Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM SECTIO CAESAREA (SC)

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan

Disusun oleh:

Nidayatul Awaliyah P17320319034

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN BOGOR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, karena hanya dengan karuniaNya itulah saya penyusunan
makalah ini dapat menyelesaikan makalah sesuai rencana .

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak.Oleh karena itulah,
penyusun menyampaikan banyak terima kasih,saya menyadari bahwa di dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat saya harapkan. Atas perhatian dan tanggapan dari pembaca saya ucapkan terima kasih.

Sukabumi, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................................................4
2.1 Fisiologi Kehamilan......................................................................................................................4
2.2 Perubahan Fisiologi Kehamilan....................................................................................................7
2.3 Gangguan Saat Persalinan.........................................................................................................10
2.4 Sectio Caesarea..........................................................................................................................11
2.5 Klasifikasi...................................................................................................................................12
2.6 Pemeriksaan penunjang............................................................................................................14
2.7 Penatalaksanaan........................................................................................................................14
2.8 Komplikasi..................................................................................................................................14
BAB III........................................................................................................................................................26
ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................................................26
3.1 PENGKAJIAN..............................................................................................................................26
BAB IV........................................................................................................................................................41
PENUTUP...................................................................................................................................................41
4.1 Kesimpulan................................................................................................................................41
4.2 saran..........................................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................42

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses pengeluran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup
kedunia luar melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Sinopsis Obstetri 1998: 91).

Persalinan Persalinan adalah proses engelaran konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba 1998: 157).

Ada 3 bentuk ada persalinan yaitu persalinan spontan yang sepenuhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri, persalinan buatan adalah persalinan dengan bantuan tenaga dari luar,
Persalinan Spontan adalah persalinan yang berlngsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
Persalinan anjuran adalahproses persalinan pemecahan ketuban, pemberian oksitosin atau
prostaglandin Persalinan Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. .(Amru Sofian, 2012).

Sectio Caesar dilakukan apabila keadaan ibu memiliki indikasi panggul sempit, plasenta
previa sentralis dan lateralis (posterior), disporsi sefalopelvik yaitu ketidakseimbangan antara
ukuran kepala janin dengan ukuran panggul, rupture uteri mengancam, partus lama (prolonged
labor), partus tak maju (obstructed labor), distosia serviks, pre-eklamsia dan hipertensi,
malpresentasi janin dengan letak lintang, letak bokong, presentasi dahi dan muka (letak defleksi),
presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil dan gemeli.

Kebutuhan dasar manusia yang harus dimiliki dan terpenuhi dalam hidupnya berdasarkan
ahli yaitu Abraham Maslow adalah kebutuhan fisiologis, yang dimana kebutuhan fisiologis ada
delapan kebutuhan yang termasuk kebutuhan oksigenasi, cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat dan
tidur, temperature, tempat tinggal, seksual, keselamatan dan rasa aman (fisik dan psikologis),
cinta dan rasa memiliki, penghargaan dan harga diri, aktualisasi diri .

Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu secara
fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh, Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal,
keluarga, dan sosial, Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri
yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan), Lingkungan, berhubungan dengan
latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan
unsur alamiah.

iii
Mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang
sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005)

Kebutuhan rasa nyaman penting untuk ibu post Op Sectio Caesar dalam hal ini yang
dimaksud adalah dari segi kenyamanan secara fisik yaitu dalam permasalahan mengatasi nyeri
laparatomi (irisan vertikal besar pada dinding perut ke dalam rongga perut) dan yang dimana
nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain (Asmadi, 2008).

World Health Organization(WHO) menetapkan standar rata-rata sectio caesarea di sebuah


Negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira – kira
11 % sementara Rumah Sakit swasta bisa lebih dari 30% (Gibbson L. et all, 2010).

Menurut WHO peningkatan persalinan dengan section caesarea di seluruh Negara selama
tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Sinha Kounteya, 2010).

World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata persalinan operasi caesarea
di sebuah negara adalah sekitar 5-15 persen per 1000 kelahiran di dunia. Menurut WHO,
peningkatan persalinan dengan operasi sesar di seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007-
2008 yaitu 110.000 per kelahiran diseluruh Asia. Di Indonesia sendiri, angka kejadian operasi
sesar juga terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta.

Persalinan Sectio Caesarea di kota jauh lebih tinggi dibandingkan di desa yaitu 11%
dibandingkan 3,9%. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi
sesar sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013,
dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).

Secara umum pola persalinan melalui operasi caesarea menurut karakteristik menunjukkan
proporsi tertinggi pada kuintil indeks kepemilikan teratas (18,9%), tinggal di perkotaan (13,8%),
pekerjaan sebagai pegawai (20,9%) dan pendidikan tinggi/lulus PT (25,1%) .

Berdasarkan data survei profil kesehatan Indonesia di sulawesi tenggara pada tahun 2016
jumlah ibu yang bersalin tercatat sebanyak 65.042 jiwa.

Data rekam medik jumlah ibu yang bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika pada tahun
2015 ibu yang melakukan persalinan normal sebanyak 589 (64%) dan persalinan sectio caesarea
sebanyak 318 (35%) jiwa, kemudian pada tahun 2016 jumlah ibu dengan persalinan normal
sebanyak 931 (65%) dan yang melakukan persalinan sectio caesarea sebanyak 496 (34%), dan
pada tahun 2017 dengan jumlah Post Partum Normal sebanyak 1.230 (67%) dan jumlah post
partum saecar sebanyak 586 (32%) jiwa.

iv
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dengan ibu yang melahirkan dengan
Sectio Caesarea cukup banyak dan pada umumnya banyak terjadi di wilayah perkotaan
kemudian yang paling utama pada saat persalinan pasien mengalami masalah nyeri terutama
pada ibu yang mengalami persalinan dengan Sectio Caesarea.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien post op sectio caesarea dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman (nyeri)?

1.3 Tujuan
Tujuan dibagi menjadi dua yaitu :

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien post opsectio caesarea
dalam pemenuhankebutuhan rasa nyaman (nyeri)

2. Tujuan Khusus Untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien post opsectio caesarea
dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri).

1) Untuk melakukan pengkajian pada pasien post op sectio caesarea dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman (nyeri)

2) Untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien post op sectio caesarea dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri)

3) Untuk menyusun intervensi pada pasien Post Op Sectio Caesarea dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman (nyeri)

4) Untuk implementasi pada pasien post op sectio caesarea dalam pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman (nyeri)

5) Untuk melakukanevaluasi pada pasien post op sectio caesarea dalam pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman (nyeri)

v
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Fisiologi Kehamilan

a. Proses Kehamilan
1) Fertilisasi
Proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di daerah ampula, tuba
fallopi. Sekitar 200-500juta sel sperma berhasil mencapai sel telur.Namun hanya
satu sperma yang dapat membuhai sel telur.Terdapat bergagai rintangan yang
menghambat jalan sperma, lapisan keras yang melindungi ovum sangat sukar
untuk di tembus. Namun sperma dilengkapi sitem khusus untuk membantunya
memasuki sel telur yaitu dibawah lapisan pelindung pada kepala sperma terdapat
kantung-kantung kecil yang berisi enzim-enzim pelarut yaitu enzim-enzim
akrosom.
Sperma melepas enzim-enzim akrosom untuk menembus zonz pellusida
yaitu sebuah perisai glikoprotein disekelilingsel telur yang mempermudah dan
mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom.
Segera setelah spermatozoa menyentuh membran oosit, kedua selaput
plasma sel menyatu.Karena selaput plasma yang membungkus kepala akrosom
telah hilang pada saat reaksi akrosom.Reaksi akrosom yaitu reaksi yang terjadi
setelah penempelan ke zona pellusida dan induksi oleh proteinprotein
zona.Penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput
yang meliputi bagian belakang kepala sperma.Pada manusia, baik kepala dan
ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, sementara spermatozoa bergerak
maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita.Intinya membengkat
dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya lepas dan berdegenerasi.
Sperma melepaskan ekornya dan memasuki sel telur dan melepaskan kromosan
melalui lubang yang ia buka sesudah itu pronukleus pria dan wanita saling rapat
erat dan kehilangan selaput inti merka. Selama masa pertumbuhan, baik
pronukleus pria maupun wanita (haploid), masing-masing pronukleus harus
menggandakan DNAnya.
b. Perkembangan Embrio
1) Pembelahan Zigot
setelah pembuahan terjadi mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat
berlangsung karena sito plasma ovum banyak mengandung zat asam amino dan
enzim. Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani pembelahan mitosis,
mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel yang menjadi sengat
kecil ini disebut blastomer dan sampai tingkat delapan sel, sel-selnya membentuk

vi
sebuah gumpalan longgar. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka
pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam tiga hari
terbentuk suatu kelompok sel-sel embrio yang termanfaatkan kemudian
membelah lagi, hasil konsepsi berada pada stadium morula dengan enam belas
sel. Morula terdiri dari inner cell mass (kumpulan sel-sel sebelah dalam, yang
akan tumbuh menjadi jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mas (lapisan
sebelah luar yang akan membentuk trofoblast yang akan tumbuh menjadi
plasenta).
Pada stadium morula energi untuk pembelahan ini di peroleh dari vitellus,
hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh
morula.Dengan demikian, zona pellusida tetap utuh, dengan perkataan lain,
besarnya hasil konsepsi disalurkan melalui saluran tuba yang sempit dan terus
kearah cavum uteri. Kira-kira pada waktu morula memasuki rongga rahim,
cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada
di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu, dan akhirnya
terbentuklah suatu rongga, bastokel.Pada saat ini mudigah disebuah blastokista.
Sel-sel di dalam massa sel dalam, yang sekarang disebut embrioblast, terletak
pada salah satu kutub, sedangkan sel-sel di massa sel luar atau trofoblas, menipis
dan membentuk dinding epitel blastokista. Zona pellusida sekarang menghilang,
sehingga implantasi dapat dimulai.Dengan demikian, menjelang akhir minggu
pertama perkembangan, zigot telah melewati tingkat morula dan blastokista dan
sudah mulai berimplantasi diselaput lender rahim.
2) Proses Implantasi
kemudian blastula tersebut berimplantasi dalam endometrium, dengan
bagian dimana bagian inner cell mas berlokasi. Hal inilah yang menyebabkan tali
pusat berpangkal sentral atau para sentral.Bila nidasi terjadi mulailah diferensiasi
sel-sel blastula.Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat dengan ruangan eksoselom,
membentuk entoderm dan membentuk ruang amnion.
Setelah minggu pertama (har 7-8), sel-sel trofoblas terletak di atas
embrioblast yang berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan
proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda.
a) Sitotrofoblast: terdiri dari sel lapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal,
disebelah dalam (dekat embrioblast).
b) Sinsitiotrofoblast: terdiri dari sel lapis sel tanpa batas jelas, disebelah luar
(berhubungan dengan sstroma endometrium). Unit trofoblast ini akan
berkembang menjadi plasenta.

vii
c. Perkembangan Trofoblast
a) Pembentukan Plasenta
1. Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya
mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu.
2. Plasenta mengililingi embrio dan Rahim ibu
3. Plasenta berfungsi sebagai ginjal, paru-paru dan liver buatan ia memiliki
fungsi ini pada saat yang bersamaan, tugas ini plasenta adalah melindungi
embrio.
4. Sel-sel bagian luar dari plasenta membentuk semacam saringan yang
terletak antara pembuluh darah ibu dan embrio yang berfungsi mencegah
bahaya dari luar. Saringan ini meloloskan sel-sel makanan dan menahan
sel-sel imunitas.
5. Dalam tali plasenta terdapat satu pembuluh darah vena dan dua pembuluh
darah arteri. Pembuluh darah vena membawa makanan dan oksigen ke
embrio dan pembuluh darah arteri mengeluarkan karbondioksida dan sisa-
sisa dari tubuh sang janin.
b) Pembentukkan Tali Pusat
1. Mesoderm connecting stalk yang juga yang memiliki kemampuan
angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan
connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal
perkembangan, rongga parut masih terlalu kecil untuk usus yang
berkmbang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom
ekstraembrional pada tali pusat.
2. Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur
(ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga karion, yang juga tercakup
dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin
bersatunya amnion dengan karion.
3. Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus
vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh
darah umbilical (dua arteri umbilikalis yang menghubungkan sirkulasi
janin dengan plasenta). Pembuluh darah umbilical ini diliputi oleh
mukopolisakarida yang disebut Wharton ‘s jelly.
c) Selaput Janin (Amnion dan Karion)
a. Pada minggu-minggu pertama perkembangan villi/jonjot meliputi
seluruh lingkaran permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan:
1. Jonjot pada kutub embrional membentuk struktur korion lebat
seperti semak-semak (chorion frondosum sementara).
2. Jonjot pada kutub anembrional mengalami degenerasi, menjadi tipis
dan halus disebut karion leave.

viii
b. Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua,
juga mencerminkan perbedaan pada kutub embrional dan anembrional:
1. Desidua diatas karion frondosum menjadi desidua basalis.
2. Desidua yang meliputi embrioblast/kantong janin diatas karion
laeve menjadi desidua kapsularis.
3. Desidua disis/bagian uterus yang abembrional menjadi desidua
parietalis.
c. Antara membran karion dengan membran amnion terdapat rongga
korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat
persatuan membran amnion dan membran korion amnion cavum uteri
juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan chorion laeve
dengan desidua parietalis.
d. Cairan amnion, rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga
amnion. Di dalam ruangan ini terdapat cairan amnion (likuar amnii). Asal
cairan amnion: diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput
amnion/plasenta, kemudian setelah system urinarius janin terbentuk,
urine janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion.

2.2 Perubahan Fisiologi Kehamilan


Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya dapat
mengeluarkan hormone somatomatropin, esterogen, dan progesteron yang
menyebabkan perubahan pada:
2) Rahim atau Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus
mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat
selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula seperti beberapa
minggu setelah persalinan.Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat
70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan
berubah menjadi organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan
dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram
3) Vagina
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas
pada kulit dan otot-otot di perinium dan vulva, sehingga pada vagina akan
terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini
meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi
dari sel-sel otot polos

ix
4) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan folikel
juga baru dapat di tunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di
ovarium. Folikel inin akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal
kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam
progesteron dalam jumlah yang relativ minimal
5) Payudara
Payudara mengelami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi.Perkembangan payudara tidak dapat
dilepaskan dan pengaruh hormone pada saat kehamilan, yaitu esterogen,
progesteron, somatromatropin.
6) Sirkulasi darah
Peredaran darah ibu dipengeruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Meningkatanya kebututhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retroplasenter.
c) Pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningka. Akibat dari
faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan darah yaitu:
(1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan, sehingga terjadi seperti pengancaran darah
(hemodilusib), dengan puncaknya pada hamil 32 minggu. Serum darah
bertambah besar25-30%, sekitar 20%ncurah jantung yang akan
bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak
sekitar umur hamil 16 minggu, senghingga pengidap penyakit jantung
harus berhati-hati untuk hamilbeberapa kali kehamilan selalu
memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung
dapat jatuh dalam dekompensasio kordis.Pada postpartum terjadi
hemokontraksi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
(2) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel
darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi
hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat
dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan
anemia maka laju endapa darah semakin tinggi dan dapat mencapai
empat kali dari angka normal.

(3) Sistem Respirasi


x
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karen
dorongan rahim yang makin membesara pada umur 32 minggu. Sebagai
kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat,
ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20-23% dari biasanya.
(4) Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh esterogen
(5) Traktus Uinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan
oleh uterus yang semakin membesar sehingga menimbulakn sering
kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila
uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala
janin sedah mulai turun kepintu panggul, keluhan itu akan timbul
kembali.
(6) Perubahan pada kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mempunyai payudara
dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum
(7) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk
pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI diperkirakan selama
kehamilan berat badan akan bertambah 12,5%. Sebagian besar
penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan
isinya.Kemudian payudara volume darah, dan cairan ekstrakuler. Pada
kehamilan normal akan terjadi hipoglikemiapuasa yang disebabkan oleh
peningkatan insulin, heperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia.
Zinc (Zn) sangat penting untuk perkembangan dan pertumbuhan janin.
Beberapa penelitian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat. (Prawirohardjo, 2008)
Persalinan

a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeuran hasilkonsepsi (janin+uri)
yang dapat hidup kedunia luar melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Sinopsis Obstetri 1998: 91).
Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). (Manuaba 1998: 157).
b. Metode Persalinan
xi
Menurut caranya persalinan dapat dikelompokkan atas dua cara
yaitu partusbiasa (normal) dan partus luar biasa (abnormal) (Salfariani,
2012).
c. Partus Biasa (Normal/Spontan)
Partus biasa disebut juga partus spontan yaitu proses lahirnya bayi
berdasarkanletak belakang kepala secara normal. Persalinan normal adalah proses
lahirnyajanin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibudan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Manuaba, 2008).
d. Partus Luar Biasa (Abnormal/Buatan)
Partus luar biasa yaitu persalinan pervaginam abnormal dengan bantuan
alat ataumelalui dinding perut dengan operasi SC. Istilah Caesar berasal dari
bahasa Latincaedere yang artinya memotong atau menyayat.Sectio
caesarea(SC)adalahupaya mengeluarkan janin melalui pembedahan pada dinding
perut dan dindingrahim (Kasdu, 2003). Persalinan SCdilakukan sebagai alternatif
jika persalinanlewat jalan lahir tidak dapat dilakukan.
e. Partus Anjuran
Partus anjuran adalahproses persalinan pemecahan ketuban,
pemberianoksitosin atau prostaglandin.

2.3 Gangguan Saat Persalinan


a. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban
sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan
maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010).
Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih
dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu
banyak (Manuaba, 2009).
b. Infeksi Intra Partum
Infeksi Intra Partum adalah ineksi yang terjadi dalam masa
persalinan/inpartu.Disebut juga korioamnionitis, karena infeksi ini
melibatkan selaput janin.Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi
meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam, risiko infeksi meningkat
sampai 2 kali lipat
c. Infeksi Pasca Post Partum
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu
sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
d. Keracunan Hamil Dalam Persalinan

xii
Keracunan kehamilan (toksemia) adalah suatu penyakit
khusus yang timbul pada akhir suatu kehamilan. Keracunan
kehamilan dibagi dalam dua kategori yang disebut preeklamsia dan
eklamsi.
a) Preeklamsia adalah suatu keadaan hipertensi dengan
albuminuria (proteinuria) yaitu adanya protein (albumin) di
dalam urin dan edema (bengkak pada tubuh) yang timbul
antara minggu ke 20 kehamilan dan akhir minggu pertama
setelah melahirkan.
b) Eklamsia adalah timbulnya kejang-kejang atau koma pada
wanita hamil tanpa sebab lain dengan periode yang sama

2.4 Sectio Caesarea


a. Definisi Sectio Caesarea
Seksio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.
(Amru Sofian, 2012).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, A,
2001 )
b. Etiologi
Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar
R,2002) adalah sebagai berikut :

c. Etiologi yang berasal dari ibu


a) Plasenta Previa Sentralis dan Lateralis (posterior) dan totalis.
b) Panggul sempit.
c) Disporsi sefalo-pelvik : ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
d) Partus lama (prognoled labor)
e) Ruptur uteri mengancam
f) Partus tak maju (obstructed labor)
g) Distosia serviks
h) Pre-eklamsia dan hipertensi
i) Disfungsi uterus
j) Distosia jaringan lunak.
d. Etiologi yang berasal dari janin
a) Letak lintang.
b) Letak bokong.
c) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.

xiii
d) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan
cara-cara lain tidak berhasil.
e) Gemeli menurut Eastma, sectiocaesarea di anjurkan :
 Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
(Shoulder Presentation).
 Bila terjadi interlok (locking of the twins).
 Distosia oleh karena tumor
 Gawat janin.
e. Kelainan uterus :
 Uterus arkuatus
 Uterus septus
 Uterus duplekus
 Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk
kepala janin ke pintu atas panggul
 Manifestasi klinis Manifestasi klinis pada klien dengan post
sectio caesarea menurut Prairohardjo, 2007 antara lain :
a) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800
ml.
b) Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.
c) Abdomen lunak dan tidakada distensi.
d) Bising usus tidak ada.
e) Ketidaknyamanan untukmenghadapi situasi baru
f) Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g) Aliran lokhia sedangdan bebas bekuan, berlebihan dan
banyak

2.5 Klasifikasi
a. Seksio caesarea abdomen
Seksio Caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus, insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang
b. Seksio caesrea vaginalis/peritoneal Menurut arah sayatan pada rahim,
seksio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning
b) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
c) Sayatan huruf T (T-incision)
c. Seksio caesrea klasik Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.
d. Seksio caesrea ismika (profunda) Dilakukan dengan membuat sayatan
melintang konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical transfersal) kira-
kira sepanjang 10 cm.

xiv
e. Patofisiologi

Panggul sempit Sectio caesare

Post anasthesi Luka oprasi Post partum nifas

Penurunan Penurunan Jaringan Jaringan


medulla kerja pons terputus terbuka
Gambar 1.1 Pathway Sectio
oblongata
Caesarea NANDA NIC-NOC
Penurunan Merangsang Proteksi 2015
kerja pons area kurang
Penurunan
sensorik
Refleksi
batuk
Invasi
Penurunan
Gangguan bakteri
kerja otot
rasanyaman
Akumulasi eliminasi
sekret
Nyeri akut

xv
2.6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dngn tindakan sectio caesarea menurut
Mochtar 2002 adalah :
1. Hitung darah lengkap.
2. Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.
3. Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.
4. Pelvimetri : menentukan CPD.
5. Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.
6. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan,
dan presentasi janin.
7. Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin.
8. Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin
terhadapgerakan/stres dari polakontraksi uterus/polaabnormal.
9. Penetuan elektronik selanjutnya :memastikan status janin/aktivitas uterus.

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea
(Prairoharjo, 2007),yaitu:
10. perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
11. Fundus uteri harus sering di palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat.
12. Pemberian analgetik dan antibiotik.
13. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam
14. Pemberan cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24
jam pertama setelah pembedahan.
15. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari
tempat tidur dengan bantuan orang lain.
16. Perawatan luka insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat
pada hari ke empat setelah pembedahan.
17. Pemeriksaan laboratorium: Hematokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyaratkan hipovolemia.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar
R, 2002) adalah sebagaiberikut :
a. Infeksi puerperal (nifas)
a) Ringan,dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung.
c) Berat dengan peritonitis,sepsisdan ieus paralitik.

xvi
b. Perdarahan disebabkan karena:
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
b) Antoniauteri.
c) Perdarahan pada plcental bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemh bila
reperitonealisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinn ruptur uteri sontan pada kehamilan mendatang

Masalah yang Lazim Muncul

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas (mokus


dalam jumlah berlebihan), jalan napas alergik (respon obat anastesi)
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik(pembedahan)
3. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan
ibu,terhentinya proses menyusui
4. Gangguan eliminasi urine
5. Gangguan pola tidur b.dkelemahan
6. Resiko infeksi b.d faktor risiko : episiotomi,laserasi jalanlahir,bantuan
pertolongan persalinan
7. Defisit perawatan diri mandi/kebersihan diri, makan, toileting b.d
kelelahan postpartum.
8. Konstipasi
9. Resiko syok (hipovolemik)
10. Resiko perdarahan
11. Definisi pengetahuan perawatan post partumb.d kurangnya informasi
tentang penanganan post partum

Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri

Definisi Kenyamanan

Kenyaman/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya


kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilansehr-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dari nyeri).
kenyamanan dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu
fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh, sosial, berhubungan dengan
interprsonal, keluarga, dan sosial, psikospiritual berhubungan dengan
kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan
makna kehidupan, dan lingkungan berhubungan dengan latar belakang
pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur,warna dan unsur

xvii
alamiah lainnya.Nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang
keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya (Mc.
Coffery, 1979)

Definisi Nyeri

Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika


jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rangsangan nyeri (Arthur C. Curton, 1983)
Nyeri meruakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang di alaminya.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual ataupun potensial.
Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan dan yang paling banyak dikeluhkan (American Medical Association
2013)

Nyeri Post Op sectio caesarea

Berdasarkan penelitian tentang nyeri di Brazil, menggunakan Numeric


Category Sectio Caesareale didapatkan hasil nyeri ringan pada ibu post op sectio
caesarea dengn rata-rata skala 4 dirasakan ketika dalam keadaan istirahat pada
saat berjalan merasakan nyeri rata-rata skala 6, duduk kemudian berdiri
menunjukkan rata-rata skala tertinggi 7
Sebanyak 75% lokasi nyeri berada pada sekitar luka dan responden
mengatakan mengalami kendala beraktivitas akibat nyeri (Sousa et al, 2009) .
oleh pasien dengan rentang 1-3 nyeri ringan. Nyeri ringan dapat mudah
ditoleransi setelah diberikan analgetik. Pabila nyeri yang dirasakan adalah level 4
atau lebih dari 4,pasien masih mersakan nyeri setelah diberikan analgetik
sehingga membutuhkan tindakan non farmakologi yang efektif

Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.


Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,
hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macm asam yang dileas

xviii
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi
yang lain dapat berupa termal, listrik, atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan
berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut
yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C).
Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat
inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke
spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn
terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara lapisan
dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama
impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan
bersambung ke jalur spina asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic
tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang
membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses trnsmisi terdapat
dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur
opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dri thalamus yang melaluiotak tengah dan medula ke tanduk dorsal dari
sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif
lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang tidak memberikan respons terhadap
naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Barbara C. Long, 1989).

Klasifikasi Nyeri

1. Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenaikulit/ jaringan
subkutan, biasanya bersifat burning (seperti terbakar).
b. Deep somatik/nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari
ligament,pembuluh darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar danlebih
lama daripada cutaneus. (ex: sprain sendi)
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, kranium, dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
iskemia, regangan jaringan
2. Berdasarkan Durasi
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua,yakni nyeri akut dan
kronis.
a. Nyeri akut merupakan nyeri yng timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot.
b. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahalahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6

xix
bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah terminal,
sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.

Tabel 1.1 Perbedaan nyeri Akut dan Kronis

no Karakteristik nyeri Nyeri akut Nyeri kronis


1 Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status
ekstistensi
2 Sumber Sebab eksternal Tidak diketahui atau
atau penyakit dari pengobatan yang
alam terlalu lama
3 Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang dan
terselubung
4 Waktu Sampai enam Lebih dari enam
bulan bulan atau
bertahuntahun
5 Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit
diketahui dengan dibedakan
pasti intensitasnya
6 Gejala-gejala klinis Pola respon yang Pola respon yang
khas dengan gejala bervariasi
yang lebih jelas
7 Pola Terbatas Berlangsung terus
8 perjalanan Berkurang setelah Bertambah parah
beberapa saat setelah beberapa saat

Stimulus Nyeri

Seorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain tolerance) atau dapt


mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold).
Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, antaranya :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada resptor nyeri.
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria
yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.

xx
Faktor-Faktor Yang memengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, di


antaranya adalah :
1. Arti Nyeri Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan
hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain.keadaan ini dipengaruhi oleh
berabagai faktor, sepertiusia, jenis kelamin, latar belakangsosial
budaya, lingkungan, dan pengalaman.
2. Presepsi Nyeri Presepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat
subjektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif).
3. Toleransi Nyeri Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri
yang dapat memengaruhi peningkatan toleransinyeri antara lain
alkohol obat-obatan hinotis gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagaianya. Sedangkan faktor
yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan,
cemas,nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi Terhadap Nyeri Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk
respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas,
menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri
yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti arti nyeri, tingkat
presepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial,
kesehatan fisikdan mental, rasa takut, cems dan lain-lain.

Manajemen nyeri non-farmakologi

1. Stimulasi kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi pada kulit yang dapat
membantu mengurangi nyeri, karena menyebabkan pelepasan endorfin
sehingga klien memiliki rasa kontrol terhadap nyerinya. pemberian
sensasi hangat dan dingin (kompres panas dan dingin) dapat mengurangi
nyeri dan memberikan kesembuhan.
2. Distraksi
Distraksi adalah mengarahkan perhatian klien kepada suatu hal lain
selain nyeri, dengan demikian mengurangi kesadaranya terhadap nyeri.
Distraksi dilakukan dengan cara melakukan aktivitas yang disukai oleh
klien, tentunya aktivitas yang tidak berat agar tidak memperparah nyeri.
Distraksi dapat dilakukan dengan cara mendengarkan musik yang disukai
oleh pasien untuk mendapatkan efek terapeutik, atau pasien bernyanyi,
bermain game ringan danmemainkan alat musik. Penelitian telah
membuktikan bahwa teknik distraksi mampu mengurangi

xxi
ketidaknyamanan akibat dari nyeri (Potter & Perry, 2010; Jameson,
Trevena & Swain, 2011).
3. Biofeed back atau umpan balik hayati
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu darah
atau tegangan dan cara untuk melatih kontro volunter terhadap respon
tersebut. Terapi ini digunakan untuk menghasilkan relaksasi dalam dan
sangat efektif untukmengatasi ketegangan otot dan nyeri kepala migran
untuk mempelajari terapi ini dibutuhkan waktu beberapa minggu.
4. Mengurangi presepsi nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah
membuang atau mencegah stimulasi nyeri. Hal ini terutama penting bagi
klien yang mobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi ke tidak
nyamanan.
5. Herbal
Kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan herbal, namun
penggunaannya belum sesuai dosis yang tepat sehingga pengobatan
menggunakan herbal kurang dianjurkan. Apabila akan menggunakan
herbal, harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan
ahli agar tidak mengganggu bekerjanya obat di dalam tubuh namun justru
membantu kesembuhan (Potter &Perry, 2010).

Manajemen nyeri farmakologi

Strategi dalam penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan


farmakologi dan non-farmakologi. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan
kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Analgesic merupakan metode
penanganan nyeri yang paling umum dan sangat efektif. Ada tiga tipe analgesic,
yaitu :
1. Non-opioid mencakup asetaminofen dan obat antiinflamatory
drug/NSAID
2. Opioid : secara tradisional dikenal dengan narkotik
3. Tambahan / pelengkap / koanalgesik (adjuvants) : Variasi dari
pengobatan yang meningkatkan analgesik atau memiliki kandungan
analgesik yang semula tidak diketahui (Potter & Perry, 2010)

Masalah-masalah Pada Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)

Masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri) diartikan sesuai


klasifikasinya yaitu :
1. Nyeri Menurut tempat dan sumbernya
a. Nyeri Cutaneus : nyeri yang berasal dari kulit atau jaringan
subkutan

xxii
b. Nyeri Viseral : Nyeri yang sulit ditentukan lokasinya dari organ yang
sakit ke seluruh tubuh.
c. Nyeri sentral (central pain) : Nyeri sentral adalah nyeri yang
dirasakan akibat adanya rangsangan dari sistem-sistem saraf pusat.
d. Nyeri psikologik (psycologic pain) : Penyebab nyeri tidak dapat
diketemukan, atau tidak diketemukan kelainan organik tetapi akibat
trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik, biasanya
disebabkan oleh ketegangan otot yang kronis yang terjadi pada klien
yang mengalami stres yang lama.
e. Peripheral Pain ( Nyeri perifer)
f. Superfisial (nyeri permukaan) : Rangsangan secara kimiawi, fisik,
pada kulit, mukosa, biasanya terasa nyeri tajam-tajam didaerah
rangsangan.
g. Deep : Bila di daerah viceral, sendi, pleura, peritonium terangsang
akan timbul rasa nyeri dalam. Umumnya nyeri dalam banyak
berhubungan dengan refered pain, keringat, kejang otot didaerah
yang berjauhan dari asal nyerinya.
h. Reffered pain : Rasa nyeri didaerah jauh dari tempat yang
terangsang, biasanya terlibat pada nyeri dalam, yang dirasakan atau
menyebarkan nyeri ke arah superficial, kadang-kadang di samping
rasa nyeri terjadi kejang pada otot-otot atau kelainan susunan saraf
otonom seperti gangguan vaskuler, berkeringat yang luar biasa.
Penyebaran nyeri yang timbul bisa berupa: hiperalgesia,
hiperasthesia dan allodynia, yang mana perjalanan nyeri ini dapat
berasal dari sistem somatis maupun system
6. Konsep Dasar Asuhan Keprawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman Nyeri
a. Pengkajian Keperawatan Nyeri
Pengkajian pada masalah nyeri umumnya dapat dilakukan
dengan melihat lokasi keluhan nyeri, intensitas, kualitas dan waktu
serangan terjadinya nyeri.Pengkajian nyeri dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik PQRST yaitu:
P (Provocative/Pemacu) perawat mengkaji tentang penyebab atau
stimulus-stimulus nyeri pada klien/ faktor pencetus
Q (Quality/kualitas) kualitas nyeri merupakan sesuatu yang
subjektif yang diungkapkan klien. Misalnya tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, dan tertusuk.
R (Region/lokasi) Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat
meminta klien untuk menunjukkan semua bagian atau daerah yang
dirasakan tiak nyaman oleh klien

xxiii
S (Severe/keparahan) Tingkat keparahan pasien tenang nyeri
merupakan karakteristik yang paling subjektif
T (Time/durasi) Lamanya serangan atau frekuensi nyeri.
Pengukuran nyeri dapat menggunakan beberapa instrumen,
dalam pemilihan instrumen pengkajian nyeri, diperlukan
pertimbangan yang sesuai dengan karakteristik nyeri yang dialami
oleh individu yang akan diukur tingkat nyerinya. Beberapa
instrumen pengkajian yang sering digunakan untuk mengsi
pengkajian nyeri yaitu menggunakan Skala Pendiskripsi Verbal
(Verbal Descriptor Scale/VDS), Skala penilaian Numerik
(Numerical Rating Scale/NRS), dan Skala Analog Visual (Visual
Analog Scale/VAS)
b. Diagnosa Keperawatan
Buku saku diagnosis keperawatanedisi 9 2012, menjelaskan
terdapat dua diagnosa keperawatan utama yang dapat digunakan
untuk menggambarkan nyeri pada klien.
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association for the study of Pain):
awitan yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung

Batasan Karakteristik :

1. Perubahan selera makan


2. Perubahan tekanan darah
3. Perubahan frekwensi jantung
4. Perubahan frekwensi pernapasan
5. Laporan isyarat
6. Diaforesis
7. Perilaku distraksi (mis,berjaIan mondar-mandir mencari
orang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
8. Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek,
menangis)
9. Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus meringis)
10. Sikap melindungi area nyeri

xxiv
11. Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
12. Indikasi nyeri yang dapat diamati
13. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14. Sikap tubuh melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Melaporkan nyeri secara verbal
17. Gangguan tidur
Faktor Yang Berhubungan :
Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil :


NOC
a. Pain Level,
b. Pain control

Kriteria Hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu


menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi Keperawatan :

NIC

Pain Management

1.) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,


durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2.) Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
3.) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4.) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5.) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

xxv
6.) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa Iampau
7.) Bantu pasierl dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8.) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9.) Kurangi faktor presipitasi nyeri
10.) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
11.) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12.) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13.) Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri
14.) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15.) Tingkatkan istirahat
16.) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17.) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
c. Implementasi/ Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Perawat dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi rasa
nyeri.Tindakan tersebut yaitu tindakan farmakologis dan non
farmakologis.Biasanya untuk nyeri skala yang ringan tindakan non farmakologis
merupakan tindakan intervensi yang paling utama.Sedangkan untuk
mengantisipasi perkembangan nyeri dapat digunakan tindakan
farmakologis.Penanganan nyeri pada persalinan dengan metode nonfarmakologi
menurut Potter (2006; 1531-1534) tindakan peredaan nyeri secara non
farmakologi yang dapat digunakan diantaranya:
1. Teknik Stimulasi Kutaneus stimulasi pada kulit yang dapat membantu
mengurangi nyeri dilakukan dengan cara :
a. Massase
b. Kompres panas atau dingin
c. Mandi air hangat d) Stimulasi syaraf elektrik transkutan (TENS)
2. Teknik Distraksi/latihan pengalihan perhatian dengan cara:
a. Menonton TV
b. Berbincang dengan orang lain
c. Mendengarkan musik
3. Teknik relaksasi Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam,
menghembuskan secara perlahan dan melemaskan otot-otot tangan
dan dilakukan berulang kali hingga memperoleh rasa nyaman dan
teknik relaksasi lain mencakup meditasi, yoga, dan latihan relaksasi
otot progresif
4. Pemberian obat analgesik

xxvi
Obat analgesik digunakan untuk mengganggu atau memblok transmisi
stimulus sehingga mampu mengurangi rasa nyeri.Jenis analgesik yang biasa
digunakan yaitu narkotika dan bukan narkotika.Untuk menurunkan tekanan
darah dan depresi fungsi vital seperti respirasi biasanya efek dari jenis
narkotika.Obat yang dikenal di masyarakat seperti aspirin, asitamenofen dan
bahan antiinflamasi nonsteroid merupakan jenis dari bukan narkotika. Aspirin
memblok rangsangan dan menghambat sintesis prostaglandin dengan khasiat 15-
20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam.
World Health Organization (WHO) mengkombinasikan penggunaan obat-
obatan analgesik dan obat adjuvan untuk mengontrol nyeri, dimana obat adjuvan
yaitu obat yang bertujuan untuk meningkatkan kemanjuran obat opiate, serta
menghilangkan gejala yang timbul dan dapat bertindak sebagai analgesik pada
nyeri.Untuk nyeri dengan skala ringan (1-3 pada skala 0-10) direkomendasikan
penggunaan obat non opiat disertai atau tanpa obat adjuvan.WHO
merekomendasikan penggunaan obat opiat lemah diserati atau tanpa non opiat
serta diserati obat adjuvan untuk nyeri klien yang menetap atau skalanya
meningkat (4-6 nyeri skala sedang pada skala 0-10). Opiat kuat akan diberikan
apabila skala nyeri masih menetap atau bahkan meningkat, non opiat dapat
diteruskan sedangkan obat adjuvan perlu dipertimbangkan penggunaannya
(AHCPR,1994) dalam (Prasetyo,2010).
d. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dinilai melalui kemampuan respon nyeri klien, diantaranya hilangnya
perasaan nyeri, intensitas nyeri menurun, respon fisiologis yang baik, serta
kemampuan pasien melakukan aktifitas sehari-hari.

xxvii
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :jl pemuda sukabumi
Suku/Bangsa :sunda / Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Diagnosa Medik : Post Op Dectio Caesarea H1
No. Rekam Medik :010744
Tanggal Masuk :28 Juli 2018
Tanggal Pengkajian :30 Juli 2018
B. Penanggung jawab pasien
Nama : Tn.H
Usia :48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tani
Hubungan Dengan Klien : Suami
C. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat keluhan Utama : Klien mengatakan Nyeri pada luka Operasi SC
Kondisi Saat Dikaji (PQRST)
a) Provocative/penyebab Apa penyebabnya : luka Operasi/ trauma
pembedahan Sectio Caesarea
b) Quantity/kualitas Bagaimana dirasakan : seperti berdenyut
c) Region/daerah Dimana lokasinya : Luka Operasi klien berada di abdomen
suprapubik (perut bawah tengah)
d) Skala seviritas/intensitas Skala nyeri 4 (Sedang) klien nampak meringis
e) Time/waktu (1) Lamanya berlangsung : 1 menit (2) Interval nyeri : Hilang
timbul 1menit
f) Faktor yang meringankan : tidak ada
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alergi : tidak ada

xxviii
b) Kebiasaan : Makanan :Pasien mengatakan masih memakan makanan
pantangan hipertensi, seperti daging, serta makanan berkolestrol
c) Obat : tidak ada
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami : klien mengatakan punya riwayat hipertensi
Kebiasaan:
(a) Merokok :Klien mengatakan tidak pernah merokok
(b) Prosedur operasi yang pernah di alami : sebelumnya klien tidak pernah
mengalami operasi
(c) Alergi (makanan,obat-obatan) : tidak ada riwayat alergi
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
(a) Identifikasi Berbagai Penyakit Keturunan Yang Umumnya Menyerang?
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan pada keluarga
(b) Bagan Genogram

40 ? ? ? ? 48 ? ?

25 23 21

Keterangan :

: klien : laki – laki

: meninggal

? : perempuan
: umur tidak diketahui

xxix
5) riwayat kehamilan dan persalinan
1. Gravida : GIV PIII A0 + Pre eklampsia Berat
2. HPHT : 28-10-2017
3. Umur kehamilan : 38 mgg
4. Jenis persalinan : sectio caesaria
5. Plasenta lahir : lahir
6. Penolong : dokter
6) Pengkajian kebutuhan rasa nyaman
a) Faktor Yang Meringankan : tidak ada
b) Pengaruh Nyeri Terhadap Aktivitas
Sebelum berada di RS
(1) Tidur
(a) Mulai tidur : 22.00
(b) Lama tidur 8 jam
(2) Makan Frekuensi : 3x sehari Jenis makanan : nasi + lauk + sayur
Selama berada di RS
(1) Tidur Mulai tidur : 04.00 Lama tidur : 1 jam
(2) Makan Frekuensi : 2x sehari (porsitidak dihabiskan) Jenis makanan
: bubur
c) Gejala Klinik Lain Yang Menyertai Nyeri
(1) Mual :-
(2) Muntah :-
(3) Pusing : √
(4) Menggigil :-
7) Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran umum: Lemah
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/90mmHg
b. Pernapasan :21×/menit
c. Suhu :36, 7°c (4)Nadi :80×/ menit
3. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala : simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi
b. Mulut
(a) Keadaan gigi :ada karies
(b) Bibir : tidak ada sariawan
c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

xxx
d. Mamae : simetris kiri dan kanan, ASI keluar, puting menonjol
e. Abdomen : terdapat luka sayatan ± 10 cm, terdapat nyeri tekan pada
daerah post op SC
f. Genitourinaria : terpasang kateter, warna urin kuning pekat
g. Muskuloskeletal Kekuatan otot

4 4
3 3

h. Status Neurologis
Tingkat kesadaran : samnolen
E:3
V:4
M:5
8) Therapi Medis
(1) Cefotaxime 1 g/8 jam IV
(2) Ketorolac 30 mg/8 jam IV
(3) Ranitidin 1 amp/8 jam IV
(4) IVFD RL 20 tpm

Klasifikasi data

DS :

1. Klien mengatakan nyeri pada luka operasi SC


2. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut
3. Klien mengatakan nyeri hilang timbul dan nyerinya sekitar 1 menit
4. Klien mengatakan susah tidur

DO :

1. nampak luka SC ±10 cm,terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC


2. P : luka Operasi/ trauma pembedahan Sectio Caesarea
Q : seperti berdenyut-denyut
R : Luka Operasi klien berada di abdomen suprapubik (perut bawah tengah)
S : Skala nyeri 4(Sedang) klien nampak meringis T : Lamanya berlangsung : 1 menit
Interval nyeri : Hilang timbul 1menit
3. Terdapat nyeri pada daerah post op SC

xxxi
Analisa data

No Data Etiologi Problem


1 DS : Pre-eklamsia Berat Nyeri akut b.d agen
1. Klien mengatakan nyeri pada injuri fisik
luka operasi SCnya (pembedahan)
2. Klien mengatakan nyeri yang Sectio caesarea
dirasakan seperti berdenyut Luka
3. Klien mengatakan nyeri
hilang timbul dan
nyerinyasekitar 1 menit post operasi
DO :
1. P : luka Operasi/ trauma
Jaringan terputus
pembedahan Sectio Caesarea
Q : Nyeri seperti berdenyut-
denyut Merangsang area
R : Luka Operasi klien berada sensorik
di abdomen suprapubik (perut
bawah tengah)
S : Skala nyeri 4 (Sedang) Gangguan rasa
T : hilang timbul nyaman
2. Klien nampak meringis
selama 1 menit
3. Tanda-tanda vital Tekanan
darah : 110/90mmHg Nyeri akut
Pernapasan : 21×/menit Suhu :
36, 7°c Nadi : 80×/ menit
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.dagen injuri fisik (pembedahan)
DS :
1. Klien mengatakan nyeri pada luka operasi SC
2. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut
3. Klien mengatakan nyeri hilang timbul dan nyerinya sekitar 1 menit

DO :

1. nampak luka SC ±10 cm,terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC


2. P : luka Operasi/ trauma pembedahan Sectio Caesarea
Q : seperti berdenyut-denyut
R : Luka Operasi klien berada di abdomen suprapubik (perut bawah tengah)
S : Skala nyeri 4(Sedang) klien nampak meringis
T : Lamanya berlangsung : 1 menit Interval nyeri : Hilang timbul 1menit
3. terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC

xxxii
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan & kriteria Intervensi


hasil
1 Nyeri akut b.d agen injuri fisik NOC : NIC :
pembedahan a. Pain level Pain management
b. Pain Control 1. Lakukan
Setelah diberikan pengkajian nyeri
asuhan secara
keperawatan 4× komprehensif
24 jam, klien termasuk lokasi,
mampu karakteristik,
mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
dengan kriteria kualitas, dan
Hasil : faktor presipitasi)
c. Melaporkan 2. Observasi reaksi
bahwa nyeri nonverbal dan
berkurang dengan ketidaknyamanan
menggunakan 3. Gunakan teknik
manajemen nyeri komunikasi
d. Mampu mengenali terapeutik untuk
nyeri (skala, mengetahui
instensitas, pengalaman nyeri
frekuensi, dan passien
tanda nyeri) 4. Ajarkan tentang
e. Mampu teknik
mengontrol nonfarmakologi
nyerimampu (Stimulasi
menggunakan Kutaneus
teknik Kompres Panas)
nonfarmakologi 5. Kolaborasikan
untuk mengurangi dengan dokter jika
nyeri) ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidakberhasil
Sumber : Data Primer, 2018 dan NANDA NIC NOC 2015

Impelementasi

N Hari/ Diagnosa keperawatan Jam Implementasi paraf


o tgl keperawatan
1 Senin/3 Nyeri akut b.d agen injuri fisik 09: 00 1. Gunakan teknik
0 juli (pembeda han) komunikasi

xxxiii
2018 terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri pasien
Hasil: klien
kooperatif dan
mengatakan
tentang
pengalaman

nyeri yang
dirasakan saat
ini
menyebabkan
klien merasa
tidak nyaman
2. Lakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas, dan
faktor
presipitasi)
Hasil :
P : luka Operasi/
trauma
pembedahan
Sectio Caesarea
Q : Nyeri seperti
berdenyut-
denyut
R : Luka
Operasi klien
11.00 berada di
abdomen
suprapubik
(perut bawah
tengah)
S : Skala nyeri 4
(Sedang)
T : hilang timbul
3. Kolaborasikan
dengan dokter

xxxiv
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil Hasil :
Ketorolac 30 mg
IV/8 jam
Cefotaxime 1 g
IV 8 jam
Ranitidin 1
amp/IV/8 jam
IVFD RL 20
tpm
4. Observasi reaksi
nonverbal dan
ketidaknyamana
n Hasil : Klien
nampak
meringiS
2 Selasa/ 07:50 1. Gunakan teknik
31 juli komunikasi
2018 terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri pasien
Hasil: klien
kooperatif dan
mengatakan
tentang
pengalaman
08.00 09:55
10.00 nyeri yang
dirasakan saat ₰
ini
menyebabkan
klien merasa
nyerinya agak
berkurang dan
mengganggu
aktivitas tidur
dan lainnya
2. Lakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik,

xxxv
durasi,
frekuensi,
kualitas, dan
faktor presiitasi)
Hasil :
P : luka Operasi/
trauma
pembedahan
Sectio Caesarea
Q : Nyeri seperti
berdenyut-
denyut
R : Luka
08.00 Operasi klien
berada di
abdomen
suprapubik
(perut bawah
09.55 tengah)
S : Skala nyeri 3
(ringan)
T : hilang timbul
3. Kolaborasikan
dengan dokter
10.00 jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil Hasil :
Ketorolac 30 mg
IV/8 jam
10,00 Cefotaxime 1 g
IV 8 jam
Ranitidin 1
amp/IV/8 jam
IVFD RL 20
tpm
4. .Observasi
reaksi nonverbal
dan
ketidaknyamana
n Hasil : Klien
masih terlihat
meringis dengan
durasi 10 detik
5. Ajarkan tentang
teknik

xxxvi
nonfarmakologi
(Stimulasi
Kutaneus
Kompres Panas)
Hasil : Klien
dan keluarga
nampak
kooperatif dan
mengerti tentang
terapi kompres
panas dan mau
mempraktekkan
nya

xxxvii
3 Rabu /1 07.40 1. Gunakan teknik
agust komunikasi
us 2018 terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri pasien
Hasil: klien
kooperatif dan
mengatakan
tentang
pengalaman
nyeri yang
dirasakan saat
ini agak
berkurang dan
mengganggu ₰
07.41 aktivitas tidur
dan lainnya
2. Lakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas, dan
faktor presiitasi)
Hasil :
P : luka Operasi/
trauma
pembedahan
Sectio Caesarea
Q : Nyeri seperti
08.00 berdenyutdenyut
R : Luka
Operasi klien
berada di
abdomen
suprapubik
(perut bawah
tengah)
S : Skala nyeri 2
(Ringan)
09.50 T : ketika
melakukan

xxxviii
gerakan
3. Kolaborasikan
dengan dokter
09.58 jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil Hasil :
Ketorolac 30 mg
IV/8 jam
Cefotaxime 1 g
IV 8 jam
Ranitidin 1
amp/IV/8 jam
4. Observasi reaksi
nonverbal dan
ketidaknyamana
n Hasil : Klien
masih terlihat
meringis dengan
durasi 10 detik
5. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
(Stimulasi
Kutaneus
Kompres Panas)
Hasil : Klien
dan keluarga
kooperatif dan
klien sering
melakukan
kompres panas
pada pagi hari
dan sore hari
dengan bantuan
keluarganya dan
perawat
Evaluasi

No Har/tgl Diagnosa keperawatan Jam Evaluasi


1 .Kamis/ Nyeri akut b.d agen injuri fisik 09.00 S:
2 juli (pembedahan) a) Klien mengatakan masih merasa
2018 agak nyeri sedikit
b) Klien mengatakan merasa cukup
nyaman
O:

xxxix
a) KU baik
b) Ekspresi wajah klien tampak
rileks
c) Skala nyeri 1 ( ringan)
A:
Nyeri akut teratasi
P : Intervensi Dihentikan 1,2,3,4 dan
5 (pasien boleh pulang)
Tabel 4. 1 Frekuensi skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi stimulasi
kutaneus kompres panas

No Lama hari Skala nyeri sebeum dan sesudah dilakukan Ket


terapi stimulasi kutaneus kompres panas
Sebelum Sesudah
Sesi 1 (Pagi Sesi 2 Sesi 1 Sesi 2
hari) (Sore (Pagi (Sore
hari) hari) hari)

1 Pertama 3 3 3 2 Level nyeri


berkurang
2 Kedua 2 2 2 2 nyeri ringan
3 Ketiga 2 2 1 1 Level nyeri
berkurang
Dari tabel 4. 1 dapat dilihat bahwa terapi stimulasi kutaneus kompres panas dilakukan
sebanyak 2 sesi, yaitu pada pagi dan sore hari selama 3 hari. Pada hari kedua setelah post op
sectio caesarea. Pada hari pertama dilakukannya stimulasi kutaneus kompres panas klien
mengalami nyeri ringan dengan penurunan level nyeri yaitu skala nyeri 3 ke skala nyeri 2,
sedangkan pada hari kedua terapi klien mengalami nyeri sedang dengan skala 2, dan pada hari
ketiga ketiga nyeri berkurang dari level 2 ke 1.

B. Pembahasan

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan
klien

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Post Op Sectio Caesarea berdasarkan teori,
yaitu :

1.) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas (mokus dalam
jumlah berlebihan), jalan napas alergik (respon obat anastesi)

xl
2.) Nyeri akut b.d agen injuri fisik(pembedahan)
3.) Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu,terhentinya proses
menyusui
4.) Gangguan pola tidur b.dkelemahan
5.) Resiko infeksi b.d faktor risiko : episiotomi,laserasi jalanlahir,bantuan
pertolongan persalinan
6.) Defisit perawatan diri mandi/kebersihan diri, makan, toileting b.d kelelahan
postpartum.
7.) Definisi pengetahuan perawatan post partum b.d kurangnya informasi tentang
penanganan post partum

Pada pengkajian dan analisa data yang telah dilakukan pada pasien tersebut, tidak
didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus, dimana diagnosa yang dapat diangkat dari hasil
pengkajian tersebut yaitu nyeri akut.Dimana pada pathway yang ada diteori dijelaskan bahwa
penyebab terjadinya nyeri pada pasien Sectio Caesarea yaitu karena adanya agen injuri fisik
pemedahan, yang menyebabkan jaringan terputus sehingga merangsang area sensorik kemudian
rasa nyaman klien terganggu akibat nyeri. Adapun batasan karakteristik pada diagnosa nyeri akut
berdasarkan teori yaitu :

1) Perubahan selera makan


2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekwensi jantung
4) Perubahan frekwensi pernapasan
5) Laporan isyarat
6) Diaforesis
7) Perilaku distraksi (mis,berjaIan mondar-mandir mencari orang lain dan atau aktivitas
lain, aktivitas yang berulang)
8) Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis)
9) Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar
atau tetap pada satu fokus meringis)
10) Sikap melindungi area nyeri
11) Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
12) Indikasi nyeri yang dapat diamati
13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14) Sikap tubuh melindungi
15) Dilatasi pupil
16) Melaporkan nyeri secara verbal
17) Gangguan tidur

Batasan karakteristik yang ditemukan pada teori dan hasil pengkajian yang telah
dilakukan pada pasien tidak ditemukan kesenjangan teori, dimana batasan karakteristik yang

xli
ditemukan pada hasil pengkajian sehingga dapat muncul diagnosa nyeri yaitu ditandai

DS :

Klien mengatakan nyeri pada luka operasi SC, klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti
berdenyut, klien mengatakan nyeri hilang timbul dan nyerinya sekitar 1 menit

DO :

nampak luka SC ±10 cm, terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC, Paliatif luka Operasi/
trauma pembedahan Sectio Caesarea, kualitas seperti berdenyut-denyut, daerah Luka Operasi
klien berada di abdomen suprapubik (perut bawah tengah), dengan skala nyeri 4 (Sedang) klien
nampak meringis dan lamanya berlangsung : 1 menit,interval nyeri : hilang timbul 1 menit serta
terdapat nyeri tekan pada daerah post op SC

Intervensi Keperawatan

intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama
klien. tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi
kolaboratif. Intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan teori yaitu :

Pain Management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)
b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri passien
d. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (Stimulasi Kutaneus Kompres Panas)
e. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Adapun intervensi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu hanya memfokuskan pada
tindakan keperawatan, melakukan penanganan nyeri secara non farmakologi, yaitu terapi
stimulasi kutaneus kompres panas. Dimana tujuan dari teknik ini untuk menghilangkan atau
menurunkan nyeri yang dirasakan pasien, Tujuan ini juga sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
oleh teori yaitu melaporkan bahwa nyeri berkurang Mampu mengenali nyeri (skala, instensitas,
kualitas, frekuensi, dan faktor presipitasi), mampu mengontrol nyeri mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri). Tindakan kolaborasi dengan dokter juga
digunakan untuk mengantisipasi nyeri yang berlebihan atau mengontrol nyeri, serta mengetahui
penglaman nyeri.

Implementasi Keperawatan

Perawat dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi rasa nyeri. Tindakan
tersebut yaitu tindakan farmakologis dan non farmakologis. Biasanya untuk nyeri skala yang
ringan tindakan non farmakologis merupakan tindakan intervensi yang paling utama. Sedangkan
xlii
untuk mengantisipasi perkembangan nyeri dapat digunakan tindakan farmakologis. Penanganan
nyeri pada persalinan dengan metode non-farmakologi menurut Potter (2006; 1531-1534)

Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan


keperawatan berdasarkan teori (NIC) yaitu :

NIC :

Pain management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)
b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri passien
d. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (Stimulasi Kutaneus Kompres Panas)
e. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 hari sejak tanggal 30 juli 2018, dimana
tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga
dapat tercapai sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan

Evaluasi keperawatan.

Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari kamis tanggal 1 agustus 2018 diperoleh
hasil dimana nyeri akut teratasi.pada data subjektif pasien mengatakan masih merasa agak nyeri
sedikit, klien mengatakan merasa cukup nyaman dan data objektif keadaan umum baik, ekspresi
wajah klien tampak rileks, skala nyeri 1(ringan)

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat penurunan skala nyeri dengan
menggunakan terapi stimulasi kutaneus kompres panas, tindakan non farmakologi ini hanya
sebagai pelengkap dari tindakan farmakologi yang diberikan

xliii
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
umum dari hasil studi kasus ini yaitu :
Asuhan keperawatan pada pasien Post Op Sectio Caesarea dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman (nyeri) dalam tindakan stimulasi kutaneus kompres panas
mampu mengurangi skala nyeri pada pasien.
Kesimpulan secara khusus dari hasil studi kasus ini yaitu :
1. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan format gangguan rasa nyaman
(nyeri), sehingga ditemukan data tentang keluhan nyeri pada klien sesuai dengan
pengkajian PQRST
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu nyeri akut b.d agen injuri fisik
pembedahan, diagnosa ini didukung oleh data yang ditemukan dari hasil
pengkajian
3. Intervensi keperawatan dilakukan selama 4 hari dengan menggunakan terapi
stimulasi kutaneus kompres panas yang diketahui mampu mempertahankan
keelastisan otot sehingga menurunkan tekanan darah
4. Implementasi keperawatan dilakukan sejak hari pertama setelah pengkajian
sampai dengan hari ke empat
5. Evaluasi keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan skala nyeri dan dengan
perbandingan hasil penemuan penelitian sebelumnya

4.2 saran
Bagi mahasiswa diharapkan makalah asuhan keperawatan ini dapat menambah
pengetahuan. Bagi perawat diharapkan agar dapat meningkatkan dan
mempertahankan standar asuhan keperawatan sehingga mutu pelayanan rumah sakit
dapat terjaga.

xliv
DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul dkk. 2012. Keterampilan Dasar Kebidanan 1; Pendekatan


Kurikuum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Health BOOKS.
Tresnawati Frisca. 2012. Asuhan Kebidanan, Jilid 1. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Jacob, Annama dkk, 2014. Buku Ajar: Clinical Nursing Procedures, Jilid satu.
Pamulang – Tangerang Selatan: Binapura Aksara, Alih Bahasa Dr. Ronald Estrada.
Nurarif, Amin Huda dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: MediAction.
Wilkinson, Judith M dan Nancy Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Ed. 9. Jakarta: EGC Alih
Bahasa Esty Wahyuningsih Tyasseptya. 2015.
Definisi Kenyamanan. Diperoleh tanggal 3 Juni 2018,
https://www.slideshare.net/tyasseptya/definisi-kenyamanan
Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016.
Diperoleh tanggal 13 Maret 2018, https://www.google.com/html.
Wikipedia. 2018. Teori hierarki kebutuhan Maslow. Diperoleh tanggal 14 Maret
2018, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori hierkakiKebutuhan Maslow.
Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Dieroleh 17 maret 2018,
www.depkes.go.id/resources/.../profil-kesehatan.../profil-kesehatanindonesia-2012

xlv

Anda mungkin juga menyukai