P
DENGAN DIAGNOSA MEDIS BATU BULI – BULI
DI RUANGAN INSTALASI BEDAH SENTRAL
SUD TOTO KABILA BONEBOLANGO
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
Mengetahui
PRESEPTOR
Ns. Agustina S. Aliu, S.Kep TTD
KLINIK
PRESEPTOR
Ns. Abdul Wahab Pakaya, MM. M.Kep TTD
AKADEMIK
TANGGAL 1. TANGGAL:
PENGUMPULAN 2. TEPATWAKTU
3. TERLAMBAT
SARANPRESEPTOR
KLINIK/AKADEMIK
PENYUSUN : KELOMPOK I
NAMAMAHASISWA : ALFIN SANGGILALUNG, S.KEP
FATMIYATI HASAN, S.KEP
SUKMA RIYANTI NURKAMIDEN, S.KEP
Mengetahui
PreseptorKlinik PreceptorAkademik
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, kami
kelompok I memanjatkan syukur kepada Allah Swt karena berkat rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Seminar
Kasus Keperawatan Medikal Bedah II Di Ruangan OK RSUD.TOTO KABILA
Kelompok 1 selamamenyelesaikan penyusunanlaporan ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini
menyampaikanterimakasihkepada:
1. Preseptor Akademik Ruangan OK , Ns. Abdul Wahab Pakaya, MM., M.Kep
2. Preseptor Klinik Ruangan OK Ns. Agustina S.Aliu, S.Kep
3. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Angkatan XIII dan yang paling
teristimewa teman-teman kelompok 1 yang selalu memberikan motifasi satu
sama lain dan yang selalu menjagakekompakannya.
Kelompok 1menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan kami.Oleh karena itu,
kelompok kami sangat mengharapkan masukan guna penyempurnaan dalam
penulisan laporan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambil
keputusan dan pemerhati
Kelompok I
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, penyakit Batu Saluran Kemih menjadi salah satu kasus yang
yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain
yang mempengaruhi daya larut substansi. BSK dapat menyebabkan gejala nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada
Batu Saluran Kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi (Muslim,
2007). Batu Saluran Kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai
dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin
terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang
urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang
yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang, yaitu: faktor
didapatkan pada usia 30 – 50 tahun), jenis kelamin (jumlah pasien laki- laki tiga kali
lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan) dan faktor ekstrinsik: geografi,
iklim dan temperatur, asupan air, diet pekerjaan (Purnomo, 2011 dalam Wardani,
2014).
Kejadian batu saluran kemih di Amerika Serikat dilaporkan 0,1- 0,3 per tahun
dan sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit
ini, di Eropa Utara 3-6%, sedangkan di Eropa bagian Selatan di sekitar laut tengah 6-
9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan 9,8%. Pada tahun 2000, penyakit batu saluran
kemih merupakan penyakit peringkat kedua di bagian urologi di seluruh rumah sakit
di Amerika setelah penyakit infeksi, dengan proporsi batu saluran kemih 28,74%
(AUA, 2007).
Di Indonesia batu saluran kemih merupakan penyakit yang paling sering terjadi
di klinik urologi. Angka kejadian batu saluran kemih di Indonesia tahun 2002 adalah
37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah
kematian 378 penderita (Depkes RI, 2002 dalam Wardani, 2014). Dalam penelitian di
salah satu rumah sakit di medan , yaitu RSUP Haji Adam Malik, Medan, pada tahun
2011-2014 menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak menderita batu saluran kemih
di bandingkan dengan perempuan. Menurut data Riskesdes pada tahun 2013 pun
lebih tinggi pada laki-laki sebanyak 5.779 (0,8%) dibanding perempuan sebanyak
2.890 (0,4%), dengan rasio perbandingan antara laki-laki dengan perempuan adalah
Sulawesi Tenggara dari tahun 2015-2017 menunjukan angka yang signifikan dan
bervariasi dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2015 didapatkan 126 orang pasien
Batu Saluran Kemih, untuk tahun 2016 didapatkan 155 orang pasien (laki-laki
berjumlah 105 orang dan perempuan berjumlah 50 orang) yang menderita Batu
Saluran Kemih dan untuk tahun 2017 didapatkan 66 orang pasien (laki-laki berjumlah
49 orang dan perempuan berjumlah 16 orang) yang menderita Batu Saluran Kemih
dengan umur yang bervariasi dari umur 15- 65 tahun (Profil Rumah Sakit Bahteramas
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih
dengan kondisi kesehatannya dan juga rasa takut untuk dirawat di rumah sakit.
Keluarga sebagai orang terdekat dengan pasien di rumah sering tidak mengetahui
tanda awal dari BSK sehingga tidak memberikan pertolongan yang semestinya.
Mengingat banyak masalah yang dihadapi, maka perlu perawatan dan pengawasan
teratasi.
Bonebolango”.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan “Pasien Tn. R.P dengan Batu Saluran
Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolango
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada Pada Tn. R.P dengan masalah Batu Saluran
Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolang
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Pada Tn. R.P dengan masalah
Batu Saluran Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolango
3. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada Tn. R.P dengan
masalah Batu Saluran Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten
Bonebolango
5
Batu Saluran Kemih di Ruang O.K RSUD Toto Kabila Kabupaten Bonebolango
5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada Tn. R.P dengan masalah Batu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Menurut Wijayaningsih (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi batu
saluran kemih diantaranya sebagai berikut :
a. Faktorintrinsik
Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih besar
dari pada perempuan.
b. Faktorekstrinsik
7
Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat
dankalsium mempermudah terjadinya batu).
Menurut Purnomo (2011) dalam Wardani (2014), Terbentuknya batu saluran
kemih diduga ada hubungannya gangguan aliran urine, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik).
2.1.3 Patofisiologi
Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor
yang mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi
matriks protein. Pada umumnya Kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin.
Proses pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang lebih besar, di antaranya
partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui saluran kencing hingga pada lumen
yang sempit dan berkembang membentuk batu.
2.1.4 MenifestasiKlinis
Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran
kemih sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun
demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala umum yaitu hematuria, dan
bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin
bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya. Batu pada pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat, umumnya gejala batu
saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi.
2.1.5 Komplikasi
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih
adalah :
a. Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis
b. Infeksi
c. Gangguan fungsi ginjal.
8
atau bladder tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
c. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung
kapur, perlu dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber
polusi atau tidak.
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi
batu misalnya pada panggul di regio sudut costovertebral dapat menyebar
ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal
konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri
yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain,
nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
h. Kebutuhan Personal Hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
i. Kebutuhan Informasi
Pengetahuan pasien dan keluargatentangdiet pada vesikolitiasis serta proses
penyakit danpenatalakasanaan.
j. Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pasien mengenai kondisinnya
5. Pengkajian Fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
c. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
d. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
e. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
f. Pemeriksaan Gigi danMulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir
biasanya kering, pucat.
g. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan
peningkatann kerja jantung.
1
2
h. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
i. Pemeriksaan Paru
Pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suaranapasabnormal
j. Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah. Palpasi
ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat
teraba ginjal pada sisi sakit akibathidronefrosis.
k. Pemeriksaan Genitalia
Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine,
dan sering miksi
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit
dari posisi duduk, tidak ada deformitas danfraktur.
1
3
BAB III
RESUME RUANGAN OK
Informasi Umum
Nama : Tn.R.P
No. CM : 00.02.68.51
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 55 th
Tempat tanggal lahir : Gorontalo, 17-01-1962
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Kec. Pulubala
Tanggal MRS : 14-12-2021
Ruangan : VIP
Tanggal pengkajian : 15-12-2021
1
4
Pengkajian Keperawatan
2. Keluhan Utama : Nyeri saat BAK
3. Riwayat keluhan utama:
Tn. R.P, jenis kelamin laki-laki, umur 55 tahun, di rawat di ruangan VIP.
MRS pada hari selasa tanggal 14 desember 2021, pada pukul 13.00 wita di UGD
dengan keluhan susah BAK dan nyeri saat BAK. Kemudian masuk ruangan OK
pada tanggal 15 Desember 2021 pukul 08:30 wita. Pada saat dikaji tanggal 15
desember 2021 pukul 09.00 klien mengeluh nyeri saat BAK. Nyeri dirasakan
ketika saat BAK, nyeri seperti di tusuk-tusuk, dengan skala 6 (0-10) nyeri sedang,
dirasakan sejak ± 1 minggu yang lalu dan sering hilang timbul. Klien mengatakan
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi. Tanda-tanda vital : TD
140/90 mmHg, nadi 89 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 36,6oC.
Interaksi Sosial :
Klien memiliki interaksi sosial yang baik dengan keluarga. Klien didampingi
oleh istri dan anak. Klien selalu mendapat dukungan dari keluarga
Pre Operatif
1) Jam masuk : 08.30 ( ruang persiapan)
1
5
Keluhan : pasien mengeluh nyeri saat BAK dan merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
Diagnosa Keperawatan :
5. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan
Ds : klien mengeluh nyeri saat BAK. Nyeri dirasakan ketika saat BAK,
nyeri seperti di tusuk-tusuk, dengan skala 6 (0-10) nyeri sedang, dirasakan
sejak ± 1 minggu yang lalu dan sering hilang timbul
Do :
- Klien tampak meringis
1
6
- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 89 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu Badan : 36,2oC
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri dibuktikan
dengan
Ds : klien mengatakan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di
hadapi
Do :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
Intra Operatif
Masuk ruangan OK jam 12:20 WITA
1) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 120/80 mmHg
b) Frekuensi nadi : 80 x/menit
c) Frekuensi napas : 18 x/menit
d) Suhu badan : 36,2 ºC
2) Spo2 : 99 %
3) Jam induksi :12.55 WITA
4) Jam insisi :13.05 wita
5) Jenis anastesi: Spinal Anastesi
6) Tanda – tanda vital dari pukul 08.30 WITA sampai 14.40 WITA
a) Tekanan sistolik berkisar antara 100-140 mmHg
b) Tekanan diastolik berkisar antara 60-80 mmHg
c) Frekuensi nadi berkisar antara 80-89 x/menit
d) Spo2 : 99%
7) Intake dan out put
a) Intake : IVFD RL 500 ml
b) Output : Terpasang cateter urine 300 ml dan terpasang drine dengan
jumlah perdarahan 100 ml
1
7
Post Operatif
Masuk ruangan RR jam 13.40 WITA
1. Kesadaran :Sadar
2. Terpasang IVFD RL : 500ml
3. Terpasang kateter urine : 500 ml
4. Terpasang drain
5. Tekanan Darah :100/60mmHg
6. Frekuens iNadi :98x/menit
7. Frekuensi Nafas :18x/menit
8. Suhu Badan :35,50C
9. SPO2 :99%
10. Pindah Ruangan Post Bedah : 14.20 WITA
11. Keluhan
Ds: -
Do: -
12. Diagnosa Keperawatan Post operasi :
Risiko Hipotermia Perioperatif d.d efek anastesi dengan suhu
ruangan.
PENYIMPANGANKDM
Pembentukan batu
Kurang terpapar
Obstruksi pada ureter informasi/pengetahuan Prosedur pembedahan
Cytoscopy
Resiko
Hipotermia
ANALISA DATA Manajemen
Pre operatif Medikasi
Data subjektif : A. IVFD RL 500 ml/ 8
- Klien mengeluh nyeri saat BAK. Nyeri dirasakan Jam
ketika saat BAK, nyeri seperti di tusuk-tusuk,
dengan skala 6 (0-10) nyeri sedang, dirasakan
sejak ± 1 minggu yang lalu dan sering hilang
timbul
- Klien mengatakan merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
Data Objektif:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Frekuensi nadi : 89 x/menit
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Spo2 : 98%
Intra operatif
-
Post operatif
Data subjektif: -
Data objektif: -
Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operatif
- Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
pencedera fisiologis dibuktikan dengan
tampak meringis
- Ansietas berhubungan dengan ancaman
terhadap konsep diri dibuktikan dengan
tampak gelisah
2. Intra Operatif
-
3. Post Operatif
Risiko Hipotermia ditandai dengan efek anastesi
dengan suhu ruangan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
POST OPERASI
3. Risiko Hipotermi 15-12-2021 1. Mengidentifikasi penyebab hipotermia, 14.20
13.40 dengan hasil : pasien saat di operasi tidak S : -
mengenakan baju hanya sarung O : Pasien nampak sudah tidak menggigil
13.45 2. Memonitorsuhu tubuh,dengan hasil :Suhu A : Masalah risiko hipotermia teratasi
tubuh pasien 35.5⁰C P : Pertahankan Intervensi
13.50 3. Memonitor tanda dan gejalahipotermia,
dengan hasil: pasien tampak menggigil
setelah selesai dioperasi
14.00 4. Mngganti pakaian yangbasah, dengan hasil :
Pasien dipakaikan sarung yang kering
14.05 5. Menyediakan lingkungan yang hangat
pencahayaan dan suhu ruangan yang
nyaman, dengan hasil : pasien dipindahkan
ke ruangan RR
BAB IV
ANALISIS KASUS
Dari hasil pengkajian diruangan instalasi bedah sentral (IBS) Klien TN. R.P nomor rekam
medik 00-02-68-51, tanggal lahir 17 Januari 1962, umur 55 tahun, jenis kelamin laki – laki,
alamat kecamatan pulubala. Masuk ruangan OK 3 pada tanggal 15 Desember 2021, di
rawat diruangan VIP
Kemudian Klien Masuk RSUD Toto Kabila tanggal 14 Desember 2021pada pukul 13.00
wita. dengan keluhan nyeri saat BAK dan dijadwalkan operasi pada tanggal 15Desember
2021 dengan diagnosa batu buli – buli,kemudian klien melakukan tindakan operasi pada
hari Rabu tanggal 15desember 2021 pada pukul 10.30 wita. Alat-alat instrumen yang akan
digunakan operasi sudah disiapkan diruang operasi. Jenis alat-alat yang digunakan untuk
melakukan operasi yaitu menggunakan instrumen dasar, instrumen dasar merupakan alat
pasang, kemudian dilakukan tindakan prosedur operasi yaitu cystoscopy batu buli - buli
K/P sectio alta. Cystoscopy adalahprosedur untuk memeriksa kondisi saluran kandung
kemih, sectio alta yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan batu saluran kemih
yang terlalu besar dan susah untuk dikeluarkan dengan cara cystoscopy. Jenis ruangan yang
digunakan yaitu ruangan operasi umum diruang OK 3. Pada pre operasi didapat diagnosa
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dan ansietas berhubungan dengan
tindakanoperasi.
Pada intra oprasi yaitu klien masuk ruang operasi pukul 12.35 wita, kemudian klien di
berikan posisinyaman , kemudian klien dipakaikan kain batik, kemudian klien dilakukan
anastesi pada pukul 12.40 wita menggunakan anastesi spinal dengan jenis obat
QUANOCAIN adalah obat untuk menghilangkan rasa nyeri atau memberi efek mati rasa
saat prosedur operasi, tindakan medis, atau persalinan. Bupivacaine bisa digunakan sebagai
obat bius regional yang akan berefek pada area tubuh tertentu. Kemudian dokter memulai
untuk menginsisi area abdomen tepatnya di area bawah umbilicus pada pukul 12.50 dan
selesai operasi pukul 13.25 wita.
Kemudian dilakukan pemasangan cateter urine dan pemasangan selang drain untuk
mengeluarkan udara dan sisa – sisa darah yang ada di dalam kandung kemih pasien pukul
13.35, tekanan darah 120/80 mmHg, Tekanan sistolik berkisar antara 100-140 mmHg,
Tekanan diastolik berkisar antara 60-80 mmHg , Frekuensi nadi berkisar antara 80-89
x/menit , dan Spo2 : 99% .Pada saat dilakukan pengkajian tidak ditegakkan diagnosa ini
dikarenakan klien dalam keadaan dilakukan tindakan proseduroperasi.
Pada post operasi, klien masuk keruangan RR (Recovery Room) pada pukul 13. 40 wita
pada saat dilakukan pengkajian didapat kesadaran komposmentis dengan GCS 15, klien
terpasang IVFD RL 20 tpm, Jumlah kasa yang dipakai 2 bungkus dan tersisa 3 kasa yang
tidak terpakai. Dengan output urine 500cc. Frekuensi nafas : 18 x/menit SPO2 100%. Pada
saat di observasi di ruangan RR pasien nampak dingin dan menggigil dari pengkajian
tersebut didapat diagnosa keperawatan Risiko hipotermia perioperatif dibuktikan dengan
efek anastesi dan suhuruangan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan kepda Tn. R.P dengan
Diagnosa medis Batu Buli - buli diruang O.K RSUD TOTO KABILA
BONEBOLANGO didapat diagnosa keperawatan untuk penegakan diagnosa
keperawatan pada Tn. R.Pmaka dapat diangkat diagnosa keperawatan pada pre
operasi yaitu Nyeri akut b.d pencederaan fisik dan Ansietas b.d Tindakan
operasi , pada intra operasi tidak didapat diagnose keperawatan, pada post
operasi didapat diagnose keperawatan Hipotermia Perioperatif ditandai dengan
efek anastesi dan suhu ruangan, kemudian setelah dilakukan intervensi dengan
menejemen nyeri, tingkat ansietas dan termoregulasi, kemudian dilakukan
implementasi pada Tn. R.P serta dilakukan evaluasi didapatkan masalah belum
teratasi dan lanjutkanintervensi.
5.2. Saran
1. Bagi RumahSakit
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang ditunjang dengan
pengadaan fasilitas- fasilitas yang memadai berkaitan dengan pasien batu
salurankemih.
2. BagiMahasiswa
Untuk mahasiswa yang akan melakukan studi kasus selanjutnya agar lebih
memeperhatikan dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan data yang diperoleh pada saat pengkajian
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I
CetakanIII.Jakarta: Tim Pokja SDKI DPPPPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi I Cetakan II.
Jakarta: Tim Pokja SIKI DPPPPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi I Cetakan
II. Jakarta: Tim Pokja SLKI DPP PPNI
Stoller, Marshall L. Urinry Stone Disease dalam Smith’s General Urology.
Edisi ke-17. USA: McGraw-Hill; 2008. Watson.R. 2002.
Anatomi Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG. Ningsih. 2011.
Patofisiologi Konsep Penyakit. Jakarta : EGC
Wibowo, Daniel S., Anatomi Tubuh Manusia, Jakarta : Grasindo, 2008.
Sjamsuhidajat, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah (3rd ed). Jakarta: EGC,
2005; p.182-5.
Buntaram dkk, 2014. Hubungan Angka Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Al-Islam Tahun 2014. Universitas Islam Bandung ( Tidak
di publikasikan)
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika
Marya. 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara
Muttaqin A & Sari K, 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan System
Perkemihan.Jakarta : Salamba Medika.
Rais. 2015. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “Vesikolitiasis” Pada Tn. A di
Ruang Asoka BLUD RSU Bahteramas Provinsi sulawesi Tenggara 2015. Kendari.
Avicenna