan yang kurang, infeksi saluran kemih atau oleh karena
urine yang tidak adekuat (Saputra et al., 2016)
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) dapat
menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam
kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis) (Russari, 2016). Urolithiasis adalah
proses pembentukan batu secara berbeda bagian dari saluran kemih, termasuk
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Pengelolaan urolitiasis rumit
dengan tiga masalah utama yaitu, prevalensinya yang tinggi, kemungkinan
kambuh yang tinggi dan kurangnya intervensi yang efektif, dan tidak
diterapkan nya pola hidup sehat (Primiano, et al., 2020). Dan adapun
beberapa pemeriksaan diagnostic yang digunakan untuk mengetahui adanya
batu di saluran kemih antara lain : urinalisa, EKG, foto rontgen , endoskopik
ginjal, dan lainnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Abou-Elela, A. (2017). Epidemiology, pathophysiology, and management of uric


acidurolithiasis: A narrative review. Journal of Advanced Research, 8 (5), 513-
527.

Adrian, K. (2020, Juny Monday). Mengenal Fungsi Sistem Urinaria dan Penyakit
yang Bisa Menyerangnya. Dipetik february Wednesday, 2021, dari
https://www.alodokter.com/mengenal-fungsi-sistem-urinaria-danpenyakit-yang-
bisa-menyerangnya: https://www.alodokter.com

Afif, M. (2018). BAB II. Dipetik July Thursday, 2021, dari


http://repository.unimus.ac.id/2084/4/BAB%20II.pdf:
http://repository.unimus.ac.id

Al-Mamari, S. A. (2017). Complication Of Urolithiasis. Dalam I. C. Practice,


Urolithiasis in Clinical Practice (hal. 121-129). Springer.

Amir, M. D., & Nuraeni, P. (2019). Article text. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
dalam Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operatif Appendictomy di
Ruang Nyi Ageng Serang RSUD Sekarwangi , 107.

Barindo. (2018, October Thursday). Tips Pencegahan Pasien Jatuh dan


Penggunaan Stiker Resiko Jatuh. Dipetik September Wednesday, 2021, dari
https://gelangpasien.com/penggunaan-stiker-resiko-jatuh/:
https://gelangpasien.com

Boarin, M., Villa, G., Capuzzi, C., Remon, D., Abbadessa, F., Wiley, J., et al.
(2018). Dietary and lifestyle recommendations for urolithiasis prevention: A
systematic literature review. International Journal Of Urological Nursing The
Journal Of The Baun , 12 (2-3), 53-70

29
Bolat, & Teke. (2020). Spilled gallstones found incidentally in a direct inguinal
hernia sac: Report of a case. International Journal of Surgery Case Reports , 22,
218-220.Darpana, I. (2021).

30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

Anda mungkin juga menyukai