Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 angka kematian ibu yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kematian ibu antara lain 30,1% disebabkan oleh
perdarahan, 26,9% hipertensi, 5,6% infeksi, abortus 1,6% dan 40,8% oleh
hal lainnya.1
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru lahir
mungkin dapat hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai
>500 gram atau umur kehamilan >20 minggu.2
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal karena abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia
Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan insiden
abortus spontan diperkirakan 10%-15% dari 6 juta kehamilan setiap
tahunnya.3
Lebih dari 80% abortus terjadi pada usia kehamilan 12 minggu,
setengah di antaranya disebabkan karena kelainan kromosom, penyebab
abortus juga dapat terjadi karena faktor eksternal seperti radiasi, obat-
obatan dan zat kimia yang terpapar dengan ibu, faktor genetik, penyebab
anatomik dan faktor janin, anemia pada ibu hamil dan nutrisi.4
Secara klinis abortus dibedakan menjadi abortus imminens
(keguguran mengancam), abortus insipiens (keguguran berlangsung),
abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap), abortus kompletus
(keguguran lengkap), abortus tertunda (missed abortion), dan abortus
habitualis (keguguran berulang).2
Abortus imminens adalah keguguran yang mengancam dan masih
bisa dipertahankan. Komplikasi yang mungkin terjadi pada kejadian

1
2

abortus imminens diantaranya perdarahan, perforasi uterus, infeksi dan


syok. Dimana bila komplikasi tersebut tidak diantisipasi dengan baik dapat
menyebabkan kematian pada ibu. Jika penanganan abortus imminens tidak
dilakukan dengan baik, tidak menutup kemungkinan abortus berlanjut
menjadi abortus insipien (keguguran yang sedang berlangsung) yang
tentunya pada keadaan ini kehamilan tidak bisa untuk dipertahankan lagi.
Akan tetapi kejadian abortus imminens dapat dicegah dengan penanganan
yang cepat dan tepat yaitu melakukan bed rest dan tidak melakukan
aktifitas fisik secara berlebih.2
Berdasarkan data yang didapatkan dari buku register ruang bersalin
RS PMI Bogor pada bulan Januari-Desember tahun 2015 angka ibu hamil
yang dirawat yaitu 978 orang. Angka kejadian abortus imminens
berdasrakan total kejadian abortus yaitu sebanyak 83 orang (8,4%), angka
kejadian abortus imminens sebanyak 48 orang (57,8%), abortus inkomplet
sebanyak 33 orang (39,7%), abortus insipien sebanyak 2 orang (2,4%).
Berdasarkan tingginya angka abortus di RS PMI Bogor, dan
komplikasi yang ditimbulkan abortus imminens maka penulis tertarik
mengangkat judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. Y dengan Abortus
Imminens dan Anemia Ringan di RS PMI Bogor”.

B. Rumusan Masalah dan Lingkup Masalah


1. Rumusan Masalah
“Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny. Y dengan
Abortus Imminens dan Anemia Ringan di RS PMI Bogor?”

2. Lingkup Masalah
Lingkup masalah pada Laporan Tugas Akhir ini adalah Asuhan
Kebidanan pada Ny. Y 30 tahun dengan Abortus Imminens dan Anemia
Ringan di RS PMI Bogor yang dilakukan sejak tanggal 14 - 16 Maret
2016 di Ruang Bersalin, di Ruang Seruni tanggal 17 - 18 Maret 2016,
kunjungan rumah tanggal 20 Maret 2016, dan kunjungan ulang ke RS
PMI Bogor tanggal 26 Maret 2016.
C. Tujuan Penulisan Laporan Tugas Akhir
1. Tujuan umum
Studi kasus ini bertujuan agar mampu melakukan Asuhan
Kebidanan pada Ny. Y dengan Abortus Imminens dan Anemia Ringan
di RS PMI Bogor.

2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan laporan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
a. Didapatkannya data subjektif pada Ny. Y dengan Abortus
Imminens dan Anemia Ringan di RS PMI Bogor.
b. Didapatkannya data objektif pada Ny. Y dengan Abortus
Imminens dan Anemia Ringan di RS PMI Bogor.
c. Ditegakkannya analisa pada Ny. Y dengan Abortus Imminens dan
Anemia Ringan di RS PMI Bogor.
d. Dilakukannya penatalaksanaan pada Ny. Y dengan Abortus
Imminens dan Anemia Ringan di RS PMI Bogor.
e. Diketahuinya faktor pendorong dan penghambat dalam melakukan
Asuhan Kebidanan pada Ny. Y di RS PMI Bogor.

D. Manfaat Penulisan Laporan Tugas Akhir


1. Pusat Layanan Kesehatan
Meningkatkan penanganan kasus dengan abortus imminens
pada wilayah kerja RS PMI Bogor dalam upaya deteksi dini abortus
imminens dan anemia ringan.

2. Bagi Klien dan Keluarga


Klien dan keluarga dapat mengetahui tanda-tanda abortus
imminens sehingga dengan diketahuinya tanda-tanda abortus
imminens, klien maupun keluarga dapat mencegah terjadinya abortus
imminens.
3. Bagi Profesi Bidan
Diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga bidan dalam
menerapkan asuhan kebidanan khususnya pada kasus kehamilan
dengan abortus imminens dan anemia ringan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu atau 10 bulan
atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi
menjadi 3 trimester, dimana trimester I berlangsung selama 12
minggu, trimester II 15 minggu (minggu ke 13 hingga 27), dan
trimester III 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40).5
Kehamilan adalah matarantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.6
Jadi kehamilan adalah proses penyatuan spermatozoa dan
ovum, konsepsi dan implantasi yang berlangsung selama 40 minggu.
kehamilan dibagi menjadi III trimester yaitu trimester I 12 minggu,
trimester II 15 minggu, dan trimester III 13 minggu.

2. Tanda dan gejala kehamilan


a. Tanda dugaan hamil
Berikut adalah tanda-tanda dugaan adanya kehamilan: 6
1) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan
ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan
perhitungan rumus Neagle, dapat ditentukan perkiraan
persalinan.
2) Mual dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan.

5
6

Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut morning


sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat
diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.
3) Ngidam. Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam.
4) Sinkope dan pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah
kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang
setelah usia kehamilan 16 minggu.
5) Payudara tegang. Pengaruh estrogen dan proesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam
pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf
tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung
kemih cepat terasa dan sering miksi. Pada triwulan kedua,
gejala ini sudah menghilang.
7) Konstipasi dan obstipasi. Pengaruh progesteron dapat
menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar.
8) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi
(kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae
nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara
(hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol,
kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah menifes
sekitar payudara).
9) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila
hamil.
10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena
pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai
bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar
genitalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara. Penampakan
pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.
b. Tanda tidak pasti kehamilan
Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh: 6
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda
Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan
teraba ballottement.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu.
c. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui: 6,21
1) Gerakan janin dalam rahim. Gerakan janin pertama di dalam
rahim dirasakan pada usia kehamilan 16 minggu.
2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
3) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Leanec, alat
kardiotokografi, alat Doppler. Jantung janin akan mulai
berdetak di usia kehamilan 16 minggu. Dilihat dengan
ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen
untuk melihat kerangka janin.

3. Diagnosis banding kehamilan


Pembesaran perut tidak selamannya merupakan kehamilan
sehingga perlu dilakukan diagnosis banding di antaranya: 6,21
a. Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda
dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes
biologis tidak menunjukkan kehamilan.
b. Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim,
tetapi tidak disertai tanda hamil. Bentuk pembesaran tidak merata.
Perdarahan banyak saat menstruasi.
c. Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil
dan menstruasi terus berlangsung. Lamanya pembesaran perut
dapat melampaui usia kehamilan. Pemeriksaan tes biologis
kehamilan dengan hasil negatif.
d. Hematometra. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia
kehamilan, perut terasa nyeri setiap bulan, terjadi penumpukan
darah dalam rahim, tanda dan pemeriksaan kehamilan tidak
menunjukkan hasil yang positif, karena himen in perforata.
e. Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi, maka
pembesaran perut akan menghilang.

B. Abortus
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin
dapat hidup didunia luar bila berat badannya telah mencapai >500
gram atau umur kehamilan >20 minggu.2
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.7
Abortus adalah kehilangan kehamilan pada usia kehamilan <20
minggu atau janin dengan berat <500 gram.8
Dari beberapa pengertian yang diambil dari berbagai sumber,
dapat disimpulkan bahwa abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan
kurang dari 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 500 gram.

2. Etiologi
Penyebab abortus (early pregnancy loss) bervariasi dan sering
diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab
terbanyak di antaranya adalah sebagai berikut: 2, 9
a. Faktor genetik
Sebagian besar abortus disebabkan oleh kelainan kariotip
embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester
pertama merupakan kelainan sitogenetik. Bagaimanapun gambaran
ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen
tunggal (misalnya kelainan mendelian) atau mutasi pada beberapa
lokus (misalnya gangguan poligenik atau multifaktor) yang tidak
terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip.
Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi
pada awal kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa
aneuploidi dari fertilitas abnormal. Separuh dari abortus karena
kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi
autosom. Triploidi ditemukan pada 16% kejadian abortus, dimana
terjadi fertilisasi ovum normal haploid oleh 2 sperma sebagai
mekanisme patologi primer. Trisomi timbul akibat dari
nondisjunction selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip
normal. Untuk sebagian besar trisomi, gangguan meiosis maternal
bisa berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi meningkat
dengan bertambahnya usia. Trisomi 16, dengan kejadian sekitar
30% dari seluruh trisomi, merupakan penyebab terbanyak. Semua
kromosom trisomi berakhir abortus kecuali pada trisomi kromosom
satu.
b. Penyebab anatomik
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab
komplikasi obstetrik, seperti abortus berulang, prematuritas, serta
malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200
sampai 1/600 perempuan. Pada perempuan dengan riwayat abortus
ditemukan anomali uterus pada 27% pasien.
Pasien hamil dengan malformasi uterus, mendapatkan hasil
hanya 18,8% yang bisa bertahan sampai melahirkan cukup bulan,
sedangkan 36,5% mengalami persalinan abnormal (prematur,
sungsang). Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomik
uterus adalah septum uterus (40-80%), kemudian uterus bikornis
atau uterus didelfis atau unikornis (10-30%). Mioma uteri bisa
menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang.
c. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah
gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan
tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama,
yakni:
1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio,
atau kelainan kromosom.
2) Embrio dengan kelainan lokal.
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).
d. Faktor eksternal (pekerjaan)
1) Radiasi
Bila wanita hamil atau usia kehamilan 10 hari, dapat
mengakibatkan keguguran. Pada wanita hamil 3-4 minggu
sampai 12 minggu akan mengakibatkan terjadinya gangguan
pertumbuhan. Hal ini terlihat berupa perubahan bentuk atau
kelainan pada bayi, bayi dilahirkan akan mempunyai cacat
bawaan. Bila dosis radiasi sangat besar, akan mengakibatkan
kematian pada fetus/janin yang sedang dikandungnya.
2) Obat-obatan. Mengkonsumsi asam folat, antikoagulan, dan
lain-lain. Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum
kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat
tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk pengobatan
penyakit ibu yang parah.
3) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung
arsen dan benzene.
Pada trimester I, dimana embrio berdiferensi untuk
membentuk sistem organ. Jadi bahan berbahaya yang masuk ke
dalam tubuh wanita hamil dapat mempengaruhi perkembangan
hasil konsepsi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Nurjaya, menyatakan bahwa ibu yang bekerja memiliki tingkat
stres yang lebih tinggi dibanding ibu yang tidak bekerja. Namun
yang menjadi masalah adalah terhadap reproduksi wanita, karena
apabila bekerja pada tempat yang banyak terdapat bahan
berbahaya seperti zat kimia, radiasi dan jika terpapar. Sehingga
kehamilan tersebut mengakibatkan trauma mekanis yang berakhir
dengan abortus.

3. Faktor Predisposisi
1) Anemia pada kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan
zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif
mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan
masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap
kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut
“potential danger to mother and child” (potensial membahayakan
ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius
dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini
terdepan.28
Kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 dan 89%
dengan menetapkan Hb 11 g% (g/dl) sebagai dasarnya. Angka
anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup
tinggi. Angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6%,
trimester II dan 24,8% pada trimester III. 40,1% di Bogor. 28
Tanda dan gejala anemia dalam kehamilan yaitu:28,29
1) Cepat lelah/kelelahan, hal ini terjadi karena penyimpanan
oksigen di dalam jaringan otot berkurang, sehingga
metabolisme di otot terganggu.
2) Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak
kekurangan oksigen, karena daya angkut hemoglobin
berkurang.
3) Pucat pada muka, konjungtiva, telapak tangan, kuku, dan
mukosa mulut, diakibatkan dari berkurangnya volume darah,
berkurangnya haemoglobin, dan vasokonstriksi untuk
memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ-organ vital.
Angka kejadian anemia dalam kehamilan disebabkan
karena defisiensi zat besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi.28,29
Penyebab utama anemia adalah sebagai berikut:30,31
a. Asupan Fe yang tidak memadai.
b. Peningkatan kebutuhan fisiologis
Kebutuhan Fe meningkat saat hamil untuk memenuhi
kebutuhan Fe akibat peningkatan volume darah, untuk
menyediakan Fe bagi janin dan plasenta, dan untuk
menggantikan kehilangan darah saat persalinan. peningkatan
absorpsi Fe selama trimester II kehamilan membantu
peningkatan kebutuhan suplementasi Fe selama kehamilan dan
peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan dapat
meningkatkan berat lahir bayi.
c. Kehilangan banyak darah.
d. Kurang gizi (malnutrisi).
Penyakit-penyakit kronis seperti Tuberculosis (TBC),
cacing usus, malaria. Untuk menegakkan diagnosis anemia
kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda.
Untuk mendiagnosis anemia dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu memeriksa hemoglobin.
Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang
berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb
berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan
tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan
bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai
tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan
tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk
memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktivitas normal
sehari–hari.22 Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai
berikut:6
1) Tidak anemia: Hb > 11 gr%,
2) Anemia ringan: Hb > 9-10.9 gr%
3) Anemia sedang: Hb > 7-8.9 gr%,
4) Anemia berat: Hb < 7 g%
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester II. dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia,
maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada
ibu-ibu hamil di puskesmas.32
Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan dan janin,
diantaranya:32
a) Bahaya selama kehamilan: dapat terjadi abortus, persalinan
prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g
%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (KPD).
b) Bahaya saat persalinan: gangguan His (kekuatan mengejan),
kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus
terlantar, kala dua berlangsung lama hingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri
dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum
karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri.
Pada kala nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan
perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium,
pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis
mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi
infeksi mamae.
c) Bahaya anemia terhadap janin.
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi
kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat
anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk: abortus,
kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat
badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi
cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian
perinatal, dan inteligensia rendah.
Bagi janin, anemia berat yang diderita ibu hamil dapat
menyebabkan IUGR (intra uterine growth
retardation/gangguan pertumbuhan janin), abortus, dan berat
badan lahir rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena anemia
selama kehamilan akan menyebabkan berkurangnya transpor
oksigen ke dalam janin yang sedang berkembang sehingga
akan menimbulkan efek yang merugikan pada pertumbuhan
janin. 32
Sekitar 70% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia
akibat kekurangan gizi. Pada pengamatan lebih lanjut
menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat
adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui
pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu,
di daerah pedasaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi
atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial
ekonomi rendah.6
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki
karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai
80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan
plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan
melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi
makin anemis.6
Penanganan yang diberikan pada kasus anemia, yaitu:31,33,34
(1) Memeriksa kadar Hb ibu hamil pada kunjungan pertama dan
pada minggu ke-28. Hb dibawah 11gr% pada kehamilan
termasuk anemia; dibawah 8gr% termasuk anemia berat. Bila
alat pemeriksaan tidak tersedia, lakukan pemeriksaan kelopak
mata dan perkirakan ada atau tidaknya tanda anemia.
(2) Beri tablet zat besi pada ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama
90 hari berturut-turut. Bila Hb <11gr% teruskan pemberian
tablet zat besi. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil secara
kontinyu dapat meningkatkan nilai Hb minimal 1,0 gr%.
Menurut buku pelayanan kesehatan ibu, yaitu pemberian Fe 60
mg/hari dan 250µg asam folat dalam 90 hari. Pada ibu hamil
dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari.
(3) Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang
perlunya minum tablet zat besi, makan makanan yang
mengandung zat besi dan kaya vitamin C, serta menghindari
minum teh, kopi atau susu dalam 1 jam sebelum/sesudah
makan (teh, kopi atau susu mengganggu penyerapan zat besi).
(4) Jika ditemukan atau diduga anemia, berikan 2-3 kali 1 tablet
zat besi per hari.
(5) Rujuk ibu hamil dengan anemia berat (misalnya wajah pucat,
cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat)
segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan
selanjutnya.
(6) Rujuk ibu hamil dengan anemia berat untuk bersalin dirumah
sakit.
(7) Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum talet zat
besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
Cara meningkatkan penyerapan zat besi yaitu:31, 35, 36
(a) Minumlah zat besi tambahan diantar waktu makan atau 30
menit sebelum makan.
(b) Hindari mengonsumsi kalsium bersama zat besi (susu,
antasida, makanan tambahan prenatal).
(c) Minumlah vitamin C (jus jeruk, tambahan vitamin C). Vitamin
C dapat meningkatkan absorpsi besi karena mereduksi besi
dari bentuk feri ke fero yang siap untuk diserap tubuh.
(d) Masaklah makanan dalam jumlah air minimal supaya waktu
masak sesingkat mungkin.
(e) Makanlah daging, unggas, dan ikan. Zat besi yang terkandung
dalam bahan makanan ini lebih mudah diserap dan digunakan
dibanding zat besi dalam bahan makanan lain. Pangan hewani
relatif lebih tinggi tingkat absorpsinya, yaitu 20-30%.
(f) Makanlah berbagai jenis makanan.
2) Nutrisi
Makanan untuk ibu hamil haruslah lebih diperhatikan lagi
supaya mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu. Untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, nutrisi sangat dibutuhkan
bagi fisik ibu hamil agar bisa menyembuhkan luka setelah
persalinan dan sebagai cadangan masa laktasi.
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang
cukup mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber tenaga,
protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral
sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien akan meningkat selama
hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat secara
proporsional. Makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan
vitamin B12 seperti hati, ikan teri, daging merah, kacang–
kacangan, sayuran berwarna hijau, kuning telur, dan buah–buahan
sangat dibutuhkan oleh ibu hamil.25
Pada dasarnya menu makanan ibu hamil tidak banyak
berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh karena itu, diharapkan
tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu selama hamil. Selama
hamil calon ibu memerlukan lebih banyak zat gizi daripada wanita
yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk
dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas
janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu
menjadi kurus, lemah, pucat.
Demikian pula, bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang
janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa
sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan
abortus, bayi lahir prematur, atau bahkan bayi lahir mati.11
Penambahan berat badan ibu hamil normal dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Standar Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Tiap


Trimester

IMT sebelum Total pertambahan Total pertambahan berat badan


hamil berat badan pada pada trimester ke II dan ke III
trimester I per minggu
Kurang < 18,5 1 – 3 kg 0,44 – 0,58 kg
Normal 18,5 – 1 – 3 kg 0,35 – 0,5 kg
24,9
Over weight 25 - 1 – 3 kg 0,23 – 0,33 kg
29,9
Obesitas >30 kg 0,2 – 2 kg 0,17 – 0,27 kg
Sumber: 23

3) Pemakaian obat dan faktor lingkungan


Pemakaian obat dapat mempengaruhi terjadinya kejadian
abortus, akan tetapi hal ini masih belum menjadi penyebab umum
kejadian abortus.12
d. Tembakau
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan resiko
abortus. Bagi wanita yang merokok lebih dari 14 batang perhari,
resiko tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan kontrol
normal. Menghitung bahwa resiko abortus meningkat secara linier
1,2 kali untuk setiap 10 batang rokok yang diisap perhari.12

e. Alkohol
Abortus spontan dan anomali janin dapat terjadi akibat
sering mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama
kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali lipat pada wanita
yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol setiap hari dibandingkan bukan dengan
peminum.12
f. Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih dari empat cangkir
perhari dapat meningkatkan resiko abortus. Resiko tampaknya
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah. Dalam suatu studi
oleh Klebanoff dkk, kadar paraxantin (suatu metabolit kafein)
dalam darah ibu menyebabkan peningkatan dua kali lipat resiko
abortus hanya apabila kadar tersebut sangat tinggi.12

4. Klasifikasi abortus
Abortus dapat dibagi sebagai berikut:
a. Menurut Kejadiannya
1) Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa
intervensi medis maupun mekanis.2
2) Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), indikasi abortus
untuk kepentingan ibu, misalnya penyakit jantung, hipertensi
esensial, dan karsinoma serviks.2
b. Menurut Bentuk Klinis
Secara klinis abortus dibedakan menjadi: 13
1) Abortus imminens (keguguran mengancam). Abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya. Beberapa sumber menyebutkan beberapa
resiko terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan
dalam rahim.
2) Abortus insipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sedang
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi dan berlangsung
hanya beberapa jam saja. Abortus insipiens didiagnosis bila
pada wanita ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang
keluar gumpalan darah disertai nyeri karenakontraksi rahim
kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehinga jari
pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-
kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan
jaringan yang tertinngal dapat menyebabkan infeksi sehingga
evaluasi harus segera dilakukan.
3) Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap). Abortus
inkomplitus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi
telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal
(biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus
berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks terbuka
karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai
benda asing. Oleh karena itu, uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu
merasakan nyeri namun tidak sehebat insipiens. Pada beberapa
kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan, serviks akan
menutup kembali. Bila perdarahan banyak akan terjadi syok.
4) Abortus kompletus (keguguran lengkap). Seluruh buah
kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup
uterus lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka
kavum uteri kosong.
5) Abortus tertunda (missed abortion). Keadaan dimana janin
telah mati sebelum minggu ke 20, tetapi tertahan di dalam
rahim selama beberapa minggu setelah janin mati. Saat
kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam
sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens.
Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena
absorpsi air ketuban dan maserasi janin.
6) Abortus habitualis (keguguran berulang). Abortus yang telah
berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali
berturut-turut.
5. Skrining dan diagnosis abortus
a. Abortus imminens
Diagnosis dasar: 6, 9, 14,
16

1) Anamnesis
a) Kram perut bagian bawah
b) Perdarahan bercak hingga sedang dari jalan lahir
2) Objektif
a) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal,
cepat atau kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginam dapat bervariasi dari sekret vagina
berdarah sampai sedikit bercak atau minimum, biasanya
kurang dari haid normal. Warna darah lebih banyak merah
segar, kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga
warnanya kecoklatan.
b) Pemeriksaan dalam
(1) Fluksus ada (sedikit)
(2) Ostium uteri tertutup
(3) Ukuran uterus sesuai dengan masa kehamilan
(4) Uterus lunak
3) Pemeriksaan penunjang
a) USG: Hasil konsepsi masih utuh, diperhatikan ukuran
biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur
kehamilan berdasarkan HPHT. Adanya tanda kehidupan
janin meliputi denyut jantung janin dan gerakan janin
diperhatikan disamping ada tidaknya hematoma
retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.
b) Laboratorium:
(1) Darah perifer lengkap: kadar Hb untuk menilai anemia,
leukosit.
(2) pemeriksaan tes hamil masih positif
b. Abortus insipiens
Dasar diagnosis: 6,
9

1) Anamnesis
a) Disertai nyeri/kontraksi rahim yang lebih hebat
b) Perdarahan sedang hingga masif/ banyak dari jalan lahir
2) Pemeriksaan dalam
a) Perdarahan sedang hingga banyak
b) Ostium uteri terbuka
c) Jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
d) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
e) Hasil konsepsi masih berada dalam rahim, belum terjadi
ekspulsi hasil konsepsi
f) Ketuban utuh (menonjol)
c. Abortus komplit
Dasar diagnosis: 6, 9,
13

1) Anamnesis
a) Nyeri perut bagian bawah sedikit/tidak ada
b) Perdarahan dari jalan lahir sedikit
2) Pemeriksaan dalam
a) Perdarahan bercak sedikit hingga sedang
b) Teraba sisa jaringan hasil konsepsi
c) Ostium uteri tertutup, bila ostium uteri terbuka teraba
rongga uterus kosong
d) Ukuran uterus lebih kecil.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium: hasil pemeriksaan ter hamil negatif

d. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)


Dasar diagnosis: 6, 9
1) Anamnesis
a) Kram atau nyeri perut bagian bawah
b) Perdarahan sedang hingga masif/banyak dari jalan lahir
tergantung pada jaringan yang tersisa yang menyebabkan
sebagian sisi plasenta masih terbuka sehingga perdarahan
berjalan terus.
2) Pemeriksaan dalam
a) Pada pemeriksaan vagina kanalis servikalis masih terbuka.
b) Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal.
c) Teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada
ostium uteri eksternum.
e. Missed abortion
Dasar diagnosis: 15
1) Anamnesis
a) Penderita biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali
merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan.
2) Pemeriksaan dalam
a) Hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan.
3) Pemeriksaan penunjang
a) USG: Ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu.
Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus
iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi
pertumbuhan janin terhenti.
b) Laboratorium: Pada pemeriksaan urin kehamilan biasanya
negatif setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan
kehamilan.
6. Patofisiologi abortus
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian
atau seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan
sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2, bagian yang terlepas
dianggap benda asing sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan
seluruh atau sebagian hasil konsepsinya dengan kontraksi.2
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau
sebagian masih tertinggal yang menyebabkan sebagian penyakit, oleh
karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena
kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh
atau sebagian hasil konsepsi.2
Bentuk pengeluaran bervariasi di antaranya: 2
a. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
b. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.
c. Umur kehamilan di bawah 14 minggu dimana plasenta belum
terbentuk sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian konsepsi.
d. Di atas 16 minggu dengan pembentukan plasenta sempurna dapat
diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan dilanjutkan dengan
pengeluaran plasenta.
e. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu sehingga
terjadi ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.
Kadang-kadang telur dengan abortus mempunyai bentuk yang
istimewa, seperti: 2
a. Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong
amnion berisi air ketuban tanpa janin
b. Mola kruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola
kruenta terbentuk kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga
darah sempat membeku antara desidua dan korion. Kalau darah
beku ini sudah seperti daging disebut juga mola karnosa.
c. Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan,
disebabkan oleh hematom-hematom antara amnion dan korion.
d. Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil
dapat diabsorbsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan
amnion diabsorbsi hingga janin tertekan.
7. Komplikasi abortus
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus yang
tidak aman (unsafe abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga
pada abortus spontan. Komplikasi dapat berupa perdarahan, kegagalan
ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi sepsis.6
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila tidak diberikan
penanganan pada waktunya. 6
b. Perforasi
Perforasi uterus pada saat kerokan terjadi pada uterus pada
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi seperti ini penderita perlu
diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi atau
perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat dengan adanya
dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya
mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi
komplikasi.6
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap
abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang
berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe
abortion). Tanda dan gejala terkena sepsis diantaranya nyeri
abdomen bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas, perdarahan
berlanjut, lemah-lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret dan pus
dari serviks, nyeri goyang serviks.14
Kehamilan sering tejadi bersamaan dengan infeksi yang
dapat memengaruhi kehamilan atau sebaliknya memberatkan
infeksi. Di samping itu, terdapat beberapa infeksi yang dapat
menimbulkan kelainan kongenital sehingga kombinasi tersebut
memerlukan pengobatan yang intensif dan melakukan gugur
kandung.6
Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan
insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal
kehamilan. Saat kehamilan, jumlah produksi imun mengalami
perubahan responsif, yang membantu dalam mencegah fetal
resection (penyayatan jaringan tubuh fetus), tetapi memengaruhi
wanita terhadap infeksi. Infeksi saat kehamilan dapat memengaruhi
fetus sekaligus ibunya.10
Macam-macam infeksi yang dapat menyebabkan abortus:
1) Infeksi rubela pada kehamilan
Penyakit ini sebagian besar terjadi pada masa anak-
anak. Peyakit rubela pada masa kehamilan dapat menimbulkan
keguguran, persalinan prematur bahkan mungkin cacat
bawaan. Penyakit ini bukanlah merupakan petunjuk untuk
melakukan pengguguran.
2) Infeksi sifilis pada kehamilan
Penyebab infeksi ini adalah Treponema pallidum yang
dapat menembus plasenta setelah usia kehamilan 16 minggu.
Oleh karena itu, ada baiknya melakukan pemeriksaan serologis
sebelum hamil sehingga pengobatan dapat diterapkan sampai
sembuh.
Diagnosis penyakit ini tidak telalu sukar karena
terdapat luka pada daerah genitalia, mulut, atau ditempat
lainnya. Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk
persalinan prematuritas atau kematian dalam rahim dan infeksi
bayi dalam bentuk plak kongenital (pemfigus sifilitus,
deskuamasi kulit telapak tangan dan kaki, terdapat kelainan
pada mulut dan gigi).
3) Infeksi abdominalis pada kehamilan
Penyakit infeksi tifus abdominalis yang disertai demam
tinggi dan kemungkinan perforasi, sehingga memerlukan diet
cair secara tidak langsung dapat menimbulkan gangguan pada
kehamilan yang menyebabkan keguguran, persalinan
prematuritas, atau lahir mati. Angka kematian ibu dengan
kehamilan disertai tifus abdominalis cukup tinggi sedangkan
kematian bayi sekitar 65-70%. Sebagai upaya pengobatan,
perlu dilakukan kerja sama dengan ahli penyakit dalam.
4) Infeksi Erisipelas pada kehamilan
Penyebab infeksi erisipelas adalah streptokokus
hemolitikus yang terdapat pada kulit. Kehamilan yang disertai
erisipelas dapat lebih infeksius, sehingga menimbulkan sepsis
dan infeksi kala nifas. Pada saat hamil pengaruhnya tidak
terlalu berat, kecuali panas badan yang tinggi yang sering
menimbulkan keguguran. Pada saat persalinan mungkin infeksi
dapat menular ke bayi sehingga memerlukan perlindungan
antibiotika.
5) Infeksi malaria pada kehamilan
Malaria merupakan infeksi yang masih terdapat di
daerah pedesaan dan merupakan penyakit rakyat. Seperti
diketahui serangan malaria terjadi secara teratur dengan jadwal
waktu tertentu. Bentuk serangannya berupa demam tinggi yang
dapat disertai menggigil. Di samping itu penghancuran darah
merah menyebabkan anemia sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Infeksi malaria dapat menyebabkan infeksi plasenta
sehingga makin menganggu pertukaran nutrisi janin dan
menimbulkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan janin
sekunder. Infeksi malaria lebih sering terjadi pada kehamilan
karena daya tahan ibu hamil makin menurun terhadap semua
bentuk infeksi. Infeksi malaria serebral pada kehamilan dapat
meningkatkan angka kematian.
Pengaruh malaria terhadap kehamilan adalah:
a) Pemecahan sel darah merah menyebabkan anemia dan
mengganggu penyaluran dan pertukaran nutrisi ke arah
janin.
b) Infeksi plasenta dapat menghalangi pertukaran dan
menyalurkan nutrisi ke janin.
c) Demam tinggi merangsang kontraksi otot rahim.
Sebagai akibat gangguan tersebut dapat terjadi
keguguran dan persalinan prematur, persalinan dismaturitas,
kematian neonatus yang tinggi, ibu mengalami anemia hamil
dan kala nifas, gangguan persalinan kala II sehingga
memerlukan bantuan tindakan dari luar.6
Infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama
atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian
janin secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi
ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus
diantaranya:
(1) Virus seperti rubella, sitomegalovirus, virus herpes
simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatits,
polio. Bakteri seperti Salmonella typhi. Parasit diantaranya
Toxoplasma gondii, Plasmodium.
(2) Penyakit vascular. Misalnya hipertensi vascular
(3) Kelainan endokrin. Abortus spontan dapat terjadi bila
produksi progesterone tidak mencukupi atau pada penyakit
disfungsi tiroid.
(4) Trauma. Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi
segera setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat
pembedahan:
(a) Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus
luteum graviditatum sebelum minggu ke 8.
(b) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada saat
hamil. Kelainan uterus. Hypoplasia uterus, mioma.2
Jumlah leukosit dan laju endap darah perlu diperiksa untuk
mendeteksi adanya infeksi yang tidak terdeteksi. Untuk
menegakkan ibu hamil terkena infeksi makan dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium leukosit
normal 8-10 ribu/uL. Jika leukosit lebih dari 10 ribu/uL
kemungkinan terjadi infeksi. 26,27
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan area infeksi berat (syok endoseptik).9

8. Penanganan Umum Abortus


a. Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi awal
pasien (gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil).
b. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien
sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau
merujuk).
c. Penilaian medik untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk ke rumah sakit
1) Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan
berat, segera atasi komplikasi tersebut
2) Gunakan jarum infus besar (16G atau lebih besar) dan berikan
tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam
fisiologis atau Ringer.
3) Periksa kadar Hb, golongan darah dan uji padanan-silang.
Ingat: kemungkinan kehamilan ektopik pada pasien hamil muda
dengan syok berat
d. Bila terdapat tanda-tanda infeksi/sepsis: berikan antibiotik yang
sesuai
e. Temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan
f. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pascatindakan dan
perkembangan lanjutan.7

C. Abortus Imminens
1. Pengertian abortus imminens
Abortus imminens adalah perdarahan pervaginam tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Keberadaan kram perut menyebabkan rasa
tidak nyaman. Perdarahan biasanya mulai terjadi 2 minggu setelah
kehamilan berhenti berkembang.8
Abortus imminens yaitu peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dengan BB janin < 500
gram tanpa disertai dengan adanya pembukaan serviks dan atau disertai
rasa mulas- mulas dan hasil konsepsi masih berada didalam uterus.7
Abortus imminens yaitu terjadinya perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam
kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.7
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa abortus
imminens adalah perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang merupakan suatu ancaman bagi
kelangsungan kehamilan.
2. Diagnosis abortus imminens secara klinis
a. Anamnesis: perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak
ada atau ringan. Usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut
nadi normal, cepat atau kecil, suhu badan normal atau meningkat.16
Perdarahan pervaginam dapat bervariasi dari sekret vagina berdarah
sampai sedikit bercak atau minimum, biasanya kurang dari haid
normal. Warna darah lebih banyak merah segar, kecuali telah
bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan.
Pemeriksaan dalam: fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan
besar uterus sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pemeriksaan penunjang: hasil USG dapat menunjukkan buah
kehamilan masih utuh, diperhatikan ukuran biometri janin/kantong
gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT.
Adanya tanda kehidupan janin meliputi denyut jantung janin dan
gerakan janin, diperhatikan disamping ada tidaknya hematoma
retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.16 Hasil laboratorium
menunjukkan tes urine positif.2
3. Prognosis
Pada abortus imminens, janin biasanya masih dapat diselamatkan,
bergantung pada jumlah perdarahan yang dialami sang ibu. Prognosis
ibu pada abortus imminens juga baik.9
4. Komplikasi
a. Perdarahan hebat dan persisten.
b. Sepsis.
c. Infeksi.
d. Sinekia intrauterin.
e. Infertilitas.
f. Perforasi dinding uterus.
g. Cedera usus dan kandung kemih.9
5. Penanganan abortus imminens
Penanganan abortus imminens antara lain: 2, 9, 11
a. Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin, yaitu: bed rest
selama 3x24 jam dan hingga perdarahan tidak terjadi lagi. Setelah
tirah baring 3 hari, evaluasi ulang diagnosis, bila masih perdarahan
(abortus imminens) tirah baring dilanjutkan. Bed rest yaitu
beristirahat agar kondisi tubuh ibu bisa optimal bagi pertumbuhan
janin, hal ini bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke rahim,
dan mengurangi rangsangan mekanis..
b. Analgesik untuk meredakan nyeri.
c. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya:
1) Penenang: penobarbital 3x30 mgr, valium.
2) Anti perdarahan: Adona, Transamin.
3) Pemberian antibiotik apabila abortus terkena infeksi. Seperti
Spyramicin 3x500 mg. Spyramicin adalah kelompok obat
antibiotik yang berfungsi mengatasi berbagai macam infeksi,
jenis obat ini merupakan kelompok obat antibiotik mikrolid,
golongan obat resep, dosis spyramcin untuk remaja dan orang
dewasa adalah 500 mg–2 gram dikonsumsi sebanyak dua kali
perhari. Dosis maksimal harian untuk obat ini adalah 2,5 gram.
Acyclovir 3x400, acyclovir adalah salah satu obat antivirus
yang digunakan untuk mengobati infeksi virus, Acyclovir tidak
bisa menghilangkan virus sepenuhnya dari tubuh. Obat ini
berfungsi untuk mencegah penyebaran dan perkembangan
infeksi virus.
4) Vitamin B kompleks.
5) Hormonal: progesteron (cygest 400 mg). Cygest adalah
sediaan bentuk ovula atau pessari (suppositoria yang diberikan
pervagina). Tersedia dalam 2 kekuatan yaitu 200 mg dan 400
mg. Indikasinya bermacam-macam salah satunya adalah untuk
abortus imminens. Kandungan dari cygest adalah progesteron.
Dari namanya ternyata menunjukkan fungsinya yaitu PRO-
GEStasional STERiodal ketONE. Progesteron adalah hormon
steroid awalnya diproduksi oleh indung telur (kopus luteum),
sampai kemudian diambil alih oleh plasenta pada minggu 7-9
minggu kehamilan. Pada awal kehamilan, progesteron penting
untuk pemeliharaan kehamilan. Perogesteron memiliki peran
luar biasa dalam menjaga kehamilan yang sehat. Kelangsungan
hidup embrio dalam rahim benar-benar tergantung pada
hormon penting ini.
Pada kondisi tertentu kadar estrogen naik seperti pada saat
stres (fisik atau mental). Saat stres akan dikeluarkan kortisol,
zat inilah yang akan merangsang munculnya estrogen.
Dominasi estrogen (kadarnya lebih tinggi dari etrogen) akan
menyebabkan rahim berkontraksi. Progesteron dapat dianggap
sebagai penyeimbang hormonal, terutama estrogen. Fungsi
progesteron dalam memelihara kehamilan salah satunya
menurunkan tonus otot polos sehingga uterus relaksasi.
6) Penguat plasenta: gestanon, duphaston.
7) Anti kontraksi rahim: duvadilan, papaverin, pronalges.
Pronalges adalah obat yang umumnyadigunakan untuk
mengobati nyeri. Pronalges termasuk obat golongan
nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) derivat asam
propiionat. Tiap kemasan pronalges mengandung zat aktif
(nama generik) yaitu ketoprofen 50 mg/ tablet, ketoprofen 100
mg/ tablet, ketoprofen 200 mg/ tablet, ketoprofen 100 mg/ 2 ml
injeksi.
d. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 1
minggu. Seorang wanita yang memiliki riwayat infertilitas, dan
abortus sebaiknya dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual
terlebih dahulu.24,7 Jika terjadi perdarahan selama kehamilan
walaupun sedikit, merupakan kontraindikasi untuk melakukan
hubungan seksual. Perlu diingat sikap hati-hati pada saat
bersenggama, sebaiknya tetap diperhatikan pasangan pada empat
bulan pertama kehamilan, karena dikhawatirkan terkena abortus
spontan. Hal ini bisa terjadi karena plasenta sebagai pelindung
kehamilan belum terbentuk secara sempurna, padahal selain
fungsinya sebagai bantalan (pelindung) janin, plasenta ini
menghasilkan hormon progesteron yang dikenal sebagai hormon
penguat kandungan.
e. Mobilisasi bertahap (duduk-berdiri-berjalan) dimulai apabila
diyakini tidak ada perdarahan pervaginam 24 jam.11
f. Dukungan emosional dan lingkungan yang aman dan tenang.15
g. Bila perdarahan:
a) Berhenti: lakukan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
b) Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG),
lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil
ektopik atau mola).
c) Pada fasilitas dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan
ginekologik.7

D. Peran Bidan dalam Asuhan Kebidanan dengan Abortus Imminens


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1464/MENKES/PER/2010 pada pasal 9 mengenai penyelenggaraan
praktik, bidan dalam menjalankan praktik, berwenang dalam memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu. Pelayanan kesehatan
ibu sebagaimana dimaksud meliputi pelayanan antenatal pada kehamilan
normal dan pelayanan konseling, dan pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
Penanganan abortus imminens bidan tidak berwenang dalam penanganan
abortus imminens. Apabila terdapat kasus abortus imminens di bidan
praktik mandiri maka bidan harus segera merujuk. Penanganan abortus
imminens dapat dilakukan di Rumah Sakit dengan kolaborasi dokter
Spesialis Obgyn, yaitu dengan memberikan konseling, dan memberi obat
sesuai advice yang telah diberikan oleh dokter.

E. Aplikasi Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Abortus Imminens


1. Data Subjektif
a. Keluhan: perdarahan dari jalan lahir, nyeri perut.
b. Riwayat kehamilan: HPHT, tes kehamilan, aktivitas sehari-hari,
kesehatan ibu.
2. Data Objektif
a. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut
nadi normal, cepat atau kecil, suhu badan normal atau meningkat.
b. Ostium uteri masih tertutup, besarnya uterus sesuai dengan umur
kehamilan, tes kehamilan urin masih positif.
c. Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin
yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi
pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong
gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT.
Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan disamping ada
tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis
servikalis.
d. Warna darah lebih banyak merah segar, kecuali telah bercampur
dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan.
e. Perdarahan pervaginam adalah gejala yang khas dan dapat
bervariasi dari sekret vagina berdarah sampai sedikit bercak atau
minimum. Biasanya perdarahan kurang dari haid normal. Tidak ada
jaringan plasenta yang dikeluarkan.

3. Analisa
Berdasarkan data yang didapat dari G...P...A... hamil ... minggu
dengan abortus imminens.

4. Penatalaksanaan
Berdasarkan analisa di atas, asuhan yang dilakukan pada kasus
tersebut adalah penanganan abortus imminens yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien, maka tindakan segera dan kolaborasi dengan dokter
dan tenaga kesehatan lainnya yang kemudian direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi. Aplikasi penanganan abortus imminens
diantaranya: 2,9,11
a. Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin, yaitu: bed rest
selama 3x24 jam dan hingga perdarahan tidak terjadi lagi. Setelah
tirah baring 3 hari, evaluasi ulang diagnosis, bila masih perdarahan
(abortus imminens) tirah baring dilanjutkan. Bed rest yaitu
beristirahat agar kondisi tubuh ibu bisa optimal bagi pertumbuhan
janin, hal ini bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke rahim,
dan mengurangi rangsangan mekanis.
b. Analgesik untuk meredakan nyeri, seperti Pronalges 100 mg.
c. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya:
1) Penenang: penobarbital 3x30 mgr, valium.
2) Anti perdarahan: Adona, Transamin.
3) Pemberian antibiotik apabila abortus terkena infeksi. Seperti
Spyramicin 3x500 mg. Spyramicin adalah kelompok obat
antibiotik yang berfungsi mengatasi berbagai macam infeksi,
jenis obat ini merupakan kelompok obat antibiotik mikrolid,
golongan obat resep, dosis spyramcin untuk remaja dan orang
dewasa adalah 500 mg–2 gram dikonsumsi sebanyak dua kali
perhari. Dosis maksimal harian untuk obat ini adalah 2,5 gram.
Acyclovir 3x400, acyclovir adalah salah satu obat antivirus
yang digunakan untuk mengobati infeksi virus, Acyclovir tidak
bisa menghilangkan virus sepenuhnya dari tubuh. Obat ini
berfungsi untuk mencegah penyebaran dan perkembangan
infeksi virus.
4) Vitamin B kompleks.
5) Hormonal: progesteron (cygest 400 mg). Cygest adalah
sediaan bentuk ovula atau pessari (suppositoria yang diberikan
pervagina). Tersedia dalam 2 kekuatan yaitu 200 mg dan 400
mg. Indikasinya bermacam-macam salah satunya adalah untuk
abortus imminens. Kandungan dari cygest adalah progesteron.
Dari namanya ternyata menunjukkan fungsinya yaitu PRO-
GEStasional STERiodal ketONE. Progesteron adalah hormon
steroid awalnya diproduksi oleh indung telur (kopus luteum),
sampai kemudian diambil alih oleh plasenta pada minggu 7-9
minggu kehamilan. Pada awal kehamilan, progesteron penting
untuk pemeliharaan kehamilan. Perogesteron memiliki peran
luar biasa dalam menjaga kehamilan yang sehat. Kelangsungan
hidup embrio dalam rahim benar-benar tergantung pada
hormon penting ini.
Pada kondisi tertentu kadar estrogen naik seperti pada saat
stres (fisik atau mental). Saat stres akan dikeluarkan kortisol,
zat inilah yang akan merangsang munculnya estrogen.
Dominasi estrogen (kadarnya lebih tinggi dari etrogen) akan
menyebabkan rahim berkontraksi. Progesteron dapat dianggap
sebagai penyeimbang hormonal, terutama estrogen. Fungsi
progesteron dalam memelihara kehamilan salah satunya
menurunkan tonus otot polos sehingga uterus relaksasi.38
6) Penguat plasenta: gestanon, duphaston.
8) Anti kontraksi rahim: duvadilan, papaverin, pronalges.
Pronalges adalah obat yang umumnyadigunakan untuk
mengobati nyeri. Pronalges termasuk obat golongan
nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) derivat asam
propiionat. Tiap kemasan pronalges mengandung zat aktif
(nama generik) yaitu ketoprofen 50 mg/ tablet, ketoprofen 100
mg/ tablet, ketoprofen 200 mg/ tablet, ketoprofen 100 mg/ 2 ml
injeksi.6
d. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 1
minggu. Seorang wanita yang memiliki riwayat infertilitas, dan
abortus sebaiknya dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual
terlebih dahulu.24,7 Jika terjadi perdarahan selama kehamilan
walaupun sedikit, merupakan kontraindikasi untuk melakukan
hubungan seksual. Perlu diingat sikap hati-hati pada saat
bersenggama, sebaiknya tetap diperhatikan pasangan pada empat
bulan pertama kehamilan, karena dikhawatirkan terkena abortus
spontan. Hal ini bisa terjadi karena plasenta sebagai pelindung
kehamilan belum terbentuk secara sempurna, padahal selain
fungsinya sebagai bantalan (pelindung) janin, plasenta ini
menghasilkan hormon progesteron yang dikenal sebagai hormon
penguat kandungan.37
e. Mobilisasi bertahap (duduk-berdiri-berjalan) dimulai apabila
diyakini tidak ada perdarahan pervaginam 24 jam.11
f. Dukungan emosional dan lingkungan yang aman dan tenang.15
g. Bila perdarahan:
a) Berhenti: lakukan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
b) Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG),
lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil
ektopik atau mola).
c) Pada fasilitas dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan
ginekologik.7
Keberhasilan penatalaksanaan abortus imminens dipengaruhi
oleh nasehat yang diberikan petugas kesehatan mengenai
penatalaksanaan yang harus dilakukan dan menjelaskan menegenai
tanda bahaya yang mungkin terjadi pada kehamilan muda.16
BAB III
METODOLOGI

A. Metode
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun laporan tugas akhir
ini adalah studi kasus dengan pendekatan manajemen kebidanan, sebagai
salah satu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasi pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.18
Laporan studi kasus yang dilakukan yaitu dengan cara membahas
suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal
yaitu satu orang, sekelompok orang, sekelompok penduduk yang terkena
suatu masalah.39 Laporan studi kasus ini didokumentasikan dalam bentuk
SOAP yaitu subjektif, objektif, analisa dan penatalaksanaan.19

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data sebanyak mungkin dimana penulis mendapat
keterangan atau pendirian lisan dari seseorang atau sasaran penelitian,
atau bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang tersebut. Jadi data
tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan
atau percakapan.
Pada kasus ini dilakukan wawancara mengenai anamnesa yaitu
biodata, keluhan yang dirasa, dan riwayat-riwayat yang berkaitan
dengan abortus imminens.

2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Laboratorium

38
39

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium merupakan suatu


rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh data objektif
klien yang sebenarnya, yang dilakukan secara sistematis dan teliti
sehingga didapatkan hasil yang akurat.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen,
memeriksa tanda kehidupan janin melalui pemeriksaan denyut jantung
janin (DJJ) menggunakan doppler, pemeriksaan genitalia meliputi
inspeksi, pemeriksaan dalam dan inspekulo. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah meliputi
hemoglobin, leukosit, trombosit dan hematokrit.
3. Observasi
Observasi adalah salah satu cara untuk memperoleh data primer.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati obyek yang merupakan
sumber utama data.20
Dalam hal ini dilakukan pengamatan langsung pada klien meliputi
sikap dan perilaku serta perkembangan yang terjadi pada klien setelah
dilakukan asuhan sesuai kebutuhan klien yang berhubungan dengan
kesehatan diri dan lingkungan.
Pada kasus ini observasi yang dilakukan adalah mengobervasi
pengeluaran darah, dan kesejahteraan ibu dan janin.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data secara tertulis
dengan cara mencari informasi dan memelajari catatan medis pasien
dengan mencatat data yang ada dan sudah didokumentasikan dalam
catatan medis pasien.
5. Studi Literatur
Studi literatur adalah pengumpulan data yang diperoleh dari
berbagai informasi baik berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang
telah dikemukakan oleh berbagai ahli.14
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Hari/tanggal : Senin, 14 Maret 2016


Pukul : 21.30 WIB
Tempat : Ruang VK RS PMI Bogor
Pengkaji : Aida Saadah
No Rekam Medik 0399037

A. Data Subjektif
1. Identitas Klien
Nama : Ny. Y Nama : Tn. D
Umur : 30 tahun umur : 36 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Muara RT 02/01 Alamat : Kp. Muara RT 02/01

2. Keluhan utama
Ibu datang dengan keluhan keluar darah dari vagina sejak pukul
19.00 WIB berwarna merah segar dari pembalut, mulas dan kram pada
perut bagian bawah, dan merasa lemas. Ibu merasa khawatir atas
kehamilannya dan lelah dengan pekerjaannya.

3. Riwayat kehamilan sekarang


Ibu melakukan pemeriksaan tes kehamilan dengan hasil positif
pada tanggal 25 November 2015. Ini merupakan kehamilannya yang
pertama, belum pernah keguguran sebelumnya. Hari pertama haid
terakhir tanggal 10 November 2015, taksiran persalinan tanggal 17
Agustus 2016. Ibu mengatakan biasa memeriksakan kehamilannya ke
bidan setiap bulan, mendapatkan tablet Fe dari bidan dan tablet Fe ibu

40
41

sekarang masih ada, selama hamil ibu sudah periksa hamil sebanyak 4
kali. Merasakan gerakan janin pertama saat usia kehamilan 4 bulan
yaitu 1 minggu yang lalu. Ibu belum mendapatkan imunisasi TT. Ibu
mengatakan perdarahan keluar sejak ibu pulang kerja pukul 19.00
WIB, dan merasa kram pada perut bagian bawah. Kemudian ibu masuk
IGD RS PMI Bogor, ibu mendapat penanganan di IGD dengan
dilakukan pemasangan infus dan sudah minum obat kalneks 1 kali,
kemudian ibu dipindahkan ke ruang bersalin untuk mendapat
penanganan lebih lanjut.

4. Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya, tidak
memiliki penyakit malaria, diabetes, dan penyakit menular seperti
HIV.

5. Riwayat Psikososial, ekonomi


b. Status perkawinan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang pertama, dengan
status pernikahan yang sah, lamanya sudah 6 bulan. Usia ibu saat
menikah 29 tahun.
c. Lingkungan tempat tinggal ibu
Ibu memiliki rumah sendiri, tinggal dengan suami. Di rumah tidak
memelihara binatang seperti kucing, dan burung.
d. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Ibu mengatakan suami senang atas kehamilannya, selalu mengantar
kontrol ke bidan atau ke rumah sakit, anggota keluarga senang atas
kehamilannya. Ibu dan suami merencanakan kehamilan ini.
e. Budaya
Ibu mengatakan tidak ada pantangan apapun yang berkaitan
dengan kehamilan.
f. Pengambilan keputusan dalam keluarga
Ibu mengatakan pengambil keputusan dilakukan secara bersama-
sama, dimusyawarahkan antara suami dan ibu.
g. Pendapatan
Ibu mengatakan kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi dan ibu
sudah mengumpulkan biaya untuk persalinan. Ibu sudah
mempunyai BPJS Kesehatan.

6. Pola kegiatan sehari-hari


a. Nutrisi
1) Pola makan
Ibu mengatakan sebelum hamil makan 2 kali sehari dengan
porsi sedang. Selama hamil ibu makan 2 kali sehari dengan
menu nasi dan lauk pauk. Ibu tidak suka makan sayur, tidak
mempunyai alergi terhadap makanan.
2) Pola minum
Ibu mengatakan sebelum hamil minum 5-6 gelas perhari. Sejak
hamil yang sekarang ibu minum 7-8 gelas air putih perhari, dan
minum 1 gelas susu setiap pagi.
b. Eliminasi
1) Buang air kecil (BAK)
Sebelum hamil buang air kecil 4-5 kali sehari. Selama hamil
frekuensi BAK menjadi bertambah 6-7 kali perhari, terlebih
pada malam hari. Tidak ada keluhan.
2) Buang air besar (BAB)
Ibu mengatakan tidak ada perubahan dalam buang air besar
(BAB) 1 kali sehari, konsistensi lunak dan tidak ada keluhan.
c. Istirahat
Ibu mengatakan sebelum hamil tidur kurang lebih 7 jam, tidak ada
perubahan pola istirahat saat hamil, tidur sekitar 7 jam.
d. Kegiatan seksual
Sejak ibu mengetahui hamil sampai usia kehamilan sekarang ibu
belum melakukan hubungan seksual karena ibu merasa khawatir
dengan kehamilannya.
e. Hygiene
Ibu tidak mengalami perubahan pola mandi yaitu 2 kali sehari pagi
dan sore. Ibu menggosok giginya setiap selesai makan dan saat
akan tidur. Ibu membersihkan bagian kemaluannya setelah BAK
dan BAB dengan cara membersihkan dari arah depan terlebih
dahulu, kemudian bagian belakang. Ibu mengganti bajunya setiap
habis mandi dan menjelang tidur, dan mengganti pakaian dalamnya
setelah mandi atau jika basah.
f. Kegiatan sehari-hari
Setiap hari ibu bekerja dari jam 08.00-14.30 WIB sebagai analis di
pabrik obat, selama bekerja ibu berdiri dan tidak menggunakan
masker. Ibu merasa lelah dengan pekerjaannya. Ibu mengatakan
pekerjaan rumah tangganya dikerjakan oleh ibu tanpa dibantu oleh
orang lain.
g. Gaya hidup
Ibu tidak mengkonsumsi jamu-jamuan, obat-obatan, minuman
keras, dan suami tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman
keras. Akan tetapi setiap hari ibu terpapar dengan zat kimia melalui
udara, karena ibu bekerja sebagai analis.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Lemas
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan Darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 80 kali/menit
3) Respirasi : 20 kali/menit
4) Suhu : 36,50c
d. Tinggi badan : 158 cm
e. Berat badan sebelum hamil : 47 kg
f. Berat badan saat hamil : 48 kg
g. Kenaikan berat badan : 1 kg
h. IMT : 47 / 1,582 = 18,8
Kategori normal : 18,5 – 25,0
Anjuran penambahan berat badan selama hamil : 11-16 kg

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
1) Mata : Sklera putih, konjungtiva pucat
2) Mulut : Rahang tidak pucat, tidak ada caries gigi
3) Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe,
tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis
b. Payudara
Bentuk simetris, puting susu menonjol, ada hiperpigmentasi, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
c. Abdomen
1) Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra
2) Palpasi : Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, teraba
ballotement, adanya nyeri tekan, kontraksi
1x10’10”
3) Auskultasi
Djj : 150 kali/menit, teratur, puntum maksimum
kuadran bawah kanan.
d. Ekstremitas
1) Atas
Kedua tangan tidak oedema, kuku tampak pucat, terpasang
infus RL 20 tetes/menit pada tangan kanan. Sisa cairan 375 cc
2) Bawah
Kedua kaki tidak oedema, tidak ada varices, kuku merah muda,
refleks patella positif
e. Genitalia
Genitalia eksterna : Terdapat pengeluaran darah pervaginam,
berwarna merah segar, tidak ada
gumpalan, tidak ada jaringan yang
keluar.
Ispekulo : Terlihat pengeluaran darah dari kavum
uteri, tidak berbau, ostium uteri tertutup.
Pemeriksaan dalam : Tidak ada pembukaan
f. Anus
Tidak ada hemoroid
g. Data penunjang
1) Laboratorium tanggal 14 Maret 2016
Nama Hasil Normal Satuan
tindakan
Hemoglobin 9,5 >11 g/dl
Leukosit 11.00 8-10 Ribu/uL
Trombosit 301 150-450 Ribu/ul
Hematokrit 30 37-43 %

C. Analisa
G1P0A0 hamil 18 minggu dengan abortus iminens dan anemia ringan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami perdarahan
pada kehamilan muda dan merupakan salah satu tanda bahaya dari
kehamilan.
2. Pukul 21.40 konsultasi dengan dokter Obgyn, advice:
1) Cyges 10 tablet 1x400 mg melalui oral.
2) Spyramicin 10 tablet 3x500 mg melaui oral.
3) Acyclovir 10 tablet 3x400 melalui oral.
4) Pronalges 1x100 mg melalui rektal.
5) Infus ringer laktat 20 tetes/menit.
6) Pasien dirawat sampai perdarahan berhenti dan keadaan baik.
3. Pukul 21.50 Memberikan obat Spyramicin 500 mg melalui oral,
acyclovir 400 mg melalui oral, Cygest 400 mg melalui oral dan
memasukan pronalges 100 mg melalui rektal. Ibu bersedia.
4. Memantau kesejahteraan ibu dan janin setiap 3 jam. (terlampir)
5. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya kehamilan. Ibu mengerti
mengenai tanda bahaya kehamilan.
6. Memberitahu ibu untuk tirah baring selama 2-3 hari. Dan apabila ibu
ingin BAK ataupun BAB harus menggunakan pispot dan dilakukan
ditempat tidur di bantu oleh keluarga atau petugas kesehatan yang
sedang bertugas.
7. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum tablet Fe yang telah diberikan
oleh bidan.
8. Memberitahu ibu untuk tidak khawatir atas kehamilannya dan
menganjurkan ibu untuk rileks.
9. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang dibutuhkan
saat hamil yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, dan lauk pauk seperti
daging, dan ikan.
10. Menganjurkan ibu untuk istirahat.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Selasa, 15 Maret 2016
Pukul : 14.30 WIB
Tempat : Ruang VK RS PMI Bogor
Pengkaji : Aida Saadah

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan darahnya masih keluar sedikit dan berwarna coklat , tetapi
sudah tidak merasa mulas dan kram pada perut dan lemasnya berkurang,
sudah mengganti pembalut 2 kali tadi pagi, dan setelah zuhur. Ibu hanya
berbaring ditempat tidur, istirahat cukup. Sudah makan dengan menu nasi,
ayam, porsi sedang, tidak memakan sayur. Minum 6-8 gelas. BAK 4 kali
di tempat tidur dengan menggunakan pispot, dan belum BAB.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 100/80 mmHg
2) Nadi : 80 x/menit
3) Suhu : 36,90c
4) Respirasi : 22 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Sklera putih, konjungtiva pucat.
b. Abdomen
1) Palpasi
TFU 2 jari di bawah pusat, tidak ada nyeri tekan.
2) Auskultasi
Djj : 148 kali/menit, teratur, punctum
maksimum kuadran bawah kanan.
c. Ekstremitas
1) Atas
Kedua tangan tidak oedema, kuku merah muda, terpasang infus
RL 20 tetes/menit pada tangan kanan. Sisa cairan 345 cc (Kolf
III).
d. Genitalia
Terdapat perdarahan pervaginam, berwarna coklat.

C. Analisa
Hamil 18 minggu dengan abortus imminens dan anemia ringan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah mulai
membaik karena darah sudah mulai berkurang dan kramnya sudah
mulai berkurang.
2. Mengingatkan ibu kembali untuk tirah baring dan apabila ingin BAK
atau BAB dianjurkan ditempat tidur memakai pispot dibantu oleh
keluarga atau tenaga kesehatan yang sedang bertugas. Ibu BAK dan
BAB di tempat tidur menggunakan pispot.
3. Pukul 15.00 Memberi obat Spyramicin 500 mg melalui oral dan
Acyclovir 400 mg melalui oral. Ibu meminum obat Spyramicin dan
Acyclovir.
4. Pukul 15.10 Kolaborasi dengan dokter Obgyn, advive:
a. Pantau perdarahan
b. Jika perdarahan berhenti, maka pasien boleh pindah ke Ruang
Nifas.
c. Menjadwalkan pasien untuk USG tanggal 16 Maret di Ruang Poli
Kebidanan.
5. Memantau keadaan umum, tanda-tanda vital, denyut jantung janin,
memantau perdarahan setiap 3 jam. (terlampir)
6. Menganjurkan ibu untuk meminum tablet Fe yang telah diberikan oleh
bidan. Ibu akan meminum tablet Fe
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum makanan yang telah
diberikan oleh Rumah Sakit dan boleh memakan makanan yang dibeli
diluar.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Rabu, 16 Maret 2016
Pukul : 14.30 WIB
Tempat : Ruang Poli Kebidanan RS PMI Bogor
Pengkaji : Aida Saadah

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan diantar ke Ruang Poli Klinik Kebidanan untuk di USG,
keluar flek, warna coklat, sudah tidak merasa kram pada perut dan tidak
lemas. Ibu sudah mengganti pembalut 1 kali tadi pagi. Ibu sudah makan
dengan menu nasi, telur, porsi sedang, dan ibu menghabiskan makannya.
Minum 5-7 gelas. BAK 4-5 kali, dan sudah BAB 1 kali dengan
menggunakan pispot dibantu oleh tenaga kesehatan yang sedang bertugas.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 79 x/menit
3) Suhu : 36,70c
4) Respirasi : 20 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Sklera putih, konjungtiva pucat.
b. Abdomen
1) Palpasi
TFU 2 jari di bawah pusat, teraba ballotement, tidak ada nyeri
tekan.
2) Auskultasi
Djj : 151 kali/menit, teratur. Punctum
maksimum kuadran bawah kiri.
c. Ekstremitas
1) Atas
Kedua tangan tidak oedema, kuku pucat, terpasang infus RL 20
tetes/menit pada tangan kanan. Sisa cairan ± 345cc (Kolf VI).
d. Genitalia
1) Isnpeksi : Terdapat pengeluaran darah pervaginam,
berwarna coklat.
e. Data penunjang
USG : Keadaan janin baik, denyut jantung
janin (DJJ) 150 kali/menit, teratur, letak
plasenta di corpus anterior.

C. Analisa
Hamil 18 minggu dengan abortus imminens dan anemia ringan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah
membaik. Dan hasil USG menunjukan bahwa keadaan janin baik. .
2. Memberi dukungan kepada ibu agar tidak usah khawatir mengenai
janinnya. Ibu tampak tenang.
3. Mengingatkan ibu kembali jika ingin BAK atau BAB menggunakan
pispot saja dan dilakukan di tempat tidur dibantu oleh keluarga atau
tenaga kesehatan. Ibu BAK dan BAB di tempat tidur dengan
menggunakan pispot.
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti daging,
ikan, telur, sayur-sayuran dan buah-buahan. Ib makan daging, telur
sayur, dan buah.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Kamis, 17 Maret 2016
Pukul : 14.30 WIB
Tempat : Ruang Seruni RS PMI Bogor
Pengkaji : Aida Saadah

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan sudah pindah ke ruang nifas, darahnya sudah tidak keluar,
belum meminum obat, sudah tidak merasa kram pada perut dan tidak
lemas. Ibu nyeri punggung. Ibu sudah makan dengan menu nasi, telur, dan
sayur, porsi sedang, habis. Minum 6-8 gelas. BAK 4-5 kali, dan sudah
BAB 1 kali dengan menggunakan pispot ditempat tidur dibantu oleh
ibunya. Isrirahat cukup, tidur nyenyak.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 37,00C
d. Respirasi : 20 x/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Sklera putih, konjungtiva tampak pucat.
b. Abdomen
1) Palpasi
TFU 2 jari di bawah pusat, teraba ballotement, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada kontraksi.
2) Auskultasi
Djj : 144 kali/menit, teratur, punctum maksimum
kuadran bawah kanan.
d. Ekstremitas
1) Atas
Kedua tangan tidak oedema, kuku merah muda, terpasang infus
RL 20 tetes/menit pada tangan kanan. Sisa cairan infus ± 345
cc (Kolf VIII).
e. Genitalia
1) Inspeksi : Tidak terdapat pengeluaran darah
pervaginam.

C. Analisa
Hamil 18 minggu dengan abortus imminens dan anemia ringan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah
membaik.
2. Memberitahu ibu mengenai cara bangun dari tempat tidur yang benar.
3. Pukul 15.00 Memberi ibu obat Spyramicin 500 mg melalui oral,
Acyclovir 400 mg melalui oral. Ibu minum obat Spyramicin dan
Acyclovir.
4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi seperti daging,
ikan, telur, buah-buahan dan sayur-sayuran. Ibu makanan makanan
yang telah dianjurkan.
5. Mengingatkan ibu kembali mengenai tanda bahaya kehamilan. Ibu
mengerti.
6. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Jumat, 18 Maret 2016
Pukul : 07.30 WIB
Tempat : Ruang Seruni RS PMI Bogor
Pengkaji : Aida Saadah

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan darahnya sudah tidak keluar, sudah tidak merasa kram
pada perut dan tidak lemas. Ibu sudah makan dengan menu nasi, ayam,
dan sayur. Minum 6-8 gelas. BAK 4-5 kali, dan belum BAB. Ibu
mengatakan sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan ibu merasa
senang.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a Keadaan umum : Baik
b Kesadaran : Compos mentis
c Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 82 x/menit
3) Suhu : 36,70c
4) Respirasi : 20 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Sklera putih, konjungtiva tampak pucat.
b. Abdomen
1) Palpasi
TFU 2 jari di bawah pusat, teraba ballotement, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada kontraksi.
2) Auskultasi
Djj : 146 kali/menit, teratur, punctum
maksimum kuadran bawah kiri.

c. Ekstremitas
1) Atas
Kedua tangan tidak oedema, kuku merah muda, tangan sudah
tidak terpasang infus, di aff pukul 08.00 WIB.

C. Analisa
Hamil 18 minggu dengan anemia ringan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah baik dan
sudah diperbolehkan untuk pulang.
2. Memberitahu ibu untuk tidak beraktivitas terlalu berat apabila sudah
dirumah. Ibu mengerti.
3. Memngingatkan kembali mengenai tanda bahaya kehamilan.
4. Kolaborasi dengan dokter Obgyn, advice:
1) Spyramicin 10 tablet 500 mg
2) Acyclovir 10 tablet 400 mg
3) Lepas Infus
5. Memberitahu ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual terlebih
dahulu selama 1 minggu. Ibu mengerti.
6. Memberitahu ibu untuk makan dengan sayur-sayuran, buah-buahan, dan
lauk pauk, serta minum 7-8 gelas sehari. Ibu mengerti dan akan
memakan makanan yang telah dianjurkan.
7. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu mengerti.
8. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe yang telah
diberikan oleh bidan, dan bila tablet Fe ibu sudah habis bisa dibeli di
Apotek. Ibu mengerti.
9. Menganjurkan ibu untuk kontrol ke rumah sakit tanggal 26 maret 2016
atau bila ada keluhan bisa langsung datang ke petugas kesehatan.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Minggu, 20 Maret 2016
Pukul : 14.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. Y
Pengkaji : Aida Saadah

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasa, keadaannya sudah cukup
membaik. Ibu minum obat 3 kali sehari yaitu Spyramicin dan Acyclovir
sesuai dengan anjuran dokter, obat masih ada, makan 3 kali sehari dengan
menu seimbang seperti nasi, sayur, ikan, daging, dan buah. Ibu minum air
putih 6-8 gelas sehari. BAK 4-5 kali sehari, BAB 1 kali sewaktu pagi.
Merasakan gerakan janin aktif. Ibu masih meminum obat-obatan yang
diberi oleh dokter yaitu Spiramicin dan Acyiclovir dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan lain. Ibu sudah tidak bed rest akan tetapi
belum mulai bekerja karena masih takut terjadi perdarahan kembali. Ibu
belum melakukan hubungan seksual. Saat ini pekerjaan rumah dibantu
oleh ibunya.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Nadi : 80 x/menit
3) Suhu : 36,90c
4) Respirasi : 20 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Sklera putih, konjungtiva tampak pucat.
b. Abdomen
1) Isnpeksi : Tidak ada luka bekas operasi
2) Palpasi : Tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat,
teraba ballotement
3) Auskultasi
Djj : 140 kali/menit, teratur, punctum
maksimum kuadran bawah kiri.
c. Ekstremitas
1) Atas
Kedua tangan tidak oedema, kuku merah muda.
2) Bawah
Kedua kaki tidak oedema, tidak ada varices, kuku merah muda.

C. Analisa
Hamil 19 minggu dengan anemia ringan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik.
2. Memberitahu ibu mengenai gizi ibu hamil. Ibu mengerti dan akan
memakan makanan yang telah dianjurkan.
3. Memberitahu ibu untuk tidak beraktivitas terlalu berat. Ibu tidak akan
beraktifitas terlalu berat.
4. Mengingatkan ibu kembali mengenai tanda bahaya kehamilan.
5. Mengingatkan ibu kembali agar tetap mengkonsumsi tablet Fe. Ibu
meminum tablet Fe.
6. Memberitahu ibu untuk tetap meminum obat yang telah diberikan oleh
dokter yaitu Spyramicin dan Acyclovir. Ibu mengerti dan meminum
obat yang telah dianjurkan oleh dokter.
7. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu mengerti dan akan
istirahat.
8. Mengingatkan ibu untuk kontrol tanggal 26 maret 2016 atau bila ada
keluhan bisa segera datang ke petugas kesehatan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Sabtu, 26 Maret 2016
Pukul : 14. 45 WIB
Tempat : Ruang Poli Kebidanan RS PMI Bogor
Pengkaji : Aida Saadah

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin kontrol pasca rawat, saat ini tidak ada keluhan yang
dirasa oleh ibu. Tidak mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter
karena sudah habis. Ibu makan 3 kali sehari dengan menu nasi, ikan,
sayur, dan buah. Minum 6-8 gelas sehari. BAK 4-5 kali sehari. Ibu belum
BAB hari ini, biasanya ibu BAB setiap hari saat pagi. Ibu merasakan
gerakan janin cukup aktif. Ibu belum masuk kerja dan belum beraktivitas.
Pekerjaan rumah masih dibantu oleh ibunya.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 110/70 mmHg
3) Nadi : 78 x/menit
4) Suhu : 36,60c
5) Respirasi : 19 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Tidak oedem, sklera putih, konjungtiva
merah muda.
b. Abdomen
1) Palpasi
Tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat, teraba ballotement.
2) Auskultasi
Djj : 149 kali/menit, teratur, punctum
maksimum kuadran bawah kiri.
c. Ekstremitas
1) Atas
Kedua tangan tidak oedem, kuku merah muda.
2) bawah
Kedua kaki tidak oedema, tidak ada varices, kuku merah muda.
d. Data penunjang
USG : Keadaan janin baik, denyut jantung janin (DJJ)
148 kali/menit, plasenta berada corpus anterior.

C. Analisa
Hamil 20 minggu keadaan ibu dan janin baik.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik.
2. Memberitahu ibu bahwa sudah diperbolehkan bekerja kembali oleh
dokter jika ibu kuat.
3. Memberitahu ibu jika sudah mulai bekerja kembali diharapkan untuk
menggunakan masker dan tidak terlalu lelah caranya bisa dengan
meminta pindah pekerjaan kepada atasan.
4. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya kehamilan. Ibu mengetahui
tanda bahaya kehamilan.
5. Memberitahu ibu mengenai kebutuhan gizi ibu hamil. Ibu memakan
makanan yang telah dianjurkan.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum tablet Fe. Ibu meminum
tablet Fe
7. Memberitahu ibu bahwa ibu sudah diperbolehkan melakukan
hubungan seksual.
8. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi ke rumah sakit
dan apabila ada keluhan segera datang ke petugas kesehatan.
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini, penulis akan membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan “Asuhan Kebidanan pada Ny. Y usia 30 tahun
dengan Abortus Imminens dan Anemia”. Dalam penatalaksanaan asuhan
kebidanan menggunakan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian
SOAP.

A. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


1. Data Subjektif
Berdasarkan anamnesa ibu melakukan pemeriksaan tes
kehamilan hasil positif pada tanggal 25 November 2015. Hamil
pertama, belum pernah keguguran sebelumnya. HPHT tanggal 10
November 2015 dan menurut ibu sekarang sedang hamil 4 bulan, ibu
merasakan gerakan janin 1 minggu yang lalu. Tanda kehamilan yaitu
adanya keterlambatan haid, adanya gerakan janin, dan pemeriksaan tes
kehamilan menunjukkan positif.6
Didapat data subjektif bahwa ibu keluar darah dari vagina sejak
pukul 19.00 WIB berwarna merah segar, kram pada perut bagian
bawah, dan merasa lemas. Tanda dan gejala abortus imminens
berdasarkan teori, yaitu terjadinya perdarahan dari jalan lahir berwarna
merah segar, adanya kram perut bagian bawah, tanpa pengeluaran hasil
konsepsi. Perdarahan pada saat hamil muda, sebelum kehamilan
kurang dari 20 minggu yang ditandai dengan keluarnya darah sedikit
seperti bercak merupakan abortus imminens yang baru mengancam
dan masih dapat dipertahankan. Perdarahan yang terjadi diakibatkan
oleh terlepasnya sebagian jaringan plasenta sehingga janin kekurangan
nutrisi dan O2, bagian yang terlepas dianggap benda asing sehingga
rahim berusaha untuk mengeluarkan seluruh atau sebagian hasil
konsepsinya dengan mengeluarkan darah. Tanda dan gejala anemia
yaitu cepat lelah/ kelelahan, nyeri kepala dan pusing, pucat pada muka,

59
60

konjungtiva, telapak tangan, kuku, dan mukosa mulut. Keluhan lemas


terjadi karena penyimpanan oksigen di dalam jaringan otot berkurang,
sehingga metabolisme di otot terganggu.7, 8, 13
Diperoleh informasi bahwa ibu sebelum dan selama hamil
makan 2 kali sehari, porsi sedang dengan menu nasi dan lauk pauk dan
ibu tidak suka makan sayur. Penyebab utama anemia yaitu asupan Fe
yang tidak memadai, peningkatan kebutuhan fisiologis, kehilangan
banyak darah, kurang gizi (malnutrisi). Kebutuhan nutrien akan
meningkat selama hamil, salah satunya didapatkan dari makanan yang
mengandung asam folat dan vitamin B12 yang didapatkan dari hati,
ikan teri, daging merah, serta makanan yang mengandung zat besi
yang dapat diperoleh dari kacang–kacangan, sayuran berwarna hijau,
kuning telur, dan buah–buahan. Namun, dalam kasus ini ibu tidak suka
makan sayuran sehingga dapat menyebabkan ibu kekurangan zat
besi.25
Ibu bekerja sebagai analis pabrik obat, selama bekerja ibu
berdiri, tidak menggunakan masker. Penyebab terjadinya abortus yaitu
faktor eksternal (pekerjaan) yang berhubungan dengan radiasi, obat-
obatan, dan zat-zat kimia. Faktor predisposisi terjadinya abortus
imminens yaitu anemia pada kehamilan, nutrisi, pemakaian obat dan
faktor lingkungan, tembakau, alkohol, dan kafein. Ibu yang bekerja
memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibanding ibu yang tidak
bekerja, namun yang menjadi masalah adalah terhadap reproduksi
wanita, karena apabila bekerja pada tempat yang banyak terdapat
bahan berbahaya seperti zat kimia, radiasi dan jika terpapar. Sehingga
kehamilan tersebut mengakibatkan trauma mekanis yang berakhir
dengan abortus. Perempuan hamil yang berdiri lebih dari 4 jam dalam
satu shif (8 jam), begitupun harus menggunakan masker apabila
bekerja di lingkungan yang banyak terdapat bahan kimia berbahaya,
karena jika terpapar bahan kimia tersebut akan beresiko keguguran dan
melahirkan bayi prematur.22
2. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan didapat bahwa keadaan umum ibu
tampak lemah, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,50C, dan pernapasan 20 kali/menit.
Tanda gejala abortus iminens adalah keadaan umum tampak lemah
atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut
nadi normal, cepat atau kecil, suhu badan normal atau meningkat.16
Pada pemeriksaan mata sklera putih, konjungtiva pucat. Tanda
dan gejala anemia pada kehamilan yaitu cepat lelah/kelelahan, nyeri
kepala dan pusing, pucat pada muka, konjungtiva, telapak tangan,
kuku, dan mukosa mulut. Berdasarkan kasus yang didapatkan
konjungtiva pucat diakibatkan karena berkurangnya volume darah,
berkurangnya haemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman oksigen ke organ-organ vital.28,29
Pada pemeriksaan payudara, puting susu menonjol, adanya
hiperpigmentasi. Tanda mungkin hamil yaitu payudara tegang, tampak
menjadi lebih besar, areola payudara makin hiperpigmentasi (hitam),
puting susu makin menonjol. Payudara mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.
Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon
pada saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan
somatomamotrofin.6
Pada abdomen tampak linea gravidarum, terlihat atau teraba
gerakan janin, adanya denyut jantung janin. Tanda mungkin hamil
yaitu adanya pigmentasi kulit. Pigmentasi kulit, yaitu keluarnya
melanophore stimulatting hormone hipofisis anterior menyebabkan
pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding
perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar
payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin
menonjol, kelenjar Montogomery menonjol, pembuluh darah menifes
sekitar payudara).6
Pada pemeriksaan abdomen juga didapatkan hasil tinggi fundus
uteri (TFU) 2 jari di bawah pusat, denyut jantung janin (DJJ) 150 kali/
menit, adanya nyeri tekan pada bagian bawah perut. Tanda dan gejala
abortus imminens yaitu ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan,
dan adanya kram perut bagian bawah, dan adanya tanda kehidupan
janin yang ditandai dengan adanya denyut jantung janin. Ukuran uterus
yang sesuai dengan usia kehamilan dikarenakan masih adanya hasil
konsepsi di dalam uterus. Adanya kram perut bagian bawah
dikarenakan terjadinya pelepasan sebagian jaringan plasenta sehingga
janin kekurangan nutrisi dan O2, bagian yang terlepas dianggap benda
asing sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan hasil sebagian
konsepsinya dengan kontraksi. 2,16
Pada pemeriksaan genitalia tampak pengeluaran darah, saat di
inspekulo terlihat pengeluaran darah dari kavum uteri, berwarna merah
segar, tidak ada jaringan yang keluar, tidak berbau, ostium uteri
tertutup. Tanda dan gejala abortus imminens yaitu saat di inspeksi
tampak pengeluaran darah berwarna merah segar, banyaknya sedang,
saat di inspekulo tampak pengerluaran darah dari kavum uteri, tidak
berbau, ostium uteri tertutup dan tidak ada jaringan yang keluar.
Pengeluaran darah ini disebabkan karena terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan.16
Pada kasus ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
USG dengan hasil USG tampak kantung kehamilan, keadaan janin
baik, terlihat dan terdengar denyut jantung janin (DJJ). Pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosis abortus imminens adalah
pemeriksaan USG yang ditandai adanya tanda kehidupan janin yaitu
denyut jantung janin. Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan
adalah pemeriksaan urin yang masih menunjukkan hasil positif pada
kehamilan. Akan tetapi pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan
urin dikarenakan dengan pemeriksaan fisik pada abdomen uterus
sesuai dengan masa kehamilan, adanya denyut jantung jantung janin
(DJJ), genitalia tidak ada jaringan yang keluar dan tidak ada
pembukaan, dan pemeriksaan penunjang yaitu USG adanya tanda
kehidupan janin dengan terlihat dan terdengarnya denyut jantung janin
(DJJ) sudah cukup untuk menegakkan bahwa masih adanya tanda
kehidupan janin.25
Pada pemeriksaan darah didapatkan Hb 9,5 g/dl (>11 gr/dl).
pemeriksaan Hb dapat digolongkan tidak anemia: Hb ≥ 11 gr%,
anemia ringan: Hb ≥ 9-10.9 gr%, anemia sedang: Hb ≥ 7-8.9 gr%,
anemia berat: Hb < 7 g% Dari hasil pemeriksaan tersebut ibu
mengalami anemia ringan. Ibu hamil yang kadar Hbnya ≥ 9-10.9 gr%
dikatakan sebagai anemia ringan. Penyebab anemia tersebut dapat
disebabkan karena kekurangan makanan yang mengandung zat besi,
asam folat dan vitamin B12 seperti hati, ikan teri, daging merah,
kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau, kuning telur. Hal ini sesuai
dengan informasi yang didapatkan dari ibu bahwa ibu sebelum dan
selama hamil makan 2 kali sehari, porsi sedang dengan menu nasi,
lauk pauk dan ibu tidak suka makan sayur. Hal ini bisa dikaitkan
dengan pola nutrisi ibu, karena ibu jarang makan sayur.25
Didukung pula bahwa bahaya anemia selama kehamilan yaitu
dapat terjadi abortus, persalinan maturitas, hambatan tumbuh kembang
janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi
kordis (Hb <6 g%), molahidatidosa, hiperemesis gravidarum, ketuban
pecah dini (KPD). Bahaya anemia terhadap janin. Sekalipun
tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya,
tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme
tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk:
abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat
badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat
bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan
inteligensia rendah.32
Bagi janin, anemia berat yang diderita ibu hamil dapat
menyebabkan IUGR (intra uterine growth retardation/gangguan
pertumbuhan janin), abortus, dan berat badan lahir rendah (BBLR).
Hal ini disebabkan karena anemia selama kehamilan akan
menyebabkan berkurangnya transpor oksigen ke dalam janin yang
sedang berkembang sehingga akan menimbulkan efek yang merugikan
pada pertumbuhan janin.32
Pada pemeriksaan laboratorium juga didapatkan leukosit 11.00
ribu/uL (8-10 ribu). Hal ini menunjukkan bahwa ibu mengalami
infeksi, hal ini berdasrakan teori bahwa jika leukosit > 10 ribu
kemungkinan terjadi infeksi.6
3. Analisa
Dari hasil pengkajian data subjektif didapatkan bahwa ibu sudah
melakukan pemeriksaan kehamilan (test pect) hasil positif. Hamil
pertama, belum pernah keguguran sebelumnya. HPHT tanggal 10
November 2015, mengeluh keluar darah berwarna merah segar, kram
pada perut bagian bawah, dan merasa lemas. Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan mata conjungtiva pucat, sklera putih. Abdomen tinggi
fundus uteri (TFU) 2 jari di bawah pusat, denyut jantung janin (DJJ)
150 kali/menit, pemeriksaan genitalia tampak pengeluaran darah, tidak
ada jaringan yang keluar, tidak berbau, ostium tertutup. Hasil USG
tampak kantung kehamilan, keadaan janin baik, terlihat dan terdengar
denyut jantung janin (DJJ) sehingga dapat ditegakkan analisa yaitu
“Ny. Y, usia 30 tahun, G1P0A0 hamil 18 minggu dengan abortus
imminens dan anemia ringan”.
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang
didapat serta analisa yang ditegakkan, maka disusunlah
penatalaksanaan yang telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan ibu,
yaitu:
Memberitahu bahwa ibu mengalami abortus imminens yaitu
perdarahan pada saat hamil muda, sebelum kehamilan kurang dari 20
minggu yang ditandai dengan keluarnya darah sedikit seperti bercak,
keguguran ini baru mengancam dan masih dapat dipertahankan.
Abortus imminens yaitu terjadinya perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan
sebelum kehamilan kurang dari 20 minggu. Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.7
Menganjurkan ibu untuk istirahat baring total selama 3x24 jam,
salah satu penanganan abortus imminens yaitu bed rest selama 3x24
jam. Bed rest bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke rahim, dan
mengurangi rangsangan mekanis.2
Pengobatan pasien dengan abortus imminens yaitu diberikan
obat penenang seperti Penobarbital 3x30 mg, Valium. Selain itu
diberikan juga anti perdarahan seperti Adona, Transamin; Vitamin B
kompleks; hormonal seperti Progesteron; penguat plasenta seperti
Gestanon, Duphaston; anti kontraksi rahim seperti Duvadilan,
Papaverin. Dalam kasus ini, berdasarkan adviced dokter Obgyn ibu
diberikan penguat kandungan yaitu Cyges 1x400 mg. Cygest adalah
sediaan bentuk ovula atau pessari (suppositoria yang diberikan
pervagina). Tersedia dalam 2 kekuatan yaitu 200 mg dan 400 mg.
Indikasinya bermacam-macam salah satunya adalah untuk abortus
imminens. Kandungan dari Cygest adalah progesteron. Dari namanya
ternyata menunjukkan fungsinya yaitu PRO-GEStasional STERiodal
ketONE. Progesteron adalah hormon steroid awalnya diproduksi oleh
indung telur (kopus luteum), sampai kemudian diambil alih oleh
plasenta pada minggu 7-9 minggu kehamilan. Pada awal kehamilan,
progesteron penting untuk pemeliharaan kehamilan. Progesteron
memiliki peran luar biasa dalam menjaga kehamilan yang sehat.
Kelangsungan hidup embrio dalam rahim benar-benar tergantung pada
hormon penting ini.38
Pada kondisi tertentu kadar estrogen naik seperti pada saat stres
(fisik atau mental). Saat stres akan dikeluarkan kortisol, zat inilah yang
akan merangsang munculnya estrogen. Dominasi estrogen (kadarnya
lebih tinggi dari etrogen) akan menyebabkan rahim berkontraksi.
Progesteron dapat dianggap sebagai penyeimbang hormonal, terutama
estrogen. Fungsi progesteron dalam memelihara kehamilan salah
satunya menurunkan tonus otot polos sehingga uterus relaksasi.38
Ibu diberikan antibiotik Spyramicin 3x500 mg. Spyramicin
adalah kelompok obat antibiotik yang berfungsi mengatasi berbagai
macam infeksi, jenis obat ini merupakan kelompok obat antibiotik
mikrolid, golongan obat resep, dosis Spyramcin untuk remaja dan
orang dewasa adalah 500 mg–2 gram dikonsumsi sebanyak dua kali
perhari. Dosis maksimal harian untuk obat ini adalah 2,5 gram. Dalam
kasus ini ibu diberikan spyramicin karena pada hasil laboratorium hasil
leukosit tinggi yang menunjukkan bahwa ibu mengalami infeksi.
Acyclovir 3x400, Acyclovir adalah salah satu obat antivirus yang
digunakan untuk mengobati infeksi virus, Acyclovir tidak bisa
menghilangkan virus sepenuhnya dari tubuh. Obat ini berfungsi untuk
mencegah penyebaran dan perkembangan infeksi virus. Selain itu, obat
ini juga berguna untuk mencegah terjadinya infeksi akibat virus.
Diberikan Pronalges 1x100 mg. Pronalges adalah obat yang umumnya
digunakan untuk mengobati nyeri. Pronalges termasuk obat golongan
nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) derivat asam
propiionat. Tiap kemasan Pronalges mengandung zat aktif (nama
generik) yaitu Ketoprofen 50 mg/ tablet, Ketoprofen 100 mg/ tablet,
Ketoprofen 200 mg/ tablet, Ketoprofen 100 mg/ 2 ml injeksi. Dalam
kasus ini diberikan pronalges karena ibu mengeluh kram pada bagian
bawah perut. Namun dalam kasus ini ibu tidak diberikan obat
penenang karena ibu dalam kondisi baik.6
Penulis juga melakukan konseling dan pendidikan kesehatan
kepada ibu, yaitu menganjurkan ibu untuk tetap meminum Fe,
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein seperti
ikan, tempe, tahu, telur, kacang-kacangan, mengkonsumsi buah-
buahan. Penanganan yang dapat diberikan pada ibu hamil anemia yaitu
Beri tablet zat besi pada ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari
berturut-turut. Bila Hb <11gr% teruskan pemberian tablet zat besi.
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil secara kontinyu dapat
meningkatkan nilai Hb minimal 1,0 gr%. Pemberian Fe 60 mg/hari
33,31,34
dan 250µg asam folat dalam 90 hari. Akan tetapi pada kasus ini
ibu tidak diberikan Fe oleh dokter karena ibu sudah memiliki Fe yang
diberikan oleh bidan.
Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3
kali sehari. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal,
tentang perlunya minum tablet zat besi, makan makanan yang
mengandung zat besi dan kaya vitamin C, serta menghindari minum
teh, kopi atau susu dalam 1 jam sebelum/sesudah makan (teh, kopi
atau susu mengganggu penyerapan zat besi). Sarankan ibu hamil
dengan anemia untuk tetap minum talet zat besi sampai 4-6 bulan
setelah persalinan.sekitar 70% ibu hamil di Indonesia mengalami
anemia akibat kekurangan gizi, dan pengaruh anemia terhadap
33,31,34
kehamilan salah satunya dapat menyebabkan abortus.
Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual
selama 1 minggu. Seorang wanita yang memiliki riwayat infertilitas,
dan abortus sebaiknya dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual
terlebih dahulu.24, 7 jika terjadi perdarahan selama kehamilan walaupun
sedikit, merupakan kontraindikasi untuk melakukan hubungan seksual.
Perlu diingat sikap hati-hati pada saat bersenggama, sebaiknya tetap
diperhatikan pasangan pada empat bulan pertama kehamilan, karena
dikhawatirkan terkena abortus spontan. Hal ini bisa terjadi karena
plasenta sebagai pelindung kehamilan belum terbentuk secara
sempurna, padahal selain fungsinya sebagai bantalan (pelindung)
janin, plasenta ini menghasilkan hormon progesteron yang dikenal
sebagai hormon penguat kandungan.37
Menganjurkan ibu untuk menghindari aktivitas berat,
menganjurkan keluarga untuk memberikan support pada ibu agar
kondisi ibu semakin membaik. Salah satu asuhan abortus imminens
yaitu anjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara
berlebihan, anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual,
mobilisasi bertahap (duduk-berdiri-berjalan) dimulai apabila diyakini
tidak ada perdarahan pervaginam 24 jam, dukungan emosional dan
lingkungan yang aman dan tenang.
Keberhasilan penatalaksanaan abortus imminens dipengaruhi oleh
nasehat yang diberikan petugas kesehatan mengenai penatalaksanaan
yang harus dilakukan dan menjelaskan menegenai tanda bahaya yang
mungkin terjadi pada kehamilan muda.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat


Selama penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. Y
G1P0A0 hamil 18 minggu dengan Abortus Imminens dan Anemia Ringan
di Rumah Sakit PMI Bogor, penulis mendapatkan beberapa faktor yang
mendukung dan menghambat terhadap terlaksananya asuhan kebidanan.
1. Faktor Pendukung
a. Klien kooperatif dan terbuka sehingga memudahkan penulis
menggali permasalahan serta memberika asuhan.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai pada saat
melakukan pengkajian.
c. Adanya kerjasama yang baik antara penulis, bidan, dan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada Ny. Y G1P0A0 hamil 18
minggu dengan abortus imminens dan anemia ringan.
d. Tenaga kesehatan yang kompeten dan profesional dalam
memberikan asuhan yang tepat kepada Ny. Y G1P0A0 hamil 18
minggu dengan abortus imminens dan anemia ringan.
2. Faktor Penghambat
Selama melakukan asuhan kebidanan, penulis menemukan
hambatan yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan urin pada saat pasien
datang untuk menentukan kehamilan masih positif atau tidak. Tidak
dilakukan pemeriksaan laboratorium ulang pada saat pasien pulang
untuk mengetahui kadar hemoglobin, tidak dilakukannya pemeriksaan
USG untuk bahan evaluasi sebelum pasien pulang, karena menurut
pendapat dokter Obgyn berdasarkan pemeriksaan fisik bahwa pasien
sudah dalam kondisi baik yang ditandai dengan conjungtiva merah
muda, sklera putih, tidak adanya adanya nyeri tekan pada bagian
bawah perut, tidak adanya kram, adanya denyut jantung janin (DJJ),
dan tidak tampak pengeluaran darah, akan tetapi alangkah baiknya
sebelum pasien pulang dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
USG ulang sehingga bisa dipastikan bahwa pasien pulang sudah
dalam kondisi baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
diagnosa yang ditegakkan dan dilakukan rencana sesuai kebutuhan, serta
pembahasan terdapat kesesuaian antara teori dan kenyataan yang telah di
uraikan maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Data subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan data subjektif dari
pasien yaitu ibu berusia 30 tahun, HPHT 10 November 2015, tes
kehamilan positif, sedang hamil 4 bulan, ibu merasakan gerakan janin
1 minggu yang lalu, mengeluh keluar darah dari vagina berwarna
merah segar, kram pada perut bagian bawah, dan merasa lemas.
Sebelum dan selama hamil makan 2 kali sehari, porsi sedang dengan
menu nasi dan lauk pauk. Ibu tidak suka makan sayur. Setiap hari ibu
bekerja sebagai analis pabrik obat, selama bekerja ibu berdiri dan tidak
menggunakan masker.
2. Data objektif
Dari data objektif berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan didapatkan bahwa keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit,
respirasi 20 kali/menit, suhu 36,50c. Pemeriksaan fisik pada mata
konjungtiva pucat dan sklera putih, abdomen didapatkan hasil tinggi
fundus uteri (TFU) 2 jari dibawah pusat, denyut jantung janin (DJJ)
150 kali/menit, adanya nyeri tekan puntum maksimum kuadran bawah
kanan. Pada pemeriksaan genitalia tampak pengeluaran darah, pada
saat di inspekulo terlihat pengeluaran darah ±15cc dari kavum uteri,
berwarna merah segar, tidak ada jaringan yang keluar, tidak berbau,
ostium uteri tertutup. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan USG
tampak kantung kehamilan, keadaan janin baik, terlihat dan terdengar

70
71

denyut jantung janin (DJJ). Pada pemeriksaan darah didapatkan Hb 9,5


g/dl, dan Leukosit 11 ribu/Ul.
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah didapatkan
maka ditegakkan analisa Ny. Y, G1P0A0 hamil 18 minggu dengan
abortus imminens dan anemia ringan.
4. Penatalaksanaan
Memberitahu bahwa ibu mengalami abortus imminens yaitu
perdarahan pada saat hamil muda, sebelum kehamilan kurang dari 20
minggu yang ditandai dengan keluarnya darah sedikit seperti bercak,
keguguran ini baru mengancam dan masih dapat dipertahankan.
Melakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn: memberikan obat Cyges
1x400 mg, Spiramicin 3x500 mg, Acyclovir 3x400, Pronalges 1x100
mg.
Menganjurkan ibu untuk istirahat baring total selama 3x24 jam,
menganjurkan ibu untuk tetap meminum tablet Fe, menganjurkan ibu
untuk memenuhi nutrisi dengan mengkonsumsi makanan tinggi protein
seperti ikan, tempe, tahu, telur, kacang-kacangan, mengkonsumsi
buah-buahan. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan
seksual selama 1 minggu, menganjurkan ibu untuk tidak melakukan
hubungan seksual. Menganjurkan ibu untuk tetap tenang dan tidak
khawatir dengan kehamilannya. Menganjurkan ibu untuk menghindari
aktivitas berat, menganjurkan keluarga untuk memberikan support
pada ibu agar kondisi ibu semakin membaik.
Setelah dirawat selama 5 hari, ibu pulang dalam kondisi baik
yang ditandai dengan tidak adanya kram bagian bawah perut,
pengeluaran darah dari vagina dan juga sudah tidak merasa lemas. Ibu
dalam kondisi baik.
B. Saran
1. Pusat Pelayanan Kesehatan
Diharapkan tetap mempertahankan pelayanan kesehatan yang
sudah sesuai dengan SOP serta teori sehingga dapat meningkatkan
kualitas dan kepercayaan dari para pengguna jasa pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan kebidanan dengan abortus imminens.

2. Untuk klien dan keluarga


Dengan diberikannya asuhan ini diharapkan ibu mendapatkan
asuhan yang lebih terarah dan berkelanjutan. Menganjurkan ibu untuk
segera datang ke petugas kesehatan apabila mengalami perdarahan
lagi, cukup istirahat, dan kurangi pekerjaan yang dapat melelahkan ibu
karena kemungkinan abortus dapat terulang apabila kondisi ibu kurang
baik.
3. Untuk profesi Bidan
Diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas asuhan sesuai
dengan teori yang terus berkembang namun tetap berdasarkan
wewenangnya sebagai bidan yang telah ditetapkan sehingga asuhan
yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan
bemanfaat bagi klien.
73

Anda mungkin juga menyukai