Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny. “I” P10001 POST SC HARI KE-2 FISIOLOGIS


Di RUANG MATERNITAS RUMAH SAKIT NAHDLATUL ULAMA TUBAN
13 Desember 2021 -25 Desember 2021

OLEH :
DYAH AULIA ERVINA
19171149005

Dosen Pembimbing :
ARIS PUJI UTAMI., SST., M.kes
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
TAHUN AJARAN 2021-2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan klinik kebidanan yang berjudul asuhan kebidanan pada Pada Ny “I” P10001
Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban
ini telah disetujui sebagai laporan praktik kebidanan.
Dalam Rangka praktek klinik kebidanan yang dilaksanakan oleh mahasiswa kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
Nama : Dyah Aulia Ervina
NIM : 19.17.1.149.005
Tanggal : 24 Desember 2021
Tahun Akademik : 2021-2022

Tuban, 24 Desember 2021


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Praktik Pembimbing Praktik Lapangan

Aris Puji Utami., SST., M.kes Yuni Purwanti Hastutik., SST


NIDN : 0718028705 NIK : 103.08.023

i
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah- Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan dengan judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah
sakit Nahdlatul Ulama Tuban”
Dalam penyusunan laporan asuhan kebidanan ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Mifahul Munir, S.KM, M.Kes, DIE selaku Rektor Institut Ilmu
Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan penelitian.
2. Ibu Aris Puji Utami,SST., M.Kes selaku Kaprodi D-lII Kebidanan serta pebimbing
dalam penulisan laporan asuhan kebidanan Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama
Tuban.
3. Ibu Yuni Purwanti Hastutik., SST selaku pembimbing di lahan praktik yang selalu
bersedia membantu dan memberikan ilmunya saat berada di lapangan.
4. Ny “I” beserta keluarga yang sudah bersedia menjadi responden dalam penulisan
asuhan kebidanan ini.
5. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan do’a dalam setiap langkah
pembuatan laporan asuhan kebidanan.
6. Teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan laporan asuhan kebidanan.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu atas
terselesainya laporan asuhan kebidanan.

Dalam penulisan laporan asuhan kebidanan ini, penulis menyadari sepenuhnya adanya
kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi pembahasan, oleh karena itu saran dan kritik
yang bersifat membangun dari para pembimbing dan pembaca sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan laporan asuhan kebidanan selanjutnya. Harapan penulis semoga
laporan asuhan kebidanan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca umumnya. semoga laporan asuhan kebidanan ini berguna bagi semua pihak
yang memanfaatkan.

Tuban, 24 Desember 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB l PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Post Partum........................................................................ 4
2.2 Konsep Dasar Sectio Caesarea……………………………….………… 13
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney……………. 23
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 29
3.1 Pengkajian................................................................................................. 29
3.2 Interpretasi Data........................................................................................ 33
3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial............................................ 34
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera.................................................................. 34
3.5 Intervensi.................................................................................................. 34
3.6 Implementasi............................................................................................. 36
3.7 Evaluasi..................................................................................................... 38
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 40
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 40
4.2 Saran......................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 41

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Postpartum/masa nifas merupakan masa pemulihan Kembali mulai dari persalinan
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, yaitu kira-kira6-8 minggu. Pada
masa post partum ibu banyak mengalami kejadian seperti perubahan fisik, psikologis
untuk menghadapi masa nifas, yang bila tidak segera ditangani akan dapat membahayakan
kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu diwaktu masa nifas (Indriyani,2013).
Sectio caesarea secara umum didefinisikan sebagai kelahiran janin melaly insisi
pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi) (Cunningham,et al,
2013).
Jumlah oprasi sectio caesarea di dunia ini telah meningkat pada 30 tahun yang lalu 1
dari 12 persalinan diakhiri dengan bedah sectio caesarea. Sekarang perbandingan ini
adalah 1 dari 3 persalinan. Untuk beberaoa perempuan sectio caesarea dianggap sebagai
cara melahirkan yang baik, tidak menyusahkan, meskipun diketahui bahwa Tindakan ini
ada bahayanya, angka bedah sectio caesarea secara global memnunjukan kenaikan.
Kelayakan kenaikan angka bedah masih diprdebatkan. WHO / UNFPA / Unicef mematok
angka 15%, dibanyak negara angka diatas 15% tidak mengurangi angka kematian ibu dan
perinatal. Jumlah bedah sectio caesarea tahun 2001 adalah 5.185 dan pada tahun 2006
adalah 6.755, angka sectio caesarea tahun 2001 adalah 17,0% dan tahun 2006 adalah
27.3%. kenaikan 60.0% dan untuk tahun 2006 angka ini cenderung naik tajam (Rasjidi,
2009).
Indonesia terjadi peningkatan angka sectio caesarea disertai kejadian infeksi luka
post sectio caesarea. Sekita 90% dari mordibitas pasca operasi disebabkan oleh infeksi
opersai (Himatusujanah & Rahayuningsih 2008). Dan setelah melakukan opersai sectio
caesarea dimana masa nifas juga adalah masa yang penting bagi semua ibu nifas harus
menjalani dan menjaga kesehatan selama masa nifas.
Masa nifas merupakan masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembalu seperti keadaan sebelum hamil, lama masa
nifas yaitu 6-8 minggu. Asuhan kebidanan masa nifas diperlukan dalam periode ini
karena mas akritis baik ibu mauoun bayinya, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat hamil terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas (Rismawati &
Yulizawati, 2012).
1
Nutrisi sangat berperan penting dalam peroses penyembuhan luka. Status nutrisi
pada seseoramg adalah factor utama yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan
mempertahankan jaringan tubuh agar tetap sehat. Factor nutrisi sangat penting dalam
proses penyembuhan luka. Pada pasien yang mengalami penurunan tingkat diantaranya
serum albumin, total limfosit dan trnsferin (Suriadi, 2004).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana penerapan asuhan kebidanan pada Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis
di Ruang maternitas Rumah sakit Nahdlatul Ulama Tuban?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan secara komperhensif pada Ny
“I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik klinik kebidanan pada ibu post partum diharapkan :
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada
Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah sakit
Nahdlatul Ulama Tuban.
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data atau menghubungkan data yang
diperoleh dari Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas
Rumah sakit Nahdlatul Ulama Tuban.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial pada Ny “I”
P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah sakit Nahdlatul
Ulama Tuban.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan kolaborasi
pada Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah
sakit Nahdlatul Ulama Tuban.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan atau intervensi asuhan secara
menyeluruh pada Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang
maternitas Rumah sakit Nahdlatul Ulama Tuban.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Ny “I” P10001 Post Sc
Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah sakit Nahdlatul Ulama
Tuban.
2
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dan merencanakan asuhan secara
menyeluruh pada Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang
maternitas Rumah sakit Nahdlatul Ulama Tuban.

3
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil pengkajian ini dapat memberikan manfaat untuk menambah wawasan
dan kajian dalam ilmu kebidanan khususnya pada kasus pelayanan post natal care.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian terhadap materi asuhan pelayanan kebidanan serta
referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan,
serta sebagai bacaan di perpustakaan tentang asuhan kebidanan secara
berkesinambungan.
2. Bagi Bidan
Dapat membimbing mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil.
3. Bagi Pasien
Pasien mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standart
pelayanan kebidanan.
4. Bagi Penulis
Dapat mempraktikkan teori yang didapat secara langsung di lapangan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

4
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Post Partum


1. Pengertian Post Partum (Masa Nifas)
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari Bahasa
latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas
yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan
(Anggraeni, 2010).
Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-
kira 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai
6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
2. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plansenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
6 minggu (Abdul Bari, 2000:122).
3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi
kembali ke kadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham, Mac
Donald,
1995:281).
4. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang memerlukan
waktu 6-12 minggu. (Ibrahim C, 1998).

2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Post Partum


Sistem tubuh ibu akan Kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan
kondisi post partum. Organ-organ ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan
antara lain (Anggraeni, 2010).

5
A. Perubahan sistem reproduksi
1. Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi
untuk meraba dimana tinggi fundus uterinya. (TFU)
2. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea berbau amis atau anyir
dengan volume yang berbeda-beeda diesetiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi.
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 Gram

Uri Lahir 2 Jari bawah Pusat 750 Gram

1 Minggu Pertengahan sympisis 500 Gram

2 Minggu Tidak Teraba 350 Gram

6 Minggu Semakin kecil 50 Geam


Macam – macam lochea :
a. Lochea Rubra : Berisi darah segar sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanuga dan meconium selama 1-3 hari hari post
partum.
b. lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kecoklatan berisi darah dan
lender, hari ke 3-7 hari post partum.
c. Lochea Serosa : Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada hari ke
7-14 hari post partum.
d. Lochea Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu (14 hari).
e. Lochea Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f. Locheastasis : Lochea yang tidak lancer (Mochtar, 1998)
3. Serviks

6
Serviks mengalami involusi Bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup.

7
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses persalinan. Dalm beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vaginasecara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia
menjadi lebih menonjol.

5. Perinium
Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5,
perinium sudah mendapatkan sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih
kendur daripada keadaan sebelum hamil.

B. Perubahan Sistem Pencernaan


Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.

C. Perubahan Sistem Perkemihan


Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.

D. Perubahan Sistem Muskuluskeletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang
berbeda diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan
perdarahan. Logamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

8
E. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah,
sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia.
F. Perubahan anda-Tanda Vital
1. Suhu badan
Dalam satu hari (24 jam) past partum, suhu akan naik sedikit (37,50-38℃)
akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan naiklagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI).
Bila suhu tidak turun, kemungkinanadanya infeksi pada endometrium.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi
setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi
100x/menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau pendarahan post
partum.
3. Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah
tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya preeklampis post partum.
4. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post
partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

3. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas


Dalam masa transisi, ibu terkadang mengalami setres emosional terhadap
perannya sebagai ibu baru. Ini bisa disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
1. Respons dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspires
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya

9
Menurut Rubin, tahapan adaptasi psikologis ibu nifas terjadi dalam 3 tahap :
1. Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, pada umumnya ibu bersikap pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada perubahan tubuhnya. Pada tahap ini ibu
akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
2. Taking hold
Berlangsung 2-4 hari post partum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya
menjadi orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya.
Ibu akan berusaha keras untuk menuasaoi keterampilan untuk merawat bayi, namun
ibu sedikit sensitive dan merasa tidak mahir dalam merawat bayinya, sehingga ibu
sangat membutuhkan dukungan emosional dari keluarga serta nasihat dari bidan
untuk menerima pengetahuan dan kritikan.
3. Letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab penuh
dalam merawat bayinya. Umumnya pada periode ini sering terjadi postpartum.

4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


Ibu dalam masa nifas juga memeperlukan perhatian khusus seperti dikala hamil, ibu
nifas pun mempunyai kebutuhan dasar yang bisa membantu proses pemulihan.
Kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut antara lain :
1. Nutrisi dan Cairan
Tidak ada pantangan apa pun dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas. Ibu
nifas harus mendapat nutrisi dengan tambahan kalori 200-500 kalori yang sangat
berguna untuk produksi ASI dan proses penyembuhan. Nutrisi ini harus dipenuhi
dengan makan-makanan yang bergizi.
Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak menyusui
dan masa kehamilan. Ibu dalam 6 bulan pertama menyusui membutuhkan tambahan
energi sebesar 500 kalori/hari untuk menghasilkan jumlah susu normal.
Sehingga total kebutuhan energi selama menyusui akan meningkat menjadi 2400
kkal/hari akan digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri
yang dalam pelaksanaanny dapat dibagi menjadi 6 kali makan (3x makan utama dan
3x makan selingan) sesuai dengan pedoman gizi seimbang yang dianjurkan :

10
• Manfaat Gizi pada Ibu Nifas
1. Untuk mempercepat kesembuhan ibu terutama kesembuhan alat reproduksi
2. Untuk memenuhi nutrisi ibu, agar dapat mencukupi kebutuhan ASI bayinya
• Dampak Jika Gizi Ibu Nifas Tidak Terpenuhi
1. Menghambat pemulihan tubuh pasca persalinan
2. Kelelahan dan gangguan kesehatan
3. Berkurangnya produksi ASI

2. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat diperlukan, kecuali jika ada kontradiksi.
Ambulasi ini berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah
terjadinya tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih
sehingga mencegah distensi abdominal dan konstipasi. Ambulasi pada ibu nifas
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kekuatan dan kemampuan ibu.

3. Eliminasi
Eliminasi juga penting untuk ibu nifas karena mencegah terjadinya distensi
abdominal. Berbagai rangsangan dapat diberikan pada ibu jika mengalami kesulitan
dalam eliminasi, seperti redam duduk dan kompres hangat.

4. Higiene
Area perineum merupakan daerah yang harus mendapatkan perhatian khusus
dalam hal kebersihan. Ibu terkadang merasa takut untuk menyentuh area tersebut,
terutama pada ibu yang terdapat luka jahit perinium. Bidan bisa mengajarkan pada
ibu dengan cara mengalirkan air hangat ke atas vulva perinium setelah berkemih dan
defekasi. Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya, dengan melakukan
perawatan payudara secara rutin agar terhindar dari infeksi.

5. Infeksi
Ibu nifas juga membutuhkan istirahat yang cukup untuk membantu
mempercepat pemulihan organ-organ dan kelancaran produksi ASI. Istirahat ini
dapat dilakukan dengan tidur siang dan tidur malam yang cukup.

11
6. Latihan senam nifas
Senam nifas ini lebih sekedar mengencangkan kembali otot-otot yang kendur
dan membuang lemak tubuh yang tidak perlu. Kondisi yang kendor setelah
melahirkan harus segera dipulihkan, karena selain bayi yang dilahirkan
membutuhkan kasih saying seorang ibu dan juga suami.untuk itulah pemulihan
kondisi harus dilakukan seawall mungkin sesuai kondisi.
Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat dimulai selagi ibu
masih berada di klinik atau rumah sakit, supaya involusi berjalan dengan baik dan
otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas dan fungsinya kembali.

7. Keluarga berencana
Pada periode post partum, pemakaian kontrasepsi diperlukan karena
dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janin dengan memperpanjang masa interval
diantara kehamilan karena jarak kehamilan yang terlalu dekat (3-18 bulan) akan
meningkatkan kejadian BBLR, kelahiran premature, bayi kecil, kematian neonatal
dan kematian janin. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung
hormone, harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI.
Hubungan suami istri saat masa nifas tidak dianjurkan (Anggraini, 2010).

5. Frekuensi Kunjungan Nifas


a. Kunjungan ke 1 (6-8 jam setelah persalinan)
❖ Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

❖ Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

❖ Memberikan konseling pada ibu bagaimana mencegah perdarahan masa nifas


karena atonia uteri.
❖ Pemberian ASI awal.

❖ Melakukan hubungan antara ibu dan bayi lahir

❖ Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.


b. Kunjungan ke 2 (6 hari setelah persalinan)
❖ Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
❖ Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

12
❖ Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

❖ Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda


penyulit.
❖ Memberikan ibu konseling mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan ke 3 (2 minggu setelah melahirkan)
❖ Sama dseperti saat 6 hari persalinan
d. Kunjungan ke 4 (6 minggu setelah persalinan)
❖ Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami

❖ Memberikan konseling untuk KB secara dini

6. Komplikasi Masa Nifas


a. Perdarahan setelah melahirkan
Merupakan perdarahan yang terjadi dengan jumlah darah lebih dari 500ml
setelah bayi lahir. Hal-hal yang menyebabkan perdarahan setelah melahirkan adalah
atonia uteri atau Rahim tidak berkontraksi, perlukaan jalan lahir, tertinggalnya
sebagian ari-ari, dan terlepasnya Sebagian ari-ari atau plasenta dari Rahim.
b. Suhu tubuh meningkat
Suhu tubuh ibu mungkin akan mengalami peningkatan pada hari pertama
setelah melahirkan. Ini merupakan hal yang wajar dan mungkin disebabkan oleh
dehidrasi selama proses persalinan, usahakan untuk memperbanyak minum air
untuk mengganti cairan yang hilang. Namun apabila setelah 24 jam suhu ibu tetap
mengalami peningkatan, maka bisa jadi ini merupakan tanda bahaya masa nifas
yang menunjukkan adanya infeksi setelah persalinan.
c. Sakit kepala, penglihatan kabur, pembengkakan wajah
Jika hal tersebut terjadi maka kemungkinan pada saat hamil, ibu mengalami
penyulit kehamilan berupa preeklampsia dan eclampsia.
Pada umumnya gejala tersebut akan berkurang secara perlahan setelah ibu
melahirkan, namun apabila masih terjadi hal ini merupakan tanda yang harus
diwaspadai dan memerlukan pemeriksaan segera.

13
d. Subinvolusi Uterus
Merupakan proses involusi uteri atau pengecilan Rahim yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga pengecilan Rahim menjadi terhambat.
Waspadai kemungkinan adanya subinvolusi uteri apabila darah setelah
melahirkan mengeluarkan bau yang sangat tidak enak dan keluar gumpalan
darah yang besar atau banyak dalam darah nifas.
e. Depresi dalam persalinan
Periode nifas juga merupakan waktu dimana ibu dapat mengalami stress yang
terjadi pasca persalinan, terutama pada ibu yang baru melahirkan untuk pertama
kalinya.
Tanda adanya depresi pasca persalinan antara lain perasaan sedih, kecewa,
sering menangis, gelisah, cemas, kehilangan ketertarikan terhadap hal
menyenangkan, nafsu makan berkurang, kehilangan energi dan kehilangan
motivasi, dan tidak bisa tidur.
Depresi ini meningkatkan salah satu bahaya nifas yang sering tak disadari,
padahal kondisi ini harus diwaspadai karena dapat mempengaruhi ibu sehingga
ibu mungkin akan mengabaikan bayinya.
f. Bendungan payudara
Bendungan payudara merupakan kondisi yang alamiah, bukan disebabkan
overdistensi dari saluran system laktasi. Bendungan payudara adalah
peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan
diri untuk laktasi.
g. Masitis
Mastitis adalah infeksi payudara, mastitis terjadi akibat invasi jaringan pada
payudara oleh organisme infeksius atau adanya cedera payudara. Cedera
payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran
payudara, stasis air susu ibu dalm ductus, atau pecahnya atau fisura putting susu.
h. Abses Payudara
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hamper 10% resiko terbentuknya
abses. Tanda gejala abses payudara adalah adanya Discharge putting susu
purulenta, munculnya demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil dan
terjadi pembengkakan payudara dan sangat nyeri, massa besar dan keras dengan
area kulit berwarna fluktuasi ke merah-merahan dan kebiruan mengindikasikan
lokasi abses berisi pus.

14
7. Penanganan Nifas Secara Umum
1. Antisipasi setiap kondisi yang ada.
2. Beri pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3. Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap infeksi yang di kenali saat
kehamilan atau persalinan.
4. Jangan biarkan pasien pulang bila masa krisis belum di lalui.
5. Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala yang
harus di waspadai dan harus mendapat pertolongan segera.
6. Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan.
7. Berikan hidrasi oral/IV secukupnya

2.2 Konsep Dasar Sectio Caesarea


1. Definisi Sectio Caesarea
1. Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatanpada dinding uterus melalui dinding perut/vagina.Seksio sesaria
adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalamrahim. (Rustam
Mochtar, 1998).
2. Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat
diatas500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.(Abdul
BariSyaefuddin, 2001).

2. Etiologi
Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi cepalo pelvik,
placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan gemeli, sedangkan
pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus (Oxorn,
1996 : 634). Penyebab dari pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui, faktor
predisposisinya (Taber, 1994)
1. Nulipara umur belasan tahun.
2. Pasien kurang mampu, dengan pemeriksaan antenatal yang buruk terutama,
dengan kurang protein.
3. Mempunyai riwayat pre eklampsia atau eklampsia dalam keluarganya.
4. Mempunyai penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya.

15
3. Tipe-tipe Sectio caesaria
Tipe-tipe sectio caesaria menurut Oxorn (1996) adalah :
1. Tipe-tipe segmen bawah :
insisi melintang Insisi melintang segmen bawah uterus merupakan prosedur
pilihan abdomen dibuka dan disingkapkan, lipatan vesika uterina peristoneum
yang terlalu dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus di sayat melintang
dilepaskan dan segmen bawah serta ditarik atas tidak menutupi lapangan
pandangan.
2. Tipe-tipe segmen bawah :
insisi membujur. Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama
seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapal dan
dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.
3. Sectio caesaria klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapal ke dalam dinding
anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting berujung
tumpul.
4. Sectio caesaria ekstranperitoneal
Pembedahan ektraperitonial dikerjakan untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas.

4. Komplikasi
1) Komplikasi sectio caesaria adalah
a. Infeksi puerpeural (nifas)
1. Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2. Sedang, dengan kertaikan suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi, perut
sedikit kembung.
3. Beral, dengan peritonitis dan sepsis, hal ini sering dijumpai pada
partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal
karena ketuban yang teah pecah terlalu lama, penanganannya adalah
pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik yang ada dan tepat.
b. Perdarahan, disebabkan karena
1. Banyak pembuIuh darah terputus dan terbuka.
2. Antonia uteri
3. Perdarahan pada placenta bed.

16
c. Juka kandung kemih
d. kemungkinan ruptura uteri spontanea pada kehamilan
mendatang (Mochtar, 1998 : 121

5. Indikasi
Indikasi persalinan Sectio Caesarea yang dibenarkan terjadi secara tunggal atau
secara kombinasi, merupakan suatu hal yang sifatnya relatif daripada mutlak, dan
dapat diklasifikasikan dibawah ini :
a. Ibu dan janin
Distosia (kemajuan persalinan yang abnormal) adalah indikasi paling umum
kedua (30%), yang pada umumnya ditunjukkan sebagai suatu “kegagalan
kemajuan” dalam persalinan. Hal ini mungkin berhubungan dengan
ketidaksesuaian antara ukuran panggul dengan ukuran kepala janin
(disproporsi sefalopelvik), kegagalan induksi, atau aksi kontraksi uterus yang
abnormal.
b. CPD
Pada panggul ukuran normal, apapun jenisnya, yaitu panggul ginekoid,
anthropoid, android, dan platipelloid. Kelahiran pervaginam janin dengan berat
badan normal tidak akan mengalami gangguan. Panggul sempit absolut adalah
ukuran konjungata vera kurang dari 10 cm dan diameter transversa kurang dari
12 cm. Oleh karena panggul sempit, kemungkinan kepala tertahan di pintu atas
panggul lebih besar, maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami
tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteri serta lambatnya
pembukaan serviks (Prawirohardjo, 2009).
c. Ibu
Penyakit ibu yang berat, seperti penyakit jantung berat, diabetesmellitus,
PEB atau eklamsia, kanker serviks, atau infeksi berat(yaitu virus herpes
simpleks tipe II atau herpes genitalis dalam fase aktif atau dalam 2 minggu lesi
aktif). Penyakit tersebut membutuhkan persalinan Sectio Caesarea karena
beberapa alasan : untuk mempercepat pelahiran dalam suatu kondisi yang
kritis, karena klien dan dan janinnya tidak mampu menoleransi persalinan, atau
janin akan terpajan risiko bahaya yang meningkat saat melalui jalan lahir.
d. Janin

17
Gawat janin, seperti janin dengan kasus prolaps tali pusat, insufiensi
uteroplasenta berat, malpresentasi seperti letak melintang, janin dengan
presentasi dahi, kehamilan ganda dengan bagian terendah janin kembar adalah
pada posisi melintang bokong.
e. Plasenta previa
Pemisahan plasenta sebelum waktunya (solusio). Indikasi kontroversial
meliputi tidak diketahuinya jaringan parut sebelumnya, presentasi bokong,
kehamilan lewat bulan, dan makromsomia janin (dengan perkiraan berat badan
janin > 4.500 gram (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).

6. Klasifikasi
a. Sectio caesarea transperitonealis
1) Sectio caesarea klasik yaitu pembedahan dilakukan dengan sayatan
memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungan
tindakan ini yaitu mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik dan sayatan bisa diperpanjang
proksimal dan distal. Kerugiannya yaitu infeksi mudah menyebar secara
intra abdominal dan lebih sering terjadi ruptur uteri spontan pada
persalinan selanjutnya.
2) Sectio caesarea profunda disebut juga low cervical yaitu sayatan pada
segmen bawah rahim. Keuntungannya yaitu penjahitan luka lebih mudah,
kemungkinan rupture uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan Sectio
Caesarea dengan cara klasik, sedangkan kelemahannya yaitu perdarahan
yang banyak dan keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.

b. Sectio caesarea ekstraperitonealis


Sectio caesarea ekstraperitonealis, yaitu Sectio Caesarea berulang pada
seorang pasien yang pernah melakukan Sectio Caesarea sebelumnya. Biasanya
dilakukan di atas bekas luka yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi
dinding dan fasia abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk
memaparkansegmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara
ekstraperitoneum. Pada saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi
untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal.

18
7. Penatalaksanaan
a. Perawatan pre operasi Sectio Caesarea
1) Persiapan kamar operasi
a) Kamar operasi sudah di bersihkan dan siap untuk dipakai.
b) Peralatan dan obat –obatan telah siap semua termasuk kain operasi.
2) Persiapan pasien
a) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi
b) Informed concent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
c) Perawat memberi support kepada pasien
d) Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis dicukur dan
sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptik)
e) Pemeriksaan tanda tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui
penyakit yang pernah di derita oleh pasien
f) Pemeriksaan laboratorium (darah, urine)
g) Pemeriksaan USG
h) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi
b. Perawatan post operasi Sectio Caesarea
1) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata – rata dapat disuntik 75 mg meperidin
(IM) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau
dapat disuntikkan dengan cara serupa 10 mg morfin.
a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang diberikan 50
mg
b) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg
meperidine
c) Obat obat antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanyadiberikan
bersama sama dengan pemberian preparate narkotik
2) Tanda tanda vital
Tanda tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan
darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan
funfus harus diperiksa.
3) Terapi cairan dan diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah
cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya,

19
meskipun demikian, jika output urine jauh dibawah 30 ml/jam, pasien
harus segera dievaluasi kembali paling lambat pada hari kedua
4) Vesica urinaria dan usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada
keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar
pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih
lemah dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga
5) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan dapat
bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang kurangnya 2x pada hari kedua
pasien dapat berjalan dengan pertolongan.
6) Perawatan luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang
alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara
normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari keempat setelah
pembedahan. Paling lambat hari ketiga post partum, klien dapat mandi
tanpa membahayakan luka insisi.
7) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit
tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang
tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
8) Perawatan payudara
Pemberian ASI bisa langsung diberikan setelah operasi pada bayi
dengan IMD terlebih dahulu.
9) Memulangkan pasien dari RS
Memulangkan pasien mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang
dari RS pada hari ke empat dan kelima post operasi, aktivitas ibu
seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan
bantuan orang lain (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012)

8. Definisi Kenyamanan
Kenyamanan / rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan

20
penampilan sehari- hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan dan transenden
( keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dari nyeri).
Kenyamanan dipandang secara holistic yang mencakup empat aspek
yaitu fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh, sosial, berhubungan dengan
interpersonal, keluarga dan sosial, psikospiritual berhubungan dengan kewaspadaan
internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna
kehidupan, dan lingkungan berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna dan unsur alamiah
lainnya. Nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang
keberadaannya yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya (Mc. Coffery, 1997).

9. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut beraksi untuk
menghilangkan rangsangan nyeri (Arthur C, Curton, 1983).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap dalam hal skala atau
tingkatannya, dengan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual ataupun potensil. Nyeri merupakan alas
an utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan dan yang paling
banyak dikeluhkan (American Medical Association 2013)

10. Nyeri Post OP Sectio caesarea


Berdasarkan penelitian tentang nyeri di Brazil, menggunakan Numeric
Category Sectio Caesareale didapatkan hasil nyeri ringan pada ibu Post sc dengan
rata-rata skala 4 dirasakan ketika dalam keadaan istirahat pada saat berjalan
merasakan nyeri rata-rata skala 6, duduk kemudian berdiri menunjukkan rata-rata
skala tertinggi 7.
Sebanyak 75% lokasi nyeri berada pada sekitar luka dan respondem
mengatakan mengalami kendala beraktivitas akibat nyeri (Sousa er al, 2009). Oleh
pasien dengan rentang 1-3 nyeri ringan. Nyeri ringan dapat mudah ditoleransi

21
setelah diberikan analgetic. Apabila nyeri yang dirasakan adalah level 4 atau lebih
dari 4, pasien masih merasakan nyeri setelah diberikan analgetic sehingga
membutuhkan Tindakan non farmakologi yang efektif.

11. Fisiologi Nyeri


Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar
pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan
kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi
atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin,
bradikinin, prostaglandin, dan macam- macm asam yang dileas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat
berupa termal, listrik, atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan
berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang
bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-
impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang
ditransmisikan ke serabut C. Serabut- serabut aferen masuk ke spinal melalui akar
dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa
lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara lapisan dua dan tiga terbentuk
substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls nyeri menyebrangi
sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spina asendens
yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus
dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi
nyeri. Dari proses trnsmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur
opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak
yang terdiri atas jalur spinal desendens dri thalamus yang melaluiotak tengah dan
medula ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan
nociceptor impuls supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang tidak
memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui
mekanismenya (Barbara C. Long, 1989).

22
12. Klasifikasi Nyeri
1. Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenaikulit/ jaringan subkutan,
biasanya bersifat burning (seperti terbakar).
b. Deep somatik/nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,pembuluh
darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar danlebih lama daripada cutaneus.
(ex: sprain sendi).
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, kranium, dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
iskemia, regangan jaringan.

2. Berdasarkan Durasi
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua,yakni nyeri akut dan kronis.
a. Nyeri akut merupakan nyeri yng timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot.
b. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahalahan, biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang
termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah terminal, sindrom nyeri kronis,
dan nyeri psikosomatis.

13. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah :
1) Arti Nyeri Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,
merusak, dan lain-lain.keadaan ini dipengaruhi oleh berabagai faktor,
sepertiusia, jenis kelamin, latar belakangsosial budaya, lingkungan, dan
pengalaman.
2) Presepsi Nyeri Presepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif).
3) Toleransi Nyeri Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang
dapat memengaruhi peningkatan toleransinyeri antara lain alkohol obat-
obatan hinotis gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan

23
yang kuat, dan sebagaianya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi
antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang tidak kunjung
hilang, sakit, dan lain-lain.
4) Reaksi Terhadap Nyeri Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons
seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor,seperti arti nyeri, tingkat presepsi nyeri, pengalaman
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisikdan mental, rasa
takut, cems dan lain-lain.

14. Masalah-masalah Pada Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)


Masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri) diartikan
sesuai klasifikasinya yaitu :
1. Nyeri Menurut tempat dan sumbernya
a) Nyeri Cutaneus : nyeri yang berasal dari kulit atau jaringan subkutan.
b) Nyeri Viseral : Nyeri yang sulit ditentukan lokasinya dari organ yang sakit
ke seluruh tubuh.
c) Nyeri sentral (central pain) : Nyeri sentral adalah nyeri yang dirasakan
akibat adanya rangsangan dari sistem-sistem saraf pusat.
d) Nyeri psikologik (psycologic pain) : Penyebab nyeri tidak dapat
diketemukan, atau tidak diketemukan kelainan organik tetapi akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik, biasanya disebabkan oleh
ketegangan otot yang kronis yang terjadi pada klien yang mengalami stres
yang lama.
e) Peripheral Pain ( Nyeri perifer)
f) Superfisial (nyeri permukaan) : Rangsangan secara kimiawi, fisik,
pada kulit, mukosa, biasanya terasa nyeri tajam-tajam didaerah
rangsangan.
g) Deep : Bila di daerah viceral, sendi, pleura, peritonium terangsang akan
timbul rasa nyeri dalam. Umumnya nyeri dalam banyak berhubungan
dengan refered pain, keringat, kejang otot didaerah yang berjauhan dari asal
nyerinya.
h) Reffered pain : Rasa nyeri didaerah jauh dari tempat yang terangsang,
biasanya terlibat pada nyeri dalam, yang dirasakan atau menyebarkan nyeri

24
ke arah superficial, kadang-kadang di samping rasa nyeri terjadi kejang
pada otot-otot atau kelainan susunan saraf otonom seperti gangguan
vaskuler, berkeringat yang luar biasa. Penyebaran nyeri yang timbul bisa
berupa: hiperalgesia, hiperasthesia dan allodynia, yang mana perjalanan
nyeri ini dapat berasal dari sistem somatis maupun sistem otonom.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney

Pengkajian
Dalam langkah pertama ini bidan mencari dan menggali data maupun fakta
baik yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota tim lainnya, ditambah
denga hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri. Proses pengumpulan
data dasar ini mencakup data subyektif dan obyektif.

A. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari keluarga pasien suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat
ditentukan oleh tim kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi
atau komunikasi (Nursalam,2008)
1. Biodata pasien (Suami-Istri)
Menurut Nursalam (2008), pengkajian biodata antara lain :
Nama : Untuk mengetahui nama klien agar mempermudah dalam
komunikasi serta melakukan tindakan pada pasien.
Umur : Untuk mengetahui adanya faktor resiko yaitu pada umur
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. karena alat-alat
reproduksi belum matang, mental, psikisnya belum siap dan mudah
terkena resiko.
Agama : Untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap kebiasaan kesehatan
klien, dengan diketahuinya agama akan mempermudah asuhan
kebidanan yang dianut klien.
Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor bawaan atau Ras dari suatu
bangsa tersebut.
Pendidikan : Untuk mengetahui latar belakang, tingkat
pendidikan dan pengetahuan.

25
Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan ekonomi dari suatu keluarga.
Alamat : Untuk mengetahui lingkungan, tempat tinggal dan
karakteristik masyarakat.
2. Keluhan utama
Menanyakan kepada ibu apa yang dirasakan oleh ibu : normalnya nyeri
pada luka bekas Sc
3. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya haid, banyaknya darah,
teratur/tidak, sifat darah, dismenorhea (Lawintono, 2004). Tanggal hari
pertama haid terakhir/ hari perkiraan lahir, gerakan janin, obat yang
dikonsumsi, keluhan selama hamil, ANC/ periksa ke tenaga kesehatan,
penyuluhan yang pernah di dapat, Imunisasi TT, kekhawatiran khusus
(Wiknjosastro, 2008).
4. Riwayat Kehamilan dan nifas yang lalu
Menurut Varney (2007) riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu,
meliputi:
Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan
Persalinan : Spontan / buatan, tidak ada penyulit.
Nifas : Tidak ada penyulit pada nifas sebelumnya.
Anak : Jenis kelamin, berat badan, panjang badan.
Keadaan anak sekarang : Hidup/tidak, sehat/ tidak.
No Suami Jns Penolong BB/PB H/M L/P Meneteki KB

Riwayat penyakit menurut Varney (2007),meliputi :


5. Riwayat kesehatan sekarang
Di kaji untuk mengetahui Riwayat kesehatan ibu, Normalnya pasien tidak
menderita penyakit menular, menurun, menahun seperti jantung, ginjal, asma/
TBC, hepatitis, DM, hipertensi TD 160/110 mmHg, epilepsy, covid dan
penyakit lainnya.

6. Riwayat penyakit keluarga

26
Di kaji untuk mengetahui Riwayat penyakit keluarga, Normalnya keluarga
pasien tidak menderita penyakit menurun, menular, menahun seperti jantung,
hipertensi TD 160/110, dan Diabetes Melitus, TBC, hepatitis, HIV/AIDS,
covid, gemelli dan lainnya.

7. Pola kebiasaan sehari-hari


 Pola Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui pola nutrisi pada pasien selama di rumah
sakit, Normalnya pada pasien sc : berikan kebutuhan nutrisi 3x sehari.
Karbohidrat ( nasi, roti, jagung dan umbi-umbian). Protein (telur, daging
ikan). Lemak (susu, keju, minyak kelapa). Vitamin (buah-buahan).
Mineral (kacang-kacangan, kentang, sayuran hijau). Dan air.
 Pola Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola eliminasi ibu post SC, Normalnya ibu
mampu BAK dan BAB di kamar mandi secara spontan setelah 6 jam
kateter di lepas.
 Pola Aktifitas
Di kaji untuk mengetahui aktifitas ibu selama di rumah sakit,
Normalnya 6 jam post SC ibu sudah mampu miring kanan kiri dan
setelah 1 hari post SC ibu mampu berjalan kecil-kecil dari bed menuju
kamar mandi, berjalan di sekitar ruangan serta menyusui bayinya.
 Pola Istirahat
Di kaji untuk mengetahui pola istirahat pasien selama di rumah
sakit, Normalnya ibu bisa beristirahat dengan nyaman dan tenang tanpa
terbangun sedikit-sedikit.
8. Riwayat psikososial
Di kaji untuk mengetahui perasaan ibu terhadap kelahiran bayinya
(normalnya ibu merasa bahagisa atas kelahiran bayinya)
B. Data Obyektif
Data Obyektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan dan data penunjang (Hidayat,
2008).
1. Pemeriksaan Umum

27
 Kesadaran : Normalnya composmentis
 Keadaan umum : Normalnya baik
 Tanda – tanda vital meliputi :
 Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi. Tekanan
darah normal s i s t o l <140 mmHg dan untuk diastolnya tidak lebih
dari 100.
 Suhu : Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh/tidak, normalnya
suhu tubuh 36,5 ˚C – 37,6 ˚C (Perry, 2005).
 Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi klien dengan menghitung
dalam 1 menit normal 60–100 X/menit (Perry, 2005).
 Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung
dalam 1 menit, respirasi normal 16–20 X/menit(Perry, 2005).
2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala / Rambut : Hitam, Bersih, Tidak rontok dan tidak ada ketombe
 Muka : Tidak ada oedema, normal
 Mata : Tidak ada tanda-tanda icterus.
 Mulut/gusi/gigi : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries.
 Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis, kelenjar
limfe dan kelenjar tiroid.
 Payudara :
 Areola : Hyperpigmentasi/tidak
 Puting susu : Menonjol/tidak
 Kolostrum : Sudah keluar/belum
 Abdomen :
 Luka bekas Sc : Ada, tidak ada tanda infeksi
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Kontraksi uterus : Baik, keras
Ekstremitas
 Atas/ tangan : Normalnya 6 jam post sc masih terpasang infus dan tidak
ada oedema pada wajah, tangam dan bagian tubuh atas ibu.
 Bawah/ kaki : Normalnya akral hangat, bisa digerakkan dan tidak ada
oedema serta varises.
3. Pemeriksaan Penunjang

28
Data penunjang diperlukan untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium
(Varney, 2007). Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil normal dan
tidak ditemukan penyakit menular.
Data Kehamilan dan persalinan sekarang yaitu : umur kehamilan, penyulit
seperti CPD, gawat janin, placenta previa dan bayi besar, periksa kehamilan
berapa kali, proses persalinan berapa jam mulai dari kala I sama kala IV dan
diisertai dengan hasil USG pada pasien.

C. Intrepretasi Data
Interpretasi data dasar merupakan rangkaian, menghubungkan data yang
diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien.
Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah (Varney, 2004).
Dx : Ny X Papiah post SC fisiologis.
Data Subyektif : data yang diperoleh dari keterangan klien atau keluarga (Verney,
2004)
Data Obyektif : data diperoleh dari pemeriksaan oleh tenaga medis/bidan.

D. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang sudah diidentifikasi (Vamey,
2004).
Diagnosa potensial : Skala nyeri menjadi semakin berat, bisa terjadi infeksi post
SC, dan Perdarahan Post SC.
Masalah potensial : Ibu dan keluarga merasa cemas.

E. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera Atau Kolaborasi


Untuk mengantisipasi diagnosa potensial dan masalah potensial
Diagnose potensial : kolaborasi dengan dokter SpOg dalam pemberian terapi
dan tindakan.
Masalah potensial : support ibu dan keluarga serta memberika KIE perawatan
masa nifas.

F. Perencanaan Atau Intervensi secara menyeluruh


Melaksanakan perencanaan tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien, tapi juga dari kerangka pedoman antisipasi

29
terhadap klien (apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah- masalah yang dirasakan klien, dalam perencanaan ini apa
yang direncanakan harus disepakati klien, harus rasional benar-benar valid berdasar
pengetahuan dari teori yang up to date.

No Intervensi Rasional
1. Jalin komunikasi Agar klien lebih kooperatif
terapeutik dengan klien
2. Melakukan pemeriksaan Untuk mengetahui kondisi pasien
TTV
3 Jelaskan hasil pemeriksaan Agar klien dan suami mengetahui

4. Berikan he sesuai Untuk meningkatkan pengetahuan


kebutuhan klien ndan pemahaman ibu agar mampu
menjaga keadaannya dan bayinya
5. Kolaborasi dengan dokter Untuk pemberian terapi
SpoG.

G. Implementasi
Melaksanakan seluruh rencana asuhan yang telah disusun
 Ibu sudah bisa berjalan sendiri ke kamar mandi
 Ibu sudah bisa menyusui bayinya
 Ibu sudah tidur dengan nyenyak

H. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, dan apakah pelayanan yang telah kita
berikan berjalan dengan baik sesuai harapan.
S : Data yang didapatkan dari pernyataan pasien.
O : Data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan.
A : Penilaian / Diagnosa yang terjadi atas S dan O
P : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi.

30
BAB 3
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Anamnesa tanggal : 13-12-2021 Jam : 10.00 WIB
Oleh : Dyah Aulia Ervina

1. DATA SUBYEKTIF
1.1 Identitas
Nama Klien : Ny. I Nama Suami : tn. H
Umur : 21th Umur : 22th
Suku / Bangsa : Jawa / indo Suku / Bangsa : Jawa / indo
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jenu Alamat : Jenu

1.2 Status Perkawinan


Usia pertama menikah : 20th
Lama Perkawinan : 1th

1.3 Keluhan Utama


Ibu mengatakan telah melahiran anak pertama pada tanggal 11-12-2021, jam
20.00 WIB secara caesarea, jenis kelamin perempuan, BB 2.950gr, PB 46cm
dan masih merasa nyeri pada luka bekas operasi.

1.4 Riwayat Menstruasi


Siklus menstruasi : ±29 hari Menarche : 12th
Lama : 7-8 hari HPHT : 13-03-2021
Warna : Merah TP : 20-12-2021
Bau : Anyir

1.5 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu


No. Suami UK Jns. Penol Penyulit BB/ H/M L/P Menyusui KB
ke Pers PB
1. 1 H A M I L I N I

31
32
1.6 Riwayat Kesehatan / Penyakit Klien
Ibu mengatakan tidak sedang atau tidak pernah menderita penyakit menular,
menurun, menahun seperti DM, Jantung, Hipertensi, Asma, Hiv, Tbc, dll.

1.7 Riwayat Kesehatan / Penyakit Keluarga


Ibu mengatakan keluarga dari kedua belah pihak tidak sedang atau tidak pernah
menderita penyakit menular, menurun, menahun seperti Dm, Jantung, Hipertensi,
Asma, Hiv, Tbc, gemelli dll.

1.8 Pola Kehidupan Sehari-hari


- Pola Kehidupan sehari-hari
o Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan menu sedang, nasi lauk pauk sayur
dan buah serta minum air putih 7 gelas dalam sehari.
- Pola Eliminasi
o Ibu sudah bisa BAK 2-3 kali sehari, dan sudah bisa BAB 1 kali dalam
sehari secara spontan..
- Pola Aktivitas
o Ibu sudah bisa duduk dan berjalan mengelilingi ruangan secara perlahan dan
mampu menyusui bayinya.
- Pola Istirahat
o Setelah post SC ibu bisa tidur dengan tenang tanpa sedikit-sedikit
terbangun. Ibu tidur siang 1 jam dan tidur malam 6-7 jam.
- Personal Hygine
o Ibu belum mandi dan hanya dibasuh menggunakan waslaf yang dibasahi
oleh air hangat.

1.9 Data Psikososial


Ibu bersedih atas kelahiran bayinya, karena ibu belum siap mempunyai anak, dan
mengasuh bayi dibantu oleh keluarga serta suami.

33
2. DATA OBYEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Ku : Baik
BB : 54kg
Td / N / S/ : 110/70Mmhg / 84x/menit / 36,5℃
2.2 Pemeriksaan fisik
 Kepala : Rambut hitam, bersih, kuat, tidak ada ketombe
 Muka : Tidak ada oedema, normal
 Mata : sclera putih dan conjungtiva merah muda
 Mulut & gigi : bersih, tidak stomatitis, tidak caries
 Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis, kelenjar limfe,
kelenjar tiroid
 Payudara : -Bentuk : Simetris, tidak ada benjolan
-Areola : Hiperpigmentasi
-Keluaran : Asi lancar
-Putting susu : Menonjol
 Abdomen : -Luka bekas Sc : Ada, tidak ada tanda infeksi
-TFU : 2 Jari dibawah pusat
-Kontraksi uterus : Baik, keras
- BAK : (+)
- Flatus : (+)
- Kembung : (-)
 Pengeluaran Pervaginam : -Lochea : Rubra
-Warna : Merah Kehitaman
-Jumlah : ±10cc
-Bau : Anyir

 Perinium : -Bekas jahitan : Tidak ada


-Kebersihan : Cukup bersih
-Oedema : Tidak ada
-Warna : Merah muda

34
 Anus : Tidak ada hemoroid
 Ekstermitas : - Oedema : Tidak ada
-Varises : Tidak ada

2.3 Data Penunjang


 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Darah Lengkap :
- RDW-CV 16.7 11,5 – 14,5%
- RDW-SD 37.6 39-47 fL
- PDW 13.9 10-18 fL
- MPV 10.6 6,5-11 fL
- PCT 0.28 0,15-0,50%
- Hemoglobin 8.0 L 14-18gr / dl
P 12-16gr / dl
- Laju endap darah - L 0-15 / jam
P 0-20 / jam
- Leucocyte 9.090 4.000-10.000 / cmm
- Thrombocyte 264.000 150.000-400.000 / cmm
- Diff. Count
- Eosinofil - 1-2 %
- Basofil - 0-1%
- Stab - 3-5%
- Neutrofil 81 54-86%
- Lymfosit 13 25-33%
- Monosit 6 3-7%
- RBC 4.09 L : 4,5-5,5 Juta
P : 4,0-5,0 Juta
- HCT 26.1% L : 40-52%
P : 37-43%
- MCV 64 82-92 fL
- MCH 20 27-31 Pg
- MCHC 31 32-36 g/dl
- Gula darah sewaktu 92 <160mg.dl
- HBs Ag NEGATIF Negatif
- B 20 NON REAKTIF Non reaktif
- BT 3 MENIT 1-4 menit
- CT 9 MENIT 30 DETIK 5-10 menit
- Golongan Darah A+

 Hasil Konsultasi : Tidak ada


 Data Kehamilan Dan Persalinan Sekarang

35
 Usia kehamilan : 40 minggu
 Penyulit : Anemia, KPD, CPD
 ANC : 3 kali di bidan
 Proses Persalinan : SC
Kala I : 8 Jam
Kala II : SC
Kala III : SC
Kala IV : 2 jam
 Keadaan Bayi
A-S : 8-9
Jenis kelamin : Perempuan
BB/PB : 2.950gr / 46cm

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa : Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis
DS : Ibu mengatakan telah melahirkan bayi pertama pada tanggal 11 Desember 2021,
pukul 20.00 WIB secara SC, jenis kelamin perempuan, BB 2,950gr, PB 46cm dan
merasakan nyeri pada luka bekas Sc.
DO : Kesadaran : Composmentis
Ku : Baik
TD/N/S : 110/70 / 80x/menit / 36,6℃
Abdomen : - TFU : 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi Uterus : baik, keras
- Luka bekas Sc tidak ada tanda infeksi
- BAK : (+)
- Flatus : (+)
- Kembung : (-)
- Lochea : Rubra
- Jumlah Perdarahan : ±10 cc
- Bau : anyir
Ekstermitas : Tidak ada oedema dan varises
Payudara : Keluarnya ASI lancar, tidak ada pembengkakan.

36
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
- Diagnosa potensial : Skala nyeri menjadi semakin berat, bisa terjadi infeksi post
SC, Perdarahan Post SC.
- Masalah potensial : Ibu dan keluarga merasa cemas.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


- Diagnosa Potensial : Kolaborasi dengan dokter SpOg untuk pemberian terapi.
 Cefadroxil 3x500mg
 Asam mefenamat 3x500mg
 Paracetamol 3x500mg
 Nonemi 2x1 tablet
- Masalah Potensial : KIE tentang perawatan luka bekas SC dan tanda bahaya masa
nifas.

V. INTERVENSI
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan selama ±30 menit diharapkan tidak ada
komplikasi pada ibu nifas sehingga tetap dalam keadaan normal.
Kriteria : - Keadaan umum ibu nifas
- ASI keluar dengan lancar
- Tidak ada komplikasi masa nifas
- Ibu berkucupan nutrisi
- Ibu tidak cemas

Tgl : 13-12-2021 Jam : 10.30 WIB


No Intervensi Rasional
1 Menjalin komunikasi terapeutik dengan Agar ibu lebih kooperatif dengan petugas /
ibu. Bidan
2 Observasi TTV Untuk mengetahui kondisi pasien.

3 Jelaskan pada pasien tentang kondisinya Agar pasien mengetahui kondisinya.


saat ini.

37
4 Berikan HE tentang : Untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar
a) Pemberian ASI eksklusif ibu mampu menjaga diri
b) Kebutuhan nutrisi ibu nifas.
c) Menganjurkan ibu untuk mulai
bergerak secara perlahan dan bertahap.
d) Menjelaskan pada ibu cara mewrawat
luka bekas Sc
5 Kolaborasi dengan dokter SpOg dalam Agar pasien mendapatkan pengobatan yang
pemberian terapi pada pasien tepat.

38
VI. IMPLEMENTASI

Tgl/Jam IMPLEMENTASI

13 DES 1. Menjalin komunikasi terapeutik dengan ibu dengan cara melakukan


2021 pendekatan.
10.40 WIB

10.50 WIB 2. Melakukan pemeriksaan fisik dan TTV


KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : 54kg
TD/N/S : 110/70 Mmhg / 84x/menit / 36,5℃
Abdomen : - TFU : 2 jari bawah pusat
- Kontraksi uterus : Baik, keras
- BAK : (+)
- Flatus : (+)
- Kembung : (-)
Luka post sc tidak ada tanda gejala infeksi
Lochea : Rubra
Bau : Anyir
Ekstermitas : Tidak ada oedema dan varises
Payudara : Keluarnya ASI lancar, tidak ada pembengkakan.

11.25 WIB 3. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.

11.35 WIB 4. Berikan HE tentang :


a. Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi pada
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan atau makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi usia 2 tahun
b. Kebutuhan nutrisi masa nifas :
- Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang banyak mengandung
banyak nutrisi untuk mempercepat pemulihan ibu, seperti :

39
1. Memperbanyak minum air putih, minimal 8 gelas per hari
2. Banyak mengkonsumsi makanan berprotein
3. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan
- Dan menganjurkan ibu untuk tidak tarak, guna untuk mempercepat
pemulihan ibu
c. Menganjurkan ibu untuk mulai bergerak secara perlahan dan bertahap.
- Menganjurkan ibu untuk Latihan miring kanan dan kiri serta Latihan
duduk
- Menjelaskan pada ibu untuk BAK secara spontan setelah kateter di
lepas
- Menjelaskan pada ibu untuk latihan berjalan ringan disekitar ruangan.
d. Menjelaskan cara merawat luka bekas Sc
- Luka bekas Sc tidak boleh terkena air saat perban belum diganti dengan
perban plastic
- Lakukan kontrol ulang luka bekas SC di tenaga kesehatan terdekat guna
untuk mencegah adanya infeksi pada luka bekas SC.
e. Tanda bahaya masa nifas
- Suhu badan meningkat atau turun
- Tekanan darah meningkat atau turun
- Kesadaran gelisah atau koma
- Terjadi gangguan involusi uterus
- Lochea berbau, bernanah serta kotor

5. Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian Terapi


11.45 WIB
- Cefadroxil 3x500mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Paracetamol 3x500mg
- Nonemi 2x1 tablet

VII. EVALUASI

40
Tgl : 13-12-2021 Jam : 14.30
S : Ibu mengerti denga napa yang sudah dijelaskan oleh bidan tentang pemberian ASI
eksklusif, kebutuhan nutrisi masa nifas serta tetap bergerak secara bertahap saat masa
nifas. Namun ibu masih kurang mengerti tentang tanda bahaya masa nifas serta cara
perawatan luka bekas SC
O : KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : 54kg
TD/N/S : 110/70 Mmhg / 84x/menit / 36,5℃
Abdomen : - TFU : 2 jari bawah pusat
- Kontraksi uterus : Baik, keras
- BAK : (+)
- Flatus : (+)
- Kembung : (-)
Luka post sc tidak ada tanda gejala infeksi
Lochea : Rubra
Bau : Anyir
Ekstermitas : Tidak ada oedema dan varises
Payudara : Keluarnya ASI lancar, tidak ada pembengkakan, ibu dapat menyusui
bayinya.

A : Ny “I” P10001 Post SC Hari Ke-2 Fisiologis

P : - Lanjutkan pemeriksaan
- Kolaborasi dengan dokter SpOg untuk pemberian terapi
 Cefadroxil 3x500mg
 Asam mefenamat 3x500mg
 Paracetamol 3x500mg
 Nonemi 2x1 tablet
- Berikan HE :
 Mengulangi KIE tentang tanda bahaya masa nifas, perawatan luka postSc serta
memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup namun tetap bergerak secara bertahap.
CATATAN PERKEMBANGAN

41
Tgl : 14-12-2021 Jam : 13.00 wib

S : Ibu sudah tidak merasakan nyeri pada luka bekas SC, sudah bisa berjalan, duduk dan mampu
BAK serta BAB secara spontan di kamar mandi.
O: KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : 54kg
TD/N/S : 120/80 mmHg / 80x/menit / 36,5℃
Abdomen : - TFU : 2 jari bawah pusat
- Kontraksi uterus : Baik, keras
- BAK : (+)
- Flatus : (+)
- Kembung : (-)
Luka post sc tidak ada tanda gejala infeksi
Lochea : Rubra
Bau : Anyir
Ekstermitas : Tidak ada oedema dan varises
Payudara : Keluarnya ASI lancar, tidak ada pembengkakan, ibu dapat menyusui bayinya

A : Ny “I” P10001 Post SC Hari Ke-3 Fisiologis

P : Kolaborasi dengan dokter SpoG untuk pemberian terapi


- Cefadroxil 3x500mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Paracetamol 3x500mg
- Nonemi 2x1 tablet
 Pasien KRS tgl 14-12-2021 jam 14.00 WIB
 KIE kontrol ulang 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu ada keluhan

BAB 4

42
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan studi kasus pada ibu nifas primigravida pada Ny “I” P10001
Post SC Hari Ke-2 Fisiologis Di Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban.
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada Ny
“I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah sakit Nahdlatul
Ulama Tuban.
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data atau menghubungkan data yang diperoleh
dari Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah sakit
Nahdlatul Ulama Tuban.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial pada Ny “I”
P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah sakit Nahdlatul
Ulama Tuban.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan kolaborasi pada
Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah sakit
Nahdlatul Ulama Tuban.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan atau intervensi asuhan secara
menyeluruh pada Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas
Rumah sakit Nahdlatul Ulama Tuban.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2
Fisiologis di Ruang maternitas Rumah sakit Nahdlatul Ulama Tuban.
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dan merencanakan asuhan secara menyeluruh
pada Ny “I” P10001 Post Sc Hari Ke-2 Fisiologis di Ruang maternitas Rumah sakit
Nahdlatul Ulama Tuban.

Saran
1. Bagi institusi dapat dijadikan bahan evaluasi pada penilitian berbasis Continuity of
care.
2. Bagi mahasiswa dapat lebih mempelajarai asuhan-asuhan dalam ruang lingkup
kebidanan, sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih baik lagi hasilnya.
3. Bagi pemberi asuhan, guna memberikan asuhan yang memperhatikan kepentingan ibu
sebaiknya kualitas pelayanan kebidanan lebih ditingkatkan. Pengkajian dilakukan lebih
mendalam sehingga keluhan-keluhan ibu dapat teratasi dengan baik.

43
4. Bagi ibu sebaiknya lebih terbuka dengan pemberi asuhan, sehingga dapat
menyampaikan keluhan atau kondisi kesehatannya tanpa ada rasa malu atau canggung
dan percaya pada pemberi asuhan bahwa tindakan yang dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan

44
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2009), Health Education, Personal hygine, istirahat dan tidur pada ibu nifas.
http//osmed.com.
Anonim (2009). Masa nifas (puerperium). https//kuliahbidan.wordpress.com
Marmi. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mangkuji, B., dkk. 2012.Asuhan Kebidanan 7 langkah soap, Jakarta : EGC
Handayani, 2014. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta Pustaka Rihama.
Dewi, Vivian., Nanny Lia, dan Tri. Sunarsih 2014. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas:
Salemba Medika.
Mandriwati., dkk.2017. Asuhan Kebidan Kehamilan Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC

45

Anda mungkin juga menyukai