1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan kasihnya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “ Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja
Puskesmas Wringin Anom Gresik”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan tugas blok 4 (Persalinan dan Bayi Baru Lahir) pada Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Siti Hafida Nur Hidayati selaku Kepala Puskesmas Wringin Anom
2. Ibu Iwhan Retnanninwulan, Amd.Keb, selaku Bidan Koordinator Puskesmas
Wringin Anom
3. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
4. Ibu Titi Maharrani, SST.,M.Keb , selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Ibu Dr. Kasiati, S.Pd.,S.Tr.Keb.,M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 2
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan
ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala
atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Surabaya, 7 November 2022
Penulis
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 4
1.3 Lama Praktik ................................................................................................... 5
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus) (KEMENKES RI,
2020).
Menurut penelitian (Saryono, 2012) Perbedaan tingkat nyeri persalinan
normal pada Ibu primigravida dan Multigravida, pada Ibu primigravida yang
mengalami nyeri berat melahirkan saat kala 1 sebanyak 61,5% dan 20
responden ibu Multigravida mengalami nyeri berat melahirkan kala 1 sebanyak
38,5%.Nyeri melahirkan di sebabkan oleh faktor dilatasi serviks yaitu kekuatan
primer membuat serviks menipis/effacement, berdilatasi dan janin turun.
Dilatasi serviks adalah pelebaran muara dan saluran serviks, yang terjadi
pada kala I persalinan.Diameter meningkat dari 1 cm sampai dilatasi lengkap
(sekitar 10 cm) agar janin aterm dapat dilahirkan.Apabila dilatasi serviks sudah
lengkap menandai akhir kala I persalinan dan masuk kepada kala II
persalinan.Dilatasi serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik
dari serviks kea rah atas, akibat kontraksi uterus yang kuat. Tekanan yang
ditimbulkan cairan amnion selama ketuban utuh atau kekuatan yang timbul
akibat tekanan bagian presentasi juga membantu serviks berdilatasi (Fauziah,
2015).
Ibu bersalin yang sulit beradaptasi dengan rasa nyeri persalinan dapat
menyebabkan tidak terkoordinasinya kontraksi uterus yang dapat
mengakibatkan perpanjangan kala I persalinan dan kesejahteraan janin
terganggu.Tidak ada kemajuan persalinan atau kemajuan persalinan yang lambat
merupakan salah satu komplikasi persalinan yang mengkhawatirkan, rumit, dan
tidak terduga. Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah
satu atau keduanya antara lain infeksi intra partum, rupture uteri, cincin retraksi
patologis, pembentukan fistula, cidera otot-otot dasar panggul, dan efek bagi
janin dapat berupa kaput suksedaneum, molase kepala janin. Ini dapat
meningkatkan angka kematian dan kesakitan ibu dan janin (Hani, 2010).
5
1.2 TUJUAN PRAKTIK
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.2 Menurut Nurhayati (2019) ada 4 cara pada jenis persalinan yaitu ;
1. Persalinan Spontan Pada proses persalinan ini lewat vagina yang
berlangsung tanpa adanya alat bantu berupa induksi, vakum yang dimana
ini murni ibu hanya mengandalkan tenaga dan usaha dalam mendorong
keluarnya bayi dengan kepala janin terlebih dahulu maupun lahir
sungsang.
2. Persalinan Normal Pada proses persalinan ini janin dengan kelahiran cukup
bulan 37-42 minggu. proses keluarnya janin yang diawali dari belakang
7
kepala janin. selanjutnya pengeluaran plasenta dengan total proses waktu
kelahiran kurang dari 24 jam tanpa adanya tindakan rangsangan kontraksi
buatan.
3. Persalinan Anjuran Pada proses persalinan ini tidak dimulai dengan proses
seperti biasanya melainkan dilakukan dengan memberi bantuan tindakan
pemecahan ketuban, selanjutnya dilakukan proses induksi dengan tujuan
untuk merangsang otot rahim berkontraksi sehingga dapat mempercepat
proses persalinan berlangsung.
4. Persalinan Tindakan Pada proses persalinan ini tidak dapat berjalan dengan
sendiri dan tidak dapat bersalin secara spontan, seperti persalinan tindakan
perabdomen atau section caesaria (SC), ini adalah persalinan alternatif
untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, terutama ibu yang memiliki
panggul yang sempit.
2.3 Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan
a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b. Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.
c. Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
d. Partus maturus atau a’term
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi
dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
e. Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.
8
persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah: penurunan kadar
progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori
prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan
adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga
timbul his. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016).
b. Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan
meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya
kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.(Ari Kurniarum,
S.SiT., 2016).
c. Keregangan Otot-Otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila
dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin
rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah
9
keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.(Ari
Kurniarum, S.SiT., 2016)
d. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid
dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.
(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)
e. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh
desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil
dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang
diberikan secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan
kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap
sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan
adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama
persalinan.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016).
2.5 Tujuan Asuhan Persalinan
Adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajad
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan
kebidanan persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan
sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang optimal. (Ari Kurniarum, S.SiT., 2016).
10
2.6 Tanda dan Gejala Persalinan
Untuk mendukung deskripsi tentang tanda dan gejala persalinan,
akan dibahas materi sebagai berikut:
a. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.(Ari Kurniarum,
S.SiT., 2016).
2) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan
kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul.
Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut
Pollakisuria.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016).
3) False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini
bersifat:
a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya
waktu dan bila dibawa jalan malah sering berkurang
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix.
(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016).
11
4) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan
bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak,
kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah
terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk
masing- masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi
pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar masih
dalam keadaan tertutup.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016).
5) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28
jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya
merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu
mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh.
Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya
seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah,
dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga
menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi panjang
dan sulit. (Ari Kurniarum, S.SiT., 2016).
6) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon
terhadap sistem pencernaan.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016).
b. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah:
1) Timbulnya kontraksi uterus
HIS adalah sekelompok kontraksi otot rahim yang secara
bertahap akan mendorong janin melalu serviks yang bekerja dengan
baik dan sempurna (Fitriana dan Nurwiandani 2018). Biasa juga
disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut:
12
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan.
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar.
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
serviks.
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada
serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang
terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan
serviks.
2) Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Keluarnya lendir disertai darah merupakan suatu pembukaan yang
berasal dari canalis cervicalis. Darah keluar dengan jumlah yang
sedikit menyebabkan terlepasnya selaput bayi pada bawah rahim
hingga beberapa kapiler darah terputus (Fitriana dan Nurwiandani
2018).
4) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak secara mendadak dari jalan lahir.
Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir
lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek
sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan
akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar (Nurhayati,
2019).
13
5) Tanda Persalinan Palsu
Ketika mendekati kehamilan aterm, banyak wanita mengeluhkan
kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin menunjukkan
permulaan persalinan tetapi meskipun terjadi kontraksi kemajuan
dilatasi servik tidak terjadi yang disebut dengan persalinan
palsuatau false labour ( Elisabeth,2016:10 ).
6) Turunnya kepala janin
Pada proses persalinan ketika sudah dekat kepala janin mulai turun
ke daerah panggul dan terjadi 2 hingga 4 minggu sebelum janin
keluar. Ciri lainnya adalah ibu akan sering buang air kecil,
mengalami gangguan air kecil, perubahan bentuk tubuh, nyeri
pinggang yang berat, nyeri pada area rectum perineum dan vagina
(Nurhayati, 2019).
7) Tekanan panggul
Setelah kepala janin turun kebawah panggul, ibu akan merasakan
kurang nyaman yang diakibatkan dari adanya tekanan panggul
(Nurhayati, 2019).
2.7 Pemeriksaan Menjelang Persalinan
Saat terasa mulas dan mengalami kontraksi secara teratur sebagai
tanda akan segera melahirkan, perlu dilakukan pemeriksaan dalam
untuk mengetahui kemajuan persalinan, masih ada atau tidaknya
selaput ketuban karena apabila sudah pecah harus dilakukan
tindakan. Dengan pemeriksaan dalam dapat diketahui juga apakah
kepala bayi sudah memutar atau belum, dan jantung janin akan
dimonitor secara teratur. Kontraksi uterus dihitung setiap kali ibu
merasakan mulas dan pada saat perut ibu teraba keras (
Elisabeth,2016:11 ).
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan :
a) Power ( tenaga yang mendorong bayi keluar ) Seperti his atau
kontraksi uterus kekuatan ibu mengedan.
14
b) Passage ( faktor jalan lahir ) Perubahan pada serviks, pendataran
serviks, pembukaan serviks dan perubahan pada vagina dan dasar
panggul.
c) Passanger
Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin.passanger terdiri
dari janin, plasenta dan selaput ketuban.
d) Psikis ibu
Kemampuan klien untuk bekerjasama dengan penolong dan
adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan.
e) Penolong
Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
kesabaran, pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara
dan multipara( Elisabeth,2016:11-12 ).
2.8 Perubahan Psikologis Ibu Bersalin
Perubahan Psikologis pada kala I Fase Laten
Pada fase ini, biasanya ibu merasa lega dan bahagia karena
masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal
persalinan, wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir
berhubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya
ingin berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-jalan,
dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari
bahwa proses ini wajar dan alami, maka ia akan mudah beradaptasi
dengan keadaan tersebut.
Perubahan Psikologis pada Kala I Fase Aktif
Pada persalinan stadium dini, ibu dapat tetap makan dan
minum atau tertawa dan mengobrol dengan riang diantara kontraksi.
Begitu persalinan maju, ibu tidak punya keinginan lagi untuk makan
dan mengobrol, menjadi lebih pendiam, dan bertindak lebih didasari
naluri karena bagian primitif otak mengambil alih.
Saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan
maksimum, rasa khawatir ibu menjadi meningkat. Kontraksi
15
menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga ia tidak
dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini, ibu akan menjadi lebih
serius, ia menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena
merasa takut tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya.
Pada persalinan yang kuat, ibu biasanya lebih terpusat dan
memilih menarik diri dari pada mengobrol dengan orang lain, ia
digambarkan telah menjadi dirinya sendiri. Ketika persalinan
semakin kuat, ibu menjadi kurang mobilisasi, memegang sesuatu
saat kontraksi, atau berdiri mengangkang dan menggerakkan
pinggulnya. Ketika persalinan ibu semakin maju, ia akan menutup
mata serta pernafasannya berat dan lebih terkontrol. Ia akan
mengerang dan kadang berteriak selama kontraksi yang nyeri. Ibu
terlihat menekuk jari kakinya ketika kontraksi memuncak.
16
persalinan dapet berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontraindikasi dari
pasien) (Sulistyawati, 2014).
17
6. Kehadiran seorang pendamping
Fungsinya hadirnya seseorang pendamping pada saat persalinan
yaitu mengurangi rasa sakit, membantu waktu persalinan lebih singkat dan
menurunkan kemungkinan persalinan dengan operasi. Kebanyakan ibu
bersalin sulit mengemukakan pertanyaan secara langsung pada penolong
persalinan pada saat bersalin. Kehadiran seorang pendamping
memungkinkan ibu bersalin untuk memiliki rasa percaya diri lebih besar
untuk bertanya secara langsung atau melalui pendamping tersebut.
(Sulistyawati, 2014).
18
2.10 Tanda-Tanda Persalinan Setiap Tahapan Kala
a. Kala I
Pada kala pembukaan, his belum terlalu kuat, hanya datang setiap 10-15
menit, dan tidak seberapa kuat atau menimbulkan kesakitan sehingga
tidak begitu mengganggu ibu, dimana ibu masih bisa berjalan. Tetapi
dalam beberapa waktu his semakin bertambah kuat, yaitu intervalnya
menjadi semakin pendek dimana kontraksi semakin lebih kuat, dan lebih
lama. Lama kala I pada primigravida adalah 12 jam, sedangkan untuk
multigravida 8 jam. (Tando, 2013).
b. Kala II
c. Kala III
19
2) Tali pusat memanjang
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV :
1) Tingkat kesadaran
2) Pemeriksaan tanda-tanda persalinan : tekanan darah, nadi, dan
pernafasan.
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan
20
lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.
Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (multipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Fase aktif
berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase, yaitu:
1) Periode akselerasi berlangsung 2 jam dari pembukaan 3 cm menjadi
4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal berlangsung lambat dalam waktu
2 jam dari pembukaan 4 cm berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi :berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam dari
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm atau lengkap.
c. Kala II (Kala Pengeluaran Bayi)
Kala II sering juga disebut kala pengeluaran yaitu tahap dimana
terjadi pengeluaran bayi dengan kontraksi yang kuat dan dibantu oleh
otot pernafasan. Kala II ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi
baru lahir. Tanda dan gejala kala II:
(1) His semakin kuat, kira-kira 2-3 menit sekali.
(2) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan
vaginanya.
(3) Perineum terlihat menonjol.
(4) Vulva dan vagina dan spingter ani terlihat membuka.
(5) Peningkatan pengeluaran lendir darah.
Pada primigravida berlangsung 1 ½ - 2 jam dan pada multigravida
berlangsung ½ - 1 jam (APN, 2017).
d. Kala III (Kala Uri)
Kala III persalinan sering disebut sebagai kala uri, yaitu tahap
pengeluaran plasenta. Pada kala ini terjadi pemisahan dan pengeluaran
plasenta serta selaput ketuban (membran amnion), dan pengendalian
perdarahan dari sirkulasi uteroplasenta (Sofian, 2011).
21
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal
2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri, ditandai dengan tanda tali pusat bertambah panjang,
uterus globuler, dan ada pengeluaran darah kira-kira 100-200cc. Dalam
waktu 1-5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan
akan lahir spontan. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir (Sulistyawati, 2011).
e. Kala IV (Kala Pengawasan)
22
dinding pelvis dan lantai pelvis.Setelah sampai dasar panggul, biasanya
kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
3. Putaran Paksi Dalam
Selama kontraksi, bagian terdepan akan terdorong kebawah menuju
dasar panggul. Retraksi diafragma otot ini akan menyebabkan
rotasi/putaran paksi dalam. Putaran paksi dalam penting untuk
menyelesaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bidang tengah dan pintu bawah panggul.
4. Ekstensi
Setelah crawing terjadi, kepala janin dapat ektensi dan berputar
diregio suboksipital mengitari tulang pubis, maka lahirlah berturut-turut
pada pinggir atas perineum, ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi,
hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
5. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala
bayi memutar kembali ke arah punggung bayi untuk menghilangkan
torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis
dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian
bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan bayi lahir searah
dengan sumbu jalan lahir.
23
2.13 Langkah Asuhan Persalinan Normal
24
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai
dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
25
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran.
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu
berbaring terlentang).
Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
Menganjurkan asupan cairan per oral.
Menilai DJJ setiap lima menit.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120
menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu
multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman.
Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara
kontraksi.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk
bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
26
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
LAHIR KEPALA
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi
dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala
lahir.
Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah
kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih.
20.Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
LAHIR BAHU
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
27
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
26. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisibkepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
27. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian
pusat.Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem
kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika
bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
28
PENANGANAN PLASENTA
OKSITOSIN
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
MENGELUARKAN PLASENTA
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10
29
cm dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :
- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau
steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.\
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak
berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang
sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami perdarahan aktif.
30
MENGEVALUASI PERDARAHAN VAGINA
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali
disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari
pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul
mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
EVALUASI
31
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
DOKUMENTASI
2.14 Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam pelakasanaan, partograf
dimulai dari pembukaan 4 cm. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang
bersalin tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi. Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1. Denyut jantung janin setiap 30 menit, kisaran normal DJJ terpapar pada
partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong sudah
harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.
2. Air ketuban : catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan dalam
(Vagina)
U : Ketuban Utuh (Belum pecah)
32
J : Ketuban pecah, air ketuban jernih
33
(3) Lebih dari 40 detik
7. Oksitosin : jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin/volume
cairan infus dan dalam tetesan/menit
8. Obat yang diberikan : catat semua obat lain yang diberikan
9. Nadi : catatlah setiap 30 menit dan ditandai dengan sebuah titik besar (.)
10. Tekanan darah : catatlah setiap 4 jam dan dan ditandai dengan anak panah
11. Suhu badan : catatlah setiap 2 jam
12. Protein, aseton dan volume urine: catatlah setiap kali ibu berkemih. Jika
semua temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan
segera mencari rujukan. (Rohani, dkk.2013).
34
2.15 Managemen Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dan BBL
Pengkajian Data
Pada langkah pertama dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan baik berupa data subjektif maupun data objektif
untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.
A. Data Subjektif
Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan klien/keluarga
dan tim kesehatan berupa keluha-keluhan tentang masalah kesehatan
1. Biodata
Biodata berisi data pribadi klien seperti nama, umur, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan Utama
Mengkaji keluhan yang dirasakan klien. Pada ibu bersalin, keluhan
utamanya yaitu merasa adanya penekanan pada rectum atau
vaginanya dan ibu merasa ingin meneran serta adanya lendir
bercampur darah dari genetalia ibu.
3. Riwayat Menstruasi
Mengkaji menstruasi pasien untuk menentukan tanggal taksiran
persalinan daan memperkirakan usia kehamilan.
4. Riwayat Obstetri Lalu
Mengetahui betapa kali klien melahirkan dan mengalami abortus,
jika sudah pernah melahirkan usia anak terkecil dinyatakan untuk
mengetahui jarak kehamilan.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengetahui apakah ibu pernah mendapat masalah selama kehamilan
(misalnya perdarahan, hipertensi, dll)serta ibu masih merasakan
gerakan janin kontraksi teratus (APN, 2010)
6. Riwayat Kesehatan Ibu
35
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita
atau sedang menderita penyakit-peyakit meliputi menular, menurun,
dan menahun.
7. Riwayat Haid
Perlu dikaji untuk mengetahuii apakah kehamilannya aterm atau
tidak mealui perhitungan HPHT.
8. Riwayat Obstetri
1. Riwayat persalinan yang lalu
Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat kelahiran
denagn operasi atau tidak.
2. Riwayat jumlah gravida dan paritas
Multigravida dan multiparitas serta interval kehamilan lebih dari
2 tahun.
3. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat ANC meliputi dimana periksa kehamilannya,
berapakah dan kapan perlu dikaji untuk mengetahui apakah
ditemukan adanya kelainan letak pada kehamilan 34 minggu.
9. Pola kehidupan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Ibu bersalin memerlukan nutrisi dan cairan untuk tenaga pada
saat persalinan berlangsung, makan dan minum sedikit tapi
sering ketika tidak ada kontraksi.
2. Pola eliminasi
Untuk memantau BAB dan BAK yang keluar pada saat akan
bersalin.
3. Pola istirahat
Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
4. Pola seksual
Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan
seksual.
5. Pola aktivitas
36
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran,
menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman
6. Pola personal hygiene
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, keramas berapa kali.
B. Data Obyektif
Data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik seara infeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, maupun pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Baik/jelek
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 100/60 mmHg – 140/90 mmHg
2. Nadi : 60-80 kali permenit
3. Pernafasan : 16-24 kali permenit
4. Suhu : 36,5’C - 37,5 ‘C
5. Berat badan : Peningkatan berat badan normal selama
kehamilan adalah 12,5 kg atau bisa dihitung menggunakan
BMI (Frazer, 2009).
6. LILA : Kurang dari 23,5 cm merupakan indikator
untuk status gizi yang kurang.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
1. Muka : Tidak ada odem, tidak ada ikterus, tidak
pucat
2. Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda,
penglihatan baik
3. Hidung : tidak ada polip, tidak ada sekret
4. Telinga : tidak ada polip, tidak ada serumen,
pendengaran baik
37
5. Mulut + Gigi : Bibir normal, lembab dan tidak pucat, tidak
sariawan, tidak ada caries gigi, tidak ada stomatitis
2. Leher
Tidak ada bendungan vena jugolaris, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
3. Payudara
1. Puting susu : Menonjol
2. Konsistensi : Lunak
3. Kolostrum : Keluar
4. Aeola : Hiperpigmentasi
5. Lain- lain : Tidak ada mastitis, tidak ada bendungan
4. Abdomen
1. Palpasi
1. Leopold I : menentukan tinggi fundus dan teraba bulat,
lunak, dan tidak melenting
2. Leopold II : bagian kiri teraba keras memanjang seperti
papan
( punggung), dan bagian kanan teraba bagian kecil
(ekstremitas)
3. Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala).
Sudah masuk PAP/ tidak bisa digoyangkan
4. Leopold IV : Divergen
2. Pemeriksaan HIS
Semakin besar pembentukan maka frekuensi his akan lebih
sering dan semakin kuat serta teratur, 2-3 menit sekali
dengan lama 40-50 detik.
3. DJJ
Normalnya 120-160 kali permenit.
5. Genetalia
38
Vulva tidak ada kelainan,keluar lendir bercampur darah, tidak
ada oedem, portio lunak, presentasi kepala, denominator ubun-
ubun kecil, ketuban jernih.
6. Ekstremitas
1. Atas : Tidak oedem, tidak sianosis
2. Bawah : Tidak oedem, tidak varises, reflek patella +/+
7. Ukuran Panggul Luar
1. Distansia Spinarum : diameter kedua spina iliaka anterior
superior kanan/kiri, normalnya 24 - 26 cm
2. Distansia kristarum : diameter terbesar antara kedua crista
iliaka kanan dan kiri, normlanya 28 - 30 cm
3. Distansia boudeloque / konjugata eksterna : diameter antara
lumbal -5 dengan tepi atas symfisis pubis, normlanya 18-20
cm
4. Lingkar panggul : jarak antara tepi atas symfisis pubis
kepertengahan antara trokhanter dan spina iliaka anterior
superior kemudian ke lumbal 5 kembali kesisi sebelahnya
sampai kembali ketepi atas symfisis pubis, normalnya 80 -
90 cm.
3. Pemeriksaan penunjang
1. Urine : 1.1 Protein urin negatif
1.2 Albumin negatif
2. Darah : Hb normal :<10,5 g/dl
Golongan Darah : A, B, O, AB
HbSAg : Non Reaktif
Syphilis : Non Reaktif
PITC : Non Reaktif
39
Denominator ubun – ubn kecil, Molase 0 (tulang-
tulang kepala janin terpisah dan sutura dengan
mudah dipalpasi), tidak ada bagian kecil yang
menyertai, Bidang Hodge IV.
2.2.2 Diagnosa/Masalah
40
Keadaan ibu, TTV dalam batas normal
Tekanan darah : 110/70 mmHg- 120/80 mmHg
Nadi : 60-90 xmenit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
RR : 16 – 24 kali permenit
Pembukaan : 0-3 cm
Keadaan bayi
DJJ normal : 120 – 160 kali permenit
Terjadinya penurunan kepala
Tidak ada moulage
Assasment
Gravidarum, paritas, usia kehamilan, aterm, tunggal, hidup,
intrauterine, puka/puki, presentasi kepala, jalan lahir normal,
keadaan ibu dan janin baik, inpartu Kala I Fase laten
Penatalaksanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien maupun keluarga.
Rasionalnya informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan
yang diberikan.
2. Bantu ibu mengatasi kecemasannya, dengan memberi
dukungan dan mengajari ibu untuk menarik napas panjang
saat ada kontraksi.
Rasionalnya napas panjang membuat ibu rileks dan tidak
kaku dalam menjalani persalinan.
b) Fase laten
Subjek : untuk mengetahui batas normal pembukaan 4- lengkap
(pembukaan 10)
Objek :
Fase aktif akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (primigravida) dan 2 cm perjam pada multigravida, dan
terjadi penurunan bagian terendah janin.
Keadaan ibu, TTV dalam batas normal
41
Tekanan darah : 110/70 mmHg- 120/80 mmHg
Nadi : 60-90 xmenit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
RR : 16 – 24 kali permenit
Pembukaan : 4-10 cm
Keadaan bayi
DJJ normal : 120 – 160 kali permenit
Terjadinya penurunan kepala
Tidak ada moulage
Assasment
Gravidarum, paritas, usia kehamilan, aterm, tunggal, hidup,
intrauterine, puka/puki, presentasi kepala, jalan lahir normal,
keadaan ibu dan janin baik, inpartu Kala I Fase Aktif
Penatalaksanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien maupun keluarga.
Rasionalnya informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan
yang diberikan.
2. Anjurkan ibu miring kekiri untuk mencegah terjadinya
penekanan pada vena cava inferior sehingga sirkulasi darah
ibu ke janin lancar.
3. Memberi makan dan minum pada klien. Rasionalnya
memberikan asupan tenaga
B. Kala II
Subjek : Proses persalinan dimulai dari mengejan pada
pembukaan lengkap sampai bayi lahir tidak boleh leboh dari 1
jam
Objek :
Lama persalinan kurang dari 1jam. Bayi lahir spontan
belakang kepala, keadaan ibu dan bayi baik.
Keadaan ibu, TTV dalam batas normal
Tekanan darah : 110/70 mmHg- 140/90 mmHg
42
Nadi : 90- 100 xmenit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
RR : 16 – 24 kali permenit
Kontaksi : His adekuat (3 kali dalam 10 menit)
lama 40-60 detik
Keadaan bayi : APGAR SCORE 7-10
Bunyi jantung > 100 x/menit
Usaha nafas spontan dan menangis
Warna seluruh badan merah muda
Tonus otot pergerakan aktif
Reflek moro baik, reflek menghisap baik
Assasment
Gravidarum, paritas, usia kehamilan, aterm, tunggal, hidup,
intrauterine, puka/puki, presentasi kepala, jalan lahir normal,
keadaan ibu dan janin baik, inpartu Kala II Fase Aktif
Penatalaksanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien maupun keluarga.
Rasionalnya informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan
yang diberikan.
2. Berikana dukungan dan pendampngan. Rasionalnya ibu
merasa lebih aman dan nyaman.
3. Anjurkan pada ibu cara meneran yang baik dan efisiensi
emngikuti dorongan ilmiyah. Rasionalnya cara meneran
yang baik memperlancar proses persalinan
4. Anjurkan ibu beristirahat/ relaksasi saat tidak ada his.
Rasionalnya dengan teknik relaksasi yang benar dapat
menghemat tenaga ibu
5. Pimpin persalinan ibu bila ada his, maksimal selama 2 jam
setelah pembukaan lengkap. Rasionalnya pada primipara
kala II harus berlangsung selama 2 jam
43
6. Observasi kondisi ibudan bayi, dan dekomentasi hasilnya
dalam lembar observasi. Rasionalnya dengan lembar
observasi dapat diketahui kapan bayi lahir serta tindakan
yang ditakutkan termasuk penilaian BBL
C. Kala III
Subjek : untuk menghasilkan yang efektif saat plasenta lahir.
Sehingga dapat memperpendek waktu pada kala III dan
mengurangi perdarahan dalam waktu kurang dari 30 menit
Objek :
Plasenta lahir lengkap tidak lebih dari 30 menit
Kontraksi uterus keras, perut globuler
Jumlah perdarahan < 500 cc
Keadaan ibu, TTV dalam batas normal
Tekanan darah : 110/70 mmHg- 140/90 mmHg
Nadi : 80-110 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
RR : 16 – 24 kali permenit
Assasment
Paritas, Abortus Kala III Postpartum fisiologis.
Penatalaksanaan
1. Suntikkan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
Rasionalnya oksitosin akan merangsang kontrasi dalam
uterus sehingga plasenta dapat lepas.
2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali. Rasionalnya
penegangan tali pusat terkendali untuk melahirkan plasenta
3. Lahirkan plasenta dengan cara memutar plasenta searah
jarum jam. Rasionalnya memutar plasenta searah jarum jam
agar tidak ada selaput ketuban yang tertinggal di uterus/
rahim.
4. Lakukan masase fundus uteri. Rasionalnya masase fundus
uteri dilakukan agar uterus tetap berkontraksi
44
D. Kala IV
Subjek : setelah 2 jam post partum tidak terjadi komplikasi
Objek :
Perdarahan <500 cc
Kontraksi uterus keras,perut globuler
TFU 1-2 jari di bawah pusat
Laserasi derajat 1 - 2
Keadaan ibu, TTV dalam batas normal
Tekanan darah : 110/70 mmHg- 120/80 mmHg
Nadi : 60-90 xmenit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
RR : 16 – 24 kali permenit
Assasment
Paritas, Aterm,Prematur, Abortus, Hidup kala IV PostPartum
Fisiologis
Penatalaksanaan
1. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan. Rasionalnya 2
jam pertama merupakan saat- saatnya yang memerlukan
perhatian khusus sehubungan dengan adanya komplikasi
kala III
2. Bersihkan perineum ibu dan kenkan pakaian ibu yang bersih
dan kering serta memberikan makanan dan minuman pada
ibu. Rasionalnya vulva higiene, personal hygiene, serta
kebutuhan nutrisi ibu.
3. Masase perut ibu dan ajarkan keluarga teknik masase.
Rasionalnya pemantauan terhadap kontraksi uterus
dipelukan untuk menghindari bahaya komplikasi dan
waspada kemungkinan atonia
45
4. Dokumentasikan semua hasil yang ditentukan ( 2 jam post
partum ) dalam lembar partograf. Rasionalnya untuk
mengetahui hasil pemantauan keadaan ibu setelah bersalin.
2.2.6 Penatalaksanaan
Kala I
Tanggal: Jam :
Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu meliputi
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg – 120/80 mmHg
- Nadi : 60 – 90 x menit
- RR : 16 – 24 x/ mneit
- S : 36,6 – 37,5 oC
- DJJ : 120 – 160 x/ menit
- Pembukaan : 0-3 cm, effecement 25%, ketuban utuh.
Memberitahu pada ibu bahwa ibu sudah masuk masa persalinan
keadaan janin baik.
Memberikan inform consent kepada suami
Memberikan asuhan sayang ibu:
- Menganjurkan ibu untuk makan minum saat tidak ada kontraksi
- Menganjurkan ibu miring kiri agar sirkulasi oksigen ke janin baik
- Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
- Mengajarkan teknik bernafas untuk mengurangi nyeri
- Memberikan ibu motivasi terhadap persalinan
- Memposisikan ibu senyaman mungkin
- Mengajari cara meneran yang baik.
Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
Dokumentasi
KALA II
Tanggal: Jam:
S : Ibu merasa mules dan ingin meneran
O : Keadaan ibu, TTV dalam batas normal
Tekanan darah : 110/70 mmHg- 140/90 mmHg
46
Nadi : 90- 100 xmenit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
RR : 16 – 24 kali permenit
Kontaksi : His adekuat (3 kali dalam 10 menit)
lama 40-60 detik
Kala III
Tanggal : Jam:
KALA IV
Tanggal : Jam :
S :- ibu merasa lelah
- ibu mengatakan senang karena bayi dan ari arinya sudah
keluar
O :
Kontraksi uterus keras,perut globuler
47
Perdarahan < 500 cc
TFU 1-2 jari di bawah pusat
Laserasi derajat 1 - 2
Keadaan ibu, TTV dalam batas normal
Tekanan darah: 110/70 mmHg- 120/80 mmHg
Nadi : 60-90 xmenit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
RR : 16 – 24 kali permenit
Indikator Bayi
1. Bayi menangis kuat
2. Gerak aktif
3. Warna kulit merah muda
4. APGAR score 7-10
48
BAB 3
TINJAUAN TEORI
Pengkajian :
Tanggal Pengkajian : 10 November 2022
Pukul : 13.00 WIB
Oleh : Seska A Nahuway
Nama Suami : Tn M
Usia : 33 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Kepuh Klagen 013/006
Nomor telepon: 082xxxxx
30
1.1.5 Riwayat Obstetri Yang Lalu
Bayi Baru KB
Kehamilan Persalinan Nifas
Lahir
H Penyu Pe T Sta Pe T Pe Je B T Pe H A La Pe M L Pe
a lit/Ko me e tus no e ny ni B B ny id S m ny et a ny
m mplik rik m Pe lo m ulit s ulit u I a ulit o m uli/
il asi sa pa rsa ng pa / K / p M / de a Ko
k t lin t Ko el Ko / en Ko P mp
e pe an B mp a mp M ete mp k lik
ri er lik mi lik at ki lik a asi
ks sa asi n asi i asi a
a li i
n
1 - Bi B No Bi B - P 3 5 - H Y 2 - S 3 -
da P rm da P 2 0 id a ta u t
n M al n M 0 u hu nt a
0 p n ik h
u
n
2 Hamil Ini
Ibu periksa di Puskesmas Wringinanom usia kehamilan 7-8 minggu dengan keluhan
mual dan kembung. Ibu mendapatkan terapi antasida 3x1 dan Fe 1x1 30 tablet dan
mendapatkan KIE nutrisi seimbang pada ibu hamil. Ibu periksa ke PKM lagi usia
kehamilan 11 – 12 minggu dengan keluhan kembung dan pusing . Ibu mendapatkan
terapi Bufantasid .
Trimester 2
Trimester 3
Ibu periksa di Puskemas Wringin Anom ingin melakukan ANC terpadu usia 27 minggu tidak
ada keluhan. Ibu tidak mendapatkan terapi dan disarankan datang untuk periksa sewaktu-
waktu jika ada keluhan.
1.1.6.2 Usia Kehamilan saat merasakan Gerakan janin pertama : 16 minggu
31
1.1.6.3 Penyuluhan – penyuluhan yang pernah didapat : Gizi Seimbang, Personal
Hygiene, Tanda Bahaya Kehamilan, Tanda- tanda Persalinan.
1.1.6.4 Imunisasi TT : T5
32
1.1.7 Riwayat Kesehatan Klien
Tidak pernah menderita penyakit asma, hipertensi, jantung, diabetes melitus, ginjal,
hepatitis, HIV, TBC, maupun IMS. Tidak ada riwayat gangguan jiwa, tidak ada riwayat
keturunan kembar.
1.1.8 Riwayat Kesehatan Keluarga Klien
Keluarga tidak pernah menderita penyakit asma, hipertnsi, jantung, diabetes melitus,
ginjal, hepatitis, HIV, TBC, maupun IMS. Tidak ada riwayat gangguan jiwa, tidak ada
riwayat keturunan kembar
1.1.9 Pola Aktivitas Sehari – hari
1.1.9.1 Nutrisi
Pola makan : makan sehari 3x, dengan posri sedang. Minum 7-8x per
hari air mineral
Menu seimbang : lauk pauk sayur buah susu
Gangguan nutrisi (bila ada) : tidak ada
1.1.9.2 Eliminasi
Berapa kali sehari : BAK 10 kali, BAB 1 x/ hari
Terasa sakit : tidak
Gangguan eliminasi (bila ada): tidak ada
1.1.9.4 Istirahat
Lama tidur : Siang 1-2 jam, Malam 7-8 jam
Gangguan istirahat (bila ada) : tidak ada
Genetalia :
vulva bersih, tidak ada varises, tidak ada condiloma, terdapat lendir darah.
Periksa dalam
Pembukaan : 6 cm
Effacement : 50 %
Konsistensi : lunak
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Denominator : UUK kiri depan
Hodge :III
Molase :0
Anus : tidak ada hemorrhoid
Ekstremitas : tidak ada oedem pada tangan maupun kaki, tidak ada varises,
pergerakan bebas
34
1.2.3 Pemeriksaan Laboratorium
HB : 11.2 gr/ dl
Golongan Darah :O+
Protein Urine : Negatif
Urine Reduksi : Negatif
Tes Swab ( Antigen) : Negatif
Analisa Data
GIIP1A0 UK 37 minggu, tunggal, hidup, intra uterine, keadaan ibu dan janin baik,
inpartu kala I fase aktif.
Penataaksanaan
Kala I
Tanggal : 10 November 2022 Jam : 13.00 WIB
Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,5 0C
- DJJ : 132 x/ menit
- His : 3x10’35’’
- Pembukaan : 6 cm, ketuban utuh, teraba kepala
E /Ibu mengerti
Memberitahukan pada ibu bahwa ibu sudah masuk masa persalinan keadaan janin baik.
E/ Ibu dan keluarga menegerti
Memberikan inform consent kepada suami
E/ suami mengisi lembar informed consent
Memberikan asuhan sayang ibu:
- Menganjurkan ibu untuk makan minum saat tidak ada kontraksi
- Menganjurkan ibu miring kiri agar sirkulasi oksigen ke janin baik
- Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
- Mengajarkan teknik bernafas untuk mengurangi nyeri
- Memberikan ibu motivasi terhadap persalinan
- Memposisikan ibu senyaman mungkin
- Mengajari cara meneran yang baik.
35
lidokain), abocath, gelang tangan. Kebutuhan pakaian ibu (pakaian ibu, softex), kebutuhan
pakaian bayi.
E/ Peralatan partus, kebutuhan ibu dan bayi sudah disiapkan.
Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
E/ Persalinan dipantau dengan partograf, lembar terlampir
Berikan penatalaksanaan APN sesuai dengan 60 langkah
E/ APN 60 langkah telah dilakukan.
Dokumentasi
E/ Dokumentasi dengan SOAP
KALA II
Tanggal : 10 November 2022
S : Ibu merasa mules dan ingin meneran
O : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 0C
DJJ : 140 x/ menit
His : 5x10’45’’
Genetalia : vulva membuka, ketuban pecah, keluar lendir dan darah
VT : 10 cm, effecement 100 %, ketuban -, preskep, UUK, HIII+
P:
36
E/ 60 langkah APN siap dilakukan.
37
Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi
38
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai
dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana
mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan
posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu
ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran :
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu
mempunyai keinganan untuk meneran.
Mendukung dan memberi semangat atas usaha
ibu untuk meneran.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman
sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring
terlentang).
Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara
kontraksi.
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu.
Menganjurkan asupan cairan per oral.
Menilai DJJ setiap lima menit.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum
akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2
jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit
(1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran.
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok
atau mengambil posisi yang aman.
39
Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum
akan terjadi segera setalah 60 menit meneran,
merujuk ibu dengan segera.
PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN
BAYI
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas
perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di
bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.
MENOLONG KELAHIRAN BAYI LAHIR
KEPALA
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter
5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain
di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut
dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau bernapas cepat saat kepala lahir.
Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera
hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir
menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi
tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap
yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung
bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
20.Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian
meneruskan segera proses kelahiran bayi :
40
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21.Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
LAHIR BAHU
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka
bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
LAHIR BADAN DAN TUNGKAI
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan
tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian
bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan
tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke
arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung
dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
41
Kala III
Tanggal : 10 November 2022
S : - Ibu mengatakan senang karena bayinya sudah lahir
- Ibu mengatakan perutnya mules
O : KU : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 36.6
Pernapasan : 22 x / menit
- bayi lahir tanggal 10 Noveber 2022 pukul 15.15 wib secara spontan , dengan jenis
kelamin laki-laki, BB : 2800 gram, PB : 48 cm, A-S : 8 - 9, tidak ada kelaianan
kongenital, anus berlubang
- tidak ada janin kedua dan di tolong oleh Bidan
- Suntikan oksitosin 10 IU pada 1/3 paha atas bagian luar
- Pada perineum ada laserasi derajat 2
- Terdapat tanda - tanda lepasnya plasenta yaitu ada semburan darah keluar dari vagina,
tali pusat memanjang menjulur dan keluar, fundus globuler
A : GII 10A0 dengan inpartu kala III
P :
b. Memberitahukan pada ibu bahwa bayi sudah lahir dengan sehat dan keadaan normal; ibu
sangat mengerti dengan keadaan bayinya.
42
JAM PENATALAKSANAAN TTD
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
26. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan
bayi di atas perut ibu dengan posisib kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat
terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
27. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali bagian pusat.Menjepit tali pusat
menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke
arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi
bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua
klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,
mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan
ibu untuk memeluk bayinya (IMD) meletakkan bayi
diatas perut ibu dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
43
kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI (PTT)
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut
ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan
ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian
melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat
dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah
atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seorang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan puting susu.
MENGELUARKAN PLASENTA
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran
sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti
kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan
arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5 – 10
cm dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit :
- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik
44
jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua
tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban
tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa
vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan
di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke
ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk
memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah
melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang
sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami
perdarahan aktif.
45
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik.
KALA IV
Tanggal : 24 Januari 2022
S :- ibu merasa lelah
- ibu mengatakan senang karena bayi dan ari arinya sudah keluar
O : KU : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110 / 70 mmHg
Suhu : 36.6 0C
Nadi : 80 x/ menit
Pernapasan : 20 x / menit
- Plasenta lahir lengkap spontan pukul 15.20 wib. Kotiledon lengkap 20 kotiledon,
panjang tali pusat 25 cm, diameter 20 cm, kedalaman 25 cm, tali pusat terletak lateral.
- Payudara : aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, ASI sudah keluar kanan dan
kiri.
- Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik,
- Genetalia : Perdarahan 200 cc, lochea rubra, terdapat laserasi derajat 2, kandung kemih
kosong
A : P2A0 dengan kala IV
P : - Melakukan penjahitan perineum; perineum dijahit pada mukosa vagina sampai otot
perineum secara jelujur dan subcutan.
- Membersihkan ibu dari darah dan cairan tubuh menggunakan air DTT; sudah
membersihkan ibu dari cairan dan darah.
46
JAM PENATALAKSANAN TTD
47
persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pasca persalinan. Melakukan tindakan
yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
KEBERSIHAN DAN KEAMANAN
48
SOAP BAYI BARU LAHIR
Tanggal : 24 Januari 2022
S :-
O : Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis
Bayi tampak merah, jenis kelamin perempuan, terdapat caput succaedaneum
BB 2800 gram PB : 48 cm LK : 33 cm LD : 32,5 cm
HR : 125 x/menit RR : 40 x/menit
A : Neonatus aterm dalam masa transisi
P :
Penatalaksanaan Paraf
Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bayinya
Melakukan perawatan talipusat bayi dengan menutupnya
menggunakan kasa kering
Evaluasi : talipusat telah dirawat
Menjaga kehangatan bayi dengan meletakkannya di infant
warmer dan memakaikan pakaian, popok, sarung tangan dan
kaki, bedong dan penutup kepala.
Evaluasi : Bayi hangat, Suhu bayi : 36,7 oC
Memberikan salep mata untuk bayi untuk mencegah terjadinya
infeksi bakteri gonore dan klamidia pada mata bayi
Evaluasi : salep mata telah diberikan
Memberikan injeksi vitamin K 1 mg pada 1/3 atas anterolateral
paha kanan bayi secara IM sebanyak 0,5 mL untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada bayi
Evaluasi : vitamin K 1 mg telah diinjeksikan
Melakukan imunisasi HB0 0,5 mL pada 1/3 atas anterolateral
paha kiri bayi secara IM dengan tujuan untuk mencegah bayi
tertular penyakit hepatitis B
Evaluasi : vaksin HB0 telah diberikan
49
Memberitahukan kepada ibu bahwa bayinya sudah diimunisasi
HB0 dan untuk imunisasi selanjutnya BCG dan Polio bisa
dilakukan saat bayi berusia sebelum 2 bulan
Evaluasi : Ibu bersedia mengimunisasikan bayinya sebelum
bayi berusia 2 bulan.
50
BAB 4
PEMBAHASAN
Menurut WHO Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup
bulan (37–42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya
penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase
belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan
janin (WHO, 2014). Pada kasus Ny. W Usia Kehamilannya saat persalinan adalah 37minggu
dengan keluhan kenceng- kenceng pada data subjektif, hal tersebut sesuai dengan pengertian
persalinan normal menurut WHO 2014. Dalam data subjektif didapatkan juga usia klien adalah
34 tahun dimana usia tersebut merupakan usia ideal untuk hamil dan meminimalkan terjadinya
komplikasi selama kehamilan, persalinan maupun nifas. Usia ideal untuk hamil adalah 20-35
tahun, jika <20 tahun maka panggul belum sempurna, dan >35 tahun berisiko tinggi mengalami
komplikasi seperti preeklampsia (Prawirohardjo, 2016).
Pada tinjauan kasus Ny. W datang ke PKM Wringin Anom karena merasa kenceng-
kenceng yang semakin sering dengan usia kehamilan 37 minggu. Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa klien sudah memasuki proses persalinan. Menurut Cunningham (2014) Persalinan normal
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke
dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks. Kenceng-kenceng pada
perut diakibatkan adanya kontraksi rahim yang terus berlangsung sebagai akibat dari penurunan
kadar hormon Progesteron pada akhir kehamilan, akibatnya otot rahim akan lebih sensitif terhadap
hormon Oksitosin yang akan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim sehingga memicu terjadinya
kontraksi sebagai tanda-tanda persalinan. Kontraksi pada rahim yang semakin kuat dan sering
akan memberi pengaruh signifikan terhadap serviks yaitu pembukaan dan penipisan. Adanya
penipisan dan pembukaan serviks menyebabkan keluarnya lendir dari canalis cervicalis disertai
dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada
bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillar darah terputus (Asrinah, 2017)
dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan pembukaan serviks Ø 10 cm dengan
effacement 100% kepala di H IV Selaput ketuban (-), observasi TTV Ibu dan janin dalam keadaan
normal. Pada kasus klien yang merupakan multigravida ini persalinan dari kala I fase laten hingga
kala II terjadi selama 4 jam. Berdasarkan teori APN (2014), Pada multigravida, pembukaan pada
fase laten 2 cm/jam. Persalinan kala I fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servix secara bertahap hingga pembukaan serviks mencapai 4 cm, fase
ini biasanya berlangsung kurang dari 8 jam pada multigravida, dilanjutkan dengan kala I fase aktif
51
yang terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi. Pada fase dilatasi
maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan dapat berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm, yang kemudian menjadi lambat hingga pembukaan menjadi lengkap. Percepatan
pembukaan dan penipisan serviks tergantung dari frekuensi dan lamanya kontraksi uterus yang
dialami oleh ibu, umumnya kontraksi semakin lama akan semakin meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih), dan disertai dengan penurunan bagian terendah janin. Pada kasus klien kontraksi
menjadi lebih adekuat yaitu 5x45” dalam 10 menit. Berdasarkan teori, Kala II persalinan
dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala
II juga disebut sebagian kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan menurut
Marmi, (2012) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, Ibu
merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya, Perineum menonjol,
Vulva dan vagina, spingter ani membuka dan Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah Pembukaan
serviks telah lengkap, terlihatnya bagian kepala bayi pada 5-6 cm di depan vulva (Marmi, 2012).
Pada pukul 15.15, bayi Ny. W berhasil lahir spontan belakang kepala, menangis kuat, warna kulit
kemerahan, bergerak aktif, jenis kelamin Perempuan dengan berat badan lahir 2.800 gram,
panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm dan lingkar dada 35 cm. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa persalinan kala II berlangsung rata-rata rata-rata ½ jam pada multipara
(APN, 2014). Segera setelah bayi lahir ibu sangat merasa bahagia dan lega sehingga klien mau
untuk melakukan IMD.
Pada tinjauan kasus klien, kala III berlangsung sekitar 5 menit. Berdasarkan teori Kala III
persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban pada kala III persalinan, otot miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
melipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah plasenta lepas, maka plasenta
dalam akan turun ke bagian bawah atau kedalam vagina bersamaan dengan adanya his (Yanti,
2015). Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi fundus, Setelah bayi
lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan TFU
biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah uterus
berbentuk segitiga seperti buah pear/alpukat dan fundus diatas pusat. Ditandai dengan tali pusat
memanjang, tali pusat terlihat menjulur ke luar vagina (tanda Ahfeld). Inpartu kala III maksimal
30 menit.
Berdasarkan teori menurut Prawirohardjo (2016) pada inpartu Kala IV dimulai setelah
lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu, Pada kala IV dilakukan observasi sebagai berikut
52
Tanda-tanda vital ibu, Pemeriksaan perdarahan pada ibu, Pemantauan kontraksi uterus,
Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan. Sesuai dengan data pada tinjauan kasus klien kala IV
di observasi selama 2 jam dan TTV ibu dalam batas normal, kontraksi uterus ibu keras. Perdarahan
klien sekitar 250 cc, menurut teori perdarahan pada ibu dianggap normal jika <500 cc dan perlu
diwaspadai jika terdapat perdarahan >500 cc (Cunningham, 2014).
53
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dapat disimpulkan :
1. Tanda-tanda persalinan pada Ny “W” yaitu adanya kontraksi rahim dan
adanya lendir
darah.
2. Tidak terdapat tanda-tanda bahaya persalinan pada Ny “W”
5.2 Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan dapat menjaga asupan nutrisi dan cairan, serta dapat
memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya
2. Bagi Puskesmas
Pelayanan dan asuhan yang diberikan kepada ibu bersalin dan bayi baru
lahir sudah baik.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan lebih banyak belajar tentang asuhan kebidanan persalinan dan
bayi baru lahir agar dapat pelayanan pada klien secara komprehensif dan
sesuai kebutuhan.
54
DAFTAR PUSTAKA
55
56