Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEGAWATDARURATAN

RETENSIO URINE

DISUSUN OLEH :
Nama :
1. Riyadi Dwi Saputra (19.0601.0029)
2. Devi Yulia Pramae Sella (19.0601.0030)
3. Daulay Khairin Salmawatie (19.0601.0031)
4. Triyana Erma Wati (19.0601.0032)
5. Nur Rahmah Tianawati (19.0601.0033)
6. Aviva Umi Kulsum (19.0601.0034)
Prodi : D3 Keperawatan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MAGELANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah Stunting mata kuliah Keperawatan Anak dengan lancar dan tepat
waktu.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat pada semester 4, program studi D3 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Magelang.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan dan
masalah, namun berkat bantuan, kerjasama, dan bimbingan dari berbagai pihak maka kesulitan
tersebut dapat teratasi.

Pada penyusunan makalah ini, sangat disadari bahwa masih terdapat kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Magelang, 17 Juni 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3. Tujuan .................................................................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1. Definisi ................................................................................................................................... 3
2.2. Etiologi ................................................................................................................................... 3
2.3. Manifestasi Klinis.................................................................................................................. 4
2.4. Patofisiologi ........................................................................................................................... 4
2.5. Pathway.................................................................................................................................. 5
2.6. Penatalaksanaan ................................................................................................................... 6
2.7. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................................... 6
2.8. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .................................................................................. 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 8
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................................ 8
3.2. Saran ...................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 9

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Retensi urin adalah akumulasi urin yang nyata dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan pengosongan kandung kemih, sehingga timbul perasaan tegang, tidak
nyaman, nyeri tekan pada simpisis, gelisah, dan terjadi diaphoresis (berkeringat).
Tanda-tanda utama retensi urin akut adalah tidak adanya haluaran urin selama beberapa
jam dan terdapat distensi kandung kemih. Klien yang berada di bawah pengaruh
anestesi atau analgetik mungkin hanya merasakan adanya tekanan, tetapi klien yang
sadar akan merasakan nyeri hebat karena distensi kandung kemih melampaui kapasitas
normalnya. Pada retensi urin, kandung kemih dapat menahan 2000 – 3000 ml urin.
Retensi urin dapat terjadi akibat obstruksi uretra, trauma bedah, perubahan stimulasi
saraf sensorik dan motorik kandung kemih, efek samping obat dan ansietas (Perry &
Potter, 2006).
Risiko retensi urin terbesar adalah pasien yang lebih tua, atau yang
mengonsumsi obat antikolinergik, atau yang memiliki riwayat diabetes dan fecal
impaction (Borrie, Michael j, Karen C, Zora A.A., Judy Bray, Pauline Hart, Terri
Labate, Paul Hesch, 2001).
Pada retensi urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai
rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai
mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya
seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. Akibat lanjut
retensi urin, buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga
tekanan di dalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat. Bila
keadaan ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat di dalam lumen akan
menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan
hidronefrosis dan lambat laun terjadi gagal ginjal. Retensi urin juga menjadi penyebab
terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) dan bila ini terjadi dapat menimbulkan gawat
yang serius seperti pielonefritis dan urosepsis (Gardjito, 2009).
Penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada pasien dengan retensi urin sangat
penting untuk dilakukan tatalaksana yang baik dan efisien. Maka dari itu hendaknya
kita sebagai calon perawat sangat penting untuk mempelajari retensi urin, sehingga
dapat memberikan informasi kepada klien atau keluarga mengenai intervensi baik

1
dalam mencegah maupun mengatasi kasus retensi urin dengan baik dan sesuai kode etik
keperawatan
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Retensi Urin?
2. Apa sajakah etiologic dari retensi urin?
3. Apakah manifestasi klinis dari retensi urin?
4. Bagaimana patofisiologi dari retensi urin?
5. Bagaimana pathway dari retensi urin?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada retensi urin?
7. Apa saja penatalaksanaan dari retensi urin?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan retensi urin?
1.3.Tujuan
Tujuan Umum
1. Memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien denganretensi urin
Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi dari Retensi Urin
2. Mengetahui dan memahami etiologic dari retensi urin
3. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari retensi urin
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari retensi urin
5. Mengetahui dan memahami dari retensi urin
6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada retensi urin
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari retensi urin
8. Mengetahui dan menyusun proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
retensi urin
1.4.Manfaat Penulisan
Melalui pembelajaran ini, kita dapat mengetahui berbagai macam penyakit yang
berhubungan dengan retensi urin, serta memahami teori dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan retensi urin

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1.Definisi
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini
menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keasaan distensi,
vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine (Hidayat &
Uliyah, 2008).
Menurut Black (2009), bahwa retensi urine adalah ketidakmampuan kandung
kemih untuk mengosongkan sebagian atau keseluruhan selama proses pengosongan.
Purnomo (2011), mengatakan bahwa retensi urine adalah ketidakmampuan seseorang
untuk mengeluarkan urine yang terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas
maksimal buli-buli terlampaui.
Retensi urine didefinisikan sebagai ketidakmampuan berkemih. Retensi urine
akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba pada keadaan kandung kemih yang
nyeri. Retensi urine kronis adalah keadaan kandung kemih yang membesar, penuh,
tidak nyeri dengan atau tanpa kesulitan berkemih.
2.2.Etiologi
Retensi urine dapat dibagi berdasarkan penyebab lokasi kerusakan saraf, yaitu (Kozier,
2009) :
1. Supravekalis, berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis sakralis S2-4
dan Th1-L1. Kerusakan terjadi pada saraf simpatid dan parasimpatis baik sebagian
atau seluruhnya, misalnya : retensi urine karena gangguan pernafasan, operasi
miles, mesenterasi pelvis, dan kelainan medula spinalis (meningokel, tabes
dorsalis, atau spasmus sfingter).
2. Vesikal, berupa kelemahan otot destrusor karena lama terenggang, berhunungan
dengan masa kehamilan dan proses persalinan, misalnya : retensi urine akibat
iatrigenik, cedera/inflamasi, psikis, atoni pada pasien DM, dan divertikal yang
besar.
3. Intravesikal, berupa kekakuan leher vesika, striktur oleh batu kecil atau tumor pada
leher vesika urinaria, misalnya : retensi urine akibat obstruksi adanya tumor, batu
kecil atau fimosis
4. Faktor lain-lain. Kelainan patologi urethra, trauma, BPH, striktur uretra, karsinoma
prostat dan obat-obatan golongan antikoligernik, anti spasmodil, antidepresant,
antihistamin dapat beresiko menyebabkan gangguan eliminasi urin apabila
dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan hambatan dari eliminasi urine.

Menurut lama terjadinya, retensi urin dibedakan menjadi dua (Pierce & Borley 2006) :
1. Retensi akut
Ditandai dengan nyeri, sensai kandung kemih yang penuh, dan distensi
kandung kemih ringan. Penyebab tersering retensi akut pada :
a. Anak adalah obat-obatan
b. Usia muda adalah pasca operasi, obat-obatan, ISK akut, trauma, hematuria
c. Usia lanjut disebabkan karena BPH, tumor, dan pasca operasi
2. Rentensi kronis

3
Ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih (frekuensi, disuri, urgensi) atau
tanpa nyeri disebabkan oleh peningkatan volume residu urin bertahap, distensi
yang nyata, inkontinesia urin (seringkali berhubungan dengan ISK sekunder).
Penyebab tersering pada :
a. Anak adalah kelainan kongenital
b. Usia muda disebabkan trauma dan pasca operasi
c. Usia lanjut disebabkan karena BPH, striktur, karsinoma prostat
Retensi urin kronik adalah retensi urin tanpa rasa nyeri dan dapat disebabkan
karena pembesaran prostat, pembesaran sedikti demi sedikit mengobstruksi dari
saluran kemih, dan ditandai dengan adanya perembesan urine karena tekanan lebih
tinggi daripada tekanan sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat
berkemih, namun tidak lancar, sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat
mengosongkan kandung kemih dengan sempurna. Retensi urin kronik tidak
mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan permasalahan medis yang serius
di kemudian hari.
2.3.Manifestasi Klinis
1. Diawali dengan urine mengalir lambat.
2. Kemudia terjadi polyuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
3. Terjadi distensi andomen akibat dilatasi kandung kemih.
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000cc.
2.4.Patofisiologi
Patofisiologi penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan sumber penyebabnya
antara lain:
1. Gangguan supravesikal adalah gangguan intervasi saraf motoric dan sensorik.
Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang mengakibatkan otot tidak
mau berkontraksi.
2. Gangguan vesical adalah kondisi local seperti batu di kandung kemih,obat
antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah)
menyebabkan kelemahan pada otot detrusor.
3. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kangker, prostatitis),
tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra, tumor penis, strikutur
uretra, batu uretra, sclerosis leher kandung kemih (bladder neck sclerosis).

4
2.5.Pathway
Normalnya urine tersusun dari bahan organik & an organik
terlarut

Terjadinya presipitasi kristal

Membentuk inti baru

Mengadakan agregasi dan menarik bahan-


bahan lain menjadi kristal

Menempel di saluran kemih Retensi kristal

Batu saluran kemih Obstruksi sal. kemih

Mengendapkan bahan lain sehingga batu


menjadi lebih besar

Kristal semakin besar, menyebabkan


obstruksi

Gangguan eliminasi urine


Urine terkumpul diatas

Stagnasi urine Rasa ingin BAK, tapi Dilatasi pada bg. Retensi urine
tidak lampias Hidroureter

Mikoroorganisme
Gg. Rasa nyaman Otot berkontraksi Retensi urine
melawan obstruksi

Resiko infeksi

Batu bergesekan dg
mukosa epitel tjd RBC Keluar
trauma
5
2.6.Penatalaksanaan
Bila diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar, penatalaksanaan ditetapkan
berdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi urinnya.
Pilihannya adalah:
1. Kateterisasi urethra
2. Drainage suprapubic
3. Pungsi vesika urinaria
2.7.Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos abdomen, menunjukkan bayangan buli-buli penuh, mungkin terlihat
bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli.
2. Uretrografi, akan tampak adanya striktur uretra.
3. Pemeriksaan darah rutin : Hb, leukosit, LED, Trombosit.
4. Pemeriksaan Faal Ginjal : kreatinin, ureum, klirens kreatinin.
5. Pemeriksaan urinalisa : warna, berat jenis, pH
2.8.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan
klien
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Data fisik : inpeksi, palpasi, auskultasi, tingkat kesadaran, BB, TB,TTV
e. Data psikologis : keluhan dan reaksi pasien terhadap penyakit, tingkat
adaptasi pasien terhadap penyakit, persepsi pasien terhadap penyakit
f. Data sosial, budaya dan spiritual : berhubungan dengan hubungan orang
lain , kepercayaan yang dianut, dan keaktifannya dalam kegiatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi
dengan adekuat
b. Gangguan rasa nyaman dan nyeri
c. Ansietas b.d krisis situasi
3. Perencanaan Keperawatan
a. Retensi urin b.d. ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi
dengan adekuat
Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk berkemih 1. Meminimalkan retensi urin
tiap 2 – 4 jam dan bila tiba tiba distensi berlebihan pada
dirasakan kandung kemih
2. Tanyakan pasien tentang 2. Tekanan ureteral tinggi
inkontinensia stress menghambat pengosongan
3. Observasi aliran urin, kandung kemih.
perhatikan ukuran dan 3. Berguna untuk mengevaluasi
ketakutan obstruksi dan pilihan intervensi
4. Awasi dan catat waktu dan 4. Retensi urin meningkatkan
jumlah tiap berkemih tekanan dalam saluran
5. Perkusi atau palpasi area perkemihan atas
suprapubik 5. Distensi kandung kemih dapat
dirasakan diarea suprapubik

6
b. Gangguan rasa nyaman nyeri
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, 1. Memberikan informasi untuk
itensitas nyeri membantu dalam menentukan
2. Plester selang drainase pada intervensi
paha dan kateter pada 2. Mencegah penarikan kandung
abdomen kemih dan erosi pertemuan
3. Pertahankan torah baring dila penisskrotal
diindikasikan 3. Tirah baring mungkin
4. Berikan tindakan kenyamanan diperlukan pada awal selama
5. Dorong menggunakan rendam fase orientasi akut
duduk, sabun hangat untuk 4. Meningkatkan relaksasi dan
perineum mekanisme koping
5. Meningkatkan relaksasi otot

c. Ansietas b.d. krisis situasi


Intervensi Rasional
1. Identifikasi persepsi klien 1. Mendefinisikan lingkup
tentang ancaman yang ada dari masalah individu dan
situasi mempengaruhi pilihan
2. Observasi respon fisik seperti intervensi
gelisah, gerakan berulang. 2. Berguna dalam evaluasi derajat
3. Dorong klien atau orang masalah khususnya bila
terdekat untuk mengakui dan dibandingkn dengan pernyataan
menyatakan rasa takut verbal
4. Identifikasi pencegahan 3. Memberikan kesempatan untuk
keamanan yang diambil menerima masalah,
memperjelas kenyataan takut
dan menurunkan ansietas
4. Memberikan keyakinan untuk
membantu ansietas yang tak
perlu

7
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Bahwa retensi
urine adalah ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan sebagian atau
keseluruhan selama proses pengosongan. Retensi urine akut adalah ketidakmampuan
berkemih tiba-tiba pada keadaan kandung kemih yang nyeri
3.2.Saran
Penulis menyadari, dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya
sempurna. untuk itu dapat kiranya memberikan kritik dan saran mengenai makalah ini.
Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

8
DAFTAR PUSTAKA

Black, JM & Hawks, JH. 2009. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Positive
Outcomes. 7th Edition. St. Louis – Missouri : Saunders Elsevier Inc.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Untuk Kebidanan 2 Edition. Jakarta : Salemba Medika ; 66.
Kozier & Erb, (2009). Buku Ajar Praktek Keperawatan Klinis Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Nanda Internasional, 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta, penerbit: Buku Kedokteran EGC
Noer MS. 2009. Infeksi Saluran Kemih. Gramik FK Universitas Airlangga.

Pierce & Borley, (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi ketiga. Jakarta : EMS.
Purnomo B. Basuki. (2011). Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga. Jakarta : CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai