Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BBLR

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak

Dosen Pembimbing :Ibu Siti Nur Halimah, MPH

Di susun oleh:

Nidayatul awaliyah P17320319034

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN PRODI KEPERAWATAN BOGOR

2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nyalah saya dapat
membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah Keperawatan anak
ini mengenai Asuhan Keperawatan pada BBLR.

saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang saya
miliki. Oleh karena itu, saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Saya selaku penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. saya selaku penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya pada makalah selanjutnya.

Sukabumi , februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Definisi BBLR.............................................................................................................................3
2.2 Klasifikasi BBLR :..........................................................................................................................3
2.3 Etiologi BBLR................................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi BBLR........................................................................................................................5
2.5 Manifestasi Klinis.........................................................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................................................7
2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................................................7
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................................................9
1. Pengkajian.......................................................................................................................................9
2. Diagnosa keperawatan..............................................................................................................11
3. Intervensi Keperawatan.................................................................................................................12
4. Implementasi.................................................................................................................................18
5. Evaluasi......................................................................................................................................18
ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................................................18
Pada Bayi Ny. S dengan BBLR....................................................................................................................18
BAB III......................................................................................................................................................34
PENUTUP.................................................................................................................................................34

3
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................34
3.2 Saran....................................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bayi Berat Lahir Rendah atau BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilannya yang dapat terjadi
akibat dari prematuritas (persalinan kurang bulan atau prematur) atau persalinan dengan
bayi kecil masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini
sangat mudah tetapi tidak memuaskan sehingga, lambat laun diketahui bahwa tingkat
morbiditas dan mortalitas pada neonates tidak hanya bergantung pada berat badan saja,
tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri (Proverawati, dkk, 2010).
Prevalensi BBLR menurut WHO (2010) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran
di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang
atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding
pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram. Hal ini dapat terjadi dan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ibu mempunyai penyakit yang langsung
berhubungan dengan kehamilan, dan usia ibu (WHO,2011).
Bayi BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di
masa yang akan datang. Dampak dari bayi lahir dengan berat badan rendah ini adalah
pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang
lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya normal. Bayi BBLR dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga
membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Peningkatan berat badan merupakan proses
yang sangat penting dalam tatalaksanaan BBLR disamping pencegahan terjadinya
penyulit. Proses peningkatan berat badan bayi tidak terjadi secara segera dan otomatis,
melainkan terjadi secara bertahap sesuai dengan umur bayi. Peningkatan berat yang
adekuat akan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi secara normal
dimasa depan sehingga akan sama dengan perkembangan bayi berat badan lahir normal
(Putra,2012). Harapan penulis dengan pemberian nutrisi yang tepat secara dini dapat

4
membantu mencegah gangguan tumbuh kembang pada bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah(BBLR)
Asuhan keperawatan yang berkualitas pada bayi dengan berat lahir rendah sangat
menentukan tingkat mortalitas dan morbiditas bayi pada periode kehidupan pertamanya
serta pertumbuhan dan perkembangan untuk periode kehidupan selanjutnya. Asuhan
keperawatan pada bayi dengan berat lahir rendah yang berkualitas dapat terus
ditingkatkan dengan melakukan evaluasi yang berkesinambungan dari asuhan
keperawatan yang diberikan pada bayi dengan berat lahir rendah. Untuk itu penulis
tertarik untuk melakukan studi kasus dalam memberikan asuhan keperawatan dalam
kebutuhan nutrisi pada BBLR.

1.2 Rumusan Masalah


1. apa yang dimaksud dengan BBLR?
2. Bagaimana patofisiologi dari BBLR?
3. Apa saja manifestasi klinis dari BBLR ?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostic BBLR
5. Bagaimana perencanaan BBLR?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR


2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui patofisiologi BBLR
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis BBLR
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
6. Untuk mengetahui perencanaan pada BBLR.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti patofisiologi BBRL
3. Mahasiswa mengetahui Apa saja manifestasi klinis dari BBLR ?
4. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostic BBLR
5. Mahasiswa mengetahui perencanaan BBLR?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi BBLR


Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang dari
2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran premature (sebelum 37 minggu usia
kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat kaitannya dengan
mortalitas dan morbiditas, sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
kognitif serta penyakit kronis di kemudian hari (WHO, 2004).

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan
retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada
bayi yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009).

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang
dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan
(intrauterine growth retriction) (Wong, 2008). Beberapa pengertian di atas, dapat
disimpulkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

2.2 Klasifikasi BBLR :


a. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :
1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai dengan masa
kehamilan.
2) Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga jenis.
a) Simetris (intrauterus for gestational age) Gangguan nutrisi pada awal
kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.
b) Asimetris (intrauterus growth retardation) Terjadi defisit pada fase akhir
kehamilan.

6
c) Dismaturitas Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya kurang
dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 1000 gram.
3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang berat badannya
kurang dari 1500 gram.
4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat badannya 1501
sampai 2500 gram.
5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat badannya antara
persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya merupakan bayi
yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang berat badan lahirnya kurang
dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
7) Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang pertumbuhan
intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan istilah pengganti yang lebih
deskritif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).
8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan lahirnya diatas
persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.

2.3 Etiologi BBLR


Menurut Mitayani (2011) etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia bayi belum
selesai dengan masa gestasinya sebagai berikut :

a. Faktor ibu

1) Usia Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih tinggi terjadi
pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan yang tidak BBLR (14,2%).
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35
tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan melahirkan.

7
2) Parietas Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat atau lebih)
2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak BBLR, itu dikarenakan setiap proses
kehamilan dan persalinan meyebabkan trauma fisik dan psikis, semakin banyak trauma
yang ditinggalkan akan menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan persalinan berikutnya.

3) Gizi kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil menyebabkan
persalinan sulit/lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), serta perdarahan setelah
persalinan. Ibu yang memiliki gizi kurang saat hamil juga lebih berisiko mengalami
keguguran, bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang kurang.

4) Jarak kehamilan Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun
berisiko 3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan dengan ibu yang
memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikarenakan pola hidup, belum menggunakan alat
kontrasepsi dan ibu tidak melakukan pemeriksaan dengan rutin.

5) Pola hidup Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi alkohol
dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah umbilikal sehingga
pertumbuhan janin akan mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.

b. Faktor kehamilan
1) Eklampsia / Pre-eklampsia.
2) Ketuban pecah dini.
3) Perdarahan Antepartum.
c. Faktor janin
1) Cacat bawaan (kelainan kongenital).
2) Infeksi dalam rahim.

2.4 Patofisiologi BBLR


Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1) Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di
deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai

8
potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia menyebabkan bayi
kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
2) Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit
simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm.
3) Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks
hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu,
padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya
lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada
bayi preterm.
4) Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan
panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

2.5 Manifestasi Klinis


a) Prematuritas murni

 BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm


 Masa gestasi < 37 minggu
 Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
 Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis,telinga
dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
 Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
 Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
 Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
 Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
 Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah

9
 Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea,
otot masih hipotonik
 Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

b) Dismaturitas

 Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,


 Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
 Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
 Tali pusat berwarna kuning kehijauan

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/DI 12.0-16.0
Hematokrit 49.50 % 37-47
Jumlah Eritrosit 4.14 10³/uL 4.2-5.4
Jumlah Lekosit 24.7 10³/uL 4.8-10.8
Jumlah Trombosit 249 10³/uL 150-400
Kimia klinik
Natrium 137.0 mmol/L 134.0-147.0
Kalium 5.30 mmol/L 3.50-5.20
Calsium 1.20 Mmol/L 1.12-1.32

2.7 Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dilakukan
tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah,
dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum

10
memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru
yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat
Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASIlah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas / BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.

d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari 
berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi

11
karena hiperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa  bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam  bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator  dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
2. Pengkajian Umum
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan menggunakan
timbangan elektronik.
b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat, kemudian
bernafas, dan adanya lokasi edema.
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.
e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak responsive,
dan apnea.
3. Pengkajian respirasi
a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang dada, atau
devisiasi lainnya.
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping hidung atau retraksi
substernal, interkostal atau subklavikular.
c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.

12
d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi, suara basah
berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya masukan udara, dan
kesamaan suara napas.
e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
4. Pengkajian kardiovaskuler
a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/ PMI), titik ketika
bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba (perubahan PMI
menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
d. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau hematopoetik),
sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercakbercak.
e. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f. Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
5. Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen, tampak
pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan pemberian
makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar, jika terpasang selang
nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran (warna, konsistensi, pH).
c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
e. Jelaskan bising usus.
6. Pengkajian genitourinaria
a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan lab-stick,
dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi).
c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji hidrasi).
7. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap rangsang, dan
evaluasi sesuai masa gestasinya.

13
b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick neck, palmar).
d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
8. Suhu tubuh
a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
9. Pengkajian kulit
a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda iritasi, melepuh,
abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau infus atau alat lain
bersentuhan dengan kulit. Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal
plester, povidone-jodine).
b. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas dan lain-lain.
c. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR (NANDA, 2011):
1. Tidak efektifnya pola pernafasan.
a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang adekuat.
b. Batasan karateristik:
Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil posisi tiga titik, bradipneu,
penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi
semenit, penurunan kapasitas vital, dispneu, peningkatan diameter anterior-posterior,
napas cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip,
takipneu dan penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas.
2. Termoregulasi tubuh tidak efektif.
a. Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.
b. Batasan karakteristik:
Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di bawah kisaran normal, kulit
memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi napas, menggigil, pucat, piloereksi,
penurunan suhu tubuh di bawah kisaran normal, teraba hangat.

14
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
a. Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
b. Batasan karakteristik:
Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan, berat badan 20% atau lebih di
bawah ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut yang berlebihan, hiperaktif
suara usus, kekurangan makanan, membran mukosa kering, dan merasa tidak mampu
menelan makanan.
4. Resiko infeksi.
a. Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.
b. Faktor resiko:
Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan,
ruptur membran amnion, malnutrisi, peningkatan paparan lingkungan pathogen,
ketidakadekuatan sistem imun, penyakit kronik, tidakadekuat pertahanan tubuh
primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik), ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (penurunan Hb, leucopenia, penekanan respon inflamasi).

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
hasil
(NOC)
1 Tidak efektifnya Setelah dilakukan tindakan 1.Pantau tingkat
pola nafas keperawatan pernapasan,
selama 3x24 jam, kedalaman, dan
diharapkan pasien kemudahan bernafas.
mampu : Rasional: Membantu
1.Status Pernapasan: dalam
Kepatenan jalan membedakan periode
napas. perputaran
2.Status Pernapasan: pernapasan normal dari
Ventilasi. serangan

15
3. Status tanda-tanda vital. apnetik sejati, terutama
Dengan kriteria hasil : sering terjadi
1.Menunjukkan pola pada gestasi minggu ke-30
pernapasan yang 2. Perhatikan pola nafas
mendukung hasil gas klien.
darah dalam Rasional: mengetahui jika
parameter atau kisaran terdapat
normal. tanda-tanda yang
2. Pasien melaporkan menyebabkan
bernafas dengan dispneu.
nyaman. 3. Tentukan apakah klien
3.Mendemonstrasikan dispneu
kemampuan untuk fisiologis atau psikologis.
melakukan pernapasan Rasional: Studi
dengan pursed lip menemukan bahwa
(mengerutkan bibir) dan ketika penyebabnya adalah
pernapasan dapat fisiologis
terkontrol. memiliki tanda gejala
4.Mengidentifikasi dan kecemasan dan
menghindari kesemutan pada
faktor-faktor spesifik yang extremitas, sedangkan
dapat bila dipsneu itu psikologisl
mezmperburuk pola nafas. tanda
gejalanya mengi terkait,
batuk, dahak,
dan palpitasi.
4. Berikan terapi
oksigenasi (Atur
peralatan oksigenasi,
monitor aliran
oksigen, pertahankan

16
posisi pasien).
Rasional: Perbaikan kadar
oksigen dan
karbondioksida dapat
meningkatkan fungsi
pernapasan.
5. Monitor Tekanan darah,
nadi, suhu,
dan Respiration rate
(pernafasan).
Rasional: memantau vital
sign klien.
2 Termoregulasi Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur suhu setiap 2 jam,
tubuh tidak efektif keperawatan gunakan
selama 3x24 jam, termometer elektronik di
diharapkan pasien ketiak pada
mampu: bayi di bawah usia 4
Termoregulasi menjadi minggu.
efektif sesuai Rasional: memantau
dengan perkembangan. apakah adanya
Dengan kriteria hasil: peningkatan atau
1. Dapat mempertahankan penurunan suhu
suhu tubuh tubuh.
dalam kisaran normal. 2. Catat apakah ada tanda-
2. Menjelaskan langkah- tanda
langkah yang hipertermi dan hipotermi.
diperlukan untuk Rasional: Hipertermi
mempertahankan suhu dengan
tubuh agar dalam batas peningkatan laju
normal. metabolisme
3. Menjelaskan gejala kebutuhan oksigen dan

17
hipotermia atau glukosa serta
hipertermia. kehilangan air dapat terjadi
bila suhu
lingkungan terlalu tinggi.
3. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi.
Rasional: untuk mencegah
terjadinya
dehidrasi.
4. Lakukan tepid sponge.
Rasional: dapat
menurunkan suhu tubuh
bayi.
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Perhatikan gejala
kurang dari keperawatan kekurangan gizi
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam termasuk perawakan
diharapkan pasien pendek, lengan
mampu: kurus dan kaki.
1. Intake nutrien normal. Rasional: sebagai langkah
2. Intake makanan dan awal
cairan normal. pengkajian untuk
3. Berat badan normal. melaksanakan
4. Massa tubuh normal. intervensi selanjutnya.
5. Pengukuran biokimia 2. Perhatikan adanya
normal. penurunan berat
Dengan kriteria hasil: badan.
1. Berat badan bertambah. Rasional:
2. Berat badan dalam Mengidentifikasikan
kisaran normal adanya
untuk tinggi dan usia. resiko derajat dan resiko
3. Mengenali faktor yang terhadap pola

18
berkontribusi pertumbuhan. Bayi SGA
terhadap berat badan (Baby small
dibawah normal. for gestational age)
4. Mengidentifikasi dengan kelebihan
kebutuhan gizi. cairan ekstrasel yang
5. Bebas dari kekurangan kemungkinan
gizi. kehilangan 15% BB lahir.
Bayi SGA
(Baby small for
gestational age)
mungkin telah mengalami
penurunan
berat badan dalam uterus
atau
mengalami penurunan
simpanan lemak
atau glikogen.
3. Kaji kulit apakah
kering, monitor
turgor kulit dan perubahan
pigmentasi.
Rasional : untuk
mengetahui adanya
tanda-tanda dehidrasi.
4. Berikan makanan yang
terpilih.
(sudah dikonsultasikan
dengan ahli
gizi).
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji adanya fluktuasi
keperawatan suhu tubuh,

19
selama 3x24 jam letargi, apnea, malas
diharapkan pasien minum, gelisah
mampu: dan ikterus.
Terhindar dari resiko Rasional: suhu tubuh
infeksi. meningkat dan
Dengan kriteria hasil: nadi cepat mmerupakn
1. Pengetahuan: Kontrol awal terjadinya
infeksi infeksi.
Indikador: 2. Kaji riwayat ibu,
a. Menerangkan cara-cara kondisi bayi selama
penyebaran. kehamilan, dan epidemi
b. Menerangkan faktor- infeksi diruang
faktor yang perawatan.
berkontribusi dengan Rasional: mengetahui
penyebaran. adanya riwayat
c. Menjelaskan tanda- infeksi selama kehamilan.
tanda dan gejala. 3 Ambil sampel darah.
d. Menjelaskan aktivitas Rasional: untuk sampel
yang dapat meningkatkan pada
resistensi terhadap infeksi. pemeriksaan laboratorium
2. Status Nutrisi. seperti
Indikator: eritrosit, leukosit,
a. Asupan nutrisi diferensiasi, dan
b. Asupan makanan dan immunoglobulin.
cairan 4. Upayakan pencegahan
c. Energi infeksi dari
d. Masa tubuh lingkungan. Misalnya :
e. Berat badan cuci tangan
sebelum dan sesudah
memegang bayi.
Rasional: untuk mencegah

20
4. Implementasi
Implemetasi merupakan tahap dimana perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan guna mencapai tujuan pasien sesuai yang telah ditentukan (Asmadi, 2010, p.
16).

Dalam melakukan asuhan keperawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) perawat harus
mempertahankan suhu tubuh bayi serta mencegah terjadinya resiko infeksi karena faktor
imunitas bayi yang immature. Oleh karena itu resiko infeksi dilakukan cuci tangan sebelum
maupun sesudah (Pantiawati, 2010, p. 22).

5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan di dapat (Tarwoto & Watona, 2010, p. 19)

21
ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Bayi Ny. S dengan BBLR


I. Pengkajian
A. Identitas
1. Klien
Nama : bayi Ny. S
Tanggal Lahir : 02 Juli 2020
Jenis Kelamin : laki - laki
Agama : Islam
Alamat : prm selamat rt 007/008, malang .
No RM : 347425
Diagnosa Medis : BBLR
Tanggal Pengkajian : 2- juli -2020

2. Orang tua
Nama ayah : TN K
Umur :19 thn
Nama ibu : Ny I
Umur : 17 thn
Agama : islam
Pendidikan ayah : SMA
Pendidikan ibu: SMA
Alamat : prm selamat rt 007/008, malang .

B. Keluhan Utama
Ibu bayi mengeluh, bayinya saat lahir memiliki berat badan rendah yaitu 2110 gram,
C. Riwayat kesehatan sekarang
Klien dirawat diruang perinatology,tangisan kuat, gerak kurang aktif , bibir kering ,tidak
ada kejang
D. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

22
a. Antenatal
Ny. S menyatakan kehamilan pertama, G1P0A0 usia 17 tahun, klien tidak pernaah
periksa ANC karena kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang tidak
diharapkan. Klien mengatakan selama hamil mengkonsumsi minuman beralkohol
dan makan brem. Klien mengatakan makan teratur dan tidak mempunyai riwayat
penyakit kehamilan.
b. Intranatal
Ny. I menyatakan, dibawa ke puskesmas karena merasa
sakit perut, kemudian dirujuk ke RSUD pada tanggal 1 juli
2020 pukul 10.00 WIB kemudian di RSUD melahirkan secara spontan pada pukul
23.00 WIB dengan Usia kehamilan 32 Minggu. Lama persalinan kala I 11 jam, Kala
II 10 menit, Kala III 5 menit dan Kala IV 2 jam. Keadaan bayi saat baru lahir
BB/PB lahir : 2110 gr/40cm Nilai APGAR : 1menit/5,emit7/9
No Kriteria 1 menit 5 menit
1 Denyut jantung 2 2
2 Usaha Nafas 2 2
3 Tonus otot 1 2
4 Reflek 1 2
5 Warna kulit 1 1
Total 7 9

c. Postnatal
Bayi lahir dengan usaha nafas spontan. Air ketuban habis APGAR score 7/9. Tidak
ada trauma saat lahir. Klien mendapat vit K dan imunisasi HB 0
E. Riwayat Keluarga
a. Genogram

Ibu Klien Ayah Klien


17th 19 th
23
Keterangan :

: laki – laki

: perempuan
: Bayi

b. Riwayat kesehatan keluarga


Tn. K mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat melahirkan anak dengan
berat badan lahir rendah. Keluarga klien tidak ada riwayat hipertensi, diabetes, ginjal,
jantung.
F. Keadaan kesehatan saat ini
a. Status Nutrisi dan cairan
Bayi mendapat intake oral ASI 1-2cc setiap 2 jam
melalui OGT dan spuit . Residu 0,5-2 cc awal kelahiran berupa
lendir, hari selanjutnya berupa ASI. Klien terpasang cairan infus
KAEN IB 15,4 cc/jam.
b. Aktivitas istirahat
Bayi tampak kurang aktif, banyak tidur, menangis keras.
c. Perawatan kebersihan diri
Bayi mandi secara sponge bath setiap pagi hari dan perawatan tali pusat. Popok
diganti tiap selesai mandi dan tiap bayi b.a.b serta sudah b.a.k terlalu banyak. Bayi
tampak bersih dan tidak tampak tanda iritasi.
d. Eliminasi
Bayi dapat B.A.B dan B.A.K
e. Keadaan psikologis orang tua
Ny. I menyatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Ia
menginginkan anaknya cepat pulang seperti bayi- bayi lainnya.

24
Ia mengusahakan untuk taat instrusi dokter dan perawat, agar
anaknya cepat pulang. Ibu bayi tampak lelah dan ASI keluar
sedikit.
f. Toleransi stress dan koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, saat kotor.
G. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Gerak kurang aktif, menangis kuat, banyak tidur
b. Tanda-tanda vital
 Nadi : 138x/menit.
 Pernafasan : 44x/menit
 Suhu : 36,5⁰C
c. Antropometri
 Panjang badan : 46 cm
 Berat lahir : 2110 gram
 Lingkar dada : 28cm
 Lingkar kepala : 30 cm

d. Reflek :
Bayi memiliki reflek moro yang baik, memiliki reflek palmar, memiliki reflek
plantar, reflek tonik neck, memiliki reflek Babinski, memiliki reflek roating dan
reflek sucking yang lemah.
e. Kepala : Ubun-ubun tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat,
wajah
f. Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva merah muda
g. Hidung : Lubang hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung.
h. Mulut : Mulut terlihat kering. Tidak terdapat sianosis dan
kelainan labio palato schizis. Terpasang OGT pada mulut
bayi untuk mengetahui residu ASI dan memberikan ASI
i. Telinga :Bentuk telinga simetris, kartilago tampak belum sempurna,

25
tidak ada cairan abnormal
j. Jantung
 Inspeksi : tampak ictus cordis
 Palpasi : ictus cordis teraba dengan getaran
 Perkusi : tak terkaji
 Auskultasi : BJ I dan II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
 Inspeksi : gerakan pernafasan kanan kiri simetris
 Palpasi : RR = 44x/menit, rabaan gerak pernafasan
simetris.
 Auskultasi : suara nafas vesikuler
l. Abdomen
 Inspeksi : pusar insersi ditengah, buncit, terpasang infus
umbilical
 Palpasi : lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
 Perkusi : tympani
 Auskultasi : peristaltik usus 18x permenit
m. Punggung : bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin laki laki ,
o. Ekstremitas
 Atas : lengkap, tidak ada kelainan
 Bawah : lengkap, tidak ada kelainan, kaki kanan
terpasang SPO₂, akral sedikit dingin
 Kulit : Kulit berwarna kemerahan, tidak ikterik. Turgor kulit <2
detik.
H. Therapi
 ASI eksklusif melaui OGT
 KAEN IB 15,4 cc/jam
 Ampicillin 2x 115 mg
 Gentamicin 1 x 11 mg
 Metronidazole 1 x 17 mg

26
 Pemeriksaan penunjang
I. Data penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/DI 12.0-16.0
Hematokrit 49.50 % 37-47
Jumlah Eritrosit 4.14 10³/uL 4.2-5.4
Jumlah Lekosit 24,7 10³/uL 4.8-10.8
Jumlah Trombosit 249 10³/uL 150-400
MPV 11,1 fl 7,2-11.1
PDW 14,1 fl 9-13
RDW-CV 16.8 % 11.5-14.5
MCV 105.1 fl 85-123
MCH 37.3 pg 28-40
MCHC 35.5 % 29-37
Basofil 0.3 % 0-1
Monosit 11.4 % 4-8
Eosinofil 1.9 % 1-6
Limfosit 35 % 22-40
Neutrofil 51.4 % 53-62
Ratio 0,059
Kimia klinik
Natrium 137.0 mmol/L 134.0-147.0
Kalium 5.30 mmol/L 3.50-5.20
Calsium 1.20 Mmol/L 1.12-1.32

II. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : - Imaturitas organ paru
DO :

27
1. Terpasang Paru tidak optimal dalam
ventilator 2 pembentukan cairan
liter/menit surfaktan Ketidakefektifan

2. RR 44x/ menit pola nafas


Defisiensi cairan surfaktan

Tekanan untuk membuka


alveolus besar

Kelelahan otot pernafasan

Ketidakefektifan pola
nafas
2 DS : - Reflek menelan dan Ketidakseimbangan
DO : menghisap lemah nutrisi : kurang dari
1. Terpasang kebutuhan tubuh
selang OGT Intake nutrisi tidak adekuat
2. Reflek hisap
lemah Asupan gizi kurang

3. Berat badan
2110 gram Sel-sel kekurangan nutrisi

Kerusakan sel

Penurunan BB/kematian

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3 DS : -

28
DO: Imaturitas sistem imun
1. Keadaan
umum lemah Ketidakadekuatan Resiko Infeksi
2. Lahir pertahanan sekunder
premature 32
minggu Resiko infeksi

3. Berat badan
2110 gram
4. Suhu tubuh
36,5⁰C
5. Leukosit 24.7
10³/uL
4 DS : - Kulit tipis dan lemak Resiko Hipotermi
DO: subkutan
1. Akral sedikit
dingin Tidak dapat menyimpan
2. Lahir panas
premature 32
minggu Mudah kehilangan panas

3. Berat badan
2110 gram Kedinginan

4. Suhu tubuh
Resiko hipotermi
36,5⁰C
5. Perawatan
dalam incubator

III. Diagnosa Keperawatan


1) Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas pusat pernafasan
2) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d prematuritas, ketidak
mampuan mengabsorbsi nutrisi
3) Resiko infeksi b.d prematuritas dan sistem imun yang tidak adekuat

29
4) Resiko hipotermi b.d jaringan lemak subkotis tipis

IV. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil
Ketidak Setelah diberi asuhan a. obervasi reflek Mengetahui
seimbangan nutrisi keperawatan selama hisap dan kemampuan bayi
kurang dari 3x24 jam menelan timbang untuk mencerna
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi klien berat ASI
berhubungan terpenuhi dengan badan setiap hari b. Mengetahui
dengan reflek kriteria : b. lakukan kapasitas
hisap lemah, a. BB meningkat pengecekkan lambung bayi
15gram/hari residu lambung c. Untuk
b. Reflek hisap dan c. berikan ASI 1-2 memenuhi
menelan kuat cc/2 jam kebutuhan
c. Tidak ada residu melalui OGT atau nutrisi bayi,
lambung spuit nutrisi yang
d. Bibir lembab d. ajarkan ibu cara sedikit tapi sering
menyiapkan ASI untuk
yang benar lambung yang
e. kelola pemberian belum matur
terapi d. Mencegah
KAEN IB 15,4 kerusakan ASI
cc/jam. untuk mencukupi
kebutuhan
nutrisi bayi
e. Untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi melalui

30
parenteral
Resiko infeksi Setelah dilakukan Kaji tanda-tanda Menentukan
berhubungan asuhan keperawatan vital dan intervensi lebih
dengan selama 3 x 24 jam, tanda-tanda infeksi lanjut
prematuritas klien terhindar dari setiap b. Meminimalkan
infeksi, dengan 6 jam terjadinya
kriteria hasil: b. Gunakan tekhnik infeksi silang
a. TTV normal aseptic c. Meminimalkan
1) Suhu berada di sebelum dan terjadinya
rentang 360C-370C sesudah infeksi silang ibu
2) Respirasi pada kontak dengan bayi dan bayi
rentang 40x/menit- c. Anjurkan ibu
60x/menit mencuci d. Untuk
3) Nadi dalam rentang tangan, meminimalkan
120 x/menit- membersihkan pertumbuhan
140x/menit putting dan bakteri
b. Tidak ada tanda – payudara
tanda infeksi dengan air matang e. Antibiotik

sebelum memeras untuk mencegah

ASI terjadinya

d. Ajarkan ibu cara pertumbuhan

mencuci bakteri

tangan dengan 6
langkah
benar
e. Kelola
pemberian obat
injeksi 2x 115 mg,
Gentamicin 1x 11
mg,
metronidazole 1x

31
17 mg.
Resiko hipotermi Tupan : tidak terjadi - Pantau suhu klien -sebagai acuan
berhubungan hipotermi setiap 3 jam penatalaksanaan
dengan jaringan Tupen : suhu tubuh sekali

V. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Jam No.Dx Implementasi Evaluasi


04-07- 08.00 1 - Monitor respiratory rate, S:-
2020 kedalaman, kenyamanan O:
bernafas - klien tampak terpasang
- Observasi adanya ventilator 2 liter/menit
sianosis - RR = 42x/menit
- Kolaborasi dengan - nafas mulai sedikit
dokter pemberian terapi teratur.
oksigen A : masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
04-07- 08.30 2 - Monitor berat badan S:-
2020
klien O:
- Pasang selang OGT - berat badan 2110gram
- Kaji kemampuan reflek - reflek hisap klien
hisap tampak lemah
- Kolaborasi dengan ahli - terpasang selang OGT
gizi untuk pemberian dengan diit 30 cc pada
nutrisi klien
- Monitor asupan intake A : masalah teratasi
dan output cairan sebagian
P : Lanjutkan intervensi
04-07- 09.00 3 - Pantau tanda gejala S:-
2020

32
infeksi: suhu, leukosit, O : hasil leukosit klien
penurunan berat badan. 24.7 10³/uL
- Gunakan teknik aseptic A : masalah belum teratasi
ketika berinteraksi P : Lanjutkan intervensi
dengan klien
- Berikan antibiotik sesuai
advis dokter

Tanggal Jam No.Dx Implementasi Evaluasi


05-07- 08.00 1 - Monitor respiratory rate, S:-
2020 kedalaman, kenyamanan O:
bernafas - klien tampak terpasang
- Observasi adanya ventilator 2 liter/menit
sianosis - RR = 38x/menit
- Kolaborasi dengan - nafas mulai teratur.
dokter pemberian terapi A : masalah teratasi
oksigen P : intervensi dihentikan
05-07- 08.30 2 - Monitor berat badan S:-
2020
klien O:
- Pasang selang OGT - berat badan 2110 gram
- Kaji kemampuan reflek - reflek hisap klien
hisap tampak lemah
- Kolaborasi dengan ahli - terpasang selang OGT
gizi untuk pemberian dengan diit 30 cc pada
nutrisi klien
- Monitor asupan intake A : masalah teratasi
dan output cairan sebagian
P : Lanjutkan intervensi
05-07- 09.00 3 - Pantau tanda gejala S:-
2020
infeksi: suhu, leukosit, O : hasil leukosit klien
penurunan berat badan. 24.7 10³/uL

33
- Gunakan teknik aseptic A : masalah belum teratasi
ketika berinteraksi P : Lanjutkan intervensi
dengan klien
- Berikan antibiotik sesuai
advis dokter

VI. Catatan Perkembangan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


1 Ketidakefektifan - Monitor S:-
pola nafas respiratory rate, O:
berhubungan kedalaman, - klien tampak terpasang
dengan kenyamanan ventilator 2 liter/menit
imaturitas pusat bernafas - RR = 38x/menit
pernafasan - Observasi - nafas mulai teratur.
adanya sianosis A : masalah teratasi
- Kolaborasi P : intervensi dihentikan
I:-
dengan dokter
E : Nafas klien mulai teratur
pemberian R : intervensi dihentikan
terapi oksigen
2 Ketidakseimban - Monitor berat S:-
gan nutrisi badan klien O:
kurang dari - Pasang selang - berat badan 1990 gram
kebutuhan tubuh OGT - reflek hisap klien tampak
berhubungan - Kaji lemah
dengan kemampuan - terpasang selang OGT
prematuritas, reflek hisap dengan diit 30 cc pada
ketidakmampuan - Kolaborasi klien
mengabsorbsi dengan ahli gizi A : masalah teratasi
nutrisi untuk sebagian
pemberian P : Lanjutkan intervensi
I:
nutrisi
34
- Monitor asupan - Monitor berat badan klien
intake dan - Pasang selang OGT
output cairan - Kaji kemampuan reflek
hisap
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian
nutrisi
- Monitor asupan intake dan
output cairan
E : klien dapat
mengabsorbsi nutrisi
R : lanjutkan intervensi
3 Resiko infeksi - Pantau tanda S:-
berhubungan gejala infeksi: O : hasil leukosit klien 24.7
dengan suhu, leukosit, A : masalah belum teratasi
prematuritas dan penurunan berat P : Lanjutkan intervensi
I:
sistem imun badan.
- Pantau tanda gejala
yang tidak - Gunakan teknik
infeksi: suhu, leukosit,
adekuat aseptic ketika
penurunan berat badan.
berinteraksi
- Gunakan teknik aseptic
dengan klien
ketika berinteraksi dengan
- Berikan
klien
antibiotik sesuai
- Berikan antibiotik sesuai
advis dokter
advis dokter
E : sistem imun klien tidak
adekuat
R : lanjutkan intervensi

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Pantiawati, 2010). Etiologi atau penyebab BBLR yaitu faktor ibu seperti
kurangnya gizi pada saat hamil, faktor kehamilan seperti Eklampsia / Pre-eklampsia,
Ketuban pecah dini, Perdarahan Antepartum, dan faktor janin seperti Cacat bawaan
(kelainan kongenital) dan Infeksi dalam rahim.

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besar kecilnya
bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukam. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi
dirawat dengan keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi
dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Pemberian makan sejak dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbilirubin. Asi merupakan pilihan pertama , dapat diberikan melalui
kateter (sonde), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan banyak kalori, dibandingkan dengan preterm.

3.2 Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada bayi dengan Berat badan lahir rendah
(BBLR) diharapkan bisa dijadikan Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada bayi dengan diagnosa Berat badan lahir
rendah (BBLR). dengan adanya asuhan keperawatan ini pembaca khusunya mahasiswa
keperawatan dapat mengerti dan memahami tentang Pengertian, patofisiologi, etiologi,
manifestasi klinis, dan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR.

36
DAFTAR PUSTAKA
Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta:Nuha Offset.
https://media.neliti.com/media/publications/21273-ID-pola-kejadian-bayi-berat-lahir-rendah-
dan-faktor-yang-memengaruhinya-di-indonesi
Anggraini, Dian Isti dan Salsabila Septira. 2016. Nutrisi Bagi Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) untuk mengoptimalkan Tumbuh Kembang. Journal
Majority, Vol 5. Diakses
melaluihttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majoritypada 26 januari
2018
Pantiawati, ika,S.sit.2010.Bayi dengan BBLR.yogyakarta:nuha medika.
Proverati atikah,SKM, MPH dan cahyo ismawati sulistyorini,S.Kep.,Ns.2010.BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah).yogyakarta:nuha medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,am.keb.MKM.2010.asuhan neonates,bayi dan anak
balita.jakarta:trans info media.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/

37

Anda mungkin juga menyukai