Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN STUDI KASUS RESUME KEPERAWATA PADA TN. R.

P
DENGAN DIAGNOSA MEDIS BATU BULI – BULI
DI RUANGAN INSTALASI BEDAH SENTRAL
SUD TOTO KABILA BONEBOLANGO

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I

Mengetahui

PRESEPTOR
Ns. Agustina S. Aliu, S.Kep TTD
KLINIK

PRESEPTOR
Ns. Abdul Wahab Pakaya, MM. M.Kep TTD
AKADEMIK

TANGGAL 1. TANGGAL:
PENGUMPULAN 2. TEPATWAKTU
3. TERLAMBAT
SARANPRESEPTOR
KLINIK/AKADEMIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2021
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR AKHIR
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN SEMINAR AKHIR KEPERAWATAN MEDIKALBEDAH II


DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKALBEDAH
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMUKESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

PENYUSUN : KELOMPOK I
NAMAMAHASISWA : ALFIN SANGGILALUNG, S.KEP
FATMIYATI HASAN, S.KEP
SUKMA RIYANTI NURKAMIDEN, S.KEP

TEMPATPRAKTEK : RUANGAN IBS


TANGGALPRAKTEK : 13 – 23DESMBER 2021

Telah Disetujui Oleh Preseptor Klinik Dan Juga Preseptor Akademik


Dan Telah Diperbaiki Sesuai Saran Dan Masukan Yang Diberikan Untk
Dapat DiseminarkanPada:
Hari : Selasa
Tanggal : 23 Desember 2021

Mengetahui

PreseptorKlinik PreceptorAkademik

Ns. Agustina S.Aliu,S.Kep Ns. Abdul Wahab Pakaya, MM,M.Kep


Nama-nama Kelompok

1. ALFIN SANGGILALUNG, S.Kep


2. FATMIYATI HASAN, S.Kep
3. SUKMA RIYANTI NURKAMIDEN, S.Kep
KATAPENGANTAR

Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, kami
kelompok I memanjatkan syukur kepada Allah Swt karena berkat rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Seminar
Kasus Keperawatan Medikal Bedah II Di Ruangan OK RSUD.TOTO KABILA
Kelompok 1 selamamenyelesaikan penyusunanlaporan ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini
menyampaikanterimakasihkepada:
1. Preseptor Akademik Ruangan OK , Ns. Abdul Wahab Pakaya, MM., M.Kep
2. Preseptor Klinik Ruangan OK Ns. Agustina S.Aliu, S.Kep
3. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Angkatan XIII dan yang paling
teristimewa teman-teman kelompok 1 yang selalu memberikan motifasi satu
sama lain dan yang selalu menjagakekompakannya.
Kelompok 1menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan kami.Oleh karena itu,
kelompok kami sangat mengharapkan masukan guna penyempurnaan dalam
penulisan laporan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambil
keputusan dan pemerhati

Gorontalo, Desember 2021

Kelompok I

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR AKHIR ..................................................................i


NAMA KELOMPOK ..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................
1.2 Tujuan.............................................................................................................................
1.1.1 Tujuan Umum........................................................................................................
1.1.2 Tujuan Khusus.......................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medik......................................................................................................
2.1.1 Pengertian..............................................................................................................
2.1.2 Etiologi..................................................................................................................
2.1.3 Patofisiologi..........................................................................................................
2.1.4 Manifestasi Klinik.................................................................................................
2.1.5 Komplikasi............................................................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang........................................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan....................................................................................................
2.2 Konsep Dasar Keperawatan...........................................................................................
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................................
BAB III RESUME...............................................................................................................
BAB IV ANALISA DATA.................................................................................................
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................
5.2 Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia.

Dewasa ini, penyakit Batu Saluran Kemih menjadi salah satu kasus yang

membutuhkan perhatian perawat dalam pemberian asuhan keperawatan karena


prevalensinya di Indonesia yang terus meningkat (Nurlina, 2008).

BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi

yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain

yang mempengaruhi daya larut substansi. BSK dapat menyebabkan gejala nyeri,

perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di

dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung

kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada

ginjal (nefrolitiasis), ureter (ureterolithiasis), vesica urinaria (vesicolithiasis), dan

uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).

Batu Saluran Kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan

Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi (Muslim,

2007). Batu Saluran Kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai

dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin

terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang

terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanyastasis


2

urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang

terbentu di dalam divertikel uretra. (Brunner dan Suddarth, 2003).

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya gangguan aliran

urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang

masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor

yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang, yaitu: faktor

intrinsik: herediter (diduga diturunkan dari orangtuanya), umur (paling sering

didapatkan pada usia 30 – 50 tahun), jenis kelamin (jumlah pasien laki- laki tiga kali

lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan) dan faktor ekstrinsik: geografi,

iklim dan temperatur, asupan air, diet pekerjaan (Purnomo, 2011 dalam Wardani,

2014).

Kejadian batu saluran kemih di Amerika Serikat dilaporkan 0,1- 0,3 per tahun

dan sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit

ini, di Eropa Utara 3-6%, sedangkan di Eropa bagian Selatan di sekitar laut tengah 6-

9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan 9,8%. Pada tahun 2000, penyakit batu saluran

kemih merupakan penyakit peringkat kedua di bagian urologi di seluruh rumah sakit

di Amerika setelah penyakit infeksi, dengan proporsi batu saluran kemih 28,74%

(AUA, 2007).

Di Indonesia batu saluran kemih merupakan penyakit yang paling sering terjadi

di klinik urologi. Angka kejadian batu saluran kemih di Indonesia tahun 2002 adalah

37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah

pasien yang dirawat adalah 19.018 penderita,dengan jumlah


3

kematian 378 penderita (Depkes RI, 2002 dalam Wardani, 2014). Dalam penelitian di

salah satu rumah sakit di medan , yaitu RSUP Haji Adam Malik, Medan, pada tahun

2011-2014 menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak menderita batu saluran kemih

di bandingkan dengan perempuan. Menurut data Riskesdes pada tahun 2013 pun

menyatakan bahwa dalam jumlah sampel sebanyak 722.329 menemukan prevalensi

lebih tinggi pada laki-laki sebanyak 5.779 (0,8%) dibanding perempuan sebanyak

2.890 (0,4%), dengan rasio perbandingan antara laki-laki dengan perempuan adalah

2:1 (Buntaram dkk, 2014).

Prevalensi penderita Batu Saluran Kemih di Rumah Sakit Bahtramas Provinsi

Sulawesi Tenggara dari tahun 2015-2017 menunjukan angka yang signifikan dan

bervariasi dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2015 didapatkan 126 orang pasien

(laki-laki berjumlah 87 orang dan perempuan berjumlah 39 orang) yang menderita

Batu Saluran Kemih, untuk tahun 2016 didapatkan 155 orang pasien (laki-laki

berjumlah 105 orang dan perempuan berjumlah 50 orang) yang menderita Batu

Saluran Kemih dan untuk tahun 2017 didapatkan 66 orang pasien (laki-laki berjumlah

49 orang dan perempuan berjumlah 16 orang) yang menderita Batu Saluran Kemih

dengan umur yang bervariasi dari umur 15- 65 tahun (Profil Rumah Sakit Bahteramas

Sulawesi Tenggara, 2017)

Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih

adalah obstruksi (menyebabkan hidronefrosis), infeksi dan gangguan fungsi ginjal.

Pasien Batu Saluran Kemih (BSK) sering merasa cemas


4

dengan kondisi kesehatannya dan juga rasa takut untuk dirawat di rumah sakit.

Keluarga sebagai orang terdekat dengan pasien di rumah sering tidak mengetahui

tanda awal dari BSK sehingga tidak memberikan pertolongan yang semestinya.

Mengingat banyak masalah yang dihadapi, maka perlu perawatan dan pengawasan

yang intensif serta tindakan pelayanan keperawatan secara komprehensif melalui

proses keperawatan, sehingga diharapkan masalah ini dapat terpecahkan dan

teratasi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat dan

membahas Laporan Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan “Batu Saluran

Kemih ” Pada Tn. R.P di Ruang O. K RSUD Toto Kabila Kabupaten

Bonebolango”.

1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan “Pasien Tn. R.P dengan Batu Saluran
Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolango
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada Pada Tn. R.P dengan masalah Batu Saluran
Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolang
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Pada Tn. R.P dengan masalah
Batu Saluran Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolango
3. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada Tn. R.P dengan

masalah Batu Saluran Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten

Bonebolango
5

4. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada Tn. R.P dengan masalah

Batu Saluran Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolango

5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada Tn. R.P dengan masalah Batu

Saluran Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolango


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medik


2.1.1 Pengertian
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan
atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2008).
Batu Saluran Kemih adalah penyakit dimana didapatkan material keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan
ureter) dan saluran kemih bawah yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(batu ginjal). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat dan sistein (Chang, 2009 dalam Wardani,2014).
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin
terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau
memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine
seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di
tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan
bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih
yang paling sering terjadi (Brunner dan Suddarth, 2003)

2.1.2 Etiologi
Menurut Wijayaningsih (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi batu
saluran kemih diantaranya sebagai berikut :
a. Faktorintrinsik
Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih besar
dari pada perempuan.
b. Faktorekstrinsik
7

Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat
dankalsium mempermudah terjadinya batu).
Menurut Purnomo (2011) dalam Wardani (2014), Terbentuknya batu saluran
kemih diduga ada hubungannya gangguan aliran urine, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik).

2.1.3 Patofisiologi
Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor
yang mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi
matriks protein. Pada umumnya Kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin.
Proses pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang lebih besar, di antaranya
partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui saluran kencing hingga pada lumen
yang sempit dan berkembang membentuk batu.

2.1.4 MenifestasiKlinis
Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran
kemih sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun
demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala umum yaitu hematuria, dan
bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin
bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya. Batu pada pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat, umumnya gejala batu
saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi.

2.1.5 Komplikasi
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih
adalah :
a. Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis
b. Infeksi
c. Gangguan fungsi ginjal.
8

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Wijayaningsih (2013), pemeriksaan diagnostik untuk batu saluran kemih
diantaranya sebagai berikut :
a. Urinalisa
Warna mungkin kuning, cokelat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan
Kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan
batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau
batu kalsium fosfat), urin 24 jam : (kreatinin, asam urat kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urin menunjukan Infeksi
saluran kemih (ISK), Blood ureum nitrogen (BUN /kreatinin serum dan
urin) ; abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urin).
b. Darah lengkap
Hemoglobin, hematokrit ; abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
1. Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
2. Foto rontgen menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomi pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
3. Ultrasonografi ginjal untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi
batu
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Putri & Wijaya (2013), tujuan penatalaksanaan batu saluran
kemih adalah menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi, menghilangkan rasa
nyeri, serta mencegah terjadinya gagal ginjal dan mmengurangi kemungkinan
terjadinya rekurensi. Adapun mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnyabatu
2. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih seperti : rasa nyeri,
obstruksi disertai perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya
gangguan fungsi ginjal.
3. Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasan yeri.
4. Mencari latar belakang terjadinya batu.
9

5. Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi


Penatalaksanaan secara umum pada obstruksi saluran kemih bagian bawah
diantaranya sebagai berikut :
a. Cystotomi ; salah satu usaha untuk drainase dengan menggunakan pipa
sistostomy yang ditempatkan langsung didalam kandung kemih melalui insisi
suprapubis.
b. Uretrolitotomy ; tindakan pembedahan untuk mengangkat batu yang berada
diuretra.
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015) diantarannya sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yangdapat
2. Anamnesa
a. Identitas Penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang,
urine lebih sedikit, hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih,
urine berwarana kuning keruh, sulit untuk berkemih, dan nyeri saat
berkemih.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa
terbakar, dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul,
kolik ginjal, kolik uretra, nyeri waktu kencing dan demam.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal
1
0

atau bladder tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
c. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung
kapur, perlu dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber
polusi atau tidak.

4. Pengkajian Kebutuhan Dasar


a. Kebutuhan Oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat inspirasi
dan ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak cukup
minum, terjadi distensi abdomen, penurunan bising usus.
c. Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat buang
air kecil. Keinginan dorongan ingin berkemih terus, oliguria, hematuria,
piuri atau perubahan pola berkemih.
d. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah pasien
terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit yang
kronis atau adanya cedera pada medulla spinalis.
e. Kebutuhan Istirahat danTidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
f. Kebutuhan Persepsi danSensori
Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar
mereka.
g. KebutuhanKenyamanan
1
1

Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi
batu misalnya pada panggul di regio sudut costovertebral dapat menyebar
ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal
konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri
yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain,
nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
h. Kebutuhan Personal Hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
i. Kebutuhan Informasi
Pengetahuan pasien dan keluargatentangdiet pada vesikolitiasis serta proses
penyakit danpenatalakasanaan.
j. Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pasien mengenai kondisinnya
5. Pengkajian Fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
c. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
d. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
e. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
f. Pemeriksaan Gigi danMulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir
biasanya kering, pucat.
g. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan
peningkatann kerja jantung.
1
2

h. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
i. Pemeriksaan Paru
Pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suaranapasabnormal
j. Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah. Palpasi
ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat
teraba ginjal pada sisi sakit akibathidronefrosis.
k. Pemeriksaan Genitalia
Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine,
dan sering miksi

l. Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit
dari posisi duduk, tidak ada deformitas danfraktur.
1
3

BAB III
RESUME RUANGAN OK

Nama Mahasiswa : Kelompok I Tanggal : 15-12-2021


Ruangan : IBS OK 3 Stase : KMB II
Diagnosa Medis : Batu Buli-buli

Informasi Umum
Nama : Tn.R.P
No. CM : 00.02.68.51
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 55 th
Tempat tanggal lahir : Gorontalo, 17-01-1962
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Kec. Pulubala
Tanggal MRS : 14-12-2021
Ruangan : VIP
Tanggal pengkajian : 15-12-2021
1
4

Pengkajian Keperawatan
2. Keluhan Utama : Nyeri saat BAK
3. Riwayat keluhan utama:
Tn. R.P, jenis kelamin laki-laki, umur 55 tahun, di rawat di ruangan VIP.
MRS pada hari selasa tanggal 14 desember 2021, pada pukul 13.00 wita di UGD
dengan keluhan susah BAK dan nyeri saat BAK. Kemudian masuk ruangan OK
pada tanggal 15 Desember 2021 pukul 08:30 wita. Pada saat dikaji tanggal 15
desember 2021 pukul 09.00 klien mengeluh nyeri saat BAK. Nyeri dirasakan
ketika saat BAK, nyeri seperti di tusuk-tusuk, dengan skala 6 (0-10) nyeri sedang,
dirasakan sejak ± 1 minggu yang lalu dan sering hilang timbul. Klien mengatakan
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi. Tanda-tanda vital : TD
140/90 mmHg, nadi 89 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 36,6oC.

4. Pemeriksaan fisik ( data focus yang bermasalah)


Pernapasan
Bentuk dada simetris kiri dan kanan, Ekspansi paru simetris kiri dan kanan,
bunyi napas vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan, frekuensi pernapasan
22x/menit, tidak terpasang oksigen.
Kardiovaskuler
Bentuk dada simetris kiri dan kanan, CRT < 2 detik, iktus cordis teraba pada sela
iga ke 5, terdengar bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada bunyi jantung tambahan.
Sirkulasi
RR 22x/menit, TD : 140/90, mmHg, frekuensi nadi : 89x/menit, suhu : 36,6°C, akral
hangat,
Pencernaan
Keadaan kulit perut elastis,bunyi perkusi pada abdomen terdengar timpan, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak ada masalah pada pencernaan. Tidak ada kembung
warna kulit kemerahan, peristaltik usus 15x/menit. BAB 1x/ hari, tidak ada
kesulitan saat BAB
Perkemihan
Pasien tidak terpasang kateter, frekuensi BAK 5-6x/hari, nyeri saat BAK
Ekstremitas
aktivitas klien dilakukan secara mandiri
kekuatan otot 5 5
5 5

Interaksi Sosial :
Klien memiliki interaksi sosial yang baik dengan keluarga. Klien didampingi
oleh istri dan anak. Klien selalu mendapat dukungan dari keluarga

Pre Operatif
1) Jam masuk : 08.30 ( ruang persiapan)
1
5

2) Puasa dari jam : 03:00


3) Kesadaran : Composmentis
4) Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah : 140/90 mmHg
b) Frekuensi Nadi : 89 x/menit
c) Frekuensi Nafas : 20 x/menit
d) Suhu Badan : 36,2oC
5) Spo2 : 99%
6) Klien terpasang IVFD RL dan belum di pasangkan kateter
a) Terpasang Kateter : 13:35

Persiapan alat terlampir :


 Pingset anatomis
 Pingset sirurgis
 Klem anatomis
 Klem sirurgis
 Klem bengkok kecil
 Klem bengkok besar
 Klem bergigi
 Korentang
 Koher
 Pemegang jarum
 Pemegang pisau
 Kom besar
 Kom sedang
 Kom kecil
 Bak instrument
 Gunting jaringan
 Gunting kasa
 Klem duk kecil
 Klem duk besar

Keluhan : pasien mengeluh nyeri saat BAK dan merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
Diagnosa Keperawatan :
5. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan
Ds : klien mengeluh nyeri saat BAK. Nyeri dirasakan ketika saat BAK,
nyeri seperti di tusuk-tusuk, dengan skala 6 (0-10) nyeri sedang, dirasakan
sejak ± 1 minggu yang lalu dan sering hilang timbul
Do :
- Klien tampak meringis
1
6

- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 89 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu Badan : 36,2oC
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri dibuktikan
dengan
Ds : klien mengatakan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di
hadapi
Do :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang

Intra Operatif
Masuk ruangan OK jam 12:20 WITA
1) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 120/80 mmHg
b) Frekuensi nadi : 80 x/menit
c) Frekuensi napas : 18 x/menit
d) Suhu badan : 36,2 ºC
2) Spo2 : 99 %
3) Jam induksi :12.55 WITA
4) Jam insisi :13.05 wita
5) Jenis anastesi: Spinal Anastesi
6) Tanda – tanda vital dari pukul 08.30 WITA sampai 14.40 WITA
a) Tekanan sistolik berkisar antara 100-140 mmHg
b) Tekanan diastolik berkisar antara 60-80 mmHg
c) Frekuensi nadi berkisar antara 80-89 x/menit
d) Spo2 : 99%
7) Intake dan out put
a) Intake : IVFD RL 500 ml
b) Output : Terpasang cateter urine 300 ml dan terpasang drine dengan
jumlah perdarahan 100 ml
1
7

8) Jam selesai operasi : 13.40 (operasi selama 1 jam)


9) Diagnosa : tidak ada
10) Laporan Operasi :
Pasien masuk keruangan penerimaan pada pukul 08.30 WITA, dengan
tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 89 x/menit , respirasi 20
x/menit, suhu badan 36,2 ᵒC, Spo2 99%, pasien masuk kamar operasi 12.20
WITA. Perawat memberikan posisi nyaman dan dipakaikan selimut pada
pukul 12.22 WITA. Pasien dilakukan induksi anastesi spinal 12.30 WITA,
diberikan obat anastesi quancocain spinal heavy, terpasang RL. 500 ml . Tim
bedah perawat dan dokter memakai gaun steril dan Handscoen steril dan
mulai mensterilkan daerah operasi menggunakan betadine, dokter mulai
melakukan insisi pada area abdomen dibawah umbilikus pada pukul 12.40
WITA dan selesai operasi pukul 13.40 WITA, kemudian perawat melakukan
pemasangan cateter triway urin pukul 13.42 WITA. Dipindahkan keruangan
RR 30 menit setelah dilakukan operasi dengan tekanan darah 100/60 mmHg,
spo2 99%.

Post Operatif
Masuk ruangan RR jam 13.40 WITA
1. Kesadaran :Sadar
2. Terpasang IVFD RL : 500ml
3. Terpasang kateter urine : 500 ml
4. Terpasang drain
5. Tekanan Darah :100/60mmHg
6. Frekuens iNadi :98x/menit
7. Frekuensi Nafas :18x/menit
8. Suhu Badan :35,50C
9. SPO2 :99%
10. Pindah Ruangan Post Bedah : 14.20 WITA
11. Keluhan
Ds: -
Do: -
12. Diagnosa Keperawatan Post operasi :
 Risiko Hipotermia Perioperatif d.d efek anastesi dengan suhu
ruangan.
PENYIMPANGANKDM

Infeksi Saluran Kemih, Gangguan metabolism, Dehidrasi,


Adanya benda asing, Nekrosis dan Inflamasi

Pengendapan garam mineral, infeksi, mengubah urin


dari asam menjadi alkalis

Pembentukan batu

Obstruksi saluran Kemih

Kurang terpapar
Obstruksi pada ureter informasi/pengetahuan Prosedur pembedahan
Cytoscopy

Kalkulus pada ureter


Khawatir/cemas
Kombinasi Anastesi

Gesekan pada dinding ureter Ansietas


Suhu badan post operasi
rendah (<36ºC)
Nyeri Akut

Resiko
Hipotermia
ANALISA DATA Manajemen
Pre operatif Medikasi
Data subjektif : A. IVFD RL 500 ml/ 8
- Klien mengeluh nyeri saat BAK. Nyeri dirasakan Jam
ketika saat BAK, nyeri seperti di tusuk-tusuk,
dengan skala 6 (0-10) nyeri sedang, dirasakan
sejak ± 1 minggu yang lalu dan sering hilang
timbul
- Klien mengatakan merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
Data Objektif:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Frekuensi nadi : 89 x/menit
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Spo2 : 98%
Intra operatif
-
Post operatif
Data subjektif: -
Data objektif: -
Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operatif
- Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
pencedera fisiologis dibuktikan dengan
tampak meringis
- Ansietas berhubungan dengan ancaman
terhadap konsep diri dibuktikan dengan
tampak gelisah
2. Intra Operatif
-
3. Post Operatif
Risiko Hipotermia ditandai dengan efek anastesi
dengan suhu ruangan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial Pasien : TN. R.P


No.RM :00-02-68-51
Ruangan : IBS OK4

No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


PRE OPERATIF
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis dibuktikan dengan selama 1 jam, diharapkan Observasi
Ds : Klien mengeluh nyeri saat BAK. Nyeri nyeri menurun dengan kriteria b. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dirasakan ketika saat BAK, nyeri seperti hasil : frekuensi, kualitas, imtensitas nyeri
di tusuk-tusuk, dengan skala 6 (0-10) - Keluhan nyeri menurun c. Identifikasi skala nyeri
nyeri sedang, dirasakan sejak ± 1 minggu - Meringis menurun Terapeutik
yang lalu dan sering hilang timbul 1. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Do : pemilihan strategi meredakan nyeri
- Klien tampak meringis Edukasi
- Tanda-tanda vital : 2. Anjurkan menggunakan analgetik
Tekanan darah : 140/90 mmHg 3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
Frekuensi nadi : 89 x/menit mengurangi rasa nyeri
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Suhu badan 36,2oC
Spo2 : 99%

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas


terhadap konsep diri dibuktikan dengan selama 1 jam, diharapkan Observasi
Ds : tingkat ansietas menurun 1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Klien merasa khawatir dengan akibat dari dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda-tanda ansietas
kondisi yang dihadapi - Verbalisasi khawatir akibat Terapeutik
Do : kondisi yang dihadapi 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
- Klien tampak gelisah menurun meyakinkan
- Klien tampak tegang - Perilaku gelisah menurun Edukasi
- Perilaku tegang menurun 1. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu

Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipotermia


3. POST OPERATIF selama 1 jam, diharapkan Observasi :
Risiko Hipotermia termoregulasi membaik 1. Identifikasi penyebab hipotermia
dibuktikan dengan anastesi dansuhu ruangan dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu
1. Mengigil menurun
2. Suhu tubuh membaik Tubuh
3. Tekanan darah membaik 3. Monitor tanda dan gejalahipotermia
Terapeutik :
1. Ganti pakaian yangbasah
2. Sediakan lingkungan yang hangat
pencahayaan dan suhu ruangan yang
nyaman
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Inisial pasien : TN. R.P Ruangan : IBS OK 3
No DIAGNOSA TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN JAM

1. Nyeri Akut 15-12-2021 PRE OPERASI 09.20


09.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S:
durasi, frekuensi, kualitas, imtensitas nyeri - Klien mengeluh masih nyeri saat BAK. Nyeri
Hasil : nyeri pada bagian perut, nyeri hilang dirasakan ketika saat BAK, nyeri seperti di
timbul tusuk-tusuk, dengan skala 4 (0-10) nyeri
2. Identifikasi skala nyeri sedang, nyeri dirasakan dalam waktu 10 menit
09.05 Hasil : skala 6 (0-10) nyeri sedang dan sering hilang timbul
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri -
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri O:
09.10 Hasil : klien mengatakan nyeri pada perut - Klien masih meringis
dengan melakukan relaksasi nafas dalam - TTV
untuk mengurangi nyeri Tekanan darah : 140/100 mmHg
09.15 e. Anjurkan menggunakan analgetik Nadi : 91 x/menit
Hasil : klien mengatakan dalam ruangan RR : 22 x/menit
perawatan klien telah diberikan obat pereda Suhu badan : 36,5oC
nyeri A : masalah nyeri belum teratasi
09.20 6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk P : pertahankan intervensi
mengurangi rasa nyeri
Hasil : klien sudah mengerti cara relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri

2. Ansietas 15-12-2021 a. Mengidentifikasi kemampuan mengambil 09.25


09.00 keputusan S : pasien masih mengeluh khawatir dengan akibat
Hasil : pasien selalu libatkan keluarga dalam dari setelah operasi
mengambil keputusan
b. Memonitor tanda-tanda ansietas O:
09.05 Hasil : pasien mengatakan merasa khawatir- - Klien tampak gelisah
dengan kondisi kesehatannya - - Klien tampak tegang
09.10 c. Menggunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan A : masalah ansietas belum teratasi
Hasil : perawat mampu membina hubungan
saling percaya dengan pasien dan keluarga P : lanjutkan intervensi
09.15 d. Melatih teknik relaksasi
Hasil : pasien dilatih teknik relaksasi napas
dalam
09.20 e. Mengkolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Hasil : pasirn tidak mendaatkan rekomendasi
dari dokter untuk obat antiansietas

POST OPERASI
3. Risiko Hipotermi 15-12-2021 1. Mengidentifikasi penyebab hipotermia, 14.20
13.40 dengan hasil : pasien saat di operasi tidak S : -
mengenakan baju hanya sarung O : Pasien nampak sudah tidak menggigil
13.45 2. Memonitorsuhu tubuh,dengan hasil :Suhu A : Masalah risiko hipotermia teratasi
tubuh pasien 35.5⁰C P : Pertahankan Intervensi
13.50 3. Memonitor tanda dan gejalahipotermia,
dengan hasil: pasien tampak menggigil
setelah selesai dioperasi
14.00 4. Mngganti pakaian yangbasah, dengan hasil :
Pasien dipakaikan sarung yang kering
14.05 5. Menyediakan lingkungan yang hangat
pencahayaan dan suhu ruangan yang
nyaman, dengan hasil : pasien dipindahkan
ke ruangan RR
BAB IV

ANALISIS KASUS

Dari hasil pengkajian diruangan instalasi bedah sentral (IBS) Klien TN. R.P nomor rekam
medik 00-02-68-51, tanggal lahir 17 Januari 1962, umur 55 tahun, jenis kelamin laki – laki,
alamat kecamatan pulubala. Masuk ruangan OK 3 pada tanggal 15 Desember 2021, di
rawat diruangan VIP
Kemudian Klien Masuk RSUD Toto Kabila tanggal 14 Desember 2021pada pukul 13.00
wita. dengan keluhan nyeri saat BAK dan dijadwalkan operasi pada tanggal 15Desember
2021 dengan diagnosa batu buli – buli,kemudian klien melakukan tindakan operasi pada
hari Rabu tanggal 15desember 2021 pada pukul 10.30 wita. Alat-alat instrumen yang akan
digunakan operasi sudah disiapkan diruang operasi. Jenis alat-alat yang digunakan untuk
melakukan operasi yaitu menggunakan instrumen dasar, instrumen dasar merupakan alat
pasang, kemudian dilakukan tindakan prosedur operasi yaitu cystoscopy batu buli - buli
K/P sectio alta. Cystoscopy adalahprosedur untuk memeriksa kondisi saluran kandung
kemih, sectio alta yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan batu saluran kemih
yang terlalu besar dan susah untuk dikeluarkan dengan cara cystoscopy. Jenis ruangan yang
digunakan yaitu ruangan operasi umum diruang OK 3. Pada pre operasi didapat diagnosa
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dan ansietas berhubungan dengan
tindakanoperasi.
Pada intra oprasi yaitu klien masuk ruang operasi pukul 12.35 wita, kemudian klien di
berikan posisinyaman , kemudian klien dipakaikan kain batik, kemudian klien dilakukan
anastesi pada pukul 12.40 wita menggunakan anastesi spinal dengan jenis obat
QUANOCAIN adalah obat untuk menghilangkan rasa nyeri atau memberi efek mati rasa
saat prosedur operasi, tindakan medis, atau persalinan. Bupivacaine bisa digunakan sebagai
obat bius regional yang akan berefek pada area tubuh tertentu. Kemudian dokter memulai
untuk menginsisi area abdomen tepatnya di area bawah umbilicus pada pukul 12.50 dan
selesai operasi pukul 13.25 wita.
Kemudian dilakukan pemasangan cateter urine dan pemasangan selang drain untuk
mengeluarkan udara dan sisa – sisa darah yang ada di dalam kandung kemih pasien pukul
13.35, tekanan darah 120/80 mmHg, Tekanan sistolik berkisar antara 100-140 mmHg,
Tekanan diastolik berkisar antara 60-80 mmHg , Frekuensi nadi berkisar antara 80-89
x/menit , dan Spo2 : 99% .Pada saat dilakukan pengkajian tidak ditegakkan diagnosa ini
dikarenakan klien dalam keadaan dilakukan tindakan proseduroperasi.
Pada post operasi, klien masuk keruangan RR (Recovery Room) pada pukul 13. 40 wita
pada saat dilakukan pengkajian didapat kesadaran komposmentis dengan GCS 15, klien
terpasang IVFD RL 20 tpm, Jumlah kasa yang dipakai 2 bungkus dan tersisa 3 kasa yang
tidak terpakai. Dengan output urine 500cc. Frekuensi nafas : 18 x/menit SPO2 100%. Pada
saat di observasi di ruangan RR pasien nampak dingin dan menggigil dari pengkajian
tersebut didapat diagnosa keperawatan Risiko hipotermia perioperatif dibuktikan dengan
efek anastesi dan suhuruangan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan kepda Tn. R.P dengan
Diagnosa medis Batu Buli - buli diruang O.K RSUD TOTO KABILA
BONEBOLANGO didapat diagnosa keperawatan untuk penegakan diagnosa
keperawatan pada Tn. R.Pmaka dapat diangkat diagnosa keperawatan pada pre
operasi yaitu Nyeri akut b.d pencederaan fisik dan Ansietas b.d Tindakan
operasi , pada intra operasi tidak didapat diagnose keperawatan, pada post
operasi didapat diagnose keperawatan Hipotermia Perioperatif ditandai dengan
efek anastesi dan suhu ruangan, kemudian setelah dilakukan intervensi dengan
menejemen nyeri, tingkat ansietas dan termoregulasi, kemudian dilakukan
implementasi pada Tn. R.P serta dilakukan evaluasi didapatkan masalah belum
teratasi dan lanjutkanintervensi.
5.2. Saran

1. Bagi RumahSakit
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang ditunjang dengan
pengadaan fasilitas- fasilitas yang memadai berkaitan dengan pasien batu
salurankemih.
2. BagiMahasiswa
Untuk mahasiswa yang akan melakukan studi kasus selanjutnya agar lebih
memeperhatikan dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan data yang diperoleh pada saat pengkajian
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I
CetakanIII.Jakarta: Tim Pokja SDKI DPPPPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan II.
Jakarta: Tim Pokja SIKI DPPPPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi I Cetakan
II. Jakarta: Tim Pokja SLKI DPP PPNI
Stoller, Marshall L. Urinry Stone Disease dalam Smith’s General Urology.
Edisi ke-17. USA: McGraw-Hill; 2008. Watson.R. 2002.
Anatomi Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG. Ningsih. 2011.
Patofisiologi Konsep Penyakit. Jakarta : EGC
Wibowo, Daniel S., Anatomi Tubuh Manusia, Jakarta : Grasindo, 2008.
Sjamsuhidajat, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah (3rd ed). Jakarta: EGC,
2005; p.182-5.
Buntaram dkk, 2014. Hubungan Angka Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Al-Islam Tahun 2014. Universitas Islam Bandung ( Tidak
di publikasikan)
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika
Marya. 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara
Muttaqin A & Sari K, 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan System
Perkemihan.Jakarta : Salamba Medika.
Rais. 2015. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “Vesikolitiasis” Pada Tn. A di
Ruang Asoka BLUD RSU Bahteramas Provinsi sulawesi Tenggara 2015. Kendari.
Avicenna

Anda mungkin juga menyukai