Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. K

P7A1 NIFAS 10 JAM DENGAN LUKA PERINEUM

Laporan Kasus Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Nifas

Dosen Pembimbing Akademik:


Bdn.Sri Yuniarti., MKM

Disusun Oleh :
Siska Dwiyanti 2250351049

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
STASE NIFAS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. K P7A1 NIFAS 10 JAM


TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Dosen Pembimbing Pendidikan : Bdn.Sri Yuniaeri, MKM


Dosen Pembimbing Lapangan: Nina Herdiana, ST., Bd.

Cipongkor, Februari 2022

Pembimbing Preceptor Mahasiswa

Bdn Sri Yuniarti, MKM Nina Herdiana ST., Bdn Siska Dwiyanti

2
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia limpahan, rahmat taufik serta
hidayah-Nya. Sehingga tugas makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.

Penulisan makalah dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas stase bayi baru
lahir. Penulis menyadari isi laporan kasus ini banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Semoga Allah SWT Allah senantiasa menjadikan kita sebagai umat yang mau selalu
berusaha dan menuntut ilmu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri,
pembaca dan bagi ilmu pengetahuan.

Cimahi, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar ..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................3

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perineum merupakan bagian penting pada saat proses persalinan yang sangat
sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan pada saat proses persalinan
secara alami. Selain itu, perineum juga berfungsi sebagai pengontrol aktivitas buang air
besar (BAB), buang air kecil (BAK) dan aktivitas seksual bagi ibu pasca melahirkan.
Robekan atau ruptur yang terjadi pada saat proses persalinan disinyalir dapat
mengakibatkan gangguan fungsi dasar otot panggul yang dapat mempengaruhi aktivas
kontrol BAB, BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan (Sulistyawati, 2016).
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat meluas
ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam
pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2015).
Dalam persalinan sering terjadi perlukaan pada perineum baik itu karena robekan
spontan maupun episiotomi. Di Indonesia laserasi perineum dialami oleh 75% ibu
melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran
spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan
29% karena robekan spontan) (Depkes RI, 2013). Ruptur perineum adalah perlukaan
jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak
menggunakan alat. Ruptur perineum disebabkan paritas, jarak kelahiran, berat badan
bayi, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, ekstraksi cunam, ekstraksi
fakum, trauma alat dan episiotomi. (sumarah, 2014). Rupture perineum terjadi pada
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan menjadi luas apabila kepala
janin terlahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia
suboksipitobregmatika atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal (Winkjosastro,
2015). Ruptur perineum dapat mengakibatkan dampak jangka panjang dan pendek pada
ibu. Inkontinensia anal merupakan dampak jangka panjang pada cedera perineum yang
dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan perempuan yang mengarah ke
ketidaknyamanan, rasa malu dan penarikan diri dari lingkungan sosial (Sumarah, 2014).
Perdarahan adalah dampak jangka pendek dari ruptur perineum yang terjadi pada setiap
persalinan melalui vagina. Selama tahun 2010 – 2013 penyebab tertinggi angka kematian
ibu adalah perdarahan. Penyebab perdarahan utama pasca persalinan adalah atonia uteri
sedangkan robekan jalan lahir terutama ruptur penineum merupakan penyebab kedua

1
(Wiknjosastro, 2015) Luka pada perineum akibat ruptur atau laserasi merupakan daerah
yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Bila proses penyembuhan
luka tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan tidak sempurnanya
penyembuhan luka ruptur tersebut. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan tidak dapat
berhenti dengan baik ataupun menyebabkan terjadinya infeksi yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian pada ibu. Akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat
mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab sangat menunjang
untuk perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung
kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi
infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir, tetapi sangat kecil
kemungkinannya jika luka perineum dirawat dengan baik (Bahiyatun, 2016). Perawatan
perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea
dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi pada perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat
pada saluran kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir. Waktu
penyembuhan luka pada jalan lahir dipengaruhi oleh faktorfaktor diantaranya yaitu faktor
internal dan eksternal. Adapun faktor internalnya adalah usia ibu, personal hygiene, gizi.
Adapun faktor eksternal antara lain lingkungan, tradisi, pengetahuan, status ekonomi,
penanganan petugas. Tingkat pengetahuan seorang ibu berpengaruh bagaimana seorang
ibu dalam melakukan perawatan luka pada jalan lahir dan bagaimana seorang ibu
memperhatikan kesehatannnya dengan memilih makanan- 4 makanan yang memiliki
nilai gizi yang berguna untuk mempercepat proses penyembuhan lukanya (Prawiroharjo,
2015). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil studi kasus yang berjudul Asuhan
Kebidanan Nifas 10 jam di Puskesmas Cipongkor.

B. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas.

C. Manfaat

1. Manfaat praktis

Secara praktis hasil dari studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi tenaga

kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas. Dan bagi pihak lain

2
laporan kasus ini juga diharapkan dapat membantu dalam penyajian informasi untuk

mengadakan laporan kasus yang serupa.

2. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat menjadi referensi atau

masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan dan menambah kajian ilmu kebidanan

khususnya pada asuhan kebidanan untuk mengetahui bagaimana memberikan asuhan

kebidanan pada masa nifas.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Masa Nifas

1. Definisi nifas

Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah masa

persalanian, yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta, yakni setelah

berakhirnya kala IV dalam persalinan dan berakhir sampai dengan 6 minggu (42

hari) yang ditandai dengan berhentinya perdarahan (Azizah dan Rosyidah, 2019).

2. Tahapan Masa Nifas

Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:

1. Puerperium dini

Puerperium dini merupakan kepulihan, dimana ibu diperbolehkan berdiri

dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

2. Puerperium intermediate

Puerperium intermediet merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat

genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3. Puerperium remote

Remote puerperium yakni masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama apabila selama hamil atau persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung berminggu-

minggu, bulanan, bahkan tahunan (Azizah dan Rosyidah, 2019).

3. Adaptasi Psikologi Pada masa Nifas

Dalam menjalani adaptasi masa nifas, sebagian ibu dapat mengalami fase-

fase sebagai berikut:

1
a. Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan berlangsung pada hari pertama

sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu baru umumnya pasif dan tergantung,

perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Pengalaman selama

proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung

menjadi pasif terhadap lingkungannya. Kemampuan mendengarkan (listening

skills) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak

ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.

Petugas kesehatan dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk

memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan

semua yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik.

b. Fase taking hold

Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu

memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan

gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan

ibu.

c. Fase letting go

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya

sudah meningkat. Pendidian kesehatan yang kita berikan pada fase

sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu agar lebih mandiri dalam

memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Azizah dan Rosyidah, 2019).

4. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

2
Kujungan nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status ibu dan bayi baru

lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah- masalah yang

terjadi.

a. 6-8 jam setelah persalinan

b. 6 hari setelah persalinan

c. 2 minggu setelah persalinan

d. 6 minggu setelah persalinan

5. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Asuhan postpartum merupakan upaya kolaboratif antara orangtua, keluarga,

pemberi asuhan yang sudah terlatih atau tradisional, profesi kesehatan dll termasuk

kelp.anggota masyarakat, pembuat kebijakan, perencana kesehatan dan

administrator.

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi

b. Melaksanakan skrining yg komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan KB Asuhan masa nifas berdasarkan waktu kunjungan

nifas

 1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

- Mencegah perdarahan masa nifas.

- Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

- Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

berhasil dilakukan.

- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

3
 Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

- Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak

ada bau menyengat

- Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda

penyulit dalam menyusui.

- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu

perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

 Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

- Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak

ada bau menyengat.

- Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda

penyulit dalam menyusui.

- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu

perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

 Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) a.

- Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialaminya.

- Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini.

6. Perubahan fisiologi masa nifas

 Perubahan Sistem Reproduksi

 Involusi rahim

4
Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena

kontraksi dan retraksi otot – ototnya. Fundus uteri ± 3 jari bawah pusat.

Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi

sesudah 2 hari, uterus akan mengecil dengan cepat, pada hari ke – 10

tidak teraba lagi dari luar. Setelah 6 minggu ukurannya kembali ke

keadaan sebelum hamil. Pada ibu yang telah mempunyai anak biasanya

uterusnya sedikit lebih besar daripada ibu yang belum pernah mempunyai

anak. Involusi terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil,

karena sitoplasma nya yang berlebihan dibuang, involusi disebabkan oleh

proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi

dan kemudian dibuang melalui air kencing, sehingga kadar nitrogen

dalam air kencing sangat tinggi.

 Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira – kira sebesar telapak tangan.

Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu kedua hanya sebesar

3 – 4 cm dan pada akhir masa nifas 1 -2 cm.

 Perubahan pembuluh darah rahim Dalam kehamilan,

uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi

karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang

banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas.

 Perubahan pada serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan,ostium extemum dapat dilalui oleh 2 jari,

pinggir-pibggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan persalinan,

Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari saja, dan

lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian dari canalis cervikalis.

 Perubahan pada cairan vagina (lochia) Dari cavum uteri keluar cairan

secret disebut Lochia. Jenis Lochia yakni :

5
a. Lochia Rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban , sel-sel desidua (desidua, yakni selaput lendir Rahim dalam

keadaan hamil), verniks caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep

terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel, yang

menyelimuti kulit janin) lanugo, (yakni bulu halus pada anak yang

baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin cukup bulan yang

terdiri dari atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau

kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lochia Sanguinolenta : Warnanya merah kuning berisi darah dan

lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

c. Lochia Serosa : Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi

pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d. Lochia Alba : Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2

minggu. e. Lochia Purulenta : Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk.

e. Lochiotosis : Lochia tidak lancer keluarnya.

Perubahan pada Vagina dan Perineum adalah Estrogen pascapartum

yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada

ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir

 Perubahan system pencernaan

dinding abdominal menjadi lunak setelah proses persalinan karena perut

yang meregang selama kehamilan. Ibu nifas akan mengalami beberapa derajat

tingkat diastatis recti, yaitu terpisahnya dua parallel otot abdomen, kondisi ini

akibat peregangan otot abdomen selama kehamilan. Tingkat keparahan

diastatis recti bergantung pada kondisi umum wanita dan tonus ototnya,

apakah ibu berlatih kontinyu untuk mendapat kembali kesamaan otot

abodimalnya atau tidak. Pada saat postpartum nafsu makan ibu bertambah. Ibu

6
dapat mengalami obstipasi karena waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan, pengeluaran cairan yg berlebih, kurang makan, haemoroid, laserasi

jalan lahir, pembengkakan perineal yg disebabkan episiotomi. Supaya buang

air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan

asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat

diberikan obat laksansia.

 Perubahan system perkemihan

Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya akan

bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2 – 5 hari post partum. Hal ini

akan mengakibatkan kandung kencing penuh. Sisa urine dan trauma pada

dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

Lebih kurang 30 – 60 % wanita mengalami inkontinensial urine selama

periode post partum. Bisa trauma akibat kehamilan dan persalinan, Efek

Anestesi dapat meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan nyeri

perineum terasa lebih lama, Dengan mobilisasi dini bisa mengurangi hal

diatas. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali pada akhir postpartum

minggu ke empat

 Muskuloskeletal

Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta diberikan.

Pada wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan

menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam 2

minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks.

Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan

sebelum hamil. Kulit memperoleh kambali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil

stria menetap

 Endokrin
7
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG menurun dan

menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke tujuh sebagai omset

pemenuhan mamae pada hari ke- 3 post partum. Pada hormon pituitary

prolaktin meningkat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2

minggu. FSH dan LH meningkat pada minggu ke- 3. Lamanya seorang wanita

mendapatkan menstruasi juga dapat dipengerahui oleh factor menyusui. Sering

kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen

dan progesterone. Setelah persalinan terjadi penurunan kadar estrogen yang

bermakna sehingga aktifitas prolactin juga sedang meningkat dapat

mempengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan ASI.

 Kardiovaskular

Pada keadaan setelah melahirkan perubahan volume darah bergantung

beberapa faktor, misalnya kehilangan darah, curah jantung meningkat serta

perubahan hematologi yaitu fibrinogen dan plasma agak menurun dan Selama

minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, leukositosis serta

faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari postpartum, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun dan faktor pembekuan darah

meningkat. Perubahan tanda- tanda vital yang terjadi masa nifas a. Suhu badan

Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan meningkat sedikit (37,5 – 380C)

sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirka, kehilangan cairan dan kelelahan.

Apabila dalam keadaan normal suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada

hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembekuan ASI. b. Nadi Denyut

nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit. Denyut nadi

setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang

melebihi 100x/menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya

kemungkinan infeksi. c. Tekanan Darah Tekanan darah biasanya tidak

berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu

melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat

postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum. 2.6

8
Hematologi Leokositoisis, yang meningkatan jumlah sel darah yang putih

hingga 15.000 selama proses persalinan, tetap meningkat untuk sepasang hari

pertama postpartum. Jumlah sel darah putih dapat menjadi lebih meningkat

hingga 25.000 atau 30.000 tanpa mengalami patologis jika wanita mengalami

proses persalinan diperlama. Meskipun demikian, berbagai tipe infeksi

mungkin dapat dikesampingkan dalam temuan tersebut. Jumlah normal

kehilangan darah dalam persalinan pervaginam 500 ml, seksio secaria 1000

ml, histerektomi secaria 1500 ml. Total darah yang hilang hingga akhir masa

postpartum sebanyak 1500 ml, yaitu 200-500 ml pada saat persalinan, 500-800

ml pada minggu pertama postpartum ±500 ml pada saat puerperium

selanjutnya. Total volume darah kembali normal setelah 3 minggu postpartum.

Jumlah hemoglobin normal akan kembali pada 4-6 minggu postpartum

7. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

 Nutrisi dan cairan

Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada proses laktasi

dan involusi. Makan dengan diet seimbang, tambahan kalori 500-800 kal/ hari.

Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin

yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat besi (Fe) diminum untuk

menambah zat besi setidaknya selama 40 hari selama persalinan, Kapsul

vitamin A (200.000 IU ) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya

melalui ASI.

 Mobilisasi

Segera mungkin membimbing klien keluar dan turun dari tempat tidur,

tergantung kepada keadaan klien, namun dianjurkan pada persalinan normal

klien dapat melakukan mobilisasi 2 jam pp . Pada persalinan dengan anestesi

miring kanan dan kiri setelah 12 jam, lalu tidur ½ duduk, turun dari tempat

tidur setelah 24 jam Mobilisasi pada ibu berdampak positif bagi, ibu merasa

9
lebih sehat dan kuat, Faal usus dan kandung kemih lebih baik, Ibu juga dapat

merawat anaknya

 Eliminasi

Pengisian kandung kemih sering terjadi dan pengosongan spontan

terhambat→retensi urin → distensi berlebihan →fungsi kandung kemih

terganggu, Infeksi. Miksi normal dalam 2-6 jam PP dan setiap 3-4 jam Jika

belum berkemih OK penekanan sfingter, spasme karena iritasi m. Spincter ani,

edema KK, hematoma traktus genetalis →ambulasi ke 17 kandung kemih.

Tidak B.A.K dalam 24 jam → kateterisasi ( resiko ISK >> Bakteriuri 40 %)

BAB harus dilakukan 3-4 hari PP Jika tidak →laksan atau parafin

/suppositoria. Ambulasi dini dan diet dapat mencegah konstipasi. Agar BAB

teratur : diet teratur, pemberian cairan yang banyak, latihan dan olahraga.

 Personal hygiene

Ibu nifas rentan terhadap infeksi, unttuk itu personal hygiene harus dijaga,

yaitu dengan

- Mencuci tangan setiap habis genital hygiene, kebersihan tubuh, pakaian,

lingkungan, tempat tidur harus slalu dijaga.

- Membersihkan daerah genital dengan sabun dan air bersih

- Mengganti pembalut setiap 6 jam minimal 2 kali sehari

- Menghindari menyentuh luka perineum

- Menjaga kebersihan vulva perineum dan anus

- Tidak menyentuh luka perineum

- Memberikan salep, betadine pada luka

 Seksual

Hanya separuh wanita yang tidak kembali tingkat energi yang biasa pada 6

minggu PP, secara fisik, aman, setelah darah dan dapat memasukkan 2-3 jari

kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Penelitian pada 199 ibu multipara hanya 35

% ibu melakukan hubungan seks pada 6 minggu dan 3 bln, 40% nya rasa nyeri

dan sakit. (Rogson dan Kumar,1981)


10
 Senam nifas

Tujuan dari senam nifas adalah untuk :

- Rehabilisasi jaringan yang mengalami penguluran akibat kehamilan dan

persalinan.

- Mengembalikan ukuran rahim kebentuk semula.

- Melancarkan peredaran darah.

- Melancarkan BAB dan BAK.

- Melancarkan produksi ASI.

- Memperbaiki sikap baik.

B. Luka perineum

1. Pengertian
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan. (Rukiyah,2010; h.361)
Rupture adalah robek. dan perineum merupakan area berbentuk belah ketupat bila
di lipat dari bawah, dan bisa dibagi antara regio urogenital di anterior dan region
anal di posterior oleh garis yang menghubungkan tuberositasiskia secara horizontal.
Dapat di simpulkan bahwa rupture perineum merupakan robekan jalan lahir baik di
sengaja ataupun tidak untuk memperluas jalan lahir.

2. Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu di
lahirkan kejadian laserasi akan meningkat jika bayi di lahirakan terlalu cepat dan
tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat 
dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi.
Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5- 6 cm tengah
membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter
kepala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangi terjadinya robekan.
Bimbingan ibu untuk meneran dan istirahat atau bernafas dengan cepat pada
waktunya.(Winkdjosastro,2008; h.46).

3. Penyebab  laserasi perineum


a. Penyebab maternal laserasi perineum

11
1) Partus presipitatus yang tidak di kendalikan dan tidak di tolong (sebab
paling sering)
2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3) Partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang
berlebihan
4) Edema dan kerapuhan perineum Varikositas vulva yang melemahkan
jaringan perineum
5) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
menekan kepala bayi ke arah posterior
6) Perluasan episiotomy.
b. Faktor-faktor janin
1) Bayi yang besar
2) Posisi kepala yang abnormal
3) Kelahiran bokong
4) Ekstrasi forceps yang sukar
5) Distosia bahu
6) Anomali kongenital seperti hidrosepalus.
(Oxorn,2010; h.451)

4. Tingkatan Robekan Perineum


a. Tingkat I
Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa atau
mengenai kulit perineum sedikit.
b. Tingkat II
Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir vagina
juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani
c. Tingkat III    
Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot –otot
sfingter ani.
d. Tingkat IV    
Mukosa vagina, komisura posterior, Kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani, dinding depan rectum. (Sulistyawati,2010; h.181)

5. Luka perineum
Luka perinium setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu :
a. Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara almiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses

12
persalinan. Biasanya ruptur bentuknya tidak teratur sehingga jarinagn yang
robek sulit dilakukan  jahitan.(Rukiyah,2010; h.361)
b. Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perinium untuk memperbesar
muara vagina yang dilakukan tepat sebelum kepala bayi lahir. (Rukiyah,
2010; h.361)

6.  Perawatan Luka Perinium
a.  Pengertian perawatan luka perineum
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat.
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan
anus. Perawatan yang di lakukan pada daerah perineum yang terdapat laserasi
luka jalan lahir/ episiotomi.
b. Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan.
Untuk mencegah terjadinya infeksi, menjaga kebersihan perineum dan
memberikan rasa nyaman pada pasien. (Maryuni,2011; h.696)
c. Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk
melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut).

7. Waktu Perawatan
a. Pada saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung
pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian
pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
b. Pada saat buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar
terjadi kontaminasi air seni pada rektu akibatnya dapat memicu pertumbuhan
bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
c. Pada saat buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke

13
perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
dan perineum secara keseluruhan.
Perawatan perinium dengan laserasi selama 10 hari, yaitu :
a. Ganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut dengan baik
sehinga tidak bergeser.
b. Lepaskan pembalut dari depan kebelakang sehingga menghindari penyebaran
infeks dari anus ke vagina.
c. Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area perineum setelah
defekasi. Keringkan dengan air pembalut atau ditepuk-tepuk, dari arah vagina ke
anal.
d. Jangan dipegang sampai area tersebut pulih.
e. Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda
penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak nyaman, atasi dengan mandi
berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain pembalut yang telah
diinginkan.
f. Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada
daerah tersebut.
g. Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah
disekitar perinium. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan
memperbaiki  fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apa pun
saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan
pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.

8. Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Perineum


a. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein.
Obat-obatan
1) Steroid
Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan Menggangu respon inflamasi
normal.
2) Antikoagulan
Dapat menyebabkan hemoragi.
b. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka.Salah satu sifat genetic yang mempengaruhi adalah

14
kemampuan dalam sekresi insulin  dapat di hambat, sehingga dapat
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi  penipisan protein-kalori.
c. Sarana Prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam
perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptic.
d. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kebiasaan kerak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi
asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. ikan
protein-kalori. (Rukiyah,2010; h.361-362)

9. Tindakan Perawatan Luka
a. Alat- alat dan bahan
1) Botol
2) Baskom dan gayung atau shower air hangat
3) Handuk bersih
4) Air hangat
5) Pembalut nifas
6) antiseftik
b. Persiapan pasien
1) Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan di lakukan
2) Jaga privasi pasie
3) Beri posisi dorsal recumbent.
c. Tindakan
1) Mencuci tangan
2) Mengisi botol plastic yang dimiliki dengan air hangat
3) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke
rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastic.
4) Berkemih dan BAB ke toilet.
5) Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.
6) Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang
7) Pasang pembalut dari depan ke belakang.
8) Cuci kembali tangan.
d. Evaluasi
1) Perineum tidak lembab
2) Posisi pembalut tepat
3) Ibu merasa nyaman (Rukiyah,2010; h.364)

15
10. Dampak Dari Perawatan Luka Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal
berikut ini :
a. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembang biakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum.
b. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung
kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya
komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
c. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih
lemah (http://Perawatan Luka Perineum)

11. Penyembuhan luka perineum


a. Pengertian  Luka
Penyembuhan adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan
(Depdikbud, 1999 : 905). Luka adalah belah (pecah, cidera, lecet) pada kulit
karena kena barang yang tajam (Depdikbud, 1999 : 605). Jadi penyembuhan
luka adalah panjang waktu proses pemulihan pada kulit karena adanya
kerusakan atau disintegritas jaringan kulit. Nyeri pada luka jahitan akibat
terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot, namun semakin sering di
gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya berbaring terus menerus
dan takut bergerak karena nyeri akan menghambat proses penyembuhan.
Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak lancar.

b. Fase – Fase Penyembuhan Luka


Fase – fase penyembuhan luka menurut Smeltzer (2002 : 490) adalah sebagai
berikut:
1) Fase Inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.
Respons vaskular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau
mengalami cedera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan
fibrinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk mengontrol pendarahan. Reaksi
ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi
venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokonstriksinya

16
karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraselular. Juga, histamin
dilepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler.
Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi,
plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskular
selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan
nyeri.
2) Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel
yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka;
kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nutrisi bagi
jaringan granulasi yang baru. Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3 %
sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai
59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80%
kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu
dalam proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.
3) Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau   bahkan tahunan.
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meninggalkan luka.
Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam posisi
yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan
parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus
berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi
tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.

c. Bentuk-bentuk Penyembuhan Luka


Dalam penatalaksanaan bedah penyembuhan luka, luka digambarkan
sebagai penyembuhan melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga.
1) Penyembuhan melalui Intensi Pertama (Penyatuan Primer). Luka dibuat
secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan penutupan
dengan baik, seperti dengan suture, sembuh dengan sedikit reaksi jaringan
melalui intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui instensi pertama,
jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal.
2) Penyembuhan melalui Instensi Kedua (Granulasi). Pada luka dimana terjadi
pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi luka tidak saling merapat,
proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama.
3) Penyembuhan melalui Instensi Ketiga (Suture Sekunder). Jika luka dalam
baik yang belum disuture atau terlepas dan kemudian disuture kembali

17
nantinya, dua permukaan granulasi yang berlawanan disambungkan. Hal ini
mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERIODE POST NATAL

Nama pengkaji : Siska Dwiyanti


Tanggal Pengkajian : 20-02-2023
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat : Poned Puskesmas Cipongkor

I. DATA SUBYEKTIF
A. Identitas / Biodata
Nama : Ny.K Nama Suami : Tn.H
Umur : 38 Tahun Umur : 38 Tahun
Suku/Kebangsaan : Sunda/Indo Suku/Kebangsaan : Sunda/Indo
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : MRT Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat rumah : kp. Cimaja 5/5Desa Sirnagalih
Telp : Telp :
No Jaminan Kesehatan : 0003176012xxx

B. Status Kesehatan
1. Datang pada tanggal : 07-02-2023 Pukul : 09.00 WIB
2. Keluhan – keluhan : ibu mengatakan masih nyeri luka jahitan.
C. Riwayat Kehamilan:
1. Keluhan yang dirasakan pada kehamilan yang lalu ( bila ada jelaskan ) :
a) Rasa Lelah : tidak
b) Mual dan muntah yang lama : tidak
c) Nyeri perut : tidak
d) Panas, menggigil : tidak
e) Sakit kepala berat/ terus menerus : tidak
f) Penglihatan kabur : tidak
g) Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tidak
h) Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : tidak
i) Pengeluaran cairan pervaginam : keputihan gatal, tidak berbau, tidak
berwarna
j) Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak
k) Oedem : tidak
2. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita : tidak
3. Riwayat penyakit keluarga : tidak
D. Riwayat Persalinan

1
1. Ibu
a. Waktu Persalinan : 13-02-2023 Jam 09.42 WIB
b. Tempat melahirkan : Poned Puskesmas Cipongkor
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Persalinan Ke :7
e. Jenis persalinan : Spontan, belakang kepala √
Lain – lain ………………………………….

f. Komplikasi / kelainan dalam persalinan dan setelah melahirkan :


i. Persalinan: Kala I : tidak
Kala II : tidak

Kala III : tidak

Kala IV : tidak

Dan lain-lain (sebutkan ) : ………………………..

ii. Setelah melahirkan : tidak


g. Placenta: Spontan. √

Lengkap √

Ukuran : diameter 15 cm, tebal 2 cm Berat : 500 gr

Kelainan : tidak

Sisa placenta : tidak ada

h. Tali pusat : panjang : 50 Cm.


Kelainan : tidak ada

i. Perineum : Utuh.
√ Robekan tingkat : derajat 2

Episiotomi : …………………….

Anestesi : ………………………

j. Perdarahan : Kala I : 50 ml
Kala II : 150 ml

Kala III : 100 ml

Kala IV : 50 ml

Selama Operasi : ……………………cc

k. Tindakan lain : Infus cairan Transfusi golongan darah


l. Catatan waktu :
2
Kala I : 4 Jam 30 Menit

Kala II : 42 Menit

Kala IV : 2 Jam

Ketuban pecah : spontan Jam 09.00 Menit

( Spontan / Amniotomi ) spontan waktu PD

2. Bayi.
a. Lahir tgl : 13-02-2023 Pukul : 09.42 WIB
b. BB : 3500 gr PB : 50 cm
c. Nilai APGAR : 9/10
d. Catat Bawaan : tidak
e. Masa Gestasi : 39-40 minggu

E. Riwayat Nifas saat ini :


1 Pola sehari-hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
Frekuensi : 3x/hari, snack 2x/hari
Jenis makanan : nasi, telor, sayur, ayam, tahu, tempe
Makanan pantangan : tidak ada
2) Minum
Jenis minum : air putih
Frekuensi : 12 gelas/hari
b. Pola Eliminasi
1) BAK
Frekwensi : 5-6 x/hari
Warna : kuning cerah
2) BAB
Frekwensi : 1x/hari
Konsistensi : lunak
Warna : kuning kecokelatan
Kesulitan/ Tidak : tidak
c. Pola Istirahat dan Tidur : siang 2 jam malam 6 jam
d. Personal Hygiene : ………………………..
Mandi : 2x/hari

Gosok gigi : 2x/hari

Keramas : 2x/minggu

3
Perawatan payudara : setiap mandi

Perawatan Vulva : setiap BAK

e. Pola Aktivitas : mengerjakan pekerjaan rumah tangga


f. Pola Seksual : belum melakukan
2 Konsumsi Zat Besi : ya
3 Konsumsi Obat2an/ Jamu : tidak
4 Riwayat Ambulasi :
a. Sejak kapan : .1 jam pasca salin
b. Seberapa Sering :
c. Mengalami Pusing saat ambulasi : tidak
5 Mandiri/ bantuan orang lain : tidak
6 Pengeluaran Lochea
a. Warna : merah kekuningan
b. Konsistensi : kental
7 Proses Menyusui
a. Kapan : 30 menit pasca salin
b. Frekuensi : 2-3 jam sekali
c. Mengalami Kesulitan/ Tidak : tidak
8 Tanda-Tanda bahaya Postnatal (bila ada jelaskan ):
a. Mudah Lelah/ Sulit Tidur : tidak
b. Demam : tidak
c. Nyeri atau terasa panas waktu buang air kecil : tidak
d. Sembelit/ Hemoroid : tidak
e. Sakit Kepala Terus Menerus, Nyeri, Bengkak : tidak
f. Nyeri Abdomen : tidak
g. Cairan Vagina yang berbau busuk : tidak
h. Payudara sangat sakit disentuh, bengkak, puting susu lecet : tidak
i. Kesulitan Menyusui : tidak
j. Kesedihan : tidak
k. Merasa kurang mampu merawat bayinya sendiri. : tidak

9 Deteksi Mental Helath EPDS


…………………………………………..

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum

4
Kesadaran : compos mentis

Tanda- tanda vital : TD : 120/80 mmhg, P : 82x/m, R : 20x/m, S : 36,5 OC

Berat badan : 60 Kg Berat badan sebelum hamil : 50 Kg

2. Kepala

Rambut : bersih

Muka : Tidak ada oedema

Mata : Konjungtiva : merah muda Sklera mata : putih

Telinga : bersih, tidak ada pengeluaran

Hidung : bersih, tidak ada pengeluaran

Mulut & gigi : bersih, Caries tidak ada

3. Leher

JVP : tidak ada peningkatan

Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan

Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

4. Dada dan Payudara.

a. Dada

Jantung : bunyi reguler


Paru : tidak ada bunyi tambahan

b. Payudara.

Bentuk, ukuran, kesimetrisan : simetris, ukuran sedang


Putting susu menonjol/ tidak : menonjol kedua puting

Pengeluaran ASI ada/tidak : ada

Dimpling ada/ tidak : tidak

Rasa Nyeri : tidak ada

Benjolan : tidak ada

Jaringan Parut ada/tidak : tidak

Lain-lain : ………………………………………………….

5
5. Abdomen

a. Uterus

TFU / Involusi uteri : tidak teraba

Diastasis Recti : tidak dilakukan

Kontraksi uterus : tidak teraba

Kandung kencing : kosong

c. Bising Usus ( frekuensi ) : 5x/menit

Lain – lain : …………………………………………

7. Ekstremitas Atas dan Bawah


Kebersihan : bersh

Varices : tidak

Kemerahan : tidak

Edema : tidak

Reflek patella : positif ka/ki

Homman Sign : tidak

8. Genetalia

Lochea

Warna : merah kekuningan

Konsistensi : kental

Bau/ Tidak : tidak

Jumlah Pengeluaran : 3 cc

Vulva/Vagina

Haematoma : tidak

Edema : tidak

Varices : tidak

Perineum

Keadaan Perineum : sedikit kotor, terdapat robekan

Laserasi : derajat 2

6
9. Anus

Haemoroid : tidak

B. Data Penunjang
Laboratorium.

III. ANALISA

1. Diagnosa : P1A0 nifas 7 hari


2. Masalah : luka perineum
3. Kebutuhan : perawatan luka perineum

IV. PENATALAKSANAAN (JAM)

1. Menjelaskan keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik sesuai dengan pemeriksaan

yang telah dilakukan


2. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mulas yang dialami adalah hal yang normal, hal

ini dikarenakan proses pengembalian rahim kebentuk semula dan sedangkan nyeri 
luka jahitan adalah hal yang wajar karena pada perineum ibu baru saja dilakukan
penjahitan dan memberitahu ibu agar tidak usah takut untuk bergerak.
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu belajar miring kiri, miring kanan dan

belajar berjalan perlahan.


4. Menganjurkan  ibu untuk selalu  memberi ASI awal pada bayinya, karena manfaat

ASI begitu penting bagi imun/ kekebalan tubuh bayi.


5. Menganjurkan  ibu untuk selalu memenuhi kebutuhan nutrisi seperti yang sudah di

ajarkan yaitu, makanan bergizi seperti yang mengandung karbohidrat untuk tenaga


seperti yang terdapat pada nasi, jagung, roti, dan kentang, lalu protein hewani dan
nabati yang terdapat pada telur, tahu, tempe, ikan, sayuran hijau yang banyak
mengandung zat besi seperti bayam, daun pepaya, kangkung, lalu buah yang banyak
mengandung vitamin dan serat seperti jeruk, pepaya, mangga dll, serta minum 8
gelas perhari untuk memenuhi kebutuhan ibu dan proses menyusui, serta
menjelaskan bahwa anggapan ibu tentang mengkonsumsi telur akan mengakibatkan
gatal pada luka itu tidak benar kecuali ibu memang memiliki alergi telur dari
sebelumnya, justru ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein seperti telur untuk mempercepat penyembuhan luka.
6. Menjelaskan kebutuhan istirahat yaitu: Ibu post partum sangat membutuhkan

istirahat yang  berkualitas untuk memulihkan kembali kondisi fisiknya,kebutuhan


istirahat bagi ibu menyusui minimasl 8 jam sehari,yang dapat dipenuhi melalui
istirahat siang dan malam.

7
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan bounding attachment yaitu rawat gabung antara

ibu dan bayinya agar terjalin ikatan batin antara ibu dan bayi
8. Menjelaskan pada  ibu tentang perawtan luka perineum yaitu siapkan alat-

alatnya:botol, baskom, dan gayung atau shower air hangat, handuk bersih, air hangat,
pembalut nifas.Periapan pasien : beritahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan, jaga privasi pasien, dan beri poisi dorsal recumbent.Tindakan  yang
dilakukan yaitu: mencuci tangan terlebih dahulu, mengii botol plastic yang dimiliki
dengan air hangat, buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah
mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut  kedalam kantung plastic,
berkemih dan BAB ketoilet, semprotkan ke seluruh perineum dengan air,
keringankan perineum dengan menggunakan tissue dari depan kebelakanag, pasang
pembalut dari depan ke belakang, dan cuci tangan kembali.

8
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum yaitu
Ny. K umur 38 tahun P7A0 di Puskesmas Cipongkor pada tahun 2023, maka penulis
dapat mengambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Telah dilakukan pengkajian data pada ibu nifas dengan luka perineum terhadap Ny.
K usia 38 tahun P7A0 di Puskesmas Cipongkor tahun 2013.

2. Telah dilakukan Identifikasi diagnosa/masalah Asuhan Kebidanan ibu nifas dengan

luka perineum terhadap Ny. K usia 38 tahun P1A0 10 jam post partum normal, yang
diperoleh dari  data subjektif dan data objektif, yaitu  dengan masalah luka perineum
dengan kebutuhan perawatan luka perinueum
3. Tidak didapatkan Identifikasi diagnosa/masalah asuhan kebidanan ibu nifas normal

terhadap Ny. M usia 38 tahun P7A0 di Puskesmas Cipongkor tahun 2023.


4.  Tidak dilakukan penanganan segera dari Asuhan Kebidanan ibu nifas dengan luka
perineum terhadap Ny. M di Puskasmas Cipongkor tahun 2023
5. Telah dilakukan perencanaan Asuhan Kebidanan ibu nifas terhadap Ny. M umur 38

tahun P1A0 dengan perawatan luka perineum di Puskesmas Cipongkor tahun 2023
6. Telah dilaksanakan Asuhan Kebidanan ibu nifas terhadap Ny. K usia 38 tahun

dengan perawatan luka perineum di Puskesmas Cipongkor tahun 2023 sesuai dengan


perencanaan.
7. Telah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Asuhan Kebidanan ibu nifas

terhadap  Ny. K usia 38 tahun P7A0 dengan perawatan luka perineum di Puskesmas
Cipongkor   tahun 2023   bahwa apa yang telah direncanakan telah terlaksanakan
dan dievaluasi dengan hasil yang baik yaitu keadaan ibu dalam keadaan baik.

B. Saran

Disarankan agar tenaga Kesehatan meningkatkan KIE dalam melakukan


pelayanan terutama perawatan perineum untuk mencegah terjadinya infeksi perineum
dan diharapkan agar klien melakukan pemeriksaan sesuai jadwal ketempat pelayanan
kesehatan serta dapat mengikuti saran-saran yang diberikan oleh petugas kesehatan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, A.2020.Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal Terhadap Bayi Ny.E di PMB Dona
Marisa Desa Cahyou Randu Wilayah Tulang Bawang Barat.Diploma
Thesis.Tanjungkarang
Hamidah, Febi.2017.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah.Jakarta
Herman.2020. The Relationship Of Family Roles And Attitudes In Child Care With Cases Of
Caput Succedeneum In Rsud Labuang Baji, Makassar City In 2018.Jurnal institusi
Penelitian.Vol.1(2)
Juliarti dan Choerunnisa.2022.Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal di PMB Hasna
Dewi Kota Pekanbaru. Jurnal Kebidanan Terkini (Current Midwifery Journal).Vol.2(1)
Kemenkes RI. 2019.Permenkes RI No. 4 Tahun 2019 Tentang Izin dan Penyelengaraan Bidan.
Maternity D, dkk.2018.Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Balita Dan Anak Prasekolah.Andi
Yogyakarta
Sondakh J. 2017.Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang: Erlangga
Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 2019
Wahyuni ED.2018.Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Jakarta.Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai