Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT


ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA NEONATUS PREMATURITAS
DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1 / Kelas 4A
1. Samhana Fitria (1130022035)
2. Elly Arnovi I.M (1130022075)

DOSEN FASILITATOR:
Syiddatul Budury, S.Kep.Ns., M.Kep.

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak
Sehat dan Sakit Akut “Asuhan Keperawatan kepada Neonatus Prematuritas dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)” dapat selesai seperti waktu yang telah
direncanakan.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak
yang memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung atau
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen fasilitator mata kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut, Ibu
Syiddatul Budury, S.Kep.Ns., M.Kep.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat kami selesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik yang tulus dan ikhlas
kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak patah,
untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun masih
memiliki banyak kelemahan serta kekeliruan baik dari segi teknis maupun non
teknis.

Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada seluruh


pihak, agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Apabila dalam makalah ini
terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca, mohon dimaafkan.
Penyusun sangat berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
mahasiswa.

Surabaya, 5 Maret 2024

Penyusun
Kelompok 1 / Kelas 4A

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 6
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 6
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Konsep Dasar Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ...................................... 7
2.1.1 Definisi .................................................................................................. 7
2.1.2 Etiologi .................................................................................................. 7
2.1.3 Manifestasi Klinis.................................................................................. 8
2.1.4 Klasifikasi .............................................................................................. 8
2.1.5 Patofisiologi ........................................................................................... 9
2.1.6 Pathway ............................................................................................... 10
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 11
2.1.8 Penatalaksanaan................................................................................... 11
2.1.9 Komplikasi .......................................................................................... 12
2.1.10 Pencegahan ........................................................................................ 13
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kepada Neonatus Prematuritas dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) .................................................................. 14
2.2.1 Pengkajian ........................................................................................... 14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 16
2.2.3 Intervensi ............................................................................................. 17
2.2.4 Implementasi ....................................................................................... 22
2.2.5 Evaluasi ............................................................................................... 22
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 23
3.2 Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN …………………………………………………………………….25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pathway BBLR..................................................................................... 10

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Intervensi Keperawatan............................................................................ 17


Tabel 2 Daftar Pertanyaan dan Jawaban Hasil Diskusi ........................................ 25

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berat badan saat lahir adalah salah satu petunjuk dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak hingga dewasa serta mencerminkan kondisi gizi yang
diperoleh janin selama berada di dalam kandungan. Di negara-negara berkembang,
masalah berat bayi lahir rendah (BBLR) tetap menjadi isu yang serius terkait
kekurangan zat gizi. BBLR merujuk pada bayi yang dilahirkan dengan berat kurang
dari 2.500 gram, tanpa memandang masa kehamilan.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dianggap sebagai masalah kesehatan
masyarakat yang signifikan karena diperkirakan bahwa 15% hingga 20% dari
semua kelahiran di seluruh dunia adalah BBLR. Sembilan puluh persen dari kasus
BBLR terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan kata lain,
ada 1 dari 7 bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah di dunia. Negara
Indonesia menempati peringkat kesembilan di dunia dengan kasus bayi BBLR
mencapai 15,5% (Pratiwi 2021).
Perawat memiliki peran dalam memberikan asuhan keperawatan yang
menyeluruh, tidak hanya fokus pada aspek fisik, melainkan juga memperhatikan
aspek psikologis. Sebagai pendidik, perawat menjelaskan kepada orang tua bayi
tentang perubahan peran ibu. Peran perawat ini penting dalam mempersiapkan
orang tua agar dapat mandiri dalam merawat bayi di lingkungan rumah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, diangkat beberapa
masalah :
1. Bagaimana konsep dasar berat badan lahir rendah (BBLR)?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan kepada neonatus prematuritas
dengan berat badan lahir rendah (BBLR)?

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk memahami asuhan keperawatan kepada neonatus prematuritas
dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Dan untuk melaksanakan tugas
mata kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut.

B. Tujuan Khusus
1. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep dasar dari
berat badan lahir rendah (definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan).
2. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep dasar
asuhan keperawatan kepada neonatus prematuritas dengan BBLR.

1.4 Manfaat
1. Bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang dimiliki khususnya mengenai asuhan keperawatan kepada neonatus
prematuritas dengan BBLR.
2. Dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


2.1.1 Definisi
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang
memiliki berat badan kurang dari 2500 gram, lebih rendah dibandingkan dengan
bayi pada umumnya yang biasanya memiliki berat badan di atas 2500 gram. Berat
badan lahir diukur setelah satu jam kelahiran. BBLR bisa terjadi baik pada bayi
prematur (kurang dari 37 minggu) maupun pada bayi yang lahir tepat waktu tetapi
mengalami pembatasan pertumbuhan di dalam rahim (intrauterine growth
restriction). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR memiliki masalah baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Masalah jangka pendek termasuk gangguan
metabolisme, gangguan kekebalan tubuh, masalah pernapasan, gangguan
pencernaan, serta masalah keseimbangan cairan dan elektrolit. Sementara itu,
masalah jangka panjang pada BBLR meliputi masalah psikologis dan fisik
(Proverawati dan Ismawati, 2010 dalam Putri, 2020).

2.1.2 Etiologi
Dikutip dari Rahmi et al. (2014) dalam Suryani (2020), kasus berat badan
lahir rendah (BBLR) terkait dengan beberapa faktor:
1. Usia ibu saat hamil, terutama pada kehamilan pertama atau primigravida, serta
usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Umur kehamilan yang kurang dari 37 minggu mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan janin menjadi belum optimal dan terganggunya pembentukan
sistem penembunan lemak sehingga bayi berisiko BBLR.
2. Ibu hamil yang berusia kurang atau lebih dari usia reproduksi optimal yakni 20
- 35 tahun.
Ibu dengan usia kurang dari 20 tahun belum memiliki peredaran darah menuju
serviks dan uterus yang sempurna sehingga menyebabkan gangguan pada
proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin.
3. Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko BBLR. Saat kebutuhan
oksigen lebih tinggi pada masa kehamilan maka terjadi peningkatan produksi
eritropoietin. Volume plasma dan eritrosit juga ikut meningkat. Tetapi
peningkatan volume plasma terjadi lebih besar dibandingkan eritrosit sehingga
terjadi penurunan konsentrasi Hb (Hemoglobin). Ibu hamil yang anemia
mengalami gangguan dalam pengangkutan oksigen sehingga nutrisi ke janin
berkurang.
4. Gangguan pertumbuhan di dalam uterus
BBLR dapat disebabkan oleh gangguan pertumbuhan di dalam uterus.
Pertumbuhan intra uteri dan berat lahir dipengaruhi oleh potensi pertumbuhan
herediter dan efektivitas dukungan dari lingkungan uteroplasenta yang
bergantung dari kesehatan ibu dan dan penyakit pada ibu.
5. Hipertensi selama kehamilan
Munculnya hipertensi saat kehamilan dapat mengganggu tumbuh kembang
janin intrauteri akibat pertumbuhan plasenta yang terlalu kecil atau terjadi
infark yang luas.

7
6. Jumlah kunjungan ANC kurang dari empat kali
Faktor BBLR lainnya adalah jumlah kunjungan ANC (Antenatal Care) atau
pemeriksaan kehamilan yang kurang dari empat kali. Kunjungan ANC
sebanyak ≥4 kali memiliki makna penting bagi ibu hamil supaya petugas
kesehatan dapat memantau dan memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang anak, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental,
mengenali secara dini adanya komplikasi dan kecacatan, dan mempersiapkan
persalinan cukup bulan. Dampak dari kurangnya jumlah kunjungan ANC dapat
menyebabkan kurang pengetahuan pada ibu hamil dalam menjaga kesehatan
selama kehamilan dan tumbuh kembang janin.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Menurut Proverawati (2010) dalam Santoso (2021), gambaran klinis bayi
BBLR secara umum adalah sebagai berikut :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kulit tipis dan kurang lemak subkutan
7. Masih banyaknya Lanugo (rambut halus/lembut) terutama di bagian punggung
8. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora
9. Pada bayi laki-laki, skrotum belum memiliki banyak lipatan, testis kadang
belum turun
10. Gerakan bayi pasif, tangis hanya merintih, bayi lebih banyak tidur.
11. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
12. Apgar Score (Rifa’i 2019)
a. Appearance (warna kulit) : merah muda.
b. Pulse (denyut jantung) : >100x /menit
c. Grimance (respon reflek) : Tangisnya lemah
d. Activity (tonus otot) : Otot lemah, sedikit melakukan aktifitas fisiknya
e. Repiratory (pernafasan) : Pernapasan tidak teratur, dapat terjadi apnea

2.1.4 Klasifikasi
BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya atau masa
kehamilannya, antara lain (Idayani 2013) :
1. Prematuritas Murni
Merujuk pada bayi yang dilahirkan sebelum mencapai usia kehamilan 37
minggu, dengan berat badan yang sesuai dengan perkiraan berat badan bayi
untuk usia kehamilan tersebut. Bayi-bayi seperti ini juga dikenal sebagai
neonatus kurang bulan yang sesuai dengan usia kehamilan.
2. Dismaturitas
Mengacu pada bayi yang lahir dengan berat badan di bawah perkiraan berat
badan yang seharusnya untuk usia kehamilan tertentu. Bayi-bayi ini dianggap
kecil untuk usia kehamilannya. Dismaturitas terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
Neonatus Kurang Bulan - Kecil Masa Kehamilan (NKB-KMK), Neonatus
Cukup Bulan - Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), dan Neonatus Lebih Bulan
- Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).

8
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam (Suryani 2020) :
1. Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi lahir dengan berat 1500 hingga
2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu bayi lahir dengan berat 1000-
1500 gram.
3. Bayi berat lahir ekstrim sangat rendah (BBLESR) yaitu bayi lahir dengan
berat kurang dari 1000 gram.

2.1.5 Patofisiologi
Pertumbuhan janin intrauterine banyak sekali dipengaruhi oleh faktor –
faktor internal maupun eksternal. Beberapa faktor yang terjadi ketika masa
kehamilan seperti faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan dapat
mempengaruhi terjadinya bayi berat lahir rendah. Ibu yang hamil dibawah 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, keadaan sosial ekonomi, paritas dan lain-lain merupakan
faktor ibu yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin selama masa kehamilan.
Hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom merupakan beberapa faktor
janin sedangkan paparan radiasi, zat beracun, dan tempat tinggal merupakan faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR.
Dari faktor yang telah disebutkan setiap faktor dapat menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim mengalami gangguan dan
menyebabkan berkurangnya suplai nutrisi atau makanan untuk janin. Hal tersebut
dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur dengan berat bayi lahir
dibawah 2500 gram. Jika bayi lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram maka
bayi dituntut untuk dapat beradaptasi dengan dunia luar / ekstrauterin sebelum
organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal (Santoso 2021).

9
2.1.6 Pathway

(Kusumawati 2021)
Gambar 1 Pathway BBLR

10
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dewi (2011) dalam Putri (2020), pemeriksaan penunjang pada
bayi dengan BBLR, diantaranya :
1. Pemeriksaan Skor Ballard adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
maturitas fisik dan neurologis bayi melalui beberapa indikator, yaitu maturitas
fisik dan neuromuskularitas.
2. Tes Kocok (Shake Test) adalah pemeriksaan untuk menilai surfaktan yang ada
pada paru-paru bayi atau secara garis besar menilai kematangan paru pada
bayi. Tes ini diajurkan untuk bayi yang kurang bulan ketika lahirnya.
3. Pemeriksaan darah rutin dan glukosa darahd.
4. Pemeriksaan kadar elektrolit dan analisa gas darah.
5. Foto rontgen dada dilakukan untuk bayi dengan umur kehamilan kurang
bulan dan mengalami sindrom aspirasi mekonium.
6. USG kepala terutama untuk bayi yang lahir kurang dari 35 minggu,
pemeriksaan dimulai pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil.

2.1.8 Penatalaksanaan
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan
bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan
bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun
penatalaksanaan BBLR meliputi (Suryani 2020) :
1. Dukungan Respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan
untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami
defisiensi surfaktan dan periadik apneu.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang
pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan
tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih
baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy
of prematurity.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah
pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi
distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks
yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus
dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk
konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Suhu aksilar optimal bagi
bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan suhu netral bagi bayi adalah
36,7°C – 37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu :
a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan
ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai
penggantinya.

11
b. Pemancar pemanas
c. Ruangan yang hangat
d. Inkubator
3. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi
baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada BBLR imunitas seluler
dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan dengan penyakit. Beberapa
hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :
a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan
cuci tangan terlebih dahulu.
b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk
memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk
mencegah penularan.
4. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm
karena kandungan air ekstra selulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan
dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya
lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang
belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap
kehilangan cairan.

2.1.9 Komplikasi
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan
yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum
stabil. Komplikasi yang ditimbulkan adalah sebagai berikut (Kusumawati 2021) :
1. Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya
lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas
tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan
panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena
pertumbuhan otototot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk
menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak
coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh,
rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga
mudah kehilangan panas.
2. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang
lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek
batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.
3. Imaturitas imunologi
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta
selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari
ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya,

12
fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan
selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan
sehingga bayi mudah menderita infeksi.
4. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun,
lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak
berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan
kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC
(Necrotizing Enterocolitis) hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan
penurunan berat badan bayi.
5. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya
hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan.
Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk
belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
6. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula
darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan
cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat
menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan
melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas
ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang
berakibat pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi
hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori
yang rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.

2.1.10 Pencegahan
Upaya menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah melakukan
berbagai upaya pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR ini
akan lebih efisien apabila Bumil yang mempunyai resiko melahirkan bayi dengan
BBLR dapat dideteksi sedini mungkin. Pemantauan ibu hamil adalah salah satu
upaya untuk mendeteksi faktor resiko terjadinya BBLR.
Pemantauan ini merupakan tindakan mengikuti perkembangan ibu dan janin
meningkatkan kesehatan optimum dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat.
Menurut Handayani (2003) dalam Suryani (2020), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum hamil agar setiap pasangan dapat merencanakan sebaik
mungkin kehamilan yang akan datang sehingga dapat melahirkan bayi yang normal
dan sehat, yaitu :
1. Menganjurkan agar melakukan konsultasi atau konseling pra-hamil.
Mempersiapkan seorang wanita mengahadapi kehamilan sampai persalinan
dengan berbagai risikonya, baik secara fisik maupun batin.
2. Menganjurkan agar calon ibu diimunisasi TT atau imunisasi pra nikah untuk
mencegah penyakit tetanus.
3. Menganjurkan agar ibu rajin untuk pemeriksaan kehamilan.

13
4. Untuk ibu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering yang dapat
memenuhi kesehatan gizi bagi ibu hamil dan janinnya.
5. Untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dianjurkan agar ibu menghindari
alkohol dan rokok, karena alkohol dapat mengganggu tumbuh kembang janin
sementara rokok akan menyebabkan kelahiran prematur atau kelainan letak
plasenta (ari-ari) pada janin. Selain itu, rokok juga dapat menyebabkan plasenta
janin mudah lepas, kelainan bawaan pada bayi dan yang paling membahayakan
ketuban pecah (dini) tidak pada waktunya.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kepada Neonatus Prematuritas


dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBBLR)
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data yang akurat
dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Untuk
melakukan langkah pertama ini diperlukan berbagai pengetahuan dan kemampuan
yang harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau
sistem biopsikososial dan spiritual bagi manusia yang memandang manusia dari
aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Kemudian pengetahuan akan
kebutuhan perkembangan manusia (tumbuh kembang dari kebutuhan dasarnya),
pengetahuan tentang konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang patofisiologi dari
penyakit yang dialami, pengetahuan tentang sistem keluarga dan kultur budaya,
serta nilai-nilai keyakinan yang dimiliki klien (Hidayat 2021).

A. Identitas Klien
Pada pasien BBLR, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun, selain itu jarak kehamilan yang terlalu pendek (kurang dari 1 tahun) juga
mempengaruhi terjadinya BBLR (Depkes RI 2009).

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Kontraksi rahim yang tidak teratur atau meningkat, pendarahan vagina, atau
keluar cairan ketuban.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu bayi datang ke rumah sakit dengan keluhan (Rifa’i 2019) :
Sebelum lahir
a. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
b. Pergerakan janin lambat.
c. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.
Setelah lahir
a. Berat badan < 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. LD < 30 cm.
d. LK < 33 cm.
e. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea.

14
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu dikaji untuk mengetahui apakah ibu mempunyai
riwayat penyakit atau gangguan pada kehamilan sebelumnya seperti nefritis
akut, trauma fisik dan psikologis, perdarahan antepartum, imaturitas, toksemia
gravidarum, dsb.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk mengetahui adakah riwayat penyakit
menurun seperti kelainan kardiovaskular atau penyakit menular.
5. Riwayat Penggunaan Obat Selama Kehamilan
Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil seperti penggunaan narkotika.
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Pre Natal : Keluhan saat hamil, tempat ANC, kebutuhan nutrisi saat hamil,
usia kehamilan (preterm, aterm, post term), kesehatan saat hamil, dan obat
yang diminum.
b. Intra Natal : Tindakan persalinan (normal atau caesar), tempat bersalin,
obat-obatan yang digunakan.
c. Post Natal : Kondisi kesehatan, apgar score, berat badan lahir, panjang
badan lahir, anomaly kongenital.

C. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital


1. Keadaan Umum : Biasanya neonatus terlihat lemah.
2. Tanda-Tanda Vital
a. Rentang suhu tubuh bayi prematur berkisar 36,3ºC - 36,9ºC.
b. Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-
160 dpm).
c. Frekuensi pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur, dan biasanya terdapat
retraksi dinding dada.
3. Antropometri
a. Berat badan ≤ 2500 gram.
b. Panjang < 45cm.
c. LD < 30cm.
d. LK < 33cm.

D. Pemeriksaan Fisik B1 – B6
1. B1 (Breathing)
a. Inspeksi : Pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, bentuk dada
normal atau tidak, RR 40-60x/menit.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, merasakan getaran vocal fremitus ada atau
tidak.
c. Auskultasi : Adanya suara tambahan, dengkuran, wheezing atau tidak,
rhonchi atau tidak, normalnya vesikuler.
d. Perkusi : Sonor atau pekak.
2. B2 (Blood)
a. Inspeksi : Pembuluh darah kulit banyak terlihat, sianosis atau tidak.
b. Palpasi : Nadi rata-rata 120-160 per menit pada bagian apical dengan ritme
teratur.
c. Perkusi : Normal redup, ukuran dan bentuk jantung normal atau tidak.

15
d. Auskultasi : Pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian intercosta, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke
kiri karena hipertensi atau atelektasis paru. Adanya suara tambahan gallop
atau tidak, mur-mur atau tidak.
3. B3 (Brain)
a. Inspeksi : Reflex dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten
gerak reflek hanya berkembang sebagian, menelan, menghisap dan batuk
sangat lemah atau tidak efektif. Otot hipotonik, tungkai abduksi, sendi lulut
dan kaki fleksi, lebih banyak tidur dari pada terbangun.
b. Refleks moro : Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala
tiba-tiba digerakkan.
c. Refleks rooting : Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi.
d. Refleks graphs : Refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat dengan
meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi.
e. Reflek suckling : Terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis
menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. Refleks menghisap
pada bayi ikterus kurang.
f. Reflek tonicneck : Pada posisi terlentang, ekstremitas di sisi tubuh dimana
kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh lainnya fleksi.
4. B4 (Bladder)
Inspeksi : Pada jenis kelamin perempuan labia minor belum tertutup labia
mayor sedangkan pada jenis kelamin laki-laki biasanya testis belum sempurna.
5. B5 (Bowel)
a. Inspeksi : Cavum oris, lidah untuk melihat ada tidaknya kelainan, ada
tidaknya penegangan abdomen, ada atau tidak anus. Pengeluaran meconium
biasanya terjadi pada waktu 12 jam.
b. Palpasi : Ada nyeri atau tidak, jika ada di kuadran mana.
c. Auskultasi : Imatur peristaltic.
d. Perkusi : Jika dilambung, kandung kemih berbunyi timpani. Jika pada hati,
pancreas ginjal berbunyi pekak.
6. B6 (Bone)
a. Inspeksi : Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut
dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak, gerakan lemah dan aktif
atau letargik.
b. Perkusi : Reflek patella.
c. Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak, kaji kekuatan otot dengan penentuan
tingkat kekuatan otot dengan nilai kekuatan otot.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola Napas tidak efektif b.d. imaturitas neurologis d.d. dispnea, penggunaan
otot bantu pernapasan, pola napas abnormal, dan pernapasan cuping hidung.
2. Hipotermia b.d. kekurangan lemak subkutan d.d. kulit teraba dingin,
menggigil, suhu tubuh dibawah nilai normal, dan dasar kuku sianotik.
3. Risiko defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan mengabsobsi nutrien.
4. Risiko infeksi b.d. ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer.
(SDKI, 2017)

16
2.2.3 Intervensi
Tabel 1 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola Napas Tidak Efektif Luaran Utama: Intervensi Utama:
(D.0005) Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)

Pola Napas tidak efektif b.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
imaturitas neurologis d.d. 3x24 jam diharapkan pola napas membaik a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
dispnea, penggunaan otot bantu dengan kriteria hasil: upaya napas.
pernapasan, pola napas a. Dispnea dari 1 (meningkat) menjadi 5 b. Monitor pola napas.
abnormal, dan pernapasan (menurun). c. Auskultusi bunyi napas.
cuping hidung. b. Penggunaan otot bantu napas dari 1 d. Monitor saturasi oksigen.
(meningkat) menjadi 5 (menurun).
c. Pernapasan cuping hidung dari 1 Terapeutik
(meningkat) menjadi 5 (menurun). e. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
d. Frekuensi napas dan kedalaman napas dari 1 kondisi pasien.
(memburuk) menjadi 5 (membaik). f. Dokumentasikan hasil pemantauan.

Edukasi
g. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
h. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

Intervensi Pendukung:
Pengaturan Posisi (I.01019)

i. Monitor status oksigenasi sebelum dan


sesudah mengubah posisi.
j. Tempatkan pada posisi terapeutik

17
Posisikan miring untuk mencegah aspirasi.
Posisikan tertelungkup jika mungkin untuk
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik.
k. Ubah posisi setiap 2 jam.
2. Hipotermia (D.0131) Luaran Tambahan: Intervensi Utama:
Termoregulasi Neonatus (L.14135) Manajemen Hipotermia (I.14507)

Hipotermia b.d. kekurangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi


lemak subkutan d.d. kulit teraba 2x24 jam diharapkan termoregulasi neonatus a. Monitor suhu tubuh.
dingin, menggigil, suhu tubuh membaik dengan kriteria hasil: b. Identifikasi penyebab hipotermia.
dibawah nilai normal, dan dasar a. Menggigil dari 1 (menurun) menjadi 5 c. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia.
kuku sianotik. (meningkat).
b. Dasar kuku sianotik dari 1 (menurun) Terapeutik
menjadi 5 (meningkat). d. Sediakan lingkungan yang hangat.
c. Suhu tubuh dari 1 (meningkat) menjadi 5 e. Lakukan penghangatan pasif (mis. selimut,
(menurun). penutup kepala).
d. Suhu kulit dari 1 (meningkat) menjadi 5 f. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis.
(menurun). kompres hangat dan selimut hangat).
g. Lakukan penghangatan aktif internal (mis.
infus cairan hangat).

Edukasi
h. Anjurkan makan/minum hangat.

Intervensi Pendukung:
Perawatan Kanguru (I.14559)

18
i. Posisikan bayi telungkup tegak lurus di dada
orang tua.
j. Miringkan kepala bayi kesalah satu sisi
kanan atau kiri dengan kepala sedikit
tergadah (ekstensi).
k. Biarkan bayi telanjang hanya mengenakan
popok, kaus kaki, dan topi.
l. Posisikan panggul dan lengan bayi dalam
posisi fleksi.
3. Risiko Defisit Nutrisi (D.0032) Luaran Utama: Intervensi Utama:
Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)

Risiko defisit nutrisi b.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
ketidakmampuan mengabsobsi 3x24 jam diharapkan status nutrisi membaik a. Identifikasi status nutrisi.
nutrien. dengan kriteria hasil: b. Identifikasi perlunya penggunaan selang
a. Berat badan dari 1 (memburuk) menjadi 5 nasogastrik.
(membaik). c. Monitor berat badan.
b. Tebal lipatan kulit trisep dari 1 (memburuk) d. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
menjadi 5 (membaik).
c. Membran mukosa dari 1 (memburuk) Terapeutik
menjadi 5 (membaik). e. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi.

Kolaborasi
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu.

19
Intervensi Pendukung:
Pemberian Makanan Parenteral (I.03127)

g. Identifikasi terapi yang diberikan sesuai


untuk usia, kondisi, dosis, kecepatan, dan
rute.
h. Monitor tanda flebitis, inflamasi, dan
thrombosis.
i. Berikan label pada wadah makanan
parenteral dengan tanggal, waktu, dan
inisial perawat.
j. Atur laju infus, konsentrasi, dan volume
yang akan dimasukkan.
k. Ganti set infus maksimal 2x24jam.
l. Ganti posisi pemasangan infus maksimal
3x24jam (perifer).
4. Risiko Infeksi (D.0142) Luaran Tambahan: Intervensi Utama:
Statu Imun (L.14133) Pencegahan Infeksi (I.14539)

Risiko infeksi b.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi


ketidakadekuatan pertahanan 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi menurun a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
tubuh primer. dengan kriteria hasil: sistemik.
a. Kadar sel T4 dari 1 (menurun) menjadi 5
(meningkat). Terapeutik
b. Kadar sel T8 dari 1 (menurun) menjadi 5 b. Batasi jumlah pengunjung.
(meningkat). c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
c. Suhu tubuh dari 1 (memburuk) menjadi 5 dengan pasien dan lingkungan pasien.
(membaik).

20
d. Sel darah putih dari 1 (memburuk) menjadi d. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
5 (membaik). berisiko tinggi.

Edukasi
e. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
f. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.

Kolaborasi
g. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.

(SLKI, 2019)
(SIKI, 2018)

21
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Pada saat implementasi perawat harus melaksanakan hasil dari rencana
keperawatan yang di lihat dari diagnosa keperawatan. Di mana perawat membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan/implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Melaksanakan hasil dari rencana
keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untukmengetahui kondisi kesehatan
pasien dalam periode yang singkat, untuk mempertahankan daya tahan tubuh, untuk
mencegah komplikasi, untuk menemukan perubahan system tubuh, untuk
memberikan lingkungan yang nyaman bagi klien, dan untuk mengimplementasi
pesan dokter (Safitri 2019).

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan dan perbaikan. Dalam
evaluasi, perawat menilai reaksi klien terhadap intervensi yang telah diberikan dan
menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.
Perawat menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien
untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi
keperawatan. Evaluasi juga membantu perawat dalam menentukan target dari suatu
hasil yang ingin dicapai berdasarkan keputusan bersama antara perawat dan klien.
Evaluasi berfokus pada individu klien. Kemampuan dalam pengetahuan standar
asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan
(Hadinata, Dian & Abdillah 2018).

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan kondisi
yang serius dan kompleks, ditandai dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Kondisi ini dapat terjadi pada bayi prematur atau pada bayi yang lahir tepat waktu
tetapi mengalami pembatasan pertumbuhan di dalam rahim. Bayi BBLR
menghadapi sejumlah masalah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
termasuk gangguan metabolisme, pernapasan, pencernaan, dan keseimbangan
cairan. Manifestasi klinis dari BBLR mencakup berbagai gejala fisik yang
mencerminkan ketidakmatangan organ tubuh, serta berbagai komplikasi yang
meliputi gangguan suhu tubuh, pernafasan, imunitas, pencernaan, dan nutrisi.
Kehamilan yang belum mencapai usia cukup bulan, yang sering kali terkait
dengan dismaturitas, umumnya berkaitan dengan BBLR. Defisiensi gizi pada ibu
hamil serta kondisi seperti kehamilan ganda dapat menjadi faktor yang
menyebabkan BBLR. Bayi yang lahir dengan BBLR memiliki organ tubuh yang
belum matang dan rentan terhadap berbagai komplikasi seperti gangguan
pernapasan, masalah gastrointestinal, serta masalah imunologi. Perawatan khusus
diperlukan untuk mengatasi komplikasi yang ditimbulkan oleh BBLR, termasuk
mengatasi ketidakstabilan suhu tubuh, gangguan pernapasan, imaturitas imunologi,
masalah gastrointestinal, dan risiko hipoglikemia. Pemeriksaan penunjang seperti
skor Ballard dan tes kocok penting dalam menilai kondisi bayi dengan BBLR,
sedangkan pengelolaan infeksi selama kehamilan menjadi kunci untuk mencegah
terjadinya BBLR dan masalah kesehatan lainnya pada bayi yang baru lahir.

3.2 Saran
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi
makalah ini belumlah sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun
cara penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca dibutuhkan untuk dapat menyempurnakan makalah berikutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Asuhan Keperawatan berdasarkan Medis & NANDA NIC NOC.
Yogyakarta: Media Action.

Hadinata, Dian & Abdillah, Awaludin Jahid. 2018. “Metodologi Keperawatan”.


Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents 3(April): 49–58.

Hidayat, Aziz Alimul. 2021. Proses Keperawatan; Pendekatan NANDA, NIC, NOC
dan SDKI. red Aulia Aziz. Health Books Publishing.

Idayani, W. 2013. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-ruzz


Media.

Kusumawati, Erlin. 2021. “Asuhan Keperawatan Pada By.Ny.D Dengan Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah Di Ruang Peristi Rumah Sakit Islam SultanAagung
Semarang”. Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Pratiwi, Dian. 2021. “Literatur Review Terapi Pijat untuk Peningkatan Berat Badan
pada Bayi Prematur dan atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)”. JIDAN
(Jurnal Ilmiah Bidan) 8(2): 50–58.

Putri, Tasya Juliandari. 2020. “Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. D Yang
Mengalami Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Ruang Perinatologi Rsab
Harapan Kita”. Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I.

Rifa’i, Achmad. 2019. Karya Tulis Ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny.L
Dengan Diagnosa Medis Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) Di Ruang
Perinatologi RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan”. Akademi Keperawatan
Kerta Cendekia.

Safitri, Rizka. 2019. “Implementasi Keperawatan Sebagai Wujud Dari Perencanaan


Keperawatan Guna Meningkatkan Status Kesehatan Klien”. Journal
Keperawatan 3(42): 23–26.

Santoso, Hari. 2021. “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. Mn. Bblr Dengan
Hipotermi Dengan Penerapan Perawatan Metode Kanguru”. : 62.

Suryani. 2020. BBLR dan Penantalaksanaannya. Kediri: Strada Press.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. E. red
Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

24
LAMPIRAN

Tabel 2 Daftar Pertanyaan dan Jawaban Hasil Diskusi


No Pertanyaan Jawaban
1. Yana Ayu Nadya Shelomita Hubungan antara imunisasi tetanus pada
(1130022049) ibu dengan bayi yang akan dilahirkan
adalah melalui perlindungan terhadap
Sebelumnya kelompok tetanus neonatorum, yang bisa terjadi
menjelaskan bahwa melalui infeksi pada tali pusat atau luka
pencegahan yang dapat saat persalinan.
dilakukan salah satunya
adalah dengan imunisasi TT Imunisasi ini menghasilkan antibodi yang
atau imunisasi pra nikah dapat dilintaskan ke bayi melalui plasenta,
untuk mencegah penyakit memberikan perlindungan pasif selama
tetanus. Apa hubungan antara beberapa bulan setelah lahir.
imunisasi tetanus pada ibu
hamil dengan risiko kejadian Selain itu, dengan mencegah infeksi
prematur dan BBLR pada tetanus pada ibu, risiko komplikasi selama
bayi yang akan dilahirkan? kehamilan dan persalinan dapat dikurangi
karena komplikasi infeksi selama
kehamilan, seperti tetanus, dapat memicu
persalinan prematur atau menyebabkan
pertumbuhan janin yang terhambat, yang
kemudian dapat meningkatkan risiko
kelahiran prematur atau BBLR.
2. Anisa Alifia Kusmadiyanti Pemberian makan melalui selang NGT
(1130022052) dilakukan jika bayi masih memiliki fungsi
saluran cerna yang cukup baik untuk
Dalam intervensi dengan mencerna dan menyerap nutrisi, namun
diagnosa risiko defisit nutrisi, tidak dapat menerima makanan secara oral
kelompok memasukkan dua karena alasan tertentu, seperti gangguan
intervensi, yaitu intervensi kemampuan menelan atau masalah medis
utama manajemen nutrisi lainnya. Sedangkan pemberian makan
yang berisi pemberian makan secara parenteral dilakukan jika bayi tidak
melalui selang NGT jika dapat mencerna atau menyerap nutrisi
diperlukan, dan intervensi melalui saluran cerna karena fungsi
pendukung dengan pemberian saluran cerna bayi terganggu.
makan secara parenteral. Apa
perbedaan dari kedua metode Penggunaan kedua metode tersebut
tersebut, dan mana yang lebih tergantung pada kondisi klinis bayi dan
efektif untuk diberikan kemampuan fungsional saluran cernanya.
kepada bayi? Selang NGT untuk bayi yang masih bisa
mencerna, sementara parenteral untuk
bayi dengan gangguan fungsi saluran
cerna. Dalam beberapa kasus, kedua
metode ini bisa digunakan bersamaan,
tergantung pada kebutuhan nutrisi dan
respons bayi terhadap terapi.

25
3. Selfirosalia (1130022041) Bayi prematur memiliki kebutuhan nutrisi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Bagaimana peran intervensi bayi yang lahir pada masa gestasi penuh
nutrisi pada Neonatus karena kurangnya akumulasi nutrisi
Prematuritas dengan BBLR? intrauterin. Intervensi nutrisi, baik melalui
pemberian ASI atau formula khusus bayi
prematur, serta pemantauan cermat
terhadap kecukupan kalori, protein,
lemak, vitamin, dan mineral, dapat
membantu meningkatkan pertumbuhan,
perkembangan otak, fungsi imun, serta
mengurangi risiko komplikasi kesehatan
jangka panjang seperti gangguan
pertumbuhan dan neurologis.
4. Siti Rahmawati Perawatan dan manajemen neonatus
(1130022038) prematur dengan BBLR memerlukan
pendekatan yang lebih intensif dan
terfokus dibandingkan dengan bayi yang
Apa yang menjadi perbedaan lahir pada masa kehamilan penuh dengan
dalam perawatan dan berat badan normal. Bayi prematur dengan
manajemen neonatus BBBLR memiliki risiko yang lebih tinggi
prematur dengan BBLR terhadap komplikasi pernapasan,
dibandingkan dengan bayi gangguan suhu tubuh, masalah nutrisi,
yang lahir pada masa gangguan neurologis, serta risiko infeksi
kehamilan penuh dengan dan gangguan metabolik lainnya. Oleh
berat badan normal? karena itu, perawatan intensif, termasuk
pemantauan ketat, dukungan pernapasan,
nutrisi yang disesuaikan, pengelolaan
suhu tubuh, serta pencegahan dan
penanganan komplikasi kesehatan
lainnya, sangat penting untuk
meningkatkan kelangsungan hidup dan
mengurangi risiko komplikasi jangka
panjang pada bayi prematur dengan
BBLR.

26

Anda mungkin juga menyukai