Disusun Oleh :
Kelompok 5
Agung C. Prasetyo
Ega Juliana
Enjelo D. Waicang
Lukas Tabamolu
Raiva Nabila Mustari. May
Rangga Adi Saputra
Andreas F. Kafiar
Mesokne Gulmok
2023/2024
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................. 2
ii
B. Saran ...................................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar urolithiasis?
2. Apa saja konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan urolithiasis
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar urolithiasis.
2. Menegetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
urolithiasis.
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada
pasien, khususnya peran perawat sebagai edukator dalam mengubah perilaku
dan gaya hidup serta mencegah kekambuhan ulang pasien dengan batu saluran
kemih.
Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan Upaya
edukasi untuk mengubahn faktor gaya hidup pada pasien dengan batu saluran
kemih.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Medis
1.5 Definisi
Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan
oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
Ureterolithiasis terjadi bila batu ada didalam saluran perkemihan. Batu
itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu dimulai dengan kristal
yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang
tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran
dari fokus mikroskop sampai beberapa centimeter dalam diameter
cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang
berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine
berwarna keruh seperti teh atau merah (Brunner and Suddarth, 2013)
Batu saluran kemih adalah benda zat padat yang dibentuk oleh
presipitasi berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu
dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran
kalsium, ammonium, dan magnesium fosfat (batutripel fosfat akibat
infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%). (Pierce A. Grace &
Neil R. Borley 2006).
Urolithiasis adalah proses pembentukan batu secara berbeda bagian
dari saluran kemih, termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan
uretra. Pengelolaan urolitiasis rumit dengan tiga masalah utama yaitu,
prevalensinya yang tinggi, kemungkinan kambuh yang tinggi dan
kurangnya intervensi yang efektif, dan tidak diterapkan nya pola hidup
sehat (Primiano, et al., 2020).
3
1.1 Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah
faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan
faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
sekitarnya.
Faktor intrinsic itu antara lain adalah :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari
urang tuanya.
2. Umur : paling sering ditemukan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelasmin : laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien Perempuan.
4
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar kalsium
pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
4. Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kencing.
5. 5. Pekerjaan : sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas.
Batu saluran kemih juga dapat terbentuk pada usia lanjut yang
disebut batu sekunder karena terjadi sebagai akibat adanya gangguan
aliran air kemih, misal karena hyperplasia prostat.
1.1 Patofisiologi
Pembentukan batu saluran kemih adalah prosedur kompleks yang
mencakup gangguan biokimiawi urin yang merangsang terjadinya
nukleasi kristal dan agregasi. Gangguan penyerapan magnesium pada
usus berperan dalam pembentukan kalsium oksalat. Memang,
penyimpangan saluran kemih yang mempengaruhi perkembangan batu
disebabkan oleh meliputi terus-menerus rendah pH urin yang rendah
(faktor utama), hiperurikosuria (kadar asam urat urin harian melebihi
850 mg / hari), volume urine yang rendah, dan penghambat
makromolekul kristalisasi.
a. Ph urin rendah
Urolithiasis biasanya dikaitkan dengan penurunan pH urin
yang persisten. Hampir semua pasien dengan batu asam urat
menunjukkan pH urin yang terus-menerus rendah. PH urin yang
rendah diduga dapat memicu kalkulasi asam urat melalui kimia
asam basa basa dan kelarutan asam urat.
b. Hiperurikosuria
Hiperurikosuria dengan pH urin yang teratur juga dapat
menyebabkan pembentukan batu bercampur yang terdiri dari
monosodium urat dan kalsium oksalat. Meskipun urat Sebagian
5
besar lebih mudah larut daripada asam urat, dapat dicatat bahwa
tidak demikian. Monosodium urat pada kadar tinggi mengendap
dari larutan dan diduga menghasilkan kristalisasi kalsium oksalat
melalui keduanya. Hiperurikosuria sebagian besar berasal dari
kelalaian nutrisi, mespkipun mutasi di saluran monosodium urat
dapat menyebabkan hiperurikosuria hipourikemia ginjal
kongenital.
c. Volume urin rendah
Pengeluaran urin yang berkurang menyebabkan
peningkatan konsentrasi zat terlarut dalam urin. Konsentrasi urat
yang tinggi dapat mengakibatkan pengendapan asam urat dan
monosodium urat sebagai akibat dari kelarutan asam urat yang
terbatas. Akibatnya, batu asam urat banyak ditemukan di daerah
tropis dan lingkungan panas.
d. Penghambat makromolekul kristalisasi
Urin mengandung faktor-faktor yang menghambat
pembentukan kristal yaitu kristalisasi asam urat dan pembentukan
kalkulus. Sur-factant urin, glikoprotein dan glikosaminoglikan
(GAGs) memiliki efek penghambat pada kristal asam urat. Studi
menunjukkan tingkat GAGs yang secara signifikan lebih rendah
dalam urin dari pembentuk asam urat.
Faktor keluarga, genetik dan lingkungan mempengaruhi
pembentukan batu saluran kemih. Gen ZNF365 yang terletak pada
chromo-some 10q21-q22 dilaporkan terkait dengan asam urat
urolithi-asis. Meskipun DNA ini mengkodekan empat macam
protein melalui penyambungan pengganti, hanya satu petunjuk
untuk kemajuan batu asam urat (Abou-Elela, 2017).
6
Beberapa manifestasi klinis yang dapat muncul pada pasien
Urolithiasis:
a. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri
kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnasi batu
pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada
jaringan sekitar. Nyeri kolik juga karena adanya aktivitas peristaltik
otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha
untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih. Peningkatan
peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan pada saraf yang memberikan sensasi
nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal
karena terjadi infeksi pada ginjal sehingga menyebabkan nyeri
hebat dengan peningkatan produksi prostglandin E2 ginjal. Rasa
nyeri akan bertambah berat apabila batu bergerak turun dan
menyebabkan obstruksi. Pada ureter bagian distal (bawah) akan
menyebabkan rasa nyeri di sekitar testis pada pria dan labia mayora
pada wanita. Nyeri kostovertebral menjadi ciri khas dari
urolithiasis, khususnya nefrolithiasis.
b. Gangguan miksi
Adanya batu pada saluran kemih, maka aliran urin
mengalami penurunan sehingga sulit sekali untuk miksi secara
spontan. Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar secara
spontan tetapi batu dengan ukuran yang relatif besar sulit untuk
keluar secara spontan.
c. Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter)
sering mengalami desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang
keluar. Keadaan ini akan menimbulkan gesekan yang disebabkan
oleh batu sehingga urin yang dikeluarkan bercampur dengan darah
(hematuria). Hematuria tidak selalu terjadi pada pasien urolithiasis,
7
namun jika terjadi lesi pada saluran kemih utamanya ginjal maka
seringkali menimbulkan hematuria.
d. Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi
ketidaknyamanan pada pasien karena nyeri yang sangat hebat
sehingga pasien mengalami stress yang tinggi dan memacu sekresi
HCl pada lambung. Namun, gejala gastrointestinal biasanya tidak
ada.
e. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke
tempat lain. Tanda demam yang disertai dengan hipotensi,
palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah di kulit merupakan tanda
terjadinya urosepsis. Urosepsis merupakan kedaruratan dibidang
urologi dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan
anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis
dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian
antibiotik.
f. Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika
urinaria akan menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika.
Oleh karena itu, akan teraba bendungan (distensi) pada waktu
dilakukan palpasi pada regio vesika (Purnomo, 2011).
8
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat ammonium,
data batu kalsium fosfat), urine 24 jam : kretinin, asam urat,
kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur
urine menunjukkan infeksi saluran kencing, BUN hasil normal 5-
20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengeskresi sisa yang bemitrogen. BUN dapat dipengaruhi oleh
diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolic
(cedera, infeksi).
Keratenin serum hasil normal laki-laki 0,85-15mg/dl dan
Perempuan 0,70-1,25mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bermitrogen.
Abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu abstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia atau nekrosis.
2. Laboratorium
a. Dara lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat
atau polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
(PTH merangksang rebsorbsi kalsium dari tulang,
meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder_)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder sert
menunjukkan adanya batu di sekitar saluran kemih.
4. Endoskopi Ginjal
Menemukan pelvis ginjal, dan untuk mengelurakan batu
yang kecil.
5. USG ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukkan ketidakseimbanagn cairan, asam basa dan
elektrolit.
9
7. Foto Rontgen
Menunjukkan adanya batu dalam kandung kemih yang
abnormal, menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomic
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
8. IVP (Intra Venous Pyelografi)
Menunjukkan perlambatan pengososngan kandung kemih,
membedakan derajat obstruksi kandung kemih di vertikuli kandung
kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan
memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomic (distensi ureter).
9. Pyelogram retrograde
1.3 Komplikasi
Banyak komplikasi yang mungkin timbul dari urolitiasis terutama
jika ada keterlambatan dalam diagnosis atau pengobatan yang tidak
tuntas. Komplikasi Urolithiasis meliputi :
a. Obstruksi adalah suatu kondisi tersumbatnya saluran kemih
secara fungsional atau anatomis karena berbagai macam
10
penyebab, sehingga akan terjadi gangguan aliran urin dari
proksimal ke distal.
b. Uremia adalah kondisi berbahaya yang terjadi ketika ginjal
kemih.
e. Gagal ginjal akut atau kronis. Gagal ginjal akut adalah Suatu
11
karsinoma sel ginjal dan penyakit parenkim ginjal inflamasi
lainnya.
1.1 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu
(Sja’bani, 2006).
Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung
kemih adalah terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu,
dan operasi terbuka.
a. Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang
dari5 mm. Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa
keluar spontan. Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat
pilihan terapi konservatif berupa:
1. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
2. α – blocker
3. 3.NSAID
12
konservatif bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan
adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya
ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak
ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera
dilakukan intervensi.
13
batu ureter yang besar, sehingga diperlukan alat pemecah batu
seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan
jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman
masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
14
penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu
ureter yang besar.
1.1 Prognosis
Sebagian besar kasus urolithiasis memiliki prognosis yang baik
karena sebagian besar batu ukuran 5–6 mm dapat keluar secara
spontan dengan penatalaksanaan konservatif atau medikamentosa.
Pada batu berukuran lebih besar atau terinfeksi, intervensi akut dini
dan modalitas intervensi invasif dan minimal invasif juga dilaporkan
memberi luaran yang baik.[1,8]
Tingkat rekurensi urolithiasis sebesar 50% dalam 5 tahun dan ≥
70% dalam 10 tahun. Meningkatkan asupan cairan, perbaikan pola
diet, dan pemantauan rutin dapat mengurangi tingkat rekurensi
hingga 60%.
15
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang
terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan
oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien
rasakan adalah nyeri. Menurut (Nisa, 2020) nyeri post operasi
adalah suatu reaksi tubuh terhadap kerusakan jaringan (mulai
dari sayatan kulit hingga kerusakan yang ditimbulkan saat
proses operasi), tarikan atau regangan pada organ dalam tubuh
maupun penyakitnya.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus
utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana
nyeri atau gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu
nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa
nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri/gatal tersebut. Menurut teori (Puji, 2021) bahwa nyeri
dapat terjadi setelah tindakan operasi. Proses nyeri dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat dari biasanya. Namun,
peningkatan tekanan darah tersebut bersifat sementara dan
tekanan darah akan kembali normal setelah mengatasi nyeri.
3) Riwayat kesehatan yang lalu
16
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama
atau pernah di riwayat sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah
menderita penyakit Urolithiasis.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Menurut (Darpana, 2021) keadaan umum yaitu baik atau
buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda seperti kesadaran klien
(apatis, sopor, koma, compos mentis) dan kesakitan (keadaan
penyakit yaitu akut, kronik, ringan, sedang, berat).
a) Penampilan umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien.
b) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas
keadaan klien.
c) Tanda-tanda vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan
respirasi. Menurut (Afif, 2018) mean arterial pressure
adalah tekanan arteri rata rata selama satu siklus denyutan
jantung yang didapatkan dari pengukuran tekanan darah
systole dan tekanan darah diastole. Pada perhitungan
MAP akan didapatkan gambaran penting dalam tekanan
darah yaitu tekanan sistolik adalah tekanan maksimal
Ketika darah dipompakan dari ventrikel kiri, batas normal
dari tekanan sistolik adalah 120 mmHg, tekanan diastolic
adalah tekanan darah pada saat relaksasi, batas normal
dari tekanan diastolik adalah 80 mmHg. Tekanan diastolik
17
menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus
dicapai jantung.
2) Sistem perkemihan
Mengkaji tentang keadaan abdomen. Biasanya pada penyakit
ini saat teraba oleh tangan terasa sakit pada perut bagian kanan
bawah.
d. Pola aktivitas
1) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan
aktivitas dan anjuran bedrest
3) Aspek psikologis
Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan
suasana hati.
4) Aspek penunjang
a) Hasil pemeriksaan Laboratorium.
b) Obat-obatan terapi sesuai dengan anjuran dokter.
1.1 pathway
18
1.1 Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (TIM POKJA SDKI PPNI, 2016).
Ada lima tipe diagnosa, yaitu aktual, risiko, kemungkinan, sehat
dan sindrom. Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan
yang secara klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik
mayor yang dapat diidentifikasi. Diagnosa keperawatan risiko
menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi. Masalah dapat timbul pada seseorang atau
kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor risiko yang
19
memberikan kontribusi pada peningkatan kerentanan. Diagnosa
keperawatan risiko adalah keputusan klinis tentang individu,
keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami
masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang
sama atau hampir sama. Diagnosa keperawatan kemungkinan
menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan
faktor pendukung belum ada tetapi sudah ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah. Diagnosa keperawatan Wellness (Sejahtera)
atau sehat adalah keputusan klinik tentang keadaan individu,
keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera
tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi yang menunjukkan
terjadinya peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif.
Diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa yang terdiri dari
kelompok diagnosa aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan
muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu(Yeni & Ukur,
2019).
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada klien
Urolithiasis
setelah mengalami pembedahan adalah :
Masalah keperawatan pada Pre operatif :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi)
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi
kandung Kemih.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
d. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan
Masalah keperawatan pada Post operatif :
20
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiz(Prosedur operasi)
b.Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi
c.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
d.Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasive.
21
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif
ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan.Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan.
1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia
2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan
oleh perawat.
3) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan): Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan
datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis
keperawatan, rencana tindakan dan implementasinya sudah
berhasil di capai. Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan
klien dalam mencapai tujuan.Hal ini bisa di laksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang di berikan, sehingga
perawat dapat mengambil keputusan.
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS:
Tn.D datang ke IGD RSUD Deli Serdang pada 24 April 2017 pukul 01.00 WIB
dengan keluhan nyeri pinggang bagian belakang kiri ± 4 bulan ini kemudian
dokter mendiagnosa Tn.D dengan Batu Saluran Kemih. Pasien tiba diruang
Mawar pukul 02.30 WIB
PENGKAJIAN
A. Identitas Diri Klien
1. Nama : Tn.D
23
2. Tempat/tanggal lahir : 03 Desember 1985
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : DS. Pagar Jati Kec. Lubuk Pakam
5. Status perkawinan : Sudah kawin
6. Agama : Islam
7. Suku : Jawa
8. Pendidikan : SMA
9. Pekerjaan : Karyawan
10. Diagnosa Medis : Batu Saluran Kemih
24
D. Pola Pemenuhan Kebutuhan Hidup Sehari-hari (ADL)
A. Di Rumah
1. Pola Nutrisi
a. BB : 65 kg TB : 175 cm
b. Frekwensi makanan ` : 3x sehari
c. Jenis makanan : Nasi + Sayur + Lauk pauk
d. Makanan pantangan :-
e. Nafsu makan : Baik
f. Perubahan BB 6 bulan terakhir : Tidak ada
2. Pola Eliminasi
a. BAB
1) Frekwensi : 1x sehari
2) Karakteristik : Lembek, Warna: kuning tua
3) Riwayat penggunaan pencahar :-
b. BAK
1) Frekwensi : 4-6x sehari
2) Karakteristik : Urin sedikit, hanya menetes, warna: kuning keruh
4. Pola aktivitas
a. Pekerjaan : Klien bekerja sebagai karyawan pabrik, Tn.D bekerja dari
pagi hingga sore, Tn.D sering menahan BAK karna
pekerjaanya tersebut.
b. Pola kebiasaan diwaktu luang : Berkebun
25
c. Keluhan dalam pemenuhan aktivitas :-
B. Di Rumah Sakit
1. Pola Nutrisi
a. BB : 65 Kg TB : 175 cm
b. Frekwensi makanan : 3x sehari
c. Jenis makanan : Nasi + lauk pauk + sayur
d. Makanan pantangan :-
e. Nafsu makan : Baik
2. Pola Eliminasi
a. BAB
1) Frekwensi : 1x sehari
2) Karakteristik : Lembek, Warna: kuning, ampas (-)
b. BAK
1) Karakteristik :Klien dipasang kateter, urine bercampur darah.
2) Jumlah urine : ±200 cc/ 24 jam
3. Pola tidur dan istirahat
a. Waktu tidur : Malam ( 23.00 s/d 04.00 WIB)
Siang ( 14.00 s/d 15.00 WIB)
b. Lama tidur : 6 jam
c. Kebiasaan pengantar tidur : Berdoa
d. Kebiasaan selama tidur : Mendengkur
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Klien tampak lemah
BB: 65 kg
TB: 175 cm
2. Tanda-tanda vital
Kes: Composmentis
TD: 130/90 mmHg
HR: 86x/i
RR: 20x/i
26
T : 36,5 0C
3. Kepala: Bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih
4. Mata: Pupil isokor, konjungtiva (-) anemis
5. Hidung: Simetris, sekret (-)
6. Mulut: Jumlah gigi lengkap, tidak ada karies
7. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8. Sis. Pernapasan: Pernapasan vesikuler, sputum(-)
9. Sirkulasi: CRT Normal, TD : 130/90 mmHg
10. Abdomen: Nyeri tekan(+)
11. Anogenetal: tidak dikaji
12. Neurologis: Kes: Composmentis
13. Integumen: Turgor kulit baik
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Hematologi 24-04-2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 14,6 14,0-17,0 g/dl
Hematokrit 43 42-52 %
Leukosit *11,8 3,5-10,0 ribu
Trombosit 259 150-390 ribu
Eritrosit 5,4 4,4-6,0 juta
MCV *79 80-97 fL
MCH 26,9 26,5-33,5 pg
27
MCHC 34,3 31,5-35,0 g/dl
Hitung Jenis
Basofil 0,2 0-1 %
Eusinofil 2,6 1-4 %
Netrofil *81,0 50-70 %
Limfosit *12,7 25-40 %
Monosit 3,6 2-8 %
Laju Endap Darah *15 0-10 mm/jam
(LED)
2. Kimia Klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Fungsi Ginjal
Ureum 32 20-40 mg%
Kreatinin *1,4 0,7-1,1 mg/dl
Asam urat *8,2 3,4-7,0 mg/dl
3. Urine
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Urine Lengkap
Kimia Urine
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1,025
pH 6,0
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Reduksi/ Glukosa Negatif Negatif
28
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Mikroskopis Urine
Leukosit 0-2
Eritrosit 0-1
Epitel Positif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Ginjal kanan-kiri: Tampak batu dengan ukuran 1,02 cm pada ginjal kiri.
Vesica Urinaria: Besar dan bentuk baik, dinding tidak menebal, reguler, tidak
tampak bayangan hiperekhoik dengan acoustic shadow/massa.
Prostat: Ukuran tidak membesar, tekstur parenkimhomogen. Tidak tampak
protrusion prostat kedaam vesica urinaria.
Scan Paraaorta/Parailiaka: Tidak tampak bayangan nodul hipoekhoik
Kesan: Nefrolithiasis sinistra
G. Therapy
No. Nama Obat Pemakaian
1. IVFD. Asering 20 gtt/i
2. Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
3. Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam
4. Neurodex 2x1
5. Allupurinol 100 mg 1x1
29
ANALISA DATA
30
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri b/d obstruksi Tujuan : Setelah 1. Kaji intensitas, lokasi,
saluran kemih d/d dilakukan tindakan frekuensi dan penyebaran
klien mengatakan keperawatan 3x24 nyeri
nyeri saat BAK dan jam nyeri dapat 2. Kaji skala nyeri dan
nyeri pinggang, klien teratasi ekspresi wajah
tampak menahan Kriteria Hasil: Nyeri 3. Berikan tindakan
sakit, skala nyeri : 6 berkurang, Skala kenyamanan dan ajarkan
nyeri menurun, klien teknik relaksasi
dapat 4. Kolaborasi dalam
beristirahat dan pemberian analgetik
tampak rileks
Gangguan eliminasi Tujuan : setelah 1. Awasi pemasukan dan
urine b/d batu di dilakukan tindakan pengeluaran cairan dan
ureter dan obstruksi keperawatan 3x 24 karakteristik urine
saluran kemih d/d jam gangguan 2. Observasi perubahan
klien mengatakan eliminasi urine status mental
nyeri saat BAK dan teratasi 3. Kolaborasi pemberian
menjalar hingga ke Kriteria Hasil: Nyeri acstazolamid/alupurinol,
pinggang. Klien saat berkemih dan antibiotik
mengatakan BAKnya berkurang, berkemih
tidak puas, perubahan tidak menetes,
pola berkemih: pola berkemih
disuria kembali normal
31
tahu tentang ungkapan cemas kecemasannya
penyakitnya dan takut berkurang, gelisah 3. Ajarkan teknik relaksasi
akan penyakitnya, berkurang, klien 4. Beri informasi pada
klien tampak cemas beraktivitas dengan klien
dan gelisah. normal, wajah tidak
tegang
32
Maret 2017 batu di ureter dan obstruksi pemasukan dan
saluran kemih d/d klien pengeluaran cairan
mengatakan nyeri saat BAK dan karakteristik
dan menjalar hingga ke urine: urine hanya
pinggang. Klien mengatakan sedikit, jumlah urine:
BAKnya tidak puas, ± 200 cc/ 24 jam
perubahan pola berkemih: 2. Mengobservasi
disuria perubahan status
mental: cemas
3. Berkolaborasi dalam
pemberian obat
-Ceftriaxone 1 gr/12
jam
-Ciprofloxacin 1 fls/
12 jam
33
3.5 EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/ Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Tanggal
Rabu, Nyeri b/d obstruksi saluran S: Klien mengatakan nyeri mulai
15 kemih d/d klien mengatakan berkurang
Maret nyeri saat BAK dan nyeri O: Klien tampak lebih rileks
2017 pinggang, klien tampak Skala nyeri: 4
menahan sakit, skala nyeri : 6 A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Kamis, Gangguan eliminasi urine b/d S: Klien mengatakan nyeri masih
16 batu di ureter dan obstruksi ada tapi sudah mulai berkurang.
Maret saluran kemih d/d klien O: Jumlah urin mulai meningkat.
2017 mengatakan nyeri saat BAK Volume urin: ± 350 cc/ 24 jam
dan menjalar hingga ke A: Masalah belum teratasi
pinggang. Klien mengatakan P: Intervensi dilanjutkan
BAKnya tidak puas, perubahan
pola berkemih: disuria
34
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
35
paling sering terjadi (Brunner dan Suddarth, 2003).
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena
air kemih kekurangan penghambat pembentuka batu yang normal
(Sja’bani, 2006).
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
36
Badlani , GH. (2002). Campbell’s urology. In : Walsh PC.,eds. Saunders.
Barclay L and Lie D. 2005. Obesity and weight gain may increase the
risk of kidney stone. 293: 455-462 . JAMA
Al-Kohlany, KM., Shokeir,AA., Mosbah,A., Mohsen, T., Shoma,AM., Eraky,I, et
al. (2005). Treatment of complete staghorn stones : a prospective
randomized comparison of open surgery versus percutaneous
nephrolithotomy. J Urol; 173: 469 – 73. American Urological
Association. (2005). AUA Guideline on the Management of Staghorn
Calculi:Diagnosis and Treatment Recommendations.
Al-Ansari,A., Shamsodini,A., Younis,N., et al. (2005). Extracorporeal shock
wave lithotripsy monotherapy for treatment of patients with urethral and
bladder stone presenting with acute urinary retention. Journal Urology;
66(6):1169-1171.
37