Oleh kelompok 4 :
1. Fidia Safitri (19171149007)
2. Nela Desya Putri (19171149015)
3. Rike Rahmawati (19171149023)
4. Sri Rahayu (19171149029)
5.Shofatul Izzah (19171149034)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah GADAR dengan
judul ini “KEGAWATDARURATAN PENYAKIT INFEKSI PARASIT PADA ANAK”
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erna Eka Wijayanti, SST., M.Keb. Selaku dosen
mata kuliah GADAR yang telah membimbing tugas ini dan sekaligus memberikan pengarahan
serta referensi demi terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan terbuka menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang menyerang
sel eritrosit ditandai dengan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali dalam kondisi
akut ataupun kronis yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang
terinfeksi.1,2 Ada lima spesies Plasmodium yang dapat menyebabkan malaria pada manusia diantaranya
P. falciparum dan P. vivax yang umumnya dijumpai pada semua negara dengan malaria. Dua spesies ini
paling sering dijumpai di Indonesia. Spesies lainnya yaitu P. ovale dan P. malariae banyak dijumpai di
Indonesia Timur.3 Perkembangan terbaru ditemukan satu spesies lain yang dapat menyebabkan malaria
yaitu P. knowlesi di Malaysia yang sebelumnya hanya menyerang primata. 4,5 P. knowlesi juga
ditemukan menyebabkan malaria di Indonesia tepatnya di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Perubahan hematologi merupakan komplikasi yang paling umum terjadi pada infeksi malaria.
Kelainan hematologi pada malaria yang telah dilaporkan adalah anemia, trombositopenia, dan
leukopenia hingga leukositosis.12 Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit yang
mengakibatkan kadar hemoglobin menurun sehingga jumlah oksigen yang dibawa tidak cukup di
jaringan perifer.13 Beberapa mekanisme terjadinya anemia pada penyakit malaria yaitu penghancuran
eritrosit yang mengandung parasit, diseritropoesis (gangguan dalam pembentukan eritrosit karena
depresi eritropoesis dalam sumsum tulang), hemolisis oleh karena proses kompleks imun yang dimediasi
komplemen pada eritrosit yang tidak terinfeksi, dan pengaruh sitokin.1,14 Anemia terutama tampak
jelas pada malaria falciparum dan malaria kronis dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat.
Peningkatan jumlah leukosit melewati batas tertinggi disebut leukositosis dan penurunan di
bawah batas terendah disebut leukopenia.17 Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam
sitoplasmanya, leukosit dibagi menjadi agranulosit (limfosit dan monosit) dan granulosit (basofil,
eosinofil, dan neutrofil). 17 Monosit berperan penting sebagai respon imun didapat non spesifik
terhadap parasit malaria, sedangkan limfosit berperan sebagai respon imun spesifik
Toksoplasmosis merupakan penyakit infeksi zoonosis yang disebabkan oleh protozoa parasit
obligat interselluler yaitu Toxoplasma gondii. 1 Toxoplasma gondii dapat berkembang biak dan bertahan
hidup selama bertahun-tahun di daerah yang beriklim tropis dan memiliki kondisi tanah yang lembab.2
Parasit ini dapat menginfeksi unggas, mamalia, dan manusia.3 Penyakit ini tersebar luas di dunia.1
Toxoplasma gondii biasanya menginfeksi manusia pada usia reproduktif yaitu umur 20-40 tahun.2
Prevalensi manusia terinfeksi oleh Toxoplasma gondii di dunia diperkirakan 1/3 populasi dunia dan
kondisi ini sering tidak menunjukkan gejala telah terinfeksi.4 Di Indonesia, prevalensi anti Toxoplasma
gondii positif yang ditemukan pada manusia berkisar 2-63%.5 Berdasarkan data dari SDKI ( Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007, tercatat 35% ibu hamil terinfeksi Toxoplasma gondii
dan meningkat menjadi 47% pada tahun 2008.6 Data profil kesehatan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
tahun 2012 melaporkan bahwa toksoplasmosis berada diurutan 9 dari 15 penyakit terbesar pada ibu
hamil. Proporsi kejadian toksoplasma di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2010 sebanyak
1,2%, tahun 2011 1,9% dan tahun 2012 2,3%. Dari data tersebut dijelaskan bahwa proporsi kejadian
toksoplasmosis selalu meningkat setiap tahunnya.
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti
banyak manusia di seluruh dunia. Umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius namun dapat
menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor ekonomi. Penyakit
kecacingan di Indonesia adalah penyakit rakyat umum, infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh
beberapa jenis cacing sekaligus, pada orang dewasa bisa menyebabkan menurunnya produktivitas kerja
dan dalam jangka panjang hal ini dapat menyebabkan menurunnya sumber daya manusia (Zulkoni,
2011).
Cacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan (absorbsi) dan
metabolisme makanan. Infeksi cacing dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kekurangan kalori
dan protein serta kehilangan darah, selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan
produktivitas kerja, juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit
lainnya. Satu ekor cacing dapat menghisap darah, protein, dan karbohidrat dari tubuh manusia.
Prevalensi rata-rata jumlah cacing 6 ekor per orang dan kemungkinan kerugian akibat kehilangan nutrisi
berupa protein, karbohidrat dan darah, tentu akan memberikan efek yang sangat membahayakan
(Taniawati, 2011). Penyakit kecacingan, tidak hanya menyerang kalangan anak anak saja, namun juga
dapat menyerang semua kalangan tanpa mengenal batasan umur. Umumnya orang yang sering kontak
langsung dengan tanah, tanpa menggunakan alat pelindung diri 86% beresiko terkena penyakit
kecacingan, karena tanah merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan telur Ascaris lumbricoides
dan Trichuri trichiura. Pertumbuhan yang baik bagi cacing tambang diperlukan tanah pasir, karena
diantara butir-butir tanah pasir ini larva dapat leluasa mengambil O2 maupun zat pembangun
(Natadisastra, 2009).
1.2.2 Toksoplasmosis
1. Definisi Toxoplasmosis
2. Klasifikasi Toxoplasmosis
1.3 Tujuan
1.3.1 Malaria
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MALARIA
2.1.1 Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan oleh parasit
plasmodium ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang
terinfeksi. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Asia Tenggara,
Amerika Tengah dan Selatan. Terdapat 5 spesies parasit plasmodium yang menyebabkan
malaria pada manusia yaitu Plasmodium falsifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium
oval, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi. (17) Dari beberapa spesies
tersebut jenis Plasmodium falsifarum dan Plasmodium vivax menjadi ancaman terbesar.
Plasmodium falciparum merupakan malaria yang paling berbahaya dapat menyebabkan
malaria berat sementara Plasmodium vivax tersebar paling luas terutama di Asia jika
tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian terutama
pada anak-anak.
Penderita malaria dapat terinfeksi satu atau lebih dari satu jenis parasit
plasmodium (mixed infection). Penyakit malaria biasanya ditandai dengan gejala demam,
menggigil, sakit kepala, mual-muntah dan sakit seperti flu, setiap jenis malaria dapat
muncul gejala yang berbeda. Pada infeksi malaria berat terjadi anemia berat akibat
hemolisis, sulit bernafas, gula darah rendah, penurunan kesadaran, kejang, koma, atau
kelainan neurologis.
2.1.2 Klasifikasi Parasit Malaria
Menurut World Health Organization (WHO) malaria dapat diklasifikasikan
menjadi 5 yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,
Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi.
a. Plasmodium falciparum Plasmodium falsiparum merupakan jenis yang paling
berbahaya karena siklus perkembangan yang cepat merusak sel darah merah dan dapat
menyumbat aliran darah sehingga dapat mengakibatkan anemia dan cerebral. Malaria ini
dapat berkembang dengan baik di daerah tropis dan sub tropis, dan mendominasi di
beberapa negara seperti Afrika dan Indonesia.
b. Plasmodium vivax Plasmodium ini tersebar di daerah tropis dan sub-tropis seluruh
dunia. Hidup pada sel darah merah, siklus seksual terjadi pada 48 jam. Menyebabkan
penyakit tertian yang ringan dimana demam terjadi setiap tiga hari. Parasit ini bisa
dorman di hati manusia “hipnozoid” dan dapat kambuh setelah beberapa bulan bahkan
tahun.
c. Plasmodium ovale Plasmodium ovale banyak ditemukan di Afrika terutama Afrika
Barat dan pulau-pulau di Pasifik Barat, morfologi mirip Plasmodium vivax.
Menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana benigna ovale, dapat dorman dihati
manusia.
d. Plasmodium malariae Menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana. Siklus di
sel darah merah terjadi selama 72 jam dan menimbulkan demam setiap empat hari.
e. Plasmodium knowlesi Parasit ini merupakan kasus baru yang hanya ditemukan di Asia
Tenggara, penularannya melalui monyet (monyet berekor panjang, monyet berekor coil)
dan babi yang terinfeksi. Siklus perkembangannya sangat cepat bereplikasi 24 jam dan
dapat menjadi sangat parah. P. knowlesi dapat menyerupai baik Plasmodium falciparum
atau Plasmodium malariae.
Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium, infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Infeksi campuran Plasmodium
falciparum dengan vivax atau malariae merupakan infeksi yang paling sering terjadi.
2.1.3 Penyebab Terjadinya Malaria
Manusia dapat terkena malaria setelah digigit nyamuk yang terdapat parasit
malaria di dalam tubuh nyamuk. Gigitan nyamuk tersebut menyebabkan parasit masuk ke
dalam tubuh manusia. Parasit ini akan menetap di organ hati sebelum siap menyerang sel
darah merah.
Parasit malaria ini bernama Plasmodium. Jenis Plasmodium bermacam-macam, dan akan
berpengaruh terhadap gejala yang ditimbulkan serta pengobatannya.
2.1.4 Gejala dan tanda terjadinya Malaria
Tipe I, dikaitkan dengan virulensi tinggi pada tikus dan ditemukan pada pasien dengan
toksoplasmosis okular (toksoplasmosis pada mata).
Tipe II, bersifat tidak virulen pada tikus, namun menimbulkan infeksi kronik dengan
keberadaan kista jaringan. Tipe ini juga berkaitan dengan banyak infeksi di Eropa dan
Amerika Utara.
Tipe III, bersifat tidak virulen pada tikus dan paling banyak ditemukan pada binatang.
Tipe I dan II telah ditemukan pada pasien dengan penyakit kongenital dan AIDS
(sindroma imunodefisiensi didapat).
Selain masuk ke dalam tubuh manusia, parasit T.gondii juga dapat menginfeksi hewan,
terutama kucing. T.gondii dapat berkembang di lapisan usus kucing dan bisa keluar bersama
kotoran.
Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi parasit gondii, terutama daging yang
tidak dimasak dengan matang
Beberapa gejala umum yang dialami penderita toksoplasmosis mirip dengan gejala flu,
yaitu:
Demam
Nyeri otot
Kelelahan
Sakit tenggorokan
Pembengkakan kelenjar getah bening
Selain gejala di atas, gejala lain juga dapat muncul berdasarkan kondisi penderita, yaitu:
Sedangkan, pada bayi baru lahir, toksoplasmosis dapat menimbulkan beberapa gejala
berikut:
o Kejang
o Pembesaran organ hati atau limpa
o Penyakit kuning pada bayi
o Ruam kulit
o Kepala tampak lebih kecil (mikrosefalus)
Bayi baru lahir yang terinfeksi parasit T.gondii juga mungkin tidak mengalami gejala apa
pun. Akan tetapi, beberapa gejala dapat timbul seiring bayi bertumbuh besar atau saat
remaja. Gejala yang dimaksud berupa gangguan pendengaran, gangguan intelektual, atau
infeksi berat pada mata. Ibu hamil yang terinfeksi toksoplasmosis juga dapat mengalami
gejala umum toksoplasmosis, seperti demam, nyeri otot, atau kelelahan. Pada penderita
gangguan sistem kekebalan tubuh. Gejala toksplasmosis pada penderita gangguan sistem
kekebalan tubuh dapat dibagi berdasarkan tempat infeksi terjadi, yaitu:
o Infeksi parasit T.gondii yang menyerang mata dapat menyebabkan penyakit mata,
terutama di bagian retina. Kondisi ini dikenal sebagai retinokoroiditis.
o Kondisi ini lebih sering terjadi ketika bayi yang terinfeksi toksoplasmosis tumbuh
dewasa. Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini juga bisa terjadi beberapa saat
setelah bayi lahir.
Sakit mata
Sensitif terhadap cahaya
Robekan pada mata
Penglihatan kabur
Kebutaan
o Sedang hamil
o Menderita HIV/AIDS
o Mengonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif jangka panjang
o Sedang menjalani kemoterapi
Pada pasien yang sedang hamil, pengobatan akan dilakukan berdasarkan waktu terjadinya
infeksi dan pengaruh infeksi terhadap janin. Pengobatan harus disertai anjuran dan
pengawasan ketat oleh dokter, karena beberapa obat toksoplasmosis bisa menyebabkan cacat
janin.
Salah satu obat yang dapat diresepkan oleh dokter adalah spiramycin. Obat ini diberikan bila
infeksi terjadi sebelum usia kehamilan 16 minggu. Apabila infeksi terjadi di atas usia kehamilan
16 minggu dan janin tertular toksoplasmosis, dokter akan mempertimbangkan kombinasi
pyrimethamine, sulfadiazine, dan leucovorin.
Pada bayi baru lahir, dokter akan meresepkan pyrimethamine, sulfadiazine, dan leucovorin,
sampai bayi berusia 1 tahun. Selama pengobatan, dokter akan terus memantau kondisi
kesehatan bayi.
Pada pasien wanita yang terinfeksi sebelum hamil, dokter akan menganjurkan untuk menunda
kehamilan, sampai 6 bulan setelah infeksi.
Selain kombinasi pyrimethamine, sulfadiazine, dan leucovorin, dokter juga dapat memberikan
obat kortikosteroid. Tujuannya adalah untuk meredakan peradangan yang terjadi pada mata.
Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Cacing umumnya
tidak menyebabkan penyakit berat sehingga seringkali diabaikan walaupun sesungguhnya memberikan
gangguan kesehatan. Tetapi dalam keadaan infeksi berat atau keadaan yang luar biasa, kecacingan
cenderung memberikan analisa keliru kearah penyakit lain dan tidak jarang dapat berakibat fatal
(Margono 2008).
Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi satu atau lebih cacing parasit
usus yang terdiri dari golongan nematoda usus.
Diantara nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa disebut
dengan cacing jenis STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Trichuris trichiura dan
Ancylostoma duodenale (Margono 2006).
Kecacingan ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim basah dimana hygiene
dan sanitasinya buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi paling umum menyerang kelompok
masyarakat ekonomi lemah dan ditemukan pada berbagai golongan usia (WHO 2011).
Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris, mempunyai saluran cerna yang
berfungsi penuh, biasanya berbentuk silindris serta panjangnya bervariasi dai beberapa milimeter
hingga lebih dari satu meter. Nematoda usus biasanya matang dalam usus halus, dimana sebagian besar
cacing dewasa melekat dengan kait oral atau lempeng pemotong cacing ini menyebabkan penyakit
karena dapat menyebabkan kehilangan darah, iritasi dan alergi (Margono, 2008).
1. Mebendazole
Mebendazole efektif untuk mengobati infeksi cacing pita, cacing gelang, cacing tambang, cacing
kremi, cacing babi, dan cacing cambuk. Obat ini bekerja dengan cara membunuh cacing dengan
mengganggu fungsi tubulin, yaitu protein dalam parasite dan mencegah pengambilan glukosa.
Mebendazole bisa didapatkan melalui resep dokter. Pastikan kamu mengikuti petunjuk
penggunaan yang disarankan dokter saat mengonsumsinya. Obat ini bisa dikonsumsi oleh anak-
anak dan orang dewasa, tapi tidak disarankan untuk anak berusia di bawah 2 tahun.
2. Albendazole
Albendazole juga bisa digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang,
cacing tambang, cacing kremi, dan cacing cambuk. Obat ini membunuh cacing dengan cara
menghambat metabolisme parasit tersebut. Albendazole tersedia dalam bentuk tablet minum
atau tablet kunyah, sehingga mudah dikonsumsi bagi anak-anak atau kamu yang tidak bisa
menelan obat secara utuh. Obat ini biasanya diminum dengan makanan dua kali sehari.
3. Pirantel Pamoat
Pirantel pamoat termasuk dalam golongan obat “antihelmintik”. Obat ini digunakan untuk
mengobati infeksi cacing usus, seperti cacing kremi, cacing gelang, dan cacing tambang. Cara
kerjanya dengan membuat cacing tidak bisa bergerak atau lumpuh, sehingga tubuh bisa
mengeluarkannya secara alami melalui tinja.Pirantel pamoat dapat diminum secara oral dengan
atau tanpa makanan. Bila kamu membeli obat ini tanpa resep dokter, pastikan kamu mengikuti
petunjuk penggunaan dan dosis pemakaian sesuai yang tertera pada kemasan produk. Jangan
memberikan obat ini pada anak di bawah usia 2 tahun, kecuali atas petunjuk dokter.
4. Ivermectin
Ivermectin adalah obat untuk mengobati infeksi cacing gelang. Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet dan hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Kamu disarankan untuk mengonsumsi
ivermectin sebelum makan agar obat bisa bekerja dengan optimal.
5. Praziquantel
Obat yang juga termasuk dalam golongan obat helmintik ini bermanfaat untuk mengobati
infeksi cacing yang hidup di dalam aliran darah, saluran pencernaan atau hati. Praziquantel
tersedia dalam bentuk tablet dan harus dikonsumsi sesuai anjuran dokter.
Kebanyakan infeksi cacing disebabkan oleh kurangnya menjaga kebersihan tubuh. Lakukan tips
berikut untuk menurunkan risiko infeksi cacing:
Cuci tangan secara teratur, terutama setelah menangani makanan, kotoran atau setelah
menggunakan toilet.
Hanya mengonsumsi makanan yang dimasak sampai matang sempurna.
Minumlah air bersih, termasuk air minum kemasan saat bepergian.
Hindari menelan air dari danau, sungai, atau kolam.
Hindari kotoran dan kotoran kucing saat hamil.
Lakukan seks aman, menggunakan kondom
BAB III
PENUTUP
Malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang
menyerang sel eritrosit ditandai dengan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali dalam kondisi akut ataupun kronis yang ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.Perubahan hematologi merupakan komplikasi yang
paling umum terjadi pada infeksi malaria. Kelainan hematologi pada malaria yang telah
dilaporkan adalah anemia, trombositopenia, dan leukopenia hingga leukositosis.Monosit
berperan penting sebagai respon imun didapat non spesifik terhadap parasit malaria,
sedangkan limfosit berperan sebagai respon imun spesifik.
Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan
oleh Toxoplasma gondii. Toxsoplasma adalah parasit protozoa dengan sifat alami dengan
perjalanannya dapat akut atau menahun, juga dapat menimbulkan gejala simtomatik
maupun asimtomatik. Toxoplasma gondii biasanya menginfeksi manusia pada usia
reproduktif yaitu umur 20-40 tahun.
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti
banyak manusia di seluruh dunia. Umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius
namun dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor
ekonomi. Cacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan
(absorbsi) dan metabolisme makanan. Infeksi cacing dapat menimbulkan kerugian zat gizi
berupa kekurangan kalori dan protein serta kehilangan darah, selain dapat menghambat
perkembangan fisik, kecerdasan dan produktivitas kerja, juga dapat menurunkan daya tahan
tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya. Cacingan bisa diobati dengan obat cacing yang
dijual bebas maupun menggunakan resep. Obat tersebut bisa membunuh parasit tersebut dan
membantu mengeluarkannya melalui sistem.Kebanyakan infeksi cacing disebabkan oleh
kurangnya menjaga kebersihan tubuh. Lakukan tips berikut untuk menurunkan risiko infeksi
cacing: Cuci tangan secara teratur, terutama setelah menangani makanan, kotoran atau setelah
menggunakan toilet.
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat-com.cdn.ampproject.org/v/s/hellosehat.com/infeksi/infeksi-serangga/penyakit-
malaria/?amp_js_v=a6&_gsa=1&=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16413599993422&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari
%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fhellosehat.com%2Finfeksi%2Finfeksi-serangga
%2Fpenyakit-malaria%2F
http://repository.unimus.ac.id/2363/3/BAB%20II.pdf
https://hellosehat-com.cdn.ampproject.org/v/s/hellosehat.com/infeksi/infeksi-melalui-
makanan/gejala-cacingan-dewasa/?
amp_js_v=a6&_gsa=1&=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16413929583509&_ct=1641393010846&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fhellosehat.com%2Finfeksi%2Finfeksi-melalui-makanan%2Fgejala-cacingan-dewasa%2F
https://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/597/651
https://www.halodoc.com/artikel/beragam-obat-cacing-medis-untuk-anak-dan-orang-dewasa