Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI


PADA PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar
yang di Ampu oleh Ibu Siti Fatonah, S.Kp.,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 15 :


Raden Budiman 2014401079
Yuni Purnama Sari 2014401099

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing. Atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada Kedua orang tua yang selalu memberi
semangat serta rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini. Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Kebutuhan Eliminasi”
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 20 Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Medik...............................................................................7
B. Konsep Dasar Keperawatan...................................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Keperawatan.......................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................20
C. Intervensi Keperawatan.........................................................................21
D. Implementasi Keperawatan...................................................................24
E. Evaluasi Keperawatan...........................................................................25

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................26
B. Saran ..........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. Dewasa ini,
penyakit Batu Saluran Kemih menjadi salah satu kasus yang membutuhkan perhatian perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan karena prevalensinya di Indonesia yang terus meningkat
(Nurlina, 2008). BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi
yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi. BSK dapat menyebabkan gejala nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal (nefrolitiasis), ureter (ureterolithiasis), vesica urinaria
(vesicolithiasis), dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).
Batu Saluran Kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno
dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi (Muslim, 2007). Batu Saluran Kemih
dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-
buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian
bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis 2 urine
seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam
divertikel uretra. (Brunner dan Suddarth, 2003). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang, yaitu: faktor intrinsik:
herediter (diduga diturunkan dari orangtuanya), umur (paling sering didapatkan pada usia 30 –
50 tahun), jenis kelamin (jumlah pasien lakilaki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan) dan faktor ekstrinsik: geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet
pekerjaan (Purnomo, 2011 dalam Wardani, 2014).
Kejadian batu saluran kemih di Amerika Serikat dilaporkan 0,1- 0,3 per tahun dan sekitar 5-
10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini, di Eropa Utara 3-6%,
sedangkan di Eropa bagian Selatan di sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan
9,8%. Pada tahun 2000, penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit peringkat kedua di
4
bagian urologi di seluruh rumah sakit di Amerika setelah penyakit infeksi, dengan proporsi batu
saluran kemih 28,74% (AUA, 2007).
Di Indonesia batu saluran kemih merupakan penyakit yang paling sering terjadi di klinik
urologi. Angka kejadian batu saluran kemih di Indonesia tahun 2002 adalah 37.636 kasus baru,
dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah
19.018 penderita, dengan jumlah 3 kematian 378 penderita (Depkes RI, 2002 dalam Wardani,
2014). Dalam penelitian di salah satu rumah sakit di medan , yaitu RSUP Haji Adam Malik,
Medan, pada tahun 2011-2014 menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak menderita batu saluran
kemih di bandingkan dengan perempuan.
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih adalah
obstruksi (menyebabkan hidronefrosis), Infeksi dan angguan fungsi ginjal. Pasien Batu Saluran
Kemih (BSK) sering merasa cemas 4 dengan kondisi kesehatannya dan juga rasa takut untuk
dirawat di rumah sakit. Keluarga sebagai orang terdekat dengan pasien di rumah sering tidak
mengetahui tanda awal dari BSK sehingga tidak memberikan pertolongan yang semestinya.
Mengingat banyak masalah yang dihadapi, maka perlu perawatan dan pengawasan yang intensif
serta tindakan pelayanan keperawatan secara komprehensif melalui proses keperawatan,
sehingga diharapkan masalah ini dapat terpecahkan dan teratasi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat dan membahas Laporan Kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan “Batu Saluran Kemih ” Pada Tn. J di Ruang Lambu
Barakati RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018”.

B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan “Pasien Tn. J dengan Batu Saluran Kemih di
Ruang Lambu Barakati RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018

2) Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada Pada Tn. J dengan masalah Batu Saluran Kemih
di Ruang Lambu Barakati RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Pada Tn. J dengan masalah Batu
Saluran Kemih di Ruang Lambu Barakati RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2018

5
c) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada Pada Tn. J dengan
Batu Saluran Kemih di Ruang Lambu Barakati RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2018.
d) Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada Pada Tn. J dengan masalah
Batu Saluran Kemih di Ruang Lambu Barakati RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2018
e) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada Pada Tn. J dengan masalah Batu
Saluran Kemih di Ruang Lambu Barakati RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2018

C. Manfaat
1) Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu, pengetahuan dan wawasan yang luas dalam
kepedulian penanggulangan Batu Saluran Kemih.
2) Dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut tentang studi
kasus yang berhubungan dengan penyakit Batu Saluran Kemih maupun penyakit-
penyakit yang lain yang lebih mendalam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6
A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian Batu saluran kemih
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi
yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2008). Batu Saluran Kemih adalah penyakit
dimana didapatkan material keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik
saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah yang dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat dan sistein
(Chang, 2009 dalam Wardani, 2014).

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamnya terjadi penyaringan darah sehingga
darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Sistem perkemihan merupakan sistem
rangkaian organ yang terdiri atas ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra (Syaifuddin, 2009)
1) Ginjal
Menurut Saputra (2014) ginjal merupakan suatu organ bervaskuler banyak yang berbentuk
seperti kacang. Ginjal terdiri dari tiga bagian :
 Korteks renalis (bagian luar): mengandung mekanisme penyaringan darah dan dilindungi
oleh kapsul berfibrosa dan lapisan lemak
 Medula renalis (bagian tengah): mengandung 8 sampai 12 piramida ginjal (biji berlurik
yang sebagian besar tersusun dari struktur tubular)
 Pelvis renalis ( bagian dalam): menerima urine melalui kalises mayor 10 Pada potongan
sagital ginjal terdapat 2 bagian yaitu bagian tepi luar ginjal yang disebut korteks dan
bagian dalam ginjal yang berbentuk segitiga disebut pyramid ginjal atau bagian medulla
ginjal. Nefron terdiri dari beberapa bagian antara lain sebagai berikut:
a) Glomerulus
Glomerulus adalah masa kapiler yang berbentuk bola yang terdapat sepanjang arteriol,
fungsinya untuk filtrasi air dan zat terlarut dalam darah.
b) Kapsul bowman

7
Kapsul bowman merupakan suatu pelebaran nefron yang dibatasi oleh epitel yang
menyelubungi glomeulus untuk mengumpulkan zat terlarut yang difiltrasi oleh
glomerulus (Sloane, 2003).
c) Tubulus kontroktul proksimal
Tubulus kontroktul proksimal merupakan bagian utama nefron. Tubulus ini dilapisi oleh
lapisan tunggal sel epitel yang memperlihatkan suatu brush border yang menonjol pada
permukaan lumen dan sejumlah besar mitokondria dan sitoplasma.
d) Ansa henle
Ansa henle terdiri dari segmen desenden yang tebal yang struktur serta fungsinya serupa
dengan tubulus kontroktus proksimal,
e) Tubulus kontortus distal
Tubulus kontortus distal merupakan segmen nefron diantara macula densa dan duktus
koligentes.
f) Duktus koligentes atau duktus pengumpul
Duktus koligentes merupakan saluran pengumpul yang akan menerima cairan dan zat
terlarut dari tubulus distal.
g) Pembuluh darah ginjal
Setiap arteri renalis berasal langsung dari aorta. Arteri ini memasuki ginjal dan bercabang
secara progresif menjadi pembuluh arteri yang lebih kecil yaitu arteri interlobaris, arteri
arkuata dan arteri interlobularis.
h) Ureter
Ureter merupakan tabung fibromuskular yang menghubungkan setiap ginjal dengan
kandung kemih (ureter kiri sedikit lebih panjang dari ureter kanan), dikelilingi oleh tiga
lapis dinding. Berperan sebagai saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung
kemih.
i) Uretra
Menurut Saputra dan Dwisang Evi (2014) uretra adalah suatu saluran sambungan yang
membawa urine dari kandung kemih ke arah luar. Uretra pada perempuan berukuran
pendek dengan panjang 3,8 cm. Uretra laki-laki dibagi menjadi beberapa bagian:
 Bagian prostat: kelenjar prostat mengelilingi uretra di bagian ini; otot sfringter uretra
terdapat di bagian bawah
 Bagian membran: bagian uretra yang berlanjut dari bagian prostat
8
 Bagian penis: bagian yang terdapat di dalam penis

3. Etiologi
Menurut Wijayaningsih (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi batu saluran kemih
diantaranya sebagai berikut :
1) Faktor intrinsik Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih
besar dari pada perempuan.
2) Faktor ekstrinsik Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin,
oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu).
Menurut Purnomo (2011) dalam Wardani (2014), Terbentuknya batu saluran kemih diduga
ada hubungannya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi
dan keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik)

4. Menifestasi Klinis
Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih sangat
ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Tanda dan gejala yang ditemui antara
lain:
1) Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam bentuk pegal
hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.
2) Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin
terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
3) Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal yang
terkena.
4) Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
5) Gangguan fungsi ginjal
6) Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015) diantarannya sebagai berikut:
1) Pengumpulan data

9
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat 25 diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Anamnese
 Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
 Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang, urine lebih
sedikit, hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine berwarana
kuning keruh, sulit untuk berkemih, dan nyeri saat berkemih.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa
terbakar, dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul, kolik
ginjal, kolik uretra, nyeri waktu kencing dan demam.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal atau
bladder tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung kapur, perlu
dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.
 Pengkajian Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Oksigenasi Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien
teratur saat inspirasi dan ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan.
3) Pengkajian Fisik
 Status kesehatan umum

10
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda-tanda vital.
 Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
 Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
 Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
 Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
 Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir
biasanya kering, pucat.
 Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann
kerja jantung.
 Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
 Pemeriksaan Paru
pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara napas abnormal
 Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah. Palpasi ginjal
dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat teraba ginjal
pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
 Pemeriksaan Genitalia
Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine,
dan sering miksi
 Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit dari
posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.

11
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Menurut Muttaqin dan Sari (2011), Putri dan Wijaya (2013) dan
Wijayaningsih (2013) diagnosa keperawatan yang muncul untuk penderita batu saluran kemih
adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi atau dorongan kontraksi uroteral,
trauma jaringan, pembentukan edema, dan iskemia seluler.
2) Retensi urin berhubungan dengan stimluasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau
uretra, inflamasi atau obstruksi mekanis.
3) Ansietas berhubungan dengan prognosis pembedahan, tindakan infasi diagnostik.
4) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan rutin pasca operasi.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. Adapun komponen intervensi keperawatan terdiri atas tiga komponen yaitu, label,
definisi, dan tindakan. (SIKI)

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke 4 dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat
menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan
untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan pasien (potter and perry, 2009)

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tahap ini sangat penting untuk
untuk menentukan adanya perbaikan kondisi pasien. Hasil yang diharapkan merupakan standar
penilaian perawat untuk melihat aoakah tujuan telah perpenuhi dan pelayanan berhasil (potter
and perry, 2009)

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

No. Rekam Medis : 48 05 36


Tgl. Masuk RS : 23 Juli (pukul 14.16 WITA)
Tgl. Pengkajian : 25 Juli (pukul 09.15 WITA)

13
Sumber Informasi : RM/Pasien/Keluarga
Diagnosa Medis : Batu Saluran Kemih

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
 Klien
Nama : Tn. J
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Lombok
Alamat : Desa Langgikima

 Penanggung
Nama : Ny. M
Hub dengan pasien : Istri

2. Status Kesehatan
a) Status Kesehatan Saat Ini
 Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
1) Keluhan utama saat MRS : Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
pada daerah perut bagian bawah tembus hingga belakang serta menyebar ke bagian
genitalia. Nyeri dirasakan terutama saat buang air kecil.
2) Keluhan utama saat pengkajian :
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah tembus hingga belakang
P (Propokatif) : Klien mengatakan nyeri bertambah parah ketika buang air kecil

14
Q (Quality) : Klien mengatakan nyerinya seperti tertusuk-tusuk. R (Radiation) :
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah tembus belakang, menyebar
kebagian genitalia
S (Severity) : Skala nyeri yang dirasakan 6 (sedang)
T (Time) : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

 Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Pada tanggal 23 Juli klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut bagian bawah
tembus hingga belakang serta menyebar kebagian genitalia. Nyeri dirasakan 1 hari
sebelum masuk rumah sakit terutama saat buang air kecil. Saat dilakukan pengkajian
tanggal 25 Juli pukul 09.15 WITA klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah tembus
hinga belakang. Klien juga mengatakan setiap kali BAK kencingnya keluar sedikit sedikit
dan berwarna kuning keruh tetapi tuntas meskipun terasa sakit.

 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Klien mengatakan tidak melakukan upaya apa-apa untuk mengatasi sakitnya di rumah.
Saat keluhan dirasakan klien langsung memeriksakannya ke Puskesmas.

b) Riwayat Kesehatan Yang Lalu


 Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Konawe Utara dengan
keluhan yang sama sekitar 1 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan pernah berobat 6
bulan sebanyak 4 kali karena penyakit TBC . Pengobatan yang terakhir sampai tuntas.
 Pernah dirawat
Klien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama sekitar
1 tahun yang lalu
 Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik pada makanan maupun pada obat-
obatan
 Riwayat Transfusi
Klien mengatakan ia tidak memiliki riwayat tranfusi

15
 Kebiasaan :
1) Merokok
Klien mengatakan ia sudah lama berhenti merokok
2) Minum Kopi
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan minum kopi
3) Penggunaan Alkohol
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan minum minuman yang beralkohol

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama
seperti yang ia rasakan
4. Diagnosa Medis
Diagnosa medis : Batu saluran kemih
5. Pola Fungsi Kesehatan
 Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia tidak terlalu memperhatikan
kesehatannya tetapi setelah masuk rumah sakit klien mengatakan ternyata kesehatan
sangatlah penting dan saat sakit sangatlah tidak nyaman.
 Nutrisi/metabolic
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kebiasaan makannya dimana frekuensi
makannya 2-3 x/hari dan porsinya selalu dihabiskan.
Klien mengatakan air yang di konsumsi di rumahnya banyak mengandung kapur.
Klien mengatakan tiap hari minum 2 - 2,5 liter air/hari sebelum sakit.
 Pola Eliminasi
Klien mengatakan ada gangguan pada buang air kecil (BAK) 1 hari sebelum masuk
rumah sakit dan tidak ada masalah pada buang air besar (BAB).
Klien mengatakan sering bolak-balik WC (> 10 kali/24 jam) 44 untuk buang air kecil
dan setiap kali BAK kencingnya keluar sedikitsedikit dan berwarna kuning keruh serta
terasa sakit.
 Oksigenasi
Klien tidak nampak terpasang oksigen

16
 Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami susah tidur terutama pada
malam hari dimana klien biasa tidur 8 jam setiap harinnya tetapi pada saat sakit klien
mengatakan susah untuk memulai tidur dikarenakan memikirkan penyakit yang
dialaminnya.
 Pola kognitif-perseptual
Klien sering menanyakan apakah penyakit yang dideritanya bisa disembuhkan dan klien
juga berpersepsi bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dengan jalan lain selain proses
pembedahan misalnya dengan pengobatan tradisional.
 Pola persepsi diri/konsep diri
Klien mengatakan sudah mengetahui informasi tentang penyakitnnya, tetapi klien
merasa cemas memikirkannya.
Klien mengatakan yang terpenting sekarang adalah ia cepat sembuh dan menjalani
aktivitasnya seperti semula.
 Pola seksual dan produksi
Klien mengatakan tidak ada masalah yang dirasakan terkait seksualitas
 Pola peran-hubungan
Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan perannya sebagai
penopang perekonomian keluarga seperti sebelum sakit.
 Pola manajemen koping stress
Klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini, klien nampak
gelisah dan sering ke meja perawat bertanya mengenai kondisinya, klien berulang kali
bertanya kepada perawat mengenai tindakan operasi itu seperti apa.
 Pola keyakinan-nilai
Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan ibadahnya dan ibadahnya
menjadi terganggu akibat penyakit yang dialaminya.

6. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum pasien lemah dengan tingkat kesadaran sadar sepenuhnya (composmentis).
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 150/90 mmHg

17
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Pernapasan : 23 x/menit
BB : 62
TB : 167
 Kulit, Rambut, dan Kuku
Distribusi rambut pasien nampak lebat, Tidak ada lesi, kulit kepala bersih, warna kulit coklat
gelap, akral hangat, turgor kulit baik, tidak ada oedem, warna kuku pink.
 Kepala dan Leher
Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan dan tidak tampak ada lesi serta tidak ada
deviasi trakea, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan KGB.
 Mata dan Telinga
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak memakai kaca mata, pupil klien
nampak isokor, konjungtiva klien tidak nampak anemis, sclera tidak ikterus, klien tidak
mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
 Sistem Pernafasan
Tidak ada batuk dan sesak
1) Inspeksi : Pengembangan dinding dada simetris kiri-kanan (+)/(+), deformitas
tulang dada (-), trakea tidak mengalami deviasi, frequensi pernapasan normal dan
tidak mengunakan otot bantu pernapasan.
2) Palpasi : Tidak ditemukan adanya benjolan dan masa. Taktil fremitus seirama.
Nyeri tekan (-)
3) Perkusi : Suara perkusi resonan dan tidak ada tanda-tanda penumpukan cairan
4) Auskultasi: Bunyi napas vesicular pada perifer paru, bunyi napas bronchial diatas
trachea, bunyi broncovesiculer (+) dan tidak ada bunyi napas tambahan {crackles (-),
whezing (-), mengi (-)
 Sistem Kardiovaskuler
Klien tidak mengalami nyeri dada dan palpitasi.
1) Inspeksi : Tidak nampak ada pembesaran vena jugularis dan bentuk dada simetris
antara kiri dan kanan serta tidak ada sianosis.
2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba

18
3) Perkusi : Suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.
4) Auskultasi: Tidak terdengar bunyi jantung tambahan,
 Sistem Gastrointestinal
1) Inspeksi : Mulut klien nampak bersih dengan mukosa lembab, tidak terdapat karies
gigi.
2) Auskultasi : Peristaltik usus 15 x/menit.
3) Perkusi : Suara perkusi timpani, pada perut tidak ada penumpukan cairan.
4) Palpasi : Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembesaran hepar (-)
 Sistem Urinarius
1) Inspeksi : Klien tidak menggunakan alat bantu/kateter, klien nampak meringis
memegang perut bagian bawah dan pinggang. Urine berwarna kuning keruh
2) Palpasi : Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pada area pinggang.
Kandung kemih tidak teraba
3) Perkusi : Ada nyeri ketok pada pinggang bagian belakang kanan.
 Sistem Muskuloskeletal
1) Inspeksi : Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit
dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.
2) Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tahan terhadap tekanan, kekuatan otot 5 dimana klien
dapat melakukan rentang gerak penuh, dapat melawan gravitasi dan dapat menahan
tahanan penuh.

B. Diagnosa Keperawatan
Nama Klien : Tn. J No. RM : 48 05 36
Ruang Rawat : Lambu Barakat Hari / Tgl : Rabu, 25 Juli 2018

Analisa Data
No Data Masalah/Problem Etiologi/Penyebab
1. Data Subyektif : Nyeri Akut Agen pencedera
Klien mengeluh nyeri pada perut fisiologis
bagian bawah tembus hingga belakang
dan menjalar ke bagian genitalia
19
Data Obyektif :
1) Tekanan darah : 150/90 mmHg
2) Skala nyeri 6 (sedang)
3) Klien nampak meringis memegang
perut bagian bawah dan pinggang.
4) Ada nyeri tekan pada perut bagian
bawah dan pada area pinggang.
5) Ada nyeri ketok pada pinggang
bagian belakang
2. Data subyektif : Gangguan Eliminasi Penurunan
Klien mengatakan sering bolakbalik Urin kemampuan
WC (> 10 kali/24 jam) untuk buang air menyadari tanda-
kecil tanda gangguan
Klien mengatakan setiap kali BAK kandung kemih
kencingnya keluar sedikit-sedikit dan
berwarna kuning keruh tetapi tuntas
meskipun terasa sakit.
Data obyektif :
Urine tampak kuning keruh
Kandung kemih tidak teraba
Berkemih tidak tuntas
Berdasarkan data diatas dapat ditarik diagnose keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan Klien
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah tembus hingga belakang dan menjalar ke bagian
genitalia, Tekanan darah : 150/90 mmHg, Skala nyeri 6 (sedang), Klien nampak meringis
memegang perut bagian bawah dan pinggang, Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah
dan pada area pinggang, Ada nyeri ketok pada pinggang bagian belakang.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan Penurunan kemampuan menyadari tanda-
tanda gangguan kandung kemih ditandai dengan Klien mengatakan sering bolakbalik WC
(> 10 kali/24 jam) untuk buang air kecil Klien mengatakan setiap kali BAK kencingnya
keluar sedikit-sedikit dan berwarna kuning keruh tetapi tuntas meskipun terasa sakit,
Urine tampak kuning keruh, Kandung kemih tidak teraba, Berkemih tidak tuntas.

C. Intervensi Keperawatan
Nama Klien : Tn. J No. RM : 48 05 36
Ruang Rawat : Lambu Barakat Hari / Tgl : Rabu, 25 Juli 2018
No Masalah Keperawatan Tujuan dan Rencana

20
Kriteria Hasil Tindakan/Intervensi
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Intervensi utama
intervensi keperawatan Manajemen Nyeri
Data Subyektif : selama 5 hari, maka
Klien mengeluh nyeri pada tingkat nyeri menurun Definisi
perut bagian bawah tembus dengan kriteria hasil : Mengidentifikasi dan
hingga belakang dan 1) Keluhan nyeri mengelola pengalaman
menjalar ke bagian genitalia menurun sensorik atau emosional yang
2) Gelisah menurun berkaitan dengan kerusakan
Data Obyektif : 3) Kesulitan tidur jaringan atau fungsional
1) Tekanan darah : 150/90 menurun dengan onset mendadak atau
mmHg 4) Meringis menurun lambat dan berintensitas
2) Skala nyeri 6 (sedang) 5) Sikap protektif ringan hingga berat dan
3) Klien nampak meringis menurun konstan
memegang perut bagian
bawah dan pinggang. Tindakan :
4) Ada nyeri tekan pada  Observasi
perut bagian bawah dan 1) Identifikasi lokasi,
pada area pinggang. karakteristik, durasi,
5) Ada nyeri ketok pada frekuensi, kualitas,
pinggang bagian intensitas nyeri
belakang 2) Identifikasi skala nyeri
3) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
 Terapeutik
1) Berikan teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
2) Control lingkungan yang
memperberat nyeri
 Edukasi
1) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
3) Anjurkan menggunakan
analgetik secara mandiri
 Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan Eliminasi Urin Setelah dilakukan Intervensi utama
intervensi keperawatan Manajemen eliminasi urin
Data Subjektif : selama 5 hari, maka
Klien mengatakan sering Eliminasi Urin Definisi
bolakbalik WC (> 10 kali/24 membaik dengan kriteria Mengidentifikasi dan
jam) untuk buang air kecil hasil : mengelola gangguan pola

21
Klien mengatakan setiap 1) Desakan berkemih eliminasi urin
kali BAK kencingnya keluar membaik
sedikit-sedikit dan berwarna 2) Distensi kandung  Observasi
kuning keruh tetapi tuntas kemih membaik 1) Monitor eliminasi
meskipun terasa sakit. 3) Berkemih tidak urin
tuntas membaik  Terapeutik
Data obyektif : 4) Frekuensi BAK 1) Catat waktu-waktu
Urine tampak kuning keruh membaik dan haluaran
Kandung kemih tidak teraba 5) Volume residu urin berkemih
Berkemih tidak tuntas membaik 2) Batasi asupan cairan,
jika perlu
 Edukasi
1) Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran berkemih
2) Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat
untuk berkemih
3) Anjurkan minum
yang cukup, jika tidak
ada kontaindikasi
4) Anjurkan mengurangi
minum menjelang
tidur
 Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra,
jika perlu

D. Implementasi Keperawatan
Nama Klien : Tn. J No. RM : 48 05 36
Ruang Rawat : Lambu Barakat Hari / Tgl : Rabu, 25 Juli 2018
No Masalah Keperawatan Jam Implementasi Keperawatan
1. Nyeri Akut 08.00 1) Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
08.10 2) Mengidentifikasi skala nyeri
08.15 3) Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
08.30 4) Memberikan teknik
farmakologis untuk

22
mengurangi nyeri
08.45 5) Mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
08.50 6) Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
08.55 7) Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
09.00 8) Menganjurkan menggunakan
analgetik secara mandiri
09.10 9) Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan Eliminasi Urin 09.15 1) Memonitor eliminasi urin
09.20 2) Mencatat waktu-waktu dan
haluaran berkemih
09.25 3) Membatasi asupan cairan, jika
perlu
09.30 4) Mengajarkan mengukur
asupan cairan dan haluaran
berkemih
09.35 5) Mengajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
09.40 6) Menganjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontaindikasi
09.45 7) Menganjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
09.50 8) Berkolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu

E. Evaluasi Keperawatan
Nama Klien : Tn. J No. RM : 48 05 36
Ruang Rawat : Lambu Barakat Hari / Tgl : Rabu, 25 Juli 2018
Masalah
No Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
1. Nyeri akut S : Klien mengatakan perutnya masih sakit terutama
saat ia BAK, nyerinya seperti tertusuktusuk dan
menjalar hingga kemaluannya
O : Tekanan darah: 460/90 mmHg, Skala nyeri 3,
Klien nampak menunjuk area yang nyeri saat BAK
A : Masalah nyeri teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Gangguan S : Klien mengatakan pagi ini BAK baru 1 kali,
Eliminasi Urin warna urine kuning, klien mengatakan saat BAK

23
masih terasa nyeri
O : warna urine kuning
A : Masalah gangguan eliminasi urine teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun hasil asuhan keperawatan kepada klien yang didapatkan dari pengkajian,
penegakkan diagnosa keperawatan, menentukan rencana keperawatan, melakukan implementasi
dan evaluasi, yaitu :
1) Pengkajian
Berdasarkan pengkajian pada Tn. J tanggal 25 Juli pukul 11.00 WITA dengan batu
saluran kemih diperoleh data yang tidak jauh berbeda dengan manifestasi klinis dari
penyakit batu saluran kemih yaitu nyeri pada daerah pinggang tembus hingga belakang,
nyeri dapat berupa nyeri tekan atau nyeri ketok pada daerah arkus kosta, warna urine
kuning keruh dan batu nampak pada pemeriksaan pencitraan
2) Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil data pengkajian yang telah dilakukan, dirumuskan diagnosa
keperawatan pada Tn.J dengan batu saluran kemih yang sesuai dengan teori yaitu nyeri
akut berhubungan dengan respon obstruksi batu pada ginjal, ansietas berhubungan
dengan perubahan status kesehatan, sedangkan diagnosa gangguan eliminasi urine
berhubungan dengan pembentukan batu saluran kemih tidak terdapat pada teori.
3) Rencana Keperawatan
Dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan diagnosa yang ditegakkan
sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan. Tidak ada kesenjangan rencana
keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap diagnosa yang sama.
4) Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada teori. Tidak semua
tindakan yang direncanakan dilakukan karena penulis dalam melakukan tindakan lebih
mengutamakan tindakan prioritas dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien dan
juga disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan perubahan yang dialami pasien.
5) Evaluasi Keperawatan

24
Klien di pulangkan karena kondisinya telah membaik dan disarankan untuk kembali
melakukan kontrol. Maka penulis memberikan health education mengenai menganjurkan
kepada klien untuk selalu melakuan teknik relaksasi napas dalam ketika nyeri kembali
dirasakan dan ketika merasa cemas dan menganjurkan klien untuk selalu meningkatkan
istirahat, juga menganjurkan pada klien untuk selalu mengkonsumsi air yang cukup dan
menganjurkan keluarga untuk selalu menemani klien serta mengkonsumsi obat yang
diberikan sesuai dengan instruksi.

B. Saran
Diharapkan dalam melakukan pengkajian hendaknya menjalin hubungan kerja sama yang
baik antara klien dan perawat, agar data yang diperoleh sesuai dengan kondisi klien. Diharapkan
dalam perumusan masalah sesuai dengan data yang diperoleh dari klien. Dapat mengaplikasikan
semua rencana dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Kemudian dapat memperoleh
evaluasi sesuai yang diharapkan sebelumnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/613/1/KTI%20YUYUN%20YUNIARTI.pdf
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1755/2/KTI%20HASIL%20selesai.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai