Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PADA BAYI "E" 

DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI PUSKESMAS ARJUNO


MALANG TANGGAL 18 AGUSTUS 2021

“Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan


Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah”

Dosen Pembimbing :

Rita Yulifah, S.Kp., M.Kes.

Disusun Oleh:
Anisa Fitria A P17311191001
Kamila Fauzia R P17311191002
Farah Nabila M P17311191003
Kharismah Ulumiyah P17311191004
Nur Alfiani Umami P17311191005
Ranindya Dwi N P17311191006
Maulida Khofifah M P17311191007
Maylinda Rahmawati P17311191009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2021/2022

Jalan Besar Ijen No. 77C, Malang. Telepon (0341) 566075

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah.

     Dalam penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari berbagai kendala,
namun berkat dukungan dan bimbingan berbagai pihak, baik moral maupun
material, sehingga kendala tersebut dapat diatasi dengan baik.

     Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih
kepada Ibu Rita Yulifah, S.Kp., M.Kes.selaku dosen pengampu mata kuliah
Asuhan KebidananNeonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah, serta berbagai pihak
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam proses
penyusunan makalah ini.

Malang, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 2

1.3.1 Tujuan Umum................................................................................ 2

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 2

BAB II TINJAUN TEORI......................................................................... 3

2.1Konsep Bayi Baru Lahir (Neonatus).................................................... 3


2.2 Konsep Bayi BBLR............................................................................ 7
2.3 Konsep Proses Manajemen Asuhan Kebidanan.................................. 12
2.4 Konsep Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP...................... 16

BAB III STUDI KASUS............................................................................ 19


3.1 Kasus................................................................................................... 19

3.2 Dokumentasi Soap.............................................................................. 19

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... 29

BAB V PENUTUP...................................................................................... 32

5.1 Kesimpulan......................................................................................... 32

5.2 Saran.................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 33

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berat badan lahir adalah salah satu indikator dalam tumbuh kembang anak
hingga masa status gizi yang diperoleh janin selama dalam kandungan. Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram, menangis spontan kurang
dari 30 detik setelah lahir dengan nilai apgar antara 7-10. Bayi baru lahir rendah
atau BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Pada negara berkembang, berat bayi lahir rendah
(BBLR) masih menjadi salah satu permasalahan defisiensi zat gizi. Bayi yang
lahir dengan berat badan lahir rendah berisiko tinggi mengalami mortalitas dan
morbiditas pada masa pertumbuhannya (Manuaba, 2012:437).

Data badan kesehatan dunia (World Health Organization), menyatakan bahwa


prevalensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5% atau sekitar 20 juta bayi yang
lahir setiap tahun, sekitar 96,5% diantaranya terjadi di negara berkembang (WHO,
2018). Upaya pengurangan bayi BBLR hingga 30% pada tahun 2025 mendatang
dan sejauh ini sudah terjadi penurunan angka bayi BBLR dibandingkan dengan
tahun 2012 sebelumnya yaitu sebesar 2,9%. Dengan hal ini, data tersebut
menunjukkan telah terjadi pengurangan dari tahun 2012 hingga tahun 2019 yaitu
dari 20 juta menjadi 14 juta bayi BBLR (Ferdius, 2019).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 angka


kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai 6,2%.
Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat pertama kejadian BBLR yaitu
8,9%, sedangkan provinsi yang memiliki persentase angka kejadian BBLR paling
rendah adalah Provinsi Jambi (2,6%) (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, Statistik, Kesehatan, & USAID, 2018).

Dalam meningkatkan kelangsungan hidup bayi memerlukan penatalaksanan


yang terus menerus dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan neonatal harus
dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan, sedangkan SDM dan fasilitas

1
masih terbatas dan belum merata, sehingga perlu di bentuk regionalisasi
pelayanan kesehatan neonatal (Fauziah, A, 2013). Sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan, bidan dan perawat yang berkecimpung dalam pelayanan
kesehatan bayi harus mengenal masalah apa saja yang kiranya dapat terjadi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Usaha terpenting dalam
penatalaksanaan bayi BBLR adalah dengan cara mencegah terjadinya kelahiran
bayi BBLR, dengan perawatan antenatal yang maksimal, serta mencegah atau
meminimalkan gangguan/komplikasi yang dapat timbul sebagai akibat dari
keterbatasan berbagai fungsi tubuh bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir
rendah (Maryunani, 2013: 2). Oleh karena itu, kasus BBLR harus terus dipantau
untuk mengetahui besarnya jumlah kejadian dan faktor penyebabnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Bayi Baru Lahir (Neonatus)?
2. Bagaimana Konsep Bayi BBLR?
3. Bagaimana Konsep Proses Manajemen Asuhan Kebidanan?
4. Bagaimana Konsep Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan neonatus pada BBLR dan dengan
menggunakan pendokumentasian SOAP

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian data subjektif
2. Melakukan pengkajian data objektif
3. Melakukan analisis/interpretasi data untuk menentukan diagnosis
dan masalah potensial dari BBLR
4. Melakukan penatalaksanaan yang meliputi perencanaan,
implementasi, dan masalah potensial BBLR
5. Pendokumentasian BBLR dengan menggunakan metode SOAP.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Bayi Baru Lahir (Neonatus)


A. Pengertian Neonatus
BBL disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2017)
Menurut Depkes RI, 2015 Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir
2.500 gram sampai 4.000 gram (Saputra, 2014).
Neonatus perlu menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi
ini yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi.
B. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal

Sondakh (2013) mengatakan bayi baru lahir dikatakan normal jika :


1. Berat badan antara 2500-4000 gram.
2. Panjang badan bayi 48-52 cm.
3. Lingkar dada bayi 30-38 cm.
4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
5. Masa kehamilan 37-42 minggu.
6. Denyut jantung pada menit-menit pertama 180 kali/menit,
kemudian turun menjadi 120 kali/menit.
7. Respirasi: pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80
kali/menit, kemudian turun menjadi 40 kali/menit.
8. Kulit berwarna kemerahan dan licin karena jaringan
subkutan cukup terbentuk dan diliputiverniks kaseosa.
9. Kuku telah agak panjang dan lemas.
10. Genetalia: Testis sudah turun (pada anak laki-laki) dan
labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan).

3
11. Refleks : Refleks menghisap dan menelan, refleksmoro,
reflex menggenggam sudah baik jika dikagetkan, bayi akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk (refleks moro),
jika diletakkan suatu benda di telapak tangan bayi, bayi
akan menggenggam(reflek menggenggam)
12. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24
jam pertama. mekonium memiliki karakteristik hitam
kehijauan dan lengket.
C. Penanganan Bayi Baru Lahir

Prawiroharjo (2014) Kebutuhan dan tindakan perawatan bayi baru lahir :

a. Membersihkan EL PENILAIN APGAR SCORE

Skor 0 1 2

Appearence color Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


(warna kulit) Ekstremitas biru Kemerah – merahan

Pulse (heart rate) atau Tidak < 100 x/menit >100 x/menit
frekuensi jantung ada

Grimace (reaksi Tidak Sedikit gerakan Menangis, batuk /


terhadap rangsangan ada mimic bersin

Activity (tonus otot) Lumpuh Ekstremitas Dalam Gerakan aktif


fleksi sedikit

Respiration (usaha Tidak Lemah, tidak teratur Manangis kuat


nafas) ada

C. Pencegahan Bayi Kehilangan Panas

a. Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir

4
1. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
oleh panas tubuh bayi sendiri karena :
a. setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan
b. bayi yang terlalu cepat dimandikan
c. tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi.

b. Mencegah Bayi Kehilangan Panas


1. Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya
evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain (menyeka tubuh
bayi juga termasuk rangsangan taktil untuk membantu memulai
pernapasan). 
2. Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah
mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat. Sebelumnya ganti
handuk atau kain yang telah di gunakan untuk mengeringkan tubuh
bayi. Kain basah di dekat bayi dapat menyerap panas tubuh bayi
malalui radiasi. 
3. Selimuti bagian kepala karena kepala merupakan permukaan tubuh
yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
tidak di tutupi. 
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya
pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
5. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat, yang paling ideal adalah
bersama dengan ibunya agar menjaga kehangatan tubuh bayi, dan
mencegah paparan infeksi pada bayi.

5
6. Jangan segara menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
yang kering dan bersih. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih
berat bayi dikurangi dengan kain selimut bayi yang di gunakan. Bayi
sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir. Sebelum
dimandikan periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila antara
36,5ºC – 37,5ºC ), jika suhu tubuh bayi masih dibawah batas normal
maka selimuti tubuh bayi dengan longgar, tutupi bagian kepala,
tempatkan bersama dengan ibunya (skin to skin), tundah memandikan
bayi sampai suhu tubuhnya stabil dalam waktu 1 jam (Rukiah, dkk,
2013: 10- 11).

2.2 Konsep Bayi BBLR

1. Definisi BBLR

BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya 2500 gram atau
kurang. Menurut WHO, BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang atau sama dengan 2500 gram. BBLR adalah bayi yang lahir
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir ditimbang dalam
24 jam pertama setelah lahir (JNPK-KR, 2008). Menurut WHO, BBLR
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu Berat Badan Lahir
Rendah/BBLR (BBL<2500 gram), Bayi Berat Lahir Sangat
Rendah/BBLSR (BBL<1500 gram), Bayi Lahir Amat Sangat
Rendah/BBLASR (BBL<1000 gram). Menurut JNPK-KR, berat lahir
menjadi salah satu kriteria dalam penatalaksanaan BBLR, dimana BBL
<1750 gram menjadi kriteria rujukan BBLR dari puskesmas PONED ke
rumah sakit PONEK. Dalam panduan manajemen BBLR untuk bidan dan
perawat, bayi lahir yang menjadi kriteria rujukan dari bidan adalah
BBL<2000 gram.

6
WHO mendefinisikan BBLR sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram (5,5 pon). Hal ini didasarkan pengamatan secara
epidemiologis bahwa BBLR kurang dari 2500 gram mempunyai
kemungkinan meninggal sebesar 20 kali dibandingkan bayi dengan BBL
lebih atau sama dengan 2500 gram.

2. Etiologi BBLR

Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor fetus.
Etiologi dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan
IUGR (Intrauterine Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari
faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan
obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta
previa, solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin.
Sedangkan yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari
faktor maternal yaitu Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
kronis, atau pecandu alcohol atau narkortika. Selain etiologi dari faktor
maternal juga ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur dari
faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan, yang
termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu
Gangguan kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali,
atau gestasi multipel.

Selain itu ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi dengan
berat lahir rendah atau biasa disebut BBLR :

1. Faktor Ibu
1) Penyakit
Penyakit kronik adalah penyakit yang sangat lama terjadi dan
biasanya kejadiannya bisa penyakit berat yang dialami ibu pada
saat ibu hamil ataupun saat melahirkan. Penyakit kronik pada ibu
yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah hipertensi
kronik, Preekamsia, diabetes melitus, dan jantung.
2) Ibu (geografis)

7
a) Usia ibu saat kehamilan tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek dari anak
satu ke anak yang akan dilahirkan (kurang dari 1 tahun).
c) Paritas yang dapat menyebabkan BBLR pada ibu yang
paling sering terjadinyaitu paritas pertama dan paritas lebih
dari 4.
d) Mempunyai riwayat BBLR yang pernah diderita
sebelumnya.
3) Keadaan Sosial Ekonomi
a) Kejadian yang paling sering terjadi yaitu pada keadaan
sosial ekonomi yang kurang. Karena pengawasan dan
perawatan kehamilan yang sangat kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan dapat juga mempengaruhi
keadaan bayi. Diusahakan apabila sedang hamil tidak
melakukan aktivitas yang ekstrim.
c) Perkawinan yang tidak sah juga dapat mempengaruhi fisik
serta mental.
2. Faktor Janin
Faktor janin juga bisa menjadi salah satu faktor bayi BBLR disebabkan oleh
: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella
bawaan, gawat janin, dan kehamilan kembar).
3. Faktor Plasenta
Faktor plasenta yang dapat menyebabkan bayi BBLR juga dapat menjadi
salah satu faktor. Kelainan plasenta dapat disebabkan oleh : hidramnion,
plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor Lingkungan
Banyak masyarakat yang menganggap remeh adanya faktor lingkungan ini.
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan BBLR, yaitu : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. Penyakit yang Berhubungan dengan Berat Badan Lahir Rendah

8
BBLR mungkin prematur (kurang bulan) atau dismaturitas (cukup
bulan). Beberapa penyakit yang berhubungan dengan BBLR adalah:

 Penyakit yang berhubungan dengan Prematuritas


1) Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran
hialin)
2) Pneumonia aspirasi, karena refleks menelan dan batuk
belum sempurna.
3) Perdarahan spontan dalam ventrikal otak lateral, akibat
anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
4) Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati yang belum matang
5) Hipotermia
 Penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas
1) Sindrom aspirasi meconium
2) Hipoglikemia, karena cadangan glukosa rendah
3) Hiperbilirubinemia
4) Hipotermia
4. Penatalaksanaan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat
Karena bayi BBLR  mudah mengalami hiotermi, maka dari itu suhu
tubunnya harus dipertahankan dengan ketat. Cara mempertahankan
suhu tubuh bayi BBLR dan penanganannya jika lahir di puskesmas
atau di petugas kesehatan lainnya:
a) Keringkan badan bayi BBLR dengan handuk hangat, kering,
dan bersih
b) Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering serta
hangat
c) Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit
dan bungkus bayi BBLR dengan kain hangat
d) Beri lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi
e) Beri oksigen
f) Tali pusat dalam keadaan bersih
2) Mencegah infeksi dengan ketat

9
Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi, maka prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk cuci tangan sebelum menggendong
bayi.
3) Pengawasan Nutrisi
Refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat lemah,
sehingga pemberian nutrisi harus di lakukan dengan cermat. Sebagai
langkah awal jika bayi BBLR bisa menelan adalah tetesi ASI dan
jika bayi BBLR belum bisa menelan, maka segera rujuk (rujuk ke
rumah sakit jika bayi BBLR di tangani di puskesmas).
4) Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat. Kebutuhan cairan untuk
bayi baru lahir adalah 120-150 ml/kg/hari atau 100-120cal/kg/hari.
Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan
bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/kalori.
Selain itu kapasitas lambung bayi BBLR sangat kecil sehingga
minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan apakah selama
pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut
membesar / kembung.
Pada BBLR  terdapat  pula perawatan Menggunakan Perawatan Bayi
Lekat (Kangaroo Mother Care), perawatan bayi lekat ini merupakan
cara yang murah, aman dan mudah diterapkan yaitu dengan cara
mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara kontak ke kulit seawal
mungkin, mendukung ibu untuk memberikan Asi. Manfaat KMC ini
yaitu dapat menjaga ikatan emosi ibu dan bayi, dapat melatih ibu
cara menyusui yang baik dan benar, melatih bayi untuk menghisap
dan menelan secara teratur dan terkoordinasi.

Ada beberapa langkah-langkah dalam perawatan bayi lekat yaitu:

a) Letakkan Bayi diantara payudara ibu dengan kaki bayi di


bawah payudara ibu dan tangan bayi di atasnya.

10
b) Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit-kulit)
dengan kepala bayi menoleh pada satu sisi (kiri/kanan).
c) Gunakan baju kanguru/selendang/kain panjang untuk
membungkus bayi dan ibu dengan nyaman, caranya yaitu,
letakkan bagian tengah kain menutupi bayi di dada ibu,
bungkus dengan kedua ujung kain mengelilingi ibu di bawah
lengannya ke punggung ibu, silangkan ujung kain di belakang
ibu,bawa kembali ujung kain ke depan, ikat ujung kain untuk
mengunci di bawah bayi, topang kepala bayi dengan menarik
pembungkus ke atas hanya sampai telinga bayi.

2.3 Konsep Proses Manajemen Asuhan Kebidanan 

Menurut  Helen varney, Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 (tujuh )


langkah yaitu  sebagai berikut:

1. Langkah 1 : Identifikasi Data Dasar


Pada langkah pertama ini semua informasi akurat dan lengkap
dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan :
Anamnesa meliputi: melakukan tanya jawab kepada ibu  untuk
memperoleh data meliputi: Biodata orang tua dan anak, riwayat kesehatan,
riwayat reproduksi: riwayat haid, riwayat obstetri, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas, kebiasaan ibu saat hamil, riwayat ginekologi, riwayat
KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar/ sehari-hari (personal hygiene,
pola nutrisi, pola aktivitas dan istirahat, pola eliminasi), data sosial
ekonomi dan psikologi. Dapat dilakukan juga Pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi Pemeriksaan Umum (Keadaan
umum bayi, suhu, pernafasan, denyut jantung), Pemeriksaan khusus
(inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi), Pemeriksaan reflek,
Pemeriksaan Antopometri (BB, PB, Ling. dada, LILA, LIKA),
Pemeriksaan penunjang/ laboratorium (golongan darah, test HB, USG).
Tahap ini  merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya.
Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan

11
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi
data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya valid. Kaji
ulang data yang sudah dikumpulkan, apakah sudah tepat, lengkap dan
akurat.
2. Langkah II : Identifikasi diagnosa/ Masalah Aktual
Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interpretasi
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan
penanganan.

a. Diagnosa Kebidanan

Adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik


kebidanan.

Diagnosa : Bayi Ny…. usia ….. dengan Berat Badan Lahir Rendah

DS : 

1. Ibu mengatakan anaknya lahir pada tanggal…. pukul…


2. Ibu mengatakan anaknya lahir dengan berat badannya kurang
3. Ibu mengatakan saat anaknya lahir menangis dengan …..

DO :

1. KU : Baik

2. TTV : Suhu : …. C

  Nadi : …..x/menit

  Respirasi : …… x/menit

12
3. Antropometri : 

Berat badan : <2500 gram

Panjang badan : <45 cm

Lingkar Kepala : <33 cm

Lingkar dada : <30 cm

4. Kulit transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kering


5. Reflek

Reflek-reflek pada bayi BBLR, yaitu :

1. Reflek Moro : Respon asimetris terlihat pada cedera saraf


perifer atau fraktur lengan atau kaki. Tidak ada respon
terjadi pada kasus-kasus cedera saraf perifer yang berat.
2. Reflek Sucking : Respon yang lemah pada BBLR, muntah,
batuk atau regurgitasi akan dapat terjadi kemungkinan
berhubungan dengan sianosis sekunder karena
prematuritas.
3. Reflek Plantar : Respon yang berkurang terjadi pada
BBLR. Tidak ada respon terjadi pada defisit neurologis
yang berat.

b. Masalah
Masalah BBLR ditegakkan  berdasarkan interpretasi data dasar 
yang dikumpulkan bahwa BBLR akan menimbulkan masalah-
masalah seperti suhu tubuh yang tidak stabil  atau masalah dalam
pengaturan temperatur pada bayi, Terjadinya Gangguan
pernafasan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah, dan gangguan
persyarafan.
c. Kebutuhan 
Adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisa data. Kebutuhan yang diberikan pada

13
bayi BBLR adalah dengan menjaga lingkungan nyaman dan
hangat, pemenuhan nutrisi.
3. Langkah III : Identifikasi diagnosa/ Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan membutuhkan
pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan bersiap mencegah
diagnosa/masalah potensial terjadi.
Pada bayi berat badan lahir rendah maka perlu dilakukan antisipasi
terjadinya hipotermi, dimana hipotermia terjadi karena hanya sedikit
lemak tubuh dan pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
matang. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membrane
hialin), sering terjadi pada BBLR kurang bulan yaitu pernapasan yang
tidak teratur, merintih waktu ekspirasi, thoraks yang lunak dan otot
respirasi yang lemah, resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks
menghisap dan reflek menelan.
4. Langkah IV : Melaksanakan Tindakan Emergency atau Kolaborasi
Pada langkah ini, bidan atau dokter mengidentifikasi perlunya segera
melakukan konsultasi atau melakukan kolaborasi bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Pada kondisi BBLR,
dengan usia kehamilan aterm dan tidak mengalami gangguan nafas atau
cacat yang  harus dilakukan tindakan segera, maka tidak diperlukan
tindakan emergency, namun jika terjadi gagal nafas, sianosis, hipotermi,
kejang, gemetar atau tremor, pernafasan cepat, kulit dingin, refleks moro
menurun atau tidak ada, kegagalan menetek dengan baik, muntah yang
kuat, Tonus otot menurun atau tidak ada. Maka perlu dilakukan tindakan
emergency.
5. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
Adalah suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah atau kebutuhan
pasien. Berfungsi untuk menuntun perawatan yang diberikan kepada
pasien sehingga tercapai tujuan dan hasil yang optimal atau diharapkan

14
(Varney, 2004). Menurut Saifuddin (2002), rencana asuhan pada bayi
dengan BBLR meliputi:
1. Observasi Keadaan Umum dan Vital Sign .
2. Pertahankan suhu dengan ketat.
3. Penimbangan ketat.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
5. Pemeriksaan Reflek.
6. Perawatan Tali pusat.
7. Observasi BAB dan BAK.
8. Kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak.
6. Langkah VI : Pelaksanaan (Implementasi)
Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah lima
dilaksanakan secara efisien dan aman. perencanaan ini dilakukan oleh
seluruh  bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
Pada kondisi dimana bayi berat lahir rendah dilakukan pengukuran
antropometri, pengukuran tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, rawat
gabung. Maka dapat dilakukan penatalaksanaan secara umum. Kecuali
apabila bayi mengalami tanda dan gejala seperti gagal nafas, hipotermia,
kejang, gemetar atau tremor, pucat dan sianosis, dll. Maka dapat dilakukan
penatalaksanaan secara khusus atau dilakukan rujukan. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa
langkah-langkah tersebut benar terlaksana).
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
diberikan. Meliputi apakah pemenuhan  kebutuhan telah terpenuhi sesuai
diagnosa atau masalah. Tugas bidan adalah memastikan bahwa bayi
dengan BBLR telah dilakukan perawatan sesuai kebutuhan bayi.
Kemungkinan setelah dilakukannya asuhan, hasilnya adalah :
1. keadaan umum bayi baik
2. Vital sign bayi normal

15
3. Bayi tidak hipotermi
4. Peningkatan Berat badan
5. Nutrisi bayi terpenuhi
6. Reflek bayi baik

2.4 Konsep Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP

1.3  Konsep Pendokumentasian Kebidanan

Salah satu komponen dalam standar asuhan kebidanan adalah melakukan


pendokumentasian terhadap asuhan yang telah diberikan. Dokumentasi
kebidanan sangat penting untuk dibuat setiap kali melakukan asuhan
kebidanan kepada klien. Dokumentasi penting secara aspek legal atau hukum,
karena merupakan bentuk bukti pertanggungjawaban (responsibility) dan
pertanggunggugatan (accountability) sebagai suatu profesi dalam
melaksanakan tugasnya sesuai kewenangan, standar kompetensi dan standar
pelayanan yang berlaku. Dokumentasi asuhan kebidanan juga mempunyai
banyak manfaat, antara lain :

1. Sebagai bahan informasi komunikasi antar petugas, tim sejawat


bidan atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain, tentang
penatalaksanaan asuhan terhadap suatu kasus.
2. Menjadi dasar evidence based dalam penanganan atau
penatalaksanaan kasus kebidanan.
3. Manfaat ilmiah dapat menjadi sumber data riset, yang bermanfaat
untuk pengembangan keilmuan kebidanan.
4.  Mengevaluasi progres atau perkembangan klien dari suatu kurun
waktu pada suatu kasus kebidanan.
5. Menjadi bahan kajian perbandingan untuk perkembangan suatu
kasus kebidanan, sehingga dapat menjadikan pengalaman klinis
empirik dalam kebidanan.
6. Menjadi bahan data untuk audit maternal perinatal, penyelidikan
suatu kejadian kasus.

16
7. Mampu mengidentifikasi trend perjalanan suatu penyakit atau
kasus.
8. Sebagai bukti hukum apabila diperlukan terkait suatu kasus.

Salah satu standar dalam asuhan kebidanan adalah melakukan


pendokumentasian terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan, hal ini
disebut dokumentasi asuhan kebidanan. Dalam melakukan pendokumentasian
asuhan kebidanan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan. Bentuk
dokumentasi asuhan kebidanan menggunakan pola dokumen SOAP yaitu:

a. S (Subjektif ) Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data


klien melalui anamnesis(langkah 1 varney). 
b. O ( Objektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium, dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan (langkah 1 varney).
c. A (Assesment) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi data subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi : 
 Diagnosis/ masalah
 Antisipasi diagnosa/ masalah potensial
 Perlunya tindakan Segera oleh bidan atau dokter/
konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (langkah I,II,III,dan IV
varney). 
d. P (Planning) Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi
perencanaan berdasarkan assesment (langkah V, VI dan VII varney)
(Surachmindari,RY, 2014:136). 
e. SOAP ini dilakukan pada asuhan tahap berikutnya, dan atau pada
devaluasi hari berikutnya/kunjungan berikutnya yang dilakukan setiap
bulan selama 4 kali kunjungan untuk memantau perkembangan klien.
Kunjungan rumah dilakukan untuk asuhan yang lebih efektif

17
BAB III
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PADA BAYI "E" 


DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI PUSKESMAS
ARJUNO MALANG TANGGAL 18 AGUSTUS 2021

18
3.1 KASUS

Pada tanggal 18 Agustus 2021 Pukul 06.25 WIB, telah lahir By. E dari
sepasang suami istri, Ny. E dan Tn. M di Puskesmas Arjuno Malang. Lalu
dilakukan pengkajian pada Bayi Ny. E. pukul 07.30 WIB. Hasil pengkajian
pada Bayi.E yaitu BB 2000 gram, PB 45 cm, Lila 10 cm, Lika 35 cm, LiDa 29
cm. Keadaan bayi setelah lahir lemah, lahir secara spontan, menangis dengan
rangsangan taktil, anak pertama tidak pernah keguguran, usia kehamilan 36
minggu. Ibu tidak pernah memeriksakan kehamilannya dan selama hamil tidak
pernah mengkonsumsi tablet Fe dan suntik Tetanus Toxoid (TT).

3.2 DOKUMENTASI SOAP 

No register : 56 xxx
Tanggal lahir : 18 Agustus 2021, pukul 06.25 WIB
Tanggal Pengkajian: 18 Agustus 2021, pukul 06.30 WIB
Nama pengkaji : Bidan Y

IDENTIFIKASI DATA DASAR

1. Identitas bayi
Nama : By “E” 
Tanggal lahir : 18 Agustus 2021
Anak ke : 1 (pertama) 
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 1 Jam 5 menit

2. Identitas Suami dan Istri


Nama Istri        : Ny “E”                  Nama Suami : Tn “M”
Umur                : 17 th                      Umur           : 20 th
Nikah/lamanya        : 1× / ±1 th
Suku                        : Jawa                      Suku            : Jawa
Agama                     : Islam                     Agama         : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan                 : IRT                        Pekerjaan     : Wiraswasta

19
Alamat                    : Jl. Arjuno No 17
SUBJEKTIF (S)
1. Riwayat kehamilan
Kehamilan pertama dan tidak pernah keguguran. Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT) tanggal 1-12-2020, Taksiran persalinan (TP) tanggal 08-09-2021, ibu
tidak pernah memeriksakan kehamilannya, tidak pernah mendapatkan
suntikan Tetanus Toxoid (TT), selama hamil ibu tidak pernah mengkonsumsi
tablet Fe. Sebelum hamil berat badan ibu 45 kg dan sesudah hamil 53 kg
dengan tinggi badan 147 cm (IMT = 45/(1,47)2=20,83). Ibu tidak mempunyai
riwayat anemia.
2. Riwayat Persalinan
Umur kehamilan 36 minggu, tanggal lahir 18 Agustus 2021, pukul 06.25
WIB di Puskesmas Arjuno Malang, penolong persalinan Bidan, Presentase
Belakang Kepala ( PBK), spontan, dan perlangsungan kala II-IV normal. Bayi
lahir kurang bulan bulan, segera menangis dengan Apgar score 7/10, Panjang
Badan Lahir (PBL) 45cm, jenis kelamin laki-laki dengan umur 1 jam 5 menit
3. Riwayat kesehatan 
Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus, ada
keluarga menderita riwayat penyakit asma, tidak ada riwayat alergi dan
ketergantungan obat.
4. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi
1. Nutrisi/Cairan Kebutuhan
Refleks menghisap dan menelan lumayan baik, pemberian cairan baik,
bayi diberi Air Susu Ibu (ASI). 
2. Personal Hygiene 
Bayi belum dimandikan, rambut bayi belum pernah dicuci dan pakaian
bayi diganti tiap kali basah/ habis BAK/BAB 
3. Eliminasi 
Bayi sudah BAK selama pengkajian, Frekuensi BAK 2 kali selama
pengkajian, warna kuning jernih dengan bau pesing. Dan Bayi belum
pernah BAB selama pengkajian 
4. Istirahat 

20
Bayi lebih banyak tidur dan terbangun jika bayi lapar dan pakaiannya
basah dan waktu tidur belum dapat ditentukan.

OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum      : Lemah


2. Kesadaran      : Composmentis
3. Jenis kelamin        : Laki-laki
4. Berat Badan        : 2000 gr
5. Panjang Badan           : 45 cm
6. Lingkar Kepala           : 35 cm
7. Lingkar Dada              : 29 cm
8. Lingkar Perut              : 30 cm
9. Lila : 10 cm
10. TTV : DJ = 123x/ menit R =44x/menit, Suhu = 32,5 ºC

Pemeriksaan Fisik (inspeksi, palpasi, dan auskultasi)                  

1) Wajah         
a. Bentuk   : Simestris
kiri dan kanan
b. Keadaan : Tidak pucat
c. Tanda lahir : Tidak Ada
2) Mata           
a. Bentuk               : Simestris kiri dan kanan
b. Konjungtiva       : Merah mudah
c. Sclera                : Tidak ikterus
d. Secret                : Tidak ada
e. Lensa : Belum bereaksi
f. Kornea : Belum bereaksi
g. Pupil : Belum bereaksi
3) Mulut
a. Refleks menelan       : Lumayan Baik
b. Pallatum                        : Tidak ada kelainan

21
c. Lidah                              : Bersih merah muda
d. Bibir                              : Agak kering dan pucat
e. Hidung : Pernapasan cuping hidung
4) Leher
a. Pembengkakan             : Tidak ada
b. Nyeri tekan                    : Tidak ada
c. Bayi menangis               : Bayi tidak menangis saat ditekan
5) Dada dan perut
a. Bentuk                           : Simestris kiri dan kanan
b. Gerakan dada                : Tarikan dinding dada kedalam saat
menghembuskan nafas, tarikan dinding dada keluar saat mengambil
nafas
c. Pernapasan : Tidak teratur dan dapat terjadi apnea
d. Tonjolan dada               : Tidak ada
e. Tonus otot                     : Baik
f. Tali pusat                       : Masih basah
6) Genitalia dan Anus
Tidak ada kelainan pada genitalia
7) Ektreminitas
a. Tangan
 Pergerakan tangan : Baik
 Jari tangan               : Kiri dan kanan lengkap
 Reflex mengenggam : Baik
 Garis pada telapak tangan : Tidak Tampak
b. Kaki
 Pergerakan kaki      : Aktif
 Garis Telapak kaki      : Tidak Tampak
 Jari-jari kaki : Kiri dan kanan lengkap
 Reflex babinsky       : Baik
c. Kulit
a. Integrasi kulit              : Tipis
b. lemak kulit                  : Kurang

22
c. Keadaan Kulit    : Tampak kemerahan
d. Lanugo                        : Ada

ASSESSMENT (A)

Diagnosa Kebidanan : 
NKB/KMK/SPT/PBK (Neonatus Kurang Bulan/Kecil Masa Kehamilan/ Spontan/
Presentasi Belakang Kepala) dengan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR)
a. NKB/KMK/SPT/PBK
 DS
Ibu melahirkan dengan kurang bulan (8 bulan), HPHT
tanggal 01-12-2020 dan bayi lahir tanggal 18-08-2021
dengan Berat Badan lahir 2000 gram.
 DO
Masa gestasi 36 minggu, dan taksiran persalinan tanggal
08-09- 2021, lahir spontan dengan presentase belakang
kepala (PBK)
b. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 
 DS
Ibu melahirkan tanggal 18 Agustus 2021 dengan HPHT
tanggal 01 Desember 2020 dan berat badan lahir 2000 gram
 DO
Taksiran persalinan pada tanggal 08 September 2021, berat
badan sekarang 2000 gram dan panjang badan 45 cm

Diagnosa Potensial : 
Potensi terjadinya hipotermi, potensi terjadinya hipoglikemia, potensi terjadinya
hiperbilirubinemia, dan infeksi 
a. Potensi terjadi hipotermi
 DS
Taksiran persalinan pada tanggal 08 September 2021, bayi
lahir kurang bulan pada tanggal 18 Agustus 2021 dengan
berat badan lahir 2000 gram

23
 DO
Berat badan 2000 gram, masa gestasi 36 minggu, denyut
jantung 123x/menit , pernapasan 44x/menit, suhu 32,5 ºC,
dan bayi terbungkus kain dirawat dalam inkubator
b. Potensi terjadi hipoglikemia
 DS
bayi masih lemah dan banyak tidur
 DO
Berat badan sekarang 2000 gram, umur kehamilan 36
minggu
c. Potensi terjadi hiperbilirubinemia
 DS
Bayi lahir kurang bulan (8 bulan) pada tanggal 18 Agustus
2021 dengan berat badan 2000 gram
 DO
Masa gestasi 36 minggu dengan berat badan 2000 gram,
dan panjang badan 45cm
d. Potensi terjadi infeksi
 DS
Bayi lahir kurang bulan (8 bulan) pada tanggal 18 Agustus
2021  dengan berat badan 2000 gram dan panjang badan 45
cm.
 DO
Masa gestasi 36 dengan berat badan 2000 gram, tali pusat
masih basah 

PLANNING (P)
Tanggal 18 Agustus 2021             Jam 11.30 WIB
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi

Rasional : Tangan yang kotor dapat menjadi tempat berkembang biaknya


mikroorganisme, dimana apabila menyentuh pasien dapat terkontaminasi

24
Hasil : Petugas sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh
bayi

2. Melakukan observasi tanda-tanda vital telah dilakukan jam 07.30 WIB

Rasional : Tanda-tanda vital memberikan gambaran dalam menentukan


tindakan selanjutnya

Hasil :

1) Kolaboraasi dengan tim (Dokter pediatri/anak)

2) Observasi TTV:

 Pernapasan      : 44x/mnt

 Penialian Apgar : 

 5 menit                    : DJ= 123x/mnt R= 44x/mnt

 10 menit                  : DJ= 123x/mnt R=45x/mnt

 15 menit                  : DJ= 125x/mnt R= 46x/mnt

 30 menit                  : DJ= 130x/mnt R= 49x/mnt

 1 jam                       : DJ= 133x/mnt R= 49x/mnt

 2 Jam                       : DJ= 135x/mnt R= 50x/mnt

 4 Jam                       : DJ= 140x/mnt R= 52x/mnt

3) Penilaian Suhu

 30 menit                  : 33  ºC

 60 menit                  : 34,5  ºC

 2 Jam                       : 35  ºC

 4 Jam                       : 36,5  ºC

3. Penimbanagan berat badan bayi telah dilakukan jam 07. 30 WIB

Rasional : BB bayi sangat penting untuk menetapkan kalori dan cairan


bayi dengan mengetahui perubahan BB bayi maka kita dapat mengetahui
kondisi bayi

25
Hasil : BB 2000 gram

4. Merawat tali pusat pada bayi

Rasional : Adanya luka yang terbuka dan lembab dapat terjadi tempat
berkembang biaknya mikroorganisme.

Hasil : Tali pusat belum puput, masih basah dan Nampak bersih

5. Melakukan pengkajian adanya tanda-tanda infeksi

Rasional : Bayi sangat rentan terhadap infeksi, terutama pada tali pusat
yang dapat menjadi tempat masuknya mikroorganisme 

Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi

6. Mengobservasi eliminasi pada bayi

Hasil: Bayi bak satu kali dan bab belum pernah sejak lahir sampai
pengkajian

7. Menganjurkan untuk mengganti popok bayi saat basah

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan antara intake dan output 

Hasil: Bayi sudah memakai popok

8. Melakukan pertahanan suhu pada badan bayi

Rasional : Perawatan bayi dengan terbungkus dalam inkubator akan


menghindari terjadinya konduksi dan evaporasi 

Hasil: Bayi di bungkus di dalam incubator

9. Menganjurkan ibu untuk memberikan nutrisi pada bayi

Rasional : Pemberian ASI secara teratur sangat membantu dalam


pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi

Hasil: Bayi sudah menetek pada ibunya

26
10. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu memberikan asi eksklusif pada
bayinya selama 6 bulan dan mengkonsumsi sayur-sayuran hijau seperti
daun katuk agar produksi ASI lancar

Rasional : Rangsangan oleh hisapan bayi merangsang hipofisis posterior


mengeluarkan hormon oksitosin untuk sekresi ASI dan hipofisis anterior
untuk mengeluarkan hormon prolaktin untuk produksi ASI.

Hasil : Ibu mau menyusui bayinya dengan ASI eksklusif menganjurkan


kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan ibu bersedia
melakukan apa yang dianjurkan

11. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar

Rasional : Agar ibu tahu cara menyusui yang benar dan bayi merasa puas

Hasil: Ibu paham dan mengerti cara menyusui yang baik dan benar

12. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene pada diri dan
bayinya

Rasional : Personal hygiene yang buruk dapat menjadi tempat


berkembang biaknya mikroorganisme, dimana apabila menyentuh pasien
dapat terkontaminasi 

Hasil: Ibu bersedia menjaga kebersihannya

13. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bagi bayi baru lahir yang
harus diwaspadai

Rasional : Agar ibu tau apa yang harus dilakukan jika terdapat tanda
bahaya yang terjadi pada bayinya untuk segera dilakukan tindakan yang
tepat

Hasil: Ibu mengerti dan tahu tanda-tanda bahaya bagi bayi

14. Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat yaitu dengan sebelum dan
sesudah memegang bayi, selalu mencuci tangan dengan sabun di bawah
air mengalir, tidak memberi apapun pada tali pusat, rawat tali pusat

27
terbuka dan kering, bila tali pusat kotor/basah cuci dengan air bersih dan
sabun mandi kemudian keringkan dengan air bersih.

Rasional : Adanya luka yang terbuka dan lembab dapat terjadi tempat
berkembang biaknya mikroorganisme.

Hasil: Ibu mengerti apa yang diajarkan

15. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya secara on demand

Rasional : Menyusui on demand sangat penting karena isapan bayi akan


sangat berpengaruh pada produksi ASI selanjutnya.

Hasil: Ibu mau melakukannya

16. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga agar selalu menjaga kebersihan
bayinya dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

Rasional : Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dapat


meminimalisir terjadinya infeksi pada bayi

Hasil: Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan.

17. Menganjurkan dan mengajarkan kepada ibu cara masase uterus


Rasional : Masase uterus dapat merangsang uterus berkontraksi baik dan
kuat, dengan terus berkontraksi rahim menutup pembuluh darah yang
terbuka pada daerah plasenta, penutupan ini akan mencegah perdarahan
yang hebat.

Hasil:Ibu mengerti anjuran yang diberikan dan kontraksi uterus ibu baik
teraba keras dan bundar
18. Melakukan pendokumentasian
Rasional : Pencatatan yang baik dapat menjadi pegangan petugas jika
terjadi sesuatu pada pasien

Hasil: Sudah melakukan pendokumentasian

BAB 1V

PEMBAHASAN

28
A. Identifikasi Data Dasar 
......Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang
ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spiritual.
Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan
mengadakan wawancara langsung dari klien dan keluarganya serta sebagian
bersumber dari pemeriksaaan fisik yang dimulai dari kepala sampai ke kaki dan
pemeriksaan penunjang (Mangkuji dkk, 2012:5).
1. Data Subjektif
Tahap ini dilakukan pengkajian untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap mengenai By” E”. Data yang diambil dari studi
kasus By ”E” dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) selama bayi
dirawat meliputi : 
HPHT tanggal 1 Desember 2020, taksiran persalinan tanggal 8 September
2021, anak pertama dan tidak pernah keguguran selama hamil tidak pernah
memeriksakan kehamilannya, tidak pernah mendapatkan imunisasi TT,
selama hamil tidak pernah mengkonsumsi tablet Fe, tidak pernah
menderita riwayat penyakit yang serius. Bayi lahir normal, cukup bulan,
presentasi belakang kepala dengan berat badan 2000 gram, jenis kelamin
laki-laki lahir pada tanggal 18 Agustus 2021, pukul 06.25 WIB. 
2. Data Objektif 
Dari data objektif didapati hasil bayi dirawat di inkubator , keadaan umum
bayi lemah, berat badan 2000 gram, panjang badan 45 cm, reflek menelan
cukup baik, tanda-tanda vital: Denyut jantung 123x/I, pernapasan 44x/i,
suhu 36,5 º C, tarikan dinding dada kedalam saat menghembuskan nafas,
tarikan dinding dada keluar saat mengambil nafas menandakan bahwa
gerakan dada dan pernapasan normal, keadaan tali pusat masih basah,
tidak ada kelainan pada genetalia, gerakan tangan dan kaki baik, integritas
kulit tampak tipis, lemak kulit kurang, tampak kemerahan, dan tidak ada
lanugo yang dapat memungkinkan bayi mengalami hipotermi, dan bayi
diberi Air Susu Ibu.
B. Assesment 

29
Dalam langkah ini data yang diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan
dan masalah keduanya digunakan karena diagnosa membutuhkan penanganan.
Berdasarkan data yang diperoleh diagnosa atau masalah aktual pada By‟E” adalah
BCB/SMK/SPT/PBK, bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan berat badan
2000 dengan konsep teori bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir
dengan berat badan 1500 gram sampai 2500 gram, maka hal ini sesuai dengan
data yang ada yang menandakan bayi tersebut adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR). 
Bayi lahir secara normal, presentasi belakang kepala, masa gestasi 38 minggu
yaitu BCB/SMK/SPT/PBK, dengan konsep teori bahwa neonatus cukup bulan
(NCB) adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan diatas 37 minggu dan
sesuai masa kehamilan (SMK) adalah berat badan sesuai dengan berat badan
untuk usia kehamilan, maka hal ini sesuai data yang ada yaitu dari tanggal HPHT
ibu/klien 1 Desember 2020 sampai klien melahirkan yaitu pada tanggal 1
September 2021 masa gestasinya adalah 38 minggu  dimana berada antara 38
sampai 40 minggu menandakan bayi tersebut adalah neonatus cukup bulan dan
sesuai masa kehamilan. 

C. Planning 
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan
terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Berdasarkan data yang didapatkan bayi didiagnosa Bayi berat lahir rendah
(BBLR). terdapat beberapa asuhan secara khusus yang dilakukan kepada bayi. 
Asuhan yang dilakukan setelah bayi lahir adalah sebelum memegang bayi cuci
tangan terlebih dahulu lalu Melakukan pemeriksaan tanda vital setelah lahir,
seperti detak jantung janin, nadi, dan suhu. Setelah itu mengukur berat badan bayi
untuk memastikan diagnosa, Merawat tali pusat pada bayi, Melakukan pengkajian
adanya tanda-tanda infeksi, Mengobservasi eliminasi pada bayi, Menganjurkan
untuk mengganti popok bayi saat basah. Melakukan pertahanan suhu pada badan
bayi, Menganjurkan ibu untuk memberikan nutrisi pada bayi, Menganjurkan
kepada ibu untuk selalu memberikan asi eksklusif pada bayinya selama 6 bulan

30
dan mengkonsumsi sayur-sayuran hijau seperti daun katuk agar produksi ASI
lancar, Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar,
Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene pada diri dan bayinya,
Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bagi bayi baru lahir yang harus
diwaspadai, Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat yaitu dengan sebelum dan
sesudah memegang bayi, selalu mencuci tangan dengan sabun di bawah air
mengalir, tidak memberi apapun pada tali pusat, rawat tali pusat terbuka dan
kering, bila tali pusat kotor/basah cuci dengan air bersih dan sabun mandi
kemudian keringkan dengan air bersih, Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui
bayinya secara on demand, Menganjurkan kepada ibu dan keluarga agar selalu
menjaga kebersihan bayinya dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi, Menganjurkan dan mengajarkan kepada ibu cara masase uterus, 

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

31
 Dari hasil data tersebut yang didapatkan By ”E” HPHT tanggal 1 Desember
2020, taksiran persalinan tanggal 8 September 2021, Anak pertama dengan Bayi
lahir normal, cukup bulan, presentasi belakang kepala dengan berat badan 2000
gram, jenis kelamin laki-laki lahir pada tanggal 18 Agustus 2021, pukul 06.25
WIB. Diagnosa/Masalah aktual yang ditegakkan pada By ”E” dengan berat badan
lahir rendah yaitu Bayi lahir secara normal, presentasi belakang kepala, masa
gestasi 38 minggu. Dengan berat badan usia kehamilan,  yaitu sesuai data yang
ada dari tanggal HPHT ibu/klien 1 Desember 2020 sampai klien melahirkan yaitu
pada tanggal 1 September 2021 masa gestasinya  38 minggu  dimana berada
antara 38 sampai 40 minggu menandakan bayi cukup bulan dan sesuai dengan
masa kehamilannya. Penatalaksanaan  yang dilakukan setelah bayi lahir yaitu
sebelum bidan  memegang bayi cuci tangan terlebih dahulu kemudian lakukan
pemeriksaan tanda vital setelah lahir, seperti detak jantung janin, nadi, dan suhu.
Perlu diperhatikan lagi kebutuhan nutrisinya untuk intake dan output yaitu dengan
pemberian ASI pada bayi baru lahir rendah (BBLR)

4.2 Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengawasan dan
penanganan yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang berlaku
pada ibu hamil yang lebih ketat, pemeriksaan yang akurat serta
penanganan dan perawatan yang tepat pada bayi khususnya Berat Badan
Lahir rendah.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan agar memeriksakan diri (Kehamilan) secara teratur,
memberikan ASI secepatnya dan diberikan setiap saat, merawat bayi 
dengan 3B yaitu bersih tangan, bersih pakaian, serta alat yang digunakan
bersih.

DAFTAR PUSTAKA

32
Dewi, vivian Nanny Lia. 2017.Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Anak
Balita, Jakarta : CV.Trans Info Media

Homisiatur Rohmatin, dkk. Mencegah Kematian Neonatal dengan P4K. Malang :


Unidha Press.

Ida Bagus. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.

Rukiyah, AY, Yulianti, L. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta:Trans


Info Media.2013.

Saleha, Sitti. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika

Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir.Jakarta :Erlangga

33

Anda mungkin juga menyukai