Anda di halaman 1dari 65

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN SEMINAR KELOMPOK

PRAKTEK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROFESI DI RUANGAN RAWAT INAP PUSKESMAS TOILI II

Disusun Oleh :
I MADE SUKARBA

Telah diperiksa dan disetujui oleh Perceptor Klinik dan Perceptor Institusi pada
Hari, Tanggal, Tahun 2023

Perceptor Institusi Perceptor Klinik

(I Wayan Supetran, S.Kep.,Ns.,M.Kes) (Harvin Kupagan Langarense,S.Kep.,Ns)

Mengetahui
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Dr. Jurana, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP : 197112151991012001
LAPORAN SEMINAR KELOMPOK 17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.H DENGAN KASUS GASTRITIS
AKUT DIRUANGAN RAWAT INAP PUSKESMAS TOILI II

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :


I MADE SUKARBA
NIM. PO7120422156

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2023

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan laporan seminar kasus kelolaan di Ruang rawat inap Puskesmas
Toili II guna menyelesaikan tugas praktek profesi keperawatan medikal bedah.
Laporan ini merupakan wujud nyata dari hasil observasi kami tentang
“Asuhan keperawatan pada Nn.H dengan masalah keperawatan Nnyeri akut, nausea,
dan risiko defisit nutrisi pada kasus “Gastritis Akut”, dalam penyusunan laporan
seminar ini tentunya tidak lepas dari kesulitan-kesulitan dan masalah, namun berkat
bantuan dan bimbingan dari preceptor institusi dan preceptor clinic (Ruang rawat
inap) kami dapat menyelesaikan laporan ini. Kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. I Wayan Supetran, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku preceptor institusi praktek profesi
keperawatan medikal bedah
2. Harvin Kupagan Langarense,S.Kep.,Ns selaku preceptor klinik ruangan rawat
inap Puskesmas Toili II
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan seminar ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan,pengalaman dan waktu penyusunan,
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam dalam laporan seminar ini,demi
kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata semoga laporan seminar ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Toili, Februari 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.......................................................................................................i
Halaman Judul..............................................................................................................ii
Kata pengantar.............................................................................................................iii
Daftar Isi......................................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan......................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
D. Waktu................................................................................................................3
E. Tempat..............................................................................................................3
BAB II Tinjauan Pustaka..............................................................................................4
A. Definisi..............................................................................................................4
B. Anatomi fisiologu lambung..............................................................................4
C. Klasifikasi gastritis............................................................................................5
D. Etiologi..............................................................................................................6
E. Patofisiologi....................................................................................................10
F. Manifestasi Klinis...........................................................................................13
G. Komplikasi......................................................................................................16
H. Penatalaksanaan medis....................................................................................16
I. Asuhan Keperawatan......................................................................................18
BAB III Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan NHS..........................................30
BAB IV Pembahasan..................................................................................................54
BAB V Penutup..........................................................................................................57
A. Kesimpulan.....................................................................................................57
B. Saran...............................................................................................................57
Daftar Pustaka.............................................................................................................59

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit pada system pencernaan dikatakan penyebab paling umum
terjadinya nyeri Dikatakan demikian karena masalah yang terjadi pada
sistem pencernaan tubuh dimulai dari mulut hingga anus, yang mana penyebab
dari akar masalahnya saling berkaitan. Salah satu penyakit yang umum dijumpai
dari sistem pencernaan ini adalah gastritis atau yang biasa dikenal dengan magg
(Utami, A.D, 2018).
Gastritis merupakan inflamasi pada lambung yang ditetapkan
berdasarkan gambaran histologis lambung kritis berkaitan dengan proses epitel
pelapis lambung istilah gastritis digunakan secara luas untuk gejala klinis yang
timbul di abdomen bagian atas yang disebut daerah epigastrium. pada
pemeriksaan endoskopi, gastritis dideskripsikan sebagai edema paada mukosa
lambung namun pemeriksaan pada endoskopi tidak spesifik menujukan inflamasi
pada mukosa (Rugge, 2020).
Dari data World Health Organization (WHO), insiden gastritis di dunia
berkisar 1,8-2,1 juta dar jumlah penduduk setiap tahunnya. Di Asia Tenggara
mencapai 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya, menurut WHO pula
presentasi angka kejadian gastritis di Indonesia mencapai 40,8%, yang mana
prevalensi angka kejadian gastritis di beberapa daerah cukup tinggi yaitu 274.396
kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan data Profil Kesehatan
Indonesia terhadap sepuluh penyakit terbanyak di rumah sakit di Indonesia, pada
pasien rawat inap gastritis merupakan salah satunya dengan jumlah kasus sebesar
30.154 (4,9%). Pada pasien pasien rawat jalan gastritis berada pada posisi
ketujuh dengan jumlah kasus 201.083 kasus yang 77,74% terjadi pada
perempuan (Profil Kesehatan Indonesia 2018).
Gejala gastritis yaitu tidak nyaman sampai nyeri pada saluran
percernaan terutama bagiaan atas, mual, muntah, nyeri uluh hati, lambung

1
merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan
(borbogygmi), dan sering kentut gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan
kronis. Disebut kronis bila gejala ini berlangsung lebih dari satu bulan dan terus -
menerus (Rahmatika, 2019)
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada
jaringan tubuh yang rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi
dengan memindahkan stimulus nyeri pada kehidupan nyeri bersifat lama dan
singkat berdasarkan lama waktu terjadi inilah maka nyeri dibagi dua yaitu nyeri
akut dan nyeri kronis. Nyeri biasanya sejalan dengan penyembuhan nyeri ini,
umumnya terjadi kurang dari enam bulan (Judha, Sudarti , & Fauziah, 2012)
Menurut Wulansari & Apriyani (2020) diagnosa keparawatan aktual
yang sering muncul pada pasien Gastritis adalah nausea (100%), nyeri akut
(91,7%).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan Asuhan
Keperawatan Kasus Gastritis Akut dengan nyeri akut dan nausea dan resiko
defisit nutrisi pada Nn.H di ruangan rawat inap Puskesmas Toili II.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Nn.H dalam kasus
gastritis akut dengan diagnosa keperawatan nyeri akut ?
2. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Nn.H dalam kasus
gastritis akut dengan diagnosa keperawatan nausea ?
3. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Nn.H dalam kasus
gastritis akut dengan diagnosa keperawatan resiko defisit nutrisi ?
C. Tujuan
1. Memberikan asuhan keperawatan pada Nn.H dalam kasus gastritis akut
dengan diagnosa keperawatan nyeri akut
2. Memberikan asuhan keperawatan pada Nn.H dalam kasus gastritis akut
dengan diagnosa keperawatan nausea
3. Memberikan asuhan keperawatan pada Nn.H dalam kasus gastritis akut

2
dengan diagnosa keperawatan resiko defisit nutrisi
D. Waktu
Dilakukan pada tanggal 07 Januari 2023
E. Tempat
Ruangan Rawat Inap Puskesmas Toili II

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung
yang berlebihan atau meningkatnya asam lambung. hal ini mengakibatkan
lambung meradang atau teriris dan menjadi nyeri pada uluh hati gejala yang
terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. (Jusup, 2018)
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet
yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunnee an suddarth 2002).
Gastritis merupakan gangguan pencernaan yang sering dijumpai dalam
praktik klinik. Infeksi gastritis terutama disebabkan oleh kuman Helicobacter
pylori. Di Negara berkembang pervalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang
dewasa mendekati 60% (menurut penelitiaan WHO pada tahun 2002). Selain
bakteri Helicobacter pylori, beberapa jenis virus dapat juga menimbulkan
gastroenteritis. (Dr.Endang L & Dr.VA.Puspadewi, 2012)
B. Anatomi dan Fisiologi Lambung (Gaster)

Lambung dalam bahasa inggris (stomach) dan dalam bahasa belanda


(maag) atau ventrikulus atau gaster. Berupa suatu kantong yang terletak dibawah

4
sekat rongga badan. Lambung menerima persediaan darah yang melimpah dari
arteri gastrika dan arteri lienalis, persyarafan diambil dari vagus dan dari pleksus
seliaka sistema simpatis. Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung
kedalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu :
1. Lendir berfungsi untuk melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCL) berfungsi untuk menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
3. Perkursor pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.
C. Klasifikasi Gastritis
Klasifikasi gastritis berdasarkan tingkat keparahan :
1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah peradangan mukosa lambung yang menyebabkan
perdarahan lambung akibat terpaparnya zat iritasi dan merupakan suatu
penyakit yang mudah ditemukan, biasanya bersifat jinak dan dapat
disembuhkan. (Smeltzer & Bare, 2012)
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun, yang dibedakan ulkus atau bakteri helicobacter pylori.
Gastritis kronik cenderung terjadi pada usia muda yang menyebabkan
penipisan dan degenerasi dinding lambung. (Smeltzer & Bare, 2012)

5
D. Etiologi
Penyebab dari gastritis antara lain (Ayu Rahayu, 2021) :
1. Obat-obatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid/OAINS (indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, 7 kokain, agen kemo
terapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine) silisat dan digital bersifat
mengiritasi mukosa lambung.
2. Minum beralkohol seperti whisky, vodka dan gin.
3. Infeksi bakteri: seperti H.pylor (paling sering), H.heilmanii, streptococci,
dan staphylococci.
4. Infeksi virus oleh sitomegalovirus
5. Infeksi jamur candidiasis histoplasmosis dan phycomycosis.
6. Stress fisik yang di sebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal nafas, gagal ginjal kerusakan susunan saraf pusat dan refluks usus
lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritasi makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi
mukosa lambung.
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian
kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai
panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung
makanan atau minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung damlam keadaan
kosong, maka ia akan melipat mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung
mulai terisi akan mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara bertahap
membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya kedalam usus kecil. Kerika makanan masuk kedalam esopagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esopagus dan lambung
(asophageal sphincter) akan membukan dan membiarkan makanan masuk ke
lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri

6
dari lapisan-lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama,
kelenjar-kelenjar yang berada dimukosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim-enzim dan asam lambung) untuk
lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam
ini sangat korosif sehingga paku besi pun larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga
yang mengeluarkan ion bikarbonat secara regular sehingga menyeimbangkan
keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam
hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan
dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa
penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori
yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. Pylori ini
sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan
penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang
lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat

7
mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian
besar orang yang terkena infeksi H. Pylori kronis tidak mempunyai kanker
dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada
penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini
sedangkan yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan
pada lambung.
6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding

8
lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B12).
7. Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis
pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini,
gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk
cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena
sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-
lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan,
empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil.
Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin
(pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung.
Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke
dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya
seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

9
E. Patofisiologi
1. Gastritis akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan
alkohol makanan yang pedas panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami steesakan terjadi perangsangan saraf simpatik NV (Nervus
Vagus ) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCL) didalam
lambung dan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan meyebabkan sel epitel kolummer,
yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya
sedangkan mukus tersebut berfungsi untuk meproteksi mukosa lambung agar
tidak ikut tercernah respon mukosa lambung karena penurunan sekresi
mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat enzim yang meproduksi asama klorida atau HCL
terutama daerah fundus. vasodilatasi mukosa gaster akan meyebakan
produksi HCL meningkat anoreksia juga dapat meyebabkan rasa mual nyeri,
rasa nyeri ini timbul karena kontak HCL dengan mukosa gaster. respon
mukosa lambung akibat penurunan sekersi mukus dapat berupa
pengelupasan.Pengelupasan sel mukosa lambung akan mengakibatkan erosi
memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam
hidup penderita namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi
sehingga erosi dapat menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah
pendarahan. (price & wilson, 2011)
2. Gastritis kronis Infalamsi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung atau bakteri helicobactery pylory ( H.
Pylory) gastritis kronis dapat dikalsifikasikan sebagai tipe A/ tipe B, tipe A
sering disebut sebagai gastritis autoimun diakibatkan dari perubahan sel
pariental yang menimbulkan atrofi dan inflamasi seluler. Hal ini
dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan
terjadi pada fundus atau korpus di lambung. Tipe B kadang disebut sebagai

10
gastritis mempengaruhi antrum dan pylorus ujung bawah lambung dekat
duodenum ini dihubungkan dengan bakteri pylory. Faktor diet seperti minum
panas atau pedas, pengunaan obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluk
isi usus kedalam lambung (Smeltzer & Bare, 2012)

11
Pathway Gastritis

Mukosa lambung

H.Plyori

Gastritis akut Gastritis kronis

Tipe A Tipe B
Stress, obat-obatan
dan makanan yang
terlalu asam
Atrofi Inflamasi Terjadi di atrium

Merangsang syaraf
Anemia periscosa Makanan pedas,
obat-obatan,
alkohol, merokok
Asam khlorida
meningkat Krofus lambung
NYERI KRONIS

Mual, muntah Pengelupasan mukosa lambung

RESIKO DEFISIT Produksi mukosa Pendarahan


NUTRISI lambung menurun

NYERI AKUT
Vasodilatasi sel
mukosa gaster

NAUSEA

Sumber : Smeltzer & Bare (2012)

12
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu :
1. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi :
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kelapa, kelesuan, mual
dan anoreksia disertai muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menujukan asimptomitik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan
akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Ayu, 2021)
2. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala
defisiensi vitamin B12. Ada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia
( nafsu makan menurun ), nyeri uluh hati setelah makan, kembung, rasa
asam di mulut atau mual dan muntah. (Smeltzer & Bare, 2012)
Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus
yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan
tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3. Kadang-kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.
5. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar
pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia defisiensi
dengan etiologi yang tidak jelas.

13
6. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat
dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
Gastritis kronis
1. Bervariasi dan tidak jelas.
2. Perasaan penuh, anoreksia.
3. Distress epigastrik yang tidak nyata.
4. Cepat kenyang.
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
b. Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yangs ering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung
sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang meningkatkan mual
hingga muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena. Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.
Gastritis akut :
1. Gastritis Akute Eksogen Simple
a. Nyeri epigastrik mendadak.
b. Nausea yang disusul dengan vomitus.
c. Saat serangan pasien kelihatan berkeringat, gelisah, sakit perut, dan
kadang disertai panas serta takikardi.
d. Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
2. Gastritis Akute Eksogen Korosiva
a. Pasien kolaps dengan kulit dingin.

14
b. Takikardi dengan sianosis.
c. Perasaan seperti terbakar pada epigastrium.
d. Nyeri hebat (kolik).
3. Gastritis Infeksiosa Akute
a. Anoreksia.
b. Perasaan tertekan pada epigastrium.
c. Vomitus.
d. Hematemesis.
4. Gastritis Hegmonos Akute
a. Nyeri hebat mendadak di epigastrium, Neusia.
b. Rasa tegang pada epigastrium, vomitus.
c. Panas tinggi dan lemas, takipnea.
d. Lidah kering sedikit ektrik, takikardi.
e. Sianosis pada ektermitas.
f. Abdomen lembek, leukositosis.
Gastritis Kronik :
1. Gastritis superfisialis
a. Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
b. Penurunan BB.
c. Kembung atau rasa penuh pada epigastrium.
d. Nousea.Rasa perih sebelum dan sesduah makan.
e. Terasa pusing.
f. Vomitus.
2. Gastritis Atropikan
a. Rasa tertekan pada epigastrium, anoreksia.
b. Rasa penuh pada perut, nousea.
c. Keluar angin pada mulut, vomitus.
d. Mudah tersinggung, gelisah.
e. Mulut dan tenggorokan terasa kering.

15
3. Gastritis Hypertropik Kronik
a. Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
b. Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
c. Kadang disertai melena.
G. Komplikasi
Pada gastritis akut. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syak hemoragik yang bisa
mengakibatkan kematian. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan
dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan hampir sama namun
pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter Pylori, sebesar
100% tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
Pada gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang
disebabkan oleh ulkus benigna dan maligna dari lambung atau oleh Helicobater
Pylori.
1. Atrofi lambung dapat menyebabkan ganggguan penyerapan terhadap
vitamin.
2. Anemia pernisinosa yang mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik
dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan terhadap
vitamin B12.
3. Gangguan penyerapan zat besi.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan pada gastritis meliputi
a. Antikoagulan bila ada pendarahan pada lambung.
b. Antasida : pada gastritis yang parah cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan 12 cairan sampai
gejala-gejala mereda untuk Gastritis yang tidak pernah diobati dangan
antasida dan istirahat.
c. Histonin : ranitidine dapat diberikan untuk menghambat pembentukan

16
asam lambung dan kemudiaan menurunkan iritasi lambung.
d. Sulcrafet : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeluputinya untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi .
e. Pembedahan : untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
gastrojejunuskopi/reseksi lambung mengatasi obstruksi pylorus.
2. Penatalaksanan gastritis secara medis meliputi : Gastritis akut diatasi dengan
mengitrusikan pada pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai
gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila pasien menetap, cairan perlu diberikan
secara parenteral. Bila pendarahan terjadi maka penatalaksaan adalah serupa
dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal
atas. Bila diakibatkan oleh mencernah makanan yang sangat asam atau alkali
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
( Ayu Rahayu, 2021)
a. Untuk mentralisasi asam digunakan antasida umum ( misal : aluminium
hidroksida ) untuk menetralisasi alkali digunakan jus lemon encer atau
cuka encer.
b. Bila korosis luas atau berat emetic dan lafase diberikan karena bahaya
perforasi.
c. Terapi pendukung mencakup intubasi analgetic dan antasida, sedativ,
serta cairan intravena.
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliput :
a. Tirah baring
b. Mengurangi stess
c. Diet

17
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa meliputi :
1) Identitas Pasien
(a) Nama
(b) Usia
(c) Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
(d) Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
(e) Alamat
(f) Suku/bangsa
(g) Agama
2) Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah
atau minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan
menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap
gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang
dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
3) Riwayat sakit dan kesehatan
4) Keluhan utama
5) Riwayat penyakit saat ini
6) Riwayat penyakit dahulu
7) Pemeriksaan fisik : Review of System
(a) B1 (breath) : Takhipnea
(b) B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer
lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
(c) B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran
dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
(d) B4 (bladder) : Oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
(e) B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu
hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
(f) B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan.

8) Pemeriksaan Diagnostik
(a) Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa
pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung
karena gastritis.
(b) Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea
diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak

18
dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui
dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
(c) Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
dalam lambung.
(d) Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa
nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna
yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih
satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
(e) Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan
barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
rontgen.
(f) Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu
tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis
basal mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa perangsangan.
Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas
nyata).
(g) Analisis stimulasi

19
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam
maksimal (MAO, Maximum Acid Output) setelah pemberian
obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria
atau tidak.
9) Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan fungsi metabolik,
kerusakan sistem saraf, peningkatan indeks massa tubuh,tekanan
emosional, riwayat penyalahgunaan obat/zat
c. Nausea berhubungan dengan gangguan pada esofagus, distensi lambung,
iritasi lambung, faktor psikologis
d. Resiko defisit nutrisi dengan faktor resiko ketidakmampuan menelan
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien, faktor psikologis

20
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang Memburu Membaik  Identifikasi respons nyeri non verbal
berkaitan dengan k  Identifikasi faktor yang memperberat dan
kerusakan jaringan 1 Frekuensi nadi memperingan nyeri
aktual atau fungsional, 1 2 3 4 5  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
dengan onset 2 Pola nafas nyeri
mendadak atau lambat 1 2 3 4 5  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
dan berintensitas Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor efek samping penggunaan analgetik
ringan hingga berat Meningka Menurun Terapeutik:
yang berlangsung t  Berikan teknik nonfarmakologi untuk
kurang dari 3 bulan. 3 Keluhan nyeri mengurangi rasa nyeri
1 2 3 4 5  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
4 Meringis nyeri
1 2 3 4 5  Fasilitasi istirahat dan tidur
5 Gelisah  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
1 2 3 4 5 pemilihan strategi meredakan nyeri
6 Kesulitan tidur Edukasi
1 2 3 4 5  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

21
NYERI KRONIS
D. 0078

DEFINISI OUTCOME MANAJEMEN NYERI (I. 08238)


Pengalaman sensorik atau emosional yang Tingkat Nyeri Menurun 1. Observasi
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau (L.08066)  lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat kualitas, intensitas nyeri
dan berintensitas ringan hingga berat yang  Identifikasi skala nyeri
berlangsung kurang dari 3 bulan.  Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
PENYEBAB memperingan nyeri
1. Kondisi muskuloskletal kronis  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
2. Kerusakan sisitem saraf tentang nyeri
3. Penekanan saraf  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
4. Infiltrasi tumor respon nyeri
5. Ketidakseimbangan neurotransmitter,  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
neuromodulator dan reseptor hidup
6. Gangguan imunitas  Monitor keberhasilan terapi komplementer
7. Gangguan fungsi metabolic yang sudah diberikan
8. Riwayat posisi kerja statis  Monitor efek samping penggunaan
9. Peningkatan indeks massa tubuh analgetik
10. Kondisi pasca trauma 2. Terapeutik
11. Tekanan emosional  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
12. Riwayat penganiayaan mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
13. Riwayat penyalahgunaan obat/ zat hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

22
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

PERAWATAN KENYAMANAN (I.08245)


1. Observasi
 Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan
 Identifikasi pemahaman tentang kondisi,
situasi dan perasaannya
 Identifikasi masalah emosional dan
spiritual
2. Terapeutik
 Berikan posiis yang nyaman
 Berikan kompres dingin atau hangat
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Berikan pemijatan
 Berikan terapi akupresur
 Berikan terapi hipnotis
 Dukung keluarga dan pengasuh terlibat
dalam terapi
 Diskusikan mengenai situasi dan pilihan
terapi
3. Edukasi
 Jelaskna mnegenai kondisi dan pilihan
terapi/ pengobatan
 Ajarkan terapi relaksasi
 Ajarkan latihan pernafasan
 Ajarkan tehnik distraksi dan imajinasi
terbimbing

23
4. Kolaborasi
 Kolaborsi pemberian analgesic, antipruritis,
anthihistamin, jika perlu

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nausea Tingkat Nausea Manajemen Mual
D.0076 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan tingkat nausea menurun  Identifikasi pengalaman mual
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
Perasaan tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk (mis.bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak
nyaman pada Menurun Meningk at dapat berkomunikasi secara efektif)
bagian belakang at  Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
tenggorok atau 1 Nafsu makan hidup (mis,nafsu makan, aktivitas, kinerja,
lambung yang dapat 1 2 3 4 5 tanggung jawab peran, dan tidur)
mengakibatkan Meningk Cukup sedang Cukup menurun  Identifikasi factor penyebab mual
muntah at meningk menurun (mis.pengobatan dan procedure)
at  Identifikasi antiemetic untuk mencegah mual
2 Keluhan mual (kecuali mual pada kehamilan)
1 2 3 4 5  Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat
3 Perasaan ingin muntah keparahan)
 Monitor asupan nutrisi dan kalori
1 2 3 4 5
Terapeutik:
4 Perasaan asam dimulut
 Kendalikan factor lingkungan penyebab mual
1 2 3 4 5 (mis.bau tak sedap, suara, dan rangsangan visual
5 Sensai panas yang tidak menyenangkan)
1 2 3 4 5  Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
6 Sensasi dingin (mis.kecemasan, ketakutan, kelelahan)
1 2 3 4 5  Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
7 Frekuensi menelan menarik
1 2 3 4 5  Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak
8 Diaphoresis berbau dan tidak berwarna, jika perlu
1 2 3 5 Edukasi

24
9 Jumlah saliva  Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
1 2 3 4 5  Anjurkan sring membersihakn mulut, kecuali
memburu Cukup sedang Cukup Membaik jika merangsang mual
k memburu membaik  Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendh
k lemak
10 pucat  Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
1 2 3 4 5 untuk mengatasi mual (mis. Biofeedback,
11 takikardia hypnosis, relaksasi, terapi music, akupresur)
Kolaborasi
1 2 3 4 5
 Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
Manajemen Muntah
Observasi
 Identifikasi karakteristik muntah (mis. Warna,
konsistensi, adanya darah, waktu, frekuensi dan
durasi)
 Periksa volume muntah
 Identifikasi riwayat diet (mis,makanan yang
disuka, tidak disuka, dan budaya)
 Identifikasi factor penyebab muntah
(mis.pengobatan dan rosedure)
 Identifikasi kerusakan esophagus dan faring
posterior jika muntah terlalu lama
 Monitor efek manajemen muntah secara
menyeluruh
 Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
 kontrol factor lingkungan penyebab muntah
(mis.bau tak sedap, suara dan stimulus visual
yang tidak menyenangkan)
 kurangi dan hilangkan keadaan penyebab
muntah (mis.kecemasan, ketakutan)
 atur posisi untuk mencegah aspirasi
 pertahankan kepatenan jalan napas
 bersihkan mulut dan hidung

25
 berikan dukungan fisik saat muntaj
(mis.membantu mambungkuk atau
menundukkan kepala)
 berikan kenyamanan selama muntah
(mis.kompres dingin didahi atau sediakan
pakaian kering dan bersih)
 berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi
minimal 30 m3nit setelah muntah
Edukasi
 anjurkan membawa kantong plastic untuk
menampung muntah
 anjurkan memperbanyak istirahat
 ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
untuk mengelola muntah (mis. Biofeedback,
hypnosis, relaksasi, terapi music, akupresur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu

26
RESIKO DEFISIT NUTRISI
D. 0032

DEFINISI OUTCOME MANAJEMEN GANGGUAN MAKAN (I. 03111)


Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup Status nutrisi membaik 1. Observasi
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. diberi kode (L.03030)  Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan
serta kebutuhan kalori
FAKTOR RISIKO Terapeutik
1. Ketidakmampuan menelan makanan  Timbang berat badan secara rutin
2. Ketidakmampuan mencerna makanan  Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient fisik (termasuk olahraga) yang sesuai
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme  Lakukan kontrak perilaku (mis: target berat badan,
5. Faktor ekonomi (mis: finansial tidak tanggungjawab perilaku)
mencukupi)  Damping ke kamar mandi untuk pengamatan
6. Faktor psikologis (mis: stres, keengganan perilaku memuntahkan Kembali makanan
untuk makan)  Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan
target dan perubahan perilaku
 Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target
sesuai kontrak
 Rencanakan program pengobatan untuk perawatan
di rumah (mis: medis, konseling)
2. Edukasi
 Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan
dan situasi pemicu pengeluaran makanan (mis:
pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebihan)
 Ajarkan pengaturan diet yang tepat
 Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian
masalah perilaku makan
3. Kolaborasi

27
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan

MANAJEMEN NUTRISI (I.03119)


1. Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida
makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
 Ajarkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,

28
jika perlu

29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.H DENGAN GASTRITIS AKUT
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Masuk : 07 Januari 2023
Jam Masuk : 10:40
Ruangan : Rawat Inap Puskesmas Toili II
No. Registrasi : 12, 023,754
Diagnose Medis : Gastritis akut
Tanggal Pengkajian : 07 januari 2023
1. Identititas Pasien
Nama : Nn. H
Umur : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Benteng
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Benteng

30
Hub. Dengan Klien : Ayah kandung
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama Saat Masuk : Nyeri ulu hati
2. Riwayat Keluhan Utama : Pasien Nn.H Datang pada Tanggal 07
Januari 2023 pukul 10:40 dengan keluhan Nyeri ulu hati akibat terlambat
makan dan mengkonsumsi makanan pedas, Nyeri dirasakan seperti ditusuk
tusuk, Nyeri di rasakan padan ulu hati, ,skala nyeri 6, Nyeri sering terjadi
dengan durasi 3-5 menit.
3. Keluhan Utama Saat pengkajian : Klien mengatakan nyeri ulu hati akibat
lambat makan dan konsumsi makanan pedas, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, Klien mengatakan nyeri dirasakan pada daerah ulu hati
dengan skala nyeri 6 dengan durasi nyeri 3 – 5 menit, klien nampak
memegangi ulu hati, klien mengeluh mual, klien merasa ingin muntah, klien
mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan setiap memasukkan
makanan selalu ingin muntah
4. Keluhan Lain yang menyertai : Tidak ada
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Klien mengatakan sering mengalami
nyeri uluhati sejak 1 tahun yang lalu, klien mengatakan sebelumnya pernah
di rawat di puskesmas karena penyakit yang sama.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan ayah nya juga
mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan klien, keluarga tidak
memiliki riwayat penyakit degenerative dan tidak mempunyai riwayat
penyakit menular.
7. Riwayat alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi
obat dan makanan

31
C. GENOGRAM

A B B

C D

Keterangan:
: : laki laki X : Meninggal D: Saudara ayah klien
: Perempuan A : Orang Tua dari ibu klien E: Saudara klien
: Klien B : Orang Tua dari ayah klien
: Garis Keturunan C : Saudara Ibu klien
:Serumah

32
D. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL KESEHATAN
No. Keterangan Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1. Persepsi kesehatan Klien mengatakan Klien mengatakan
kurang memperhatikan kesehatan hal yang di
masalah kesehatannya utamakan dan harus
diperhatikan
2. Pola metabolic nutrisi
 Frekuensi makanan  Frekuensi :3kali/hari  Frekuensi : 2 kali/hari
 Nafsu makan  Nafsu makan :Baik  Nafsu makan :kurang
 Pantangan makanan 1 porsi habis nafsu makan, makan
 Pola minum (jumlah  Pantangan makanan: hanya 5 sendok
cairan masuk Tidak ada karena ingin muntah
perhari)  Jumlah cairan: >8  Pantangan makanan:
gelas/ hari Tidak ada
 Jumlah cairan: >3-4
gelas/ hari
3. Pola istirahat/ tidur
 Siang  Tidur siang: 1-2 jam  Tidur siang: 1 jam
 Malam  Tidur malam: ±8  Tidur malam: ±7 jam
 Gangguan tidur jam  Gangguan tidur: tidak
 Gangguan tidur: ada
Tidak ada
4. Pola kebersihan diri
 Mandi  Mandi: 2x/hari  Mandi: 1x/hari
 Sikat gigi  Sikat gigi: 2x/hari  Sikat gigi: 1x/hari
 Cuci rambut  Cuci rambut:  Cuci rambut: Tidak
 Kebersihan kuku 3x/minggu mencuci rambut
 Kebersihan kuku:  Kebersihan kuku:
Rutin menggunting Rutin menggunting
kuku kuku

5. Pola eliminasi
 BAB  BAB: 1x/hari  BAB: 1x/hari
 Frekuensi  Frekuensi: 1x/hari  Frekuensi: 1x/hari
 Warna  Warna: Kuning  Warna: Kuning
 Konsistensi  Konsistensi: Lunak  Konsistensi: Lunak
 BAK  BAK: 4-8 x/hari  BAK: 4-8 x/hari
 Frekuensi  Frekuensi:  Frekuensi: 4-8x/hari
 Warna 4-8x/hari  Warna: Jernih
 Jumlah urine  Warna: Jernih kekuningan.
kekuningan  Jumlah urine: Tidak

33
 Jumlah urine: di takar
Tidak di takar
6. Pola aktifitas Pasien bisa Pasien hanya bisa tidur,
mengerjakan pekerjaan duduk dan berjalan
rumah dengan mudah dengan jarak ±5 meter.
7. Pola persepsi diri (konsep Pasien merasa jika Pasien merasa dirinya
diri) dirinya tidak bisa sembbu karna
mengalami sakit yang dirinya kuat menghadapi
sekarang karna kondisi sakitnya saat ini
menganggap dirinya
kuat
8. Pola hubungan peran Pasien bisa Pasien tidak dapat
mengerjakan pekerjaan mengerjakan pekerjaan
rumah dan mampu rumah .
bersosialisasi dengan
baik.
9. Pola koping (toleransi Pasien merasa senang Pasien mengobrol
stress) melakukan aktifitas dengan keluarga untuk
yang disukai menghilangkan strees.
10. Pola nilai (kepercayaan Pasien melakukan Pasien tidak ibadah,
spiritual) ibadah setiap hari namun dia selalu berdoa

E. PEMERIKSAAN FISIK
BB Sebelum Sakit : 55 Kg
BB Saat Sakit : 53 Kg
Tinggi Badan : 158 CM
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E: 4 V: 5 M: 6 = 15
Tanda Tanda Vital : TD: 110/70 Mmhg S: 36,8° C
N: 105x/m R: 20x/m
Keadaan Umum : Lemah
1. Kepala dan Rambut
Inspeksi : bentuk kepala mesochipal, keadaan rambut bersih ,
warna rambut hitam, tidak ada lesi, Tidak ada benjolan.
Palpasi : tidak ada teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

34
2. Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada luka
dan tak tampak ada serumen
Palpasi : tidak teraba benjolan dan taka da nyeri tekan.
3. Mata
Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan , pupil isokor dan
konjungtiva tidak anemis, skera tidak icteric.
Palpasi : tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung
Inspeksi : betuk hidung dimetris kiri dan kanan, tidak terdapat
secret pada hidung
Palpasi : tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : bibir tidak tampak pucat , tidak terdapat karies dan
tidak ada stomatisis, mukosa bibir basah.
6. Leher
Inspeksi : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekas, tidak
teraba JVP
7. Dada (jantung dan paru)
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada alat
bantu nafas, ictus cordis tampak.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan , tidak terdapat massa, vical
pemitus teraba sama. Ictus cordis teraba di ICS V mid clavicular sinistra.
Perkusi :
 Kanan jantung ICS 4 linea paraternalis dextra
 Atas jantung ICS 2 linea parastenal sinistra
 Pinggang jantung ICS 3 linea parasternalis sinistra

35
 Kiri jantung ics 5,2 cm medial linea midclavicular
Auskultasi : bunyi antung I dan II regular, tidak ada suara jantung
tambahan, bunyi nafas vasikuler dan suara nafas normal.
8. Abdomen
Inspeksi : tidak Nampak luka pada permukaan abdomen, tampak
distensi pada permukaan perut
Palpasi : ada nyeri tekan pada region epigastric
Perkusi : terdengar bunyi hipertimpani pada kuadran tengah
abdomen
Auskultasi : bising usus meningkat 35 X/menit
9. Genitalia
Tidak di lakukan pemeriksaan
10. Ekstremitas atas
Inspeksi : tidak terdapat luka, terpasang infus pada lengan
sebelah metacarpal sinistra, keduan tangan dapat di gerakkan 5 5
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
11. Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak terdapat luka, keduan kaki dapat di gerakkan 5 5
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
12. Kulit
Inspeksi : warna kulit normal (sawo matang), tidak tampak
kebiruan
Palpasi : Turgor kulit baik

F. DATA PENUNJANG
Tidak di lakukan pemeriksaan penunjang

36
G. PENATALAKSANAAN TERAPI MEDIS
1. IVFD RL 20 Tpm
2. Inj. Ranitidine 1 amp/12jam/iv
3. Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
4. Antasida tab 3x1 setengah jam sebelum makan.
H. PENGUMPULAN DATA
1. Klien mengatakan nyeri ulu hati akibat lambat makan dan konsumsi
makanan pedas
2. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
3. Klien mengatakan nyeri dirasakan pada daerah ulu hati
4. Skala nyeri 6
5. Durasi nyeri 3 – 5 menit
6. Klien mengeluh mual
7. Klien merasa ingin muntah
8. Klien mengatakan tidak nafsu makan
9. Klien mengatakan setiap memasukkan makanan selalu ingin muntah
10. Frekuensi makan saat sakit 2 kali/hari
11. Klien mengatakan saat sakit makan hanya 5 sendok karena ingin muntah
12. BB Sebelum Sakit : 55 Kg
13. Klien nampak memegangi ulu hati
14. Skala nyeri 6 (bour bonis)
15. Ada nyeri tekan pada region epigastric
16. Tampak distensi pada permukaan perut
17. BB Saat Sakit : 53 Kg
18. Keadaan umum lemah
19. Tanda Tanda Vital : TD: 110/70 Mmhg S: 36,8° C
N: 105x/m R: 20x/m

KLASIFIKASI DATA

37
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengatakan nyeri ulu hati 1. Klien nampak memegangi ulu
akibat lambat makan dan hati
konsumsi makanan pedas 2. Skala nyeri 6 (bour bonis)
2. Nyeri dirasakan seperti ditusuk- 3. Ada nyeri tekan pada region
tusuk epigastric
3. Klien mengatakan nyeri 4. Tampak distensi pada permukaan
dirasakan pada daerah ulu hati perut
4. Skala nyeri 6 5. BB Saat Sakit : 53 Kg
5. Durasi nyeri 3 – 5 menit 6. Keadaan umum lemah
6. Klien mengeluh mual 7. Tanda Tanda Vital :
7. Klien merasa ingin muntah TD: 110/70 Mmhg
8. Klien mengatakan tidak nafsu S: 36,8° C
makan N: 105x/m
9. Klien mengatakan setiap R: 20x/m
memasukkan makanan selalu
ingin muntah
10. Frekuensi makan saat sakit 2
kali/hari
11. Klien mengatakan saat sakit
makan hanya 5 sendok karena
ingin muntah
12. BB Sebelum Sakit : 55 Kg

ANALISIS DATA

38
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS : Agen pencedera Nyeri akut
fisiologis (D.0077)
1. Klien mengatakan nyeri ulu hati
akibat lambat makan dan
konsumsi makanan pedas
2. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk
3. Klien mengatakan nyeri
dirasakan pada daerah ulu hati
4. Skala nyeri 6
5. Durasi nyeri 3 – 5 menit
DO :
1. Klien nampak memegangi ulu
hati
2. Skala nyeri 6 (bour bonis)
3. Ada nyeri tekan pada region
epigastric
4. Tampak distensi pada permukaan
perut
5. Keadaan umum lemah
6. Tanda Tanda Vital :
TD: 110/70 Mmhg
S: 36,8° C
N: 105x/m
R: 20x/m

2. DS : Distensi lambung Nausea


(D.0076)
1. Klien mengeluh mual
2. Klien merasa ingin muntah
3. Klien mengatakan tidak nafsu
makan
4. Klien mengatakan setiap
memasukkan makanan selalu
ingin muntah
5. Frekuensi makan saat sakit 2
kali/hari
6. Klien mengatakan saat sakit
makan hanya 5 sendok karena
ingin muntah

39
DO :
1. Tampak distensi pada permukaan
perut
2. Keadaan umum lemah
3. N: 105x/m

3. Data : Faktor Resiko : Risiko defisit


nutrisi
1. Klien mengeluh mual
Ketidakmampuan (D.0032)
2. Klien merasa ingin muntah
mencerna
3. Klien mengatakan tidak nafsu
makanan
makan
4. Klien mengatakan setiap
memasukkan makanan selalu
ingin muntah
5. Frekuensi makan saat sakit 2
kali/hari
6. Klien mengatakan saat sakit
makan hanya 5 sendok karena
ingin muntah
7. BB Sebelum Sakit : 55 Kg
8. Ada nyeri tekan pada region
epigastric
9. Tampak distensi pada permukaan
perut
10. BB Saat Sakit : 53 Kg
11. Keadaan umum lemah

Diagnosa keperawatan berdasarkan priotitas :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2. Nausea berhubungan dengan distensi lambung

3. Risiko defisit nutrisi dengan faktor risiko ketidakmampuan mencerna makanan

40
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA


NO. DATA INTERVENSI
HASIL
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI
agen pencedera fisiologis dibuktikan keperawatan 3 x 24 jam 1. Identifikasi lokasi,
dengan : diharapkan masalah teratasi karakter,durasi,frekuensi,dan intensitas
dengan kriteria hasil : nyeri.
DS : 2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 Nyeri menurun mengurangi nyeri dengan cara teknik
1. Klien mengatakan nyeri ulu
 Frekuensi nadi dalam akupresure aroma terapi, kompres air
hati akibat lambat makan dan
batas normal. hangat
konsumsi makanan pedas
 Skala nyeri menurun 3. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
2. Nyeri dirasakan seperti
 Eskpresi wajah rileks mengurangi rasa nyeri, missal :
ditusuk-tusuk
akupresure aroma terapi, teknik relaksasi
3. Klien mengatakan nyeri
nafas dalam, kompres air hangat(buli
dirasakan pada daerah ulu hati
buli)
4. Skala nyeri 6
4. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
5. Durasi nyeri 3 – 5 menit

DO :
1. Klien nampak memegangi ulu
hati
2. Skala nyeri 6 (bour bonis)
3. Ada nyeri tekan pada region
epigastric
4. Tampak distensi pada
permukaan perut
5. Keadaan umum lemah

41
6. Tanda Tanda Vital :
TD: 110/70 Mmhg
S: 36,8° C
N: 105x/m
R: 20x/m

2. Nausea berhubungan dengan distensi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN MUAL


lambung dibuktikan dengan : keperawatan 3 x 24 jam 1. Monitor asupan nutrisi dan kalori
diharapkan masalah teratasi 2. Berikan makanan dalam jumlah kecil
DS : dengan kriteria hasil : dan menarik
1. Klien mengeluh mual  Nafsu makan meningkat 3. Ajarkan penggunaan teknik
2. Klien merasa ingin muntah  Keluhan mual menurun nonfarmakologis untuk mengatasi mual
3. Klien mengatakan tidak nafsu  Perasaan ingin muntah (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi,
makan menurun terapi music, akupresur)
4. Klien mengatakan setiap 4. Kolaborasi pemberian antiemetic, jika
memasukkan makanan selalu perlu
ingin muntah
5. Frekuensi makan saat sakit 2
kali/hari
6. Klien mengatakan saat sakit
makan hanya 5 sendok karena
ingin muntah

DO :
1. Tampak distensi pada
permukaan perut
2. Keadaan umum lemah
3. N: 105x/m
3. Risiko defisit nutrisi dibuktikan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NUTRISI

42
dengan faktor risiko keperawatan 3 x 24 jam 1. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
ketidakmampuan mencerna makanan diharapkan masalah teratasi 2. Monitor asupan makan
dengan kriteria hasil : 3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
Data :  Porsi makanan yang protein
dihabiskan meningkat 4. Ajarkan posisi duduk, jika mampu
1. Klien mengeluh mual
 Perasaan cepat kenyang 5. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
2. Klien merasa ingin muntah
menurun makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik),
3. Klien mengatakan tidak
 Frekuensi makan jika perlu
nafsu makan
4. Klien mengatakan setiap meningkat
memasukkan makanan  Nafsu makan meningkat
selalu ingin muntah
5. Frekuensi makan saat sakit 2
kali/hari
6. Klien mengatakan saat sakit
makan hanya 5 sendok
karena ingin muntah
7. BB Sebelum Sakit : 55
Kg
8. Ada nyeri tekan pada region
epigastric
9. Tampak distensi pada
permukaan perut
10. BB Saat Sakit : 53
Kg
11. Keadaan umum lemah

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

43
HARI/
NO. DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1. 07 Januari Nyeri akut 10:00 1. Identifikasi lokasi nyeri, Sabtu, 7 Januari 2023 pukul
2023 berhubungan dengan karakteristik nyeri, durasi 14.10 wita
agen pencedera nyeri, frekuensi nyeri, S:
fisiologis intensitas nyeri  Klien mengatakan nyeri
Hasil: nyeri pada masih hilang timbul.
epigastrium, nyeri sedang,  Skala nyeri 4
durasi nyeri 3-5 menit,
nyeri menurun, skala nyeri O:
berkurang.  Nyeri tekan pada daerah
10.30 2. Memberikan teknik epigastrium menurun
nonfarmakologis untuk  N: 95x/menit
mengurangi nyeri dengan  Ekspresi wajah meringis
cara teknik akupresure
aroma terapi, kompres air A:
hangat. Nyeri akut belum teratasi
Hasil: Nyeri Menurun
11.00 3. Mengajarkan teknik non P : intervensi di lanjutan
farmakologis untuk 1. Identifikasi lokasi,
mengurangi rasa nyeri, karakter,durasi,frekuensi
missal : akupresure aroma ,dan intensitas nyeri.
terapi, teknik relaksasi 2. Berikan teknik
nafas dalam, kompres air nonfarmakologis untuk
hangat(buli buli). mengurangi nyeri
Hasil : Klien memahami dengan cara teknik
apa yang dijelaskan oleh akupresure aroma terapi,
perawat. kompres air hangat.
11.15 4. Memberian analgetik 3. Kolaborasi dalam

44
ketorolac inj 1 pemberian analgetik
ampul/8jam/iv
Hasil: Nyeri Menurun.
2. 07 Januari Nausea berhubungan 10.12 1. Memonitor asupan nutrisi Sabtu, 07 Januari 2023 pukul
2023 dengan distensi dan kalori 14.12 wita
lambung Hasil : asupan nutrisi klien S:
selama sakit 5 sendok  Klien mengatakan masih
makan karena merasa ingin merasa mual bila
muntah mencoba untuk makan
11.20 2. Memberikan makanan  Nafsu makan masih
dalam jumlah kecil dan belum baik
menarik O:
Hasil : makanan yang  Klien nampak
diberikan klien porsi kecil memegangi ulu hati saat
namun tetap tidak sedang makan
dihabiskan  Klien nampak tidak
11.25 3. Mengajarkan penggunaan menghabiskan porsi
teknik nonfarmakologis makannya
untuk mengatasi mual A:
(mis. Biofeedback, Masalah nausea belum teratasi
hypnosis, relaksasi, terapi
music, akupresur) P : intervensi dilanjutkan
Hasil : klien dianjurkan 1. Monitor asupan nutrisi
menggunakan terapi music dan kalori
jika merasa mual dan 2. Ajarkan penggunaan
teknik relaksasi teknik nonfarmakologis
4. Kolaborasi pemberian untuk mengatasi mual
antiemetic, jika perlu (mis. Biofeedback,
Hasil : obat yang diberikan hypnosis, relaksasi, terapi

45
pada klien untuk mengatasi music, akupresur)
rasa mualnya adalah Inj. 3. Kolaborasi pemberian
12.10 Ranitidine 1 amp/12jam/iv antiemetic, jika perlu
11.52 Dan antasida tab 3x1
setengah jam sebelum
makan
3. 07 Januari Risiko defisit nutrisi 10.05 1. Mengidentifikasi alergi Sabtu, 07 Januari 2023 pukul
2023 dibuktikan dengan dan intoleransi makanan 14.15 wita
faktor risiko Hasil : klien tidak S:
ketidakmampuan memiliki terhadap  Nafsu makan masih
mencerna makanan makanan kurang baik
11.22 2. Memonitor asupan makan  Frekuensi makan saat
Hasil : asupan makanan sakit hanya 2 kali/hari
klien hanyak 5 sendok
makan karena merasa O:
ingin muntah  Porsi makan tidak
11.22 3. Memberikan makanan dihabiskan (nampak
tinggi kalori dan tinggi hanya habis 5 sendok
protein makan)
Hasil : keluarga
memberikan klien bubur A:
dengan lauk pauk Masalah Risiko defisit nutrisi
11.20 4. Mengajarkan posisi belum teratasi
duduk, jika mampu
Hasil : klien diajarkan P : intervensi dilanjutkan
posisi semi fowler bila 1. Monitor asupan makan
hendak makan sesuai 2. Berikan makanan tinggi
kemampuan klien kalori dan tinggi protein
5. Mengolaborasi pemberian 3. Kolaborasi pemberian

46
medikasi sebelum makan medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri, (mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu antiemetik), jika perlu
Hasil : klien diberikan
obat
12.10 Ranitidine 1 amp/12jam/iv
11.52 Dan antasida tab 3x1
setengah jam sebelum
makan

CATATAN PERKEMBANGAN
NO. HARI/ DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

47
TANGGAL
1. 08 Januari Nyeri akut 09.00 1. Identifikasi lokasi nyeri, Minggu, 8 Januari 2023 pukul
2023 berhubungan dengan karakteristik nyeri, durasi 14.15 wita
agen pencedera nyeri, frekuensi nyeri, S:
fisiologis intensitas nyeri  Klien mengatakan nyeri
Hasil: nyeri pada masih hilang timbul
epigastrium, nyeri ringan, tetapi sudah lebih baik
durasi nyeri 1-2 menit, nyeri dari hari sebelumnya.
menurun, skala nyeri  Skala nyeri 3
berkurang.(skala nyeri: 3)
10.00 2. Memberikan teknik O:
nonfarmakologis untuk  Nyeri tekan pada daerah
mengurangi nyeri dengan epigastrium menurun
cara teknik relaksasi nafas  N:80x/menit
dalam, terapi music.  Ekspresi wajah lrbih
Hasil: Nyeri Menurun rileks dari hari kemarin
11.00 3. Kolaborasi memberian
analgetik A:
Hasil: Nyeri Menurun jika Nyeri akut teratasi sebagian
perlu
P : intervensi di lanjutan
1. Identifikasi lokasi,
karakter,durasi,frekuensi
,dan intensitas nyeri.
2. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
dengan cara teknik
akupresure aroma terapi,

48
kompres air hangat.
3. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik jika
perlu.
2. 08 Januari Nausea berhubungan 11.30 1. Memonitor asupan nutrisi Minggu, 08 Januari 2023
2023 dengan distensi dan kalori pukul 14.15 wita
lambung Hasil : asupan nutrisi klien
S:
¼ porsi bubur dan masih  Klien mengatakan
merasa sedikit mual masih merasa sedikit
11.32 2. Mengajarkan penggunaan mual
teknik nonfarmakologis  Nafsu makan mulai
untuk mengatasi mual (mis. membaik
Biofeedback, hypnosis,
O:
relaksasi, terapi music,  Klien masih nampak
akupresur) memegangi ulu hati saat
Hasil : klien dianjurkan sedang makan
menggunakan terapi music  Klien nampak
jika merasa mual dan teknik menghabiskan ¼ porsi
relaksasi bubur
3. Kolaborasi pemberianA:
antiemetic, jika perlu Masalah nausea belum teratasi
Hasil : obat yang diberikan
pada klien untuk mengatasi P : intervensi dilanjutkan
rasa mualnya adalah Inj. 1. Monitor asupan nutrisi
12.30 Ranitidine 1 amp/12jam/iv dan kalori
11.00 Dan antasida tab 3x1 2. Kolaborasi pemberian
setengah jam sebelum antiemetic, jika perlu
makan
3. 08 Januari Risiko defisit nutrisi 11.30 1. Memonitor asupan makan Minggu, 08 Januari 2023

49
2023 dibuktikan dengan Hasil : asupan makanan pukul 14.17 wita
faktor risiko klien ¼ porsi S:
ketidakmampuan 11.32 2. Memberikan makanan  Nafsu makan mulai
mencerna makanan tinggi kalori dan tinggi membaik
protein  Frekuensi makan saat
Hasil : keluarga sakit masih 2 kali/hari
memberikan klien bubur
dengan lauk pauk O:
3. Mengolaborasi pemberian  Porsi makan dihabiskan
medikasi sebelum makan hanya ¼ porsi
(mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu A:
Hasil : klien diberikan obat Masalah Risiko defisit nutrisi
12.30 Ranitidine 1 amp/12jam/iv belum teratasi
11.00 Dan antasida tab 3x1
setengah jam sebelum P : intervensi dilanjutkan
makan 1. Monitor asupan makan
2. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
3. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis: Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu

CATATAN PERKEMBANGAN

50
HARI/
NO. DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1. 09 Januari Nyeri akut berhubungan 10.00 1. Identifikasi lokasi nyeri, Senin, 9 Januari 2023
2023 dengan agen pencedera karakteristik nyeri, durasi pukul 14.00 wita
fisiologis nyeri, frekuensi nyeri, S:
intensitas nyeri  Klien mengatakan
Hasil: nyeri sudah nyeri sudah tidak di
menurun/menghilang, nyeri rasakan lagi, perut di
tidak lagi di rasakan, nyeri tekan tidak sakit lagi.
membaik
11.00 2. Memberikan teknik O:
nonfarmakologis untuk  Nyeri tekan pada
mengurangi nyeri dengan daerah epigastrium
cara teknik relaksasi nafas membaik.
dalam, terapi music.  N:72x/menit
Hasil: Nyeri Membaik.  Ekspresi wajah
rileks.

A:
Nyeri akut teratasi

P : intervensi di hentikan
Edukasi
1. Hindari makanan
pedas dan bersantan
dahulu.
2. Pola makan dijaga
3. Tidak mengkonsumsi
minuman bersoda,

51
susu, dan roti yang
dapat memicu nyeri
epigastric.
4. Makan makanan
yang lunak
5. Makan porsi habis
dengan cara makan
sedikit tapi sering
6. Konsumsi obat
sesuai jadwal etiket
obat.
2. 09 Januari Nausea berhubungan 11.30 1. Memonitor asupan nutrisi dan Senin, 09 Januari 2023
2023 dengan distensi lambung kalori pukul 14.10 wita
Hasil : asupan nutrisi klien 1 S:
porsi bubur  Klien mengatakan
2. Kolaborasi pemberian sudah tidak mual
antiemetic, jika perlu  Nafsu makan
Hasil : obat yang diberikan membaik
pada klien untuk mengatasi O:
rasa mualnya adalah Inj.  Klien nampak
Ranitidine 1 amp/12jam/iv menghabiskan 1
12.25 Dan antasida tab 3x1 porsi bubur dengan
11.00 setengah jam sebelum makan porsi yang tidak
terlalu banyak
A:
Masalah nausea teratasi

P : intervensi dihentikan
3. 09 Januari Risiko defisit nutrisi 11.30 1. Memonitor asupan makan Senin, 09 Januari 2023

52
2023 dibuktikan dengan faktor Hasil : asupan makanan klien pukul 14.12 wita
risiko ketidakmampuan 1 porsi bubur S:
mencerna makanan 11.32 2. Memberikan makanan tinggi  Nafsu makan
kalori dan tinggi protein membaik
Hasil : keluarga memberikan  Frekuensi makan
klien bubur dengan lauk saat sakit masih 3
pauk kali/hari
3. Mengolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan O:
(mis: Pereda nyeri,  Porsi makan 1 porsi
antiemetik), jika perlu bubur habis dengan
Hasil : klien diberikan obat porsi tidak terlalu
12.25 Ranitidine 1 amp/12jam/iv banyak
11.00 Dan antasida tab 3x1
setengah jam sebelum makan A:
Masalah Risiko defisit
nutrisi teratasi

P : intervensi dihentikan

53
BAB IV
PEMBAHASAN
Masalah Keperawatan yang pertama adalah nyeri akut. Pada kasus Nn.H
diperoleh hasil pengkajian klien mengatakan nyeri ulu hati akibat lambat makan dan
konsumsi makanan pedas, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan
nyeri dirasakan pada daerah ulu hati , skala nyeri 6, durasi nyeri 3 – 5 menit, klien
nampak memegangi ulu hati, ada nyeri tekan pada region epigastric, tampak distensi
pada permukaan perut, keadaan umum lemah, tanda Tanda Vital : TD: 110/70
Mmhg, S: 36,8° C, N: 105x/m, R: 20x/m. Telah dilakukan intervensi manajemen
nyeri pada Nn.H dimana pada hari pertama nyeri belum teratasi, hari kedua
pemberian asuhan keperawatan nyeri teratasi sebagian dan pada hari ketiga nyeri
pada epigastric teratasi. Salah satunya adalah mengajarkan teknik non farmakologi
salah satunya relaksasi napas dalam
Menurut penelitian Charususin et al., (2018) latihan pernafasan atau
breathing exercise adalah menstimulasi sistem saraf parasimpatik sehingga
meningkatkan produksi endoprin, menurunkan heart rate, meningkatkan ekspansi
paru sehingga dapat berkembang maksimal, danotot-otot menjadi rileks.
Dalam teori Smeltzer & Bare (2015) cara melakukan latihan pernafasan
yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut :
a. Membuat kontrak waktu dan tempat dengan subjek studi kasus, tujuannya
memberikan kepercayaan terhadap subjek studi kasus.
b. Menganjurkan kepada subjek studi kasus untuk memposisikan satu tangan di
dada dan satu tangan di perut, tujuannya agar subjek studi kasus dapat
merasakan mengembangnya dinding dada saat inspirasi dan mengecilnya
abdomen saat ekspirasi.
Menganjurkan menarik nafas melalui hidung selama 4 detik, menahan nafas
selama 2 detik, kemudian menghembuskan nafas dari mulut dengan bibir dibulatkan
selama 8 detik dilakukan sebanyak 5-10 kali. Tujuannya untuk membantu
memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola napas lambat dan dalam,

54
membantu subjek studi kasus mengontrol pernapasan, mencegah kolaps dan melatih
otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan
napas selama ekspirasi, dan mengurangi jumlahudara yang terjebak
Nyeri subjek studi kasus gastritis dapat diatasi dengan memberikan tindakan
non-farmakologis dan tindakan farmakologis. Salah satu tindakan non-farmakologis
yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah latihan pernapasan. Latihan
pernafasan adalah latihan menggerakkan dinding dada untuk meningkatkan bersihan
jalan napas, meningkatkan perkembangan paru, menguatkan otot-otot napas, dan
meningkatkan relaksasi atau rasa nyaman (PPNI, 2018).
Diagnosa keperawatan kedua pada pasien Nn. H adalah nausea dengan hasil
pengkajian klien mengeluh mual, klien merasa ingin muntah, klien mengatakan tidak
nafsu makan, klien mengatakan setiap memasukkan makanan selalu ingin muntah,
frekuensi makan saat sakit 2 kali/hari, klien mengatakan saat sakit makan hanya 5
sendok karena ingin muntah, tampak distensi pada permukaan perut, keadaan umum
lemah, N: 105x/m. Telah dilakukan intervensi keperawatan manajemen mual. Pada
hari pertama dilakukan asuhan keperawatan masalah nausea belum teratasi,
begitupula dengan hari kedua, namun pada hari ketiga masalah nause sudah teratasi
dengan kriteria hasil klien sudah tidak mual dan nafsu makan membaik.
Diagnosa keperawatan ketiga adalah risiko defisit nutrisi dengan hasil
pengkajian diperoleh klien mengeluh mual, klien merasa ingin muntah, klien
mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan setiap memasukkan makanan
selalu ingin muntah, frekuensi makan saat sakit 2 kali/hari, klien mengatakan saat
sakit makan hanya 5 sendok karena ingin muntah, BB Sebelum Sakit: 55 Kg, ada
nyeri tekan pada region epigastric, tampak distensi pada permukaan perut, BB Saat
Sakit: 53 Kg, keadaan umum lemah. Telah dilakukan intervensi keperawatan
manajemen nutrisi. Pada hari pertama dan kedua diberikannya asuhan keperawatan,
masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi, namun pada hari ketiga sudah teratasi
dengan kriteria hasil nafsu makan membaik, frekuensi makan 3 kali/hari, dan 1 porsi
bubur dihabiskan.

55
Masalah keperawatan kedua dan ketiga saling berkaitan, kondisi nausea
mempengaruhi asupan nutrisi klien. Perasaan tidak nyaman yang mengakibatkan
mual dan muntah mengakibatkan asupan nutrisi klien berkurang dan mempengaruhi
nafsu makan serta frekuensi makan klien.
Teori Nuari Afrian (2015) dalam Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Gastrointestinal tahun 2015 hal 142 mengatakan penderita gastritis
yang mengalami gejala mual dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring atau
beristirahat untuk mencegah terjadinya muntah.
Keluhan dirasakan klien sejak klien lambat makan dan mengkonsumsi
makanan pedas. Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan
makan makan dalam sehari baik makan utama maupun makan selingan. Pada umumnya
seseorang melakukan makan utama 3 kali yaitu, pagi, siang dan malam atau sore . ketika
waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi, sebab dapat membekali tubuh
dengan zat makanan terutama kalori dan protein berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan ( Pratiwi, 2020). Penelitian ini tidak sejalan dengan Hartati (2018) dengan
judul Hubungan Perilaku Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Akper
Manggala Husada Jakarta Tahun 2020 bahwa tidak adanya hubungan antara variabel
keteraturan makan dengan kejadian gastritis dengan P value=0,092 (> 0,05). sedangkan untuk
variabel kebiasaan makan dan jenis makanan yang dimakan dengan kejadian gastritis
didapatkan hasil P value=0,000 (< 0,05).
Menurut Hidayah (2014) pola makan remaja yang buruk adalah seperti jadwal
makan yang tidak teratur, mengkonsumsi makanan yang memiliki nilai gizi
rendah dan meningkatkan produksi asam lambung, serta jumlah makanan yang
terlalu banyak dan juga terlalu sedikit.
Menurut penelitian Amri,S (2020) menunjukkan adanya hubungan pola
makan dengan kejadian gastritis, dimana responden dengan pola makan yang tidak
baik berisiko terjadi gastritis begitu juga sebaliknya.

BAB V

56
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas tentang asuhan keperawatan pada

Nn. H dengan kasus gastritis akut di ruang rawat inap Puskesmas Toili II dapat

disimpulkan setelah dilakukan asuhan keperawatan :

8. Pengkajian dilakukan tanggal 07 Januari 2023, klien masuk dengan keluhan


nyeri ulu hati akibat terlambat makan dan mengkonsumsi makanan pedas,
nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk, Nyeri di rasakan padan ulu hati, ,skala
nyeri 6, Nyeri sering terjadi dengan durasi 3-5 menit.
a. Diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus Nn. H adalah nyeri akut,

nausea, dan risiko daefisit nutrisi

b. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada masalah nyeri akut adalah

manajemen nyeri, pada masalah nausea dilakukan intervensi perawatan

manajemen mual, dan pada masalah risiko defisit nutrisi dilakukan

intervensi manajemen nutrisi

c. Implementasi keperawatan telah dilakukan berdasarkan intervensi

keperawatan dengan observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi

d. Hasil evaluasi masalah gangguan nyeri akut, nausea dan risiko defisit nutrisi

teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari

B. SARAN

Pasien dengan gastritis diharapkan dapat melakukan kebiasaan hidup

sehat dengan mengatur pola makan yang sesuai juga memperhatikan jenis

makanan yang dikonsumsi dengan menghindari jenis makanan yang

57
menjadikan faktor resiko terjadinya gastritis, juga pengendalian emosi dalam

mengatasi stress psikologis

DAFTAR PUSTAKA

58
Amri,S. (2020). Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Remaja
DiSMKKesehatan Napsi’ah Stabat Kabupaten Langkat. Manuju: Malahayati
Nursing Journal. P-ISSN: 2655-2728,E-ISSN: 2655-4712 volume 2, nomor 4.
Hal 659-666

Ayu Rahayu . (2021). Terapi Non Farmakologis Pada Nyeri Gatritis. Jawa Timur:
Pustaka Taman Ilmu

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta

Charususin, N., Dacha, S., Gosselink, R., Decramer, M., Leupoldt, A. Von,
Reijnders, T., … Langer, D. (2018). Respiratory Muscle Function and Exercise
Limitation in Patients With Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Riview.
Expert Reviewof Respiratory Medicine, 0(0)

Hartati, S. 2018. Hubungan Perilaku Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada


Mahasiswa Akper Manggala Husada Jakarta Tahun 2019 . file:///C:/Users/Win
%207/Downloads/2852-8113-1- PB.pdf. Diakses tanggal 05-02-2019
Hidayah. (2014). Kesalahan-kesalahan Pola Makan Pemicu Seabrek Penyakit
Mematikan. Jogjakarta : BukuBiru

Judha, Sudarti , & Fauziah. (2012). Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalianan .
Yogyakarta : Nuha Medika .

Jusup, L. (2018). Masakan Sehat Dan Lezat Untuk Penderita Gastritis ( Tukak
Lambung /Maag). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama .

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Profil Kesehatan Indonesia.

Price , & wilson. (2011). Terapai Non Farmakologis Pada Nyeri Gastritis. Jawa
Timur: Pustaka Taman Ilmu.

Rahmatika. (2019). Mengenal Penyakit Organ Cerna. jakarta : yayasan pustaka obor
indonesia .

Rugge. (2020). Buku Ajar Aspek Klinis Gastritis. Jawa timur: Airlangga University
Press.

Smeltzer, & Bare. (2012). Terapi Non Farmakologi Pada Nyeri Gastritis. Jawa
Timur: Pustaka Taman Ilmu.

Smeltzer & Bare. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan

59
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Utami, A. D., & Kartika, I. R. (2018). Terapi Komplementer Guna Menurunkan


Nyeri Pasien Gastritis: Literatur Review. REAL in Nursing Journal (RNJ), 1(3).
Wulansari, & Apriyani . (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Pencernan Gastritis. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husan, 27.

60

Anda mungkin juga menyukai