Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

EFEKTIVITAS AROMATERAPI LAVENDER DALAM

UPAYA PENURUNAN RASA NYERI PADA

PASIEN POST SECTIO CAESAREA

DWI FITRI CHAIRUNNISA

1020032025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil alamin, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Efektivitas Aromaterapi Lavender Dalam
Upaya Penurunan Rasa Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea” dengan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah EBP
di Program Studi Ilmu Keperawatan di Universitas Faletehan.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns.
Dewi Rachmawati S. Kep., M. Kep selaku dosen dan pembimbing mata kuliah EBP
yang telah membimbing, mengoreksi, mengarahkan dan memotivasi dengan sabar
dan setulus hati sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan
bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membagi


pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah yang dibuat jauh dari kata sempurna karena adanya
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan
saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Serang, 9 January 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................6
2.1 Sectio Caesarea....................................................................................................6
2.1.1 Pengertian......................................................................................................6
2.1.2 Etiologi/Faktor Yang Mempengaruhi Sectio Caesarea.................................7
2.1.3 Manifestasi Klinis.........................................................................................7
2.1.4 Patofisiologi..................................................................................................9
2.1.5 Penatalaksanaan Sectio Caesarea................................................................10
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................11
2.2 Aromaterapi Lavender.......................................................................................12
2.2.1 Pengertian....................................................................................................12
2.2.2 Kerja Lavender Sebagai Media Relaksasi...................................................13
2.2.3 Manfaat Aromaterapi Lavender..................................................................13
2.2.4 Standar Prosedur Operasional Pelaksanaan Aromaterapi Lavender...........13
BAB III........................................................................................................................17
KESIMPULAN...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persalinan adalah sebuah proses mengeluarkan hasil konsepsi yaitu janin dan
plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan adanya bantuan atau tanpa bantuan. Tenaga medis
berperan penting sebagai penolong yaitu untuk mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin. Oleh karena itu perlu penatalaksanaan
yang terampil dan berpengalaman sehingga ibu dapat melahirkan dengan baik dan
dapat mewujudkan persalinan yang sehat, memuaskan serta dapat mengutamakan
keselamatan ibu dan janin (Esta, 2017).

Persalinan dengan sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan


dengan cara pembedahan insisi pada dinding perut dan dinding rahim ibu. (Tirtawati
et al., 2020) Sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal
melalui vagina tidak memungkinkan atau karena adanya indikasi medis (Esta, 2017).

Indikasi medis dilakukannya operasi sectio caesarea ada dua faktor yang
mempengaruhi diantaranya faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu terdiri dari usia
lebih dari 35 tahun, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat jalan
lahir, kelainan kontraksi, ketuban pecah dini (KPD), dan preeclampsia. Sedangkan
faktor janin diantaranya meliputi : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman
gawat janin, janin abnormal , faktor plasenta,kelainan tali pusat, dan bayi kembar.
Persalinan ini harus dipahami, dimengerti dan diterima sebagai alternative persalinan
dan keselamatan bagi ibu dan janin ketika tidak memungkinkannya dilakukan
persalinan normal/alami (Permenkes, 2012).

1
Persalinan sectio caesarea memiliki resiko lima kali lebih besar terjadinya
komplikasi pada ibu dibandingkan persalinan normal. Faktor yang paling banyak
adalah faktor ansestesi, pengeluaran darah oleh ibu selama proses operasi, komplikasi
penyulit, endometriosis (radang endometrium), tromboplebitis (pembekuan pembuluh
darah balik), embolisme (penyumbatan pembuluh sarah) dan pemulihan bentuk letak
rahim menjadi tidak sempurna. Komplikasi lain yang dapat bersifat ringan adalah
kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari pada masa nifas. Pemulihan persalinan
yang berlangsung lama sehingga dapat membuat ibu mendapatkan perawatan yang
lebih lama juga otomatis biaya akan semakin mahal. Selain itu, karena pemulihan
yang cukup lama akibat luka sayatan yang belum kering dan masih sakit, ibu akan
menunda aktivitas lebih lama dibandingkan dengan ibu yang melahirkan normal,
termasuk hubungan seksual dan olahraga sehingga penurunan berat badan
berlangsung lama, selain itu juga seorang ibu yang mengalami sectio caesarea hanya
dibatasi memiliki 3 anak saja (Esta, 2017).

Berdasarkan data (World Health Organization, 2013) menetapkan standar rata-


rata section caesarea adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Sedangkan
jumlah tindakan operasi Caesar di Indonesia sudah melewati batas maksimal WHO
yaitu 5-15%.

Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)


menunjukan terjadi kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun
1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8%. Angka prevalensi persalinan sesar di kota
jauh lebih tinggi dibandingkan di daerah pedesaan yaitu 11% dibandingkan 3,9%.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 menunjukan operasi section caesarea sebesar
9.8% dari total 48.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai 2013, dengan proporsi
tertinggi di DKI Jakarta (19,9%), Banten (17,1%) dan terendah di Sulawesi Tenggara
(3,3%).(Kementerian Kesehatan, 2013)

2
Adapun dampak dari tindakan pembedahan pada proses persalinan Sectio
Caesarea akan menyebabkan nyeri dikarenakan adanya perubahan kontinuitas
jaringan diperut hal ini terjadi karena adanya proses pembedahan yang dilakukan
untuk mengeluarkan janin. Tindakan operasi Sectio Caesarea menggunakan anestesi
agar pasien tidak merasa nyeri pada saat dilakukannya tindakan pembedahan
sehingga setelah operasi selesai, saat pasien mulai sadar dan efek anestesi telah hilang
pasien akan merasakan nyeri di daerah perut dikarenakan adanya sayatan sehingga
dapat membuat pasien merasa tidak nyaman. (Haniyah & Setyawati, 2018)
Ketidaknyaman yang dirasakan oleh ibu post-operative akan menyebabkan mobilisasi
ibu menjadi terbatas, , Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak terpenuhi karena adanya
peningkatan intensitas nyeri apabila ibu bergerak hal ini akan menyebabkan bayi
kekuranganan asupan nutrisi dari asi karena pasien tidak dapat diberikan secara
optimal. (Haniyah & Setyawati, 2018) Masalah yang akan muncul pada ibu setelah
menjalani tindakan pembedahan section caesarea adalah ibu merasa nyeri karena
adanya pembedahan. Bentuk nyeri yang dialami oleh ibu setelah pembedahan adalah
nyeri akut. (Misfonica, 2019)

Terapi penurunan nyeri dibagi menjadi dua yaitu terapi farmakologi/obat-


obatan (analgetik) dan terapi non-farmakologi/cara alami atau dengan psikoterapi
(relaksasi). Salah satu cara terapi non-farmakologi yang dapat digunakan yaitu
aromaterapi. Jenis aromaterapi yang dapat digunakan diantaranya adalah aromaterapi
lavender. Aroma terapi lavender dapat memberikan efek ketenangan dan rasa nyaman
selain itu juga dapat mengurangi rasa tertekan, stress dan rasa sakit. (Misfonica,
2019)

Dampak positif yang didapat oleh ibu post-operative section caesarea saat
diberikan aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri akan lebih dirasakan
apabila diberikan secara langsung (inhalasi) karena minyak lavender mengandung
linalool dan linalyl asetat yang apabila terhirup oleh hidung yang mempunyai kontak
langsung dengan bagian-bagian otak yang bertugas merangsang terbentuknya efek

3
yang menenangkan dan mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh aromaterapi
lavender sehingga aromaterapi lavender dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa
nyeri dan dapat memberikan relaksasi bagi ibu post-operative section caesarea.
(Misfonica, 2019)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ibu bersalin secara signifikan
bahwa aromaterapi lavender sangat mempengarui penurunan nyeri hal ini dibuktikan
dengan experiment sebelum diberikan ibu mengalami nyeri berat dan sesudah
diberikan aromaterapi ibu bersalin mengalami penurunan nyeri sedang, sehingga hal
ini dapat menjadi bukti bahwa aromaterapi lavender sangat mempengaruhi penurunan
nyeri persalinan.(Tirtawati et al., 2020)

Hal ini pun banyak dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Rahmawati & Rohmayanti, 2015) di Rumah Sakit Budi Rahayu Kota Magelang
didapatkan hasil penelitian dengan menggunakan uji quasy experiment dengan design
rancangan two grup pre-test and post-test memperoleh nilai P=0,000 (P<0,05) yang
berarti terjadi perubahan yang signifikan pada intensitas nyeri post op sectio
caesarea. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh aromaterapi
lavender terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea pada pasien di di
Rumah Sakit Budi Rahayu Kota Magelang.

Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tirtawati et al., 2020)
pada bulan July-Agustus 2018 didapatkan hasil penelitian dengan menggunakan uji
One Way Anova, memperoleh nilai F= 4,115 dan p-value= 0,010 (p value=<0,05).
Sehingga dapat disimpulkannya terjadi penurunan intensitas nyeri ini disebabkan
karena aromaterapi lavender mampu memberikan efek relaksasi dan menenangkan
pikiran sehingga nyeri dapat berkurang.

4
Penelitian yang lainnya juga dilakukan oleh (Misfonica, 2019) pada tanggal 20
Juni - 13 Juli 2019 di RS Kusuma Ungaran, didapatkan hasil penelitian dengan
menggunakan uji paired t-test, diketahui hasil p-value sebesar 0,000 (<0,05) yang
berarti ada perbedaan secara signifikan tingkat nyeri ibu pasca operasi section
caesarea sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender. Hal ini menunjukan
bahwa aromaterapi lavender efektif terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien
pasca operasi section caesarea dirumah sakit Kusuma Ungaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas lebih
detail konsep teori dan penelitian mengenai “Efektivitas aromaterapi lavender dalam
upaya penurunan rasa nyeri pada pasien post sectio caesarea”

1.2 Rumusan Masalah

Tingginya nyeri yang diderita oleh ibu pasca operasi sectio caesarea baik secara
global maupun secara nasional membutuhkan penanganan yang cepag untuk
mengatasi nyeri, yaitu dengan cara meminum obat anti nyeri (analgesic) untuk
mengurangi rasa nyeri yang diderita oleh ibu sehingga tidak ada gangguan aktivitas
sehari-hari dan mempercepat proses penyembuhan.
Selain itu, terdapat cara untuk menurunkan intensitas rasa nyeri secara non
farmakologis dengan cara melakukan pemberian aromaterapi lavender, dan dari hasil
beberapa penelitian menunjukan bahwa aromaterapi lavender ini dapat menurunkan
intensitas nyeri yang signifikan karena aromaterapi lavender mampu memberikan
efek relaksasi dan menenangkan pikiran sehingga nyeri dapat berkurang.
Berdasarkan dari latar belakang diatas penulis membuat rumusan masalah
yaitu “ Bagaimana intervensi keperawatan berupa aromaterapi lavender terbukti
efektif dalam upaya penurunan rasa nyeri pada pasien post sectio caesarea ?”

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Sectio Caesarea

2.1.1 Pengertian
Sectio Caesarea (SC) merupakan salah satu proses persalinan untuk
mengeluarkan janin dari dalam perut ibu, caranya adalah dengan membuat
sayatan pada dinding uterus. Sectio caesarea merupakan suatu tindakan yang
dapat menimbulkan nyeri akibat terlepasnya senyawa mediator nyeri seperti
asetilkolin, bradikinin, dan sebagainya yang dapat meningkatkan sensitivitas
syaraf reseptor nyeri pada ibu. (TITANIA, 2020)
Jenis-jenis operasi sectio caesarea
1) Sectio Caesarea Abdomen
Sectio Caesarea Transperitonealis, adalah dengan insisi memanjang pada
corpus uteri yang dilakukan dengan cara membuat sayatan memanjang pada
corpus uteri yang kira-kira panjangnya 10cm pada perut ibu.
2) Sectio Caesarea Profunda (Ismika Profunda), adalah dengan insisi pada
segmen bawah uterus. Sayatan dibuat dengan cara meyayat kulit yang
melintang konkaf pada segmen bawah rahim ibu kira-kira dengan panjang
10cm.
3) Sectio Caesarea Ekstraperitonealis, adalah dengan cara tanpa membuka
peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum
abdominalis.
4) Sectio Caesarea Vaginalis, adalah dengan cara mengarah sayatan pada rahim
yang dilakukan sebagai berikut:
 sayatan memanjang (longitudinal),
 sayatan melintang (transversal),
 sayatan huruf T (T-incision). (TITANIA, 2020)

6
2.1.2 Etiologi/Faktor Yang Mempengaruhi Sectio Caesarea
Proses persalinan sectio caesarea memiliki penyebab yang bisa berasal dari
ibu ataupun janin, diantaranya:
 Etiologi yang berasal dari ibu
Adanya riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk seperti terdapat,
plasenta previa terutama pada primigravida, kesempitan panggul solution
plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit seperti
gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan
sebagainya), (jantung, diabetes mellitus). Tidak hanya itu saja ada
beberapa etiologi yang menjadi indikasi medis dilaksanakannya sectio
caesarea diantaranya: KPD (Ketuban Pecah Dini), dan faktor hambatan
jalan lahir, CPD (Chepalo Pelvik Disproportion), PEB (Pre Eklampsia
Berat).
 Etiologi yang berasal dari janin
Disebabkan karena adanya kegagalan persalinan vakum atau forcep
ekstrasi dan gawat janin.Mal presentasi, mal posisi kedudukan janin,
prolapsi tali pusat dengan pembukaan kecil. (TITANIA, 2020)

2.1.3 Manifestasi Klinis


Menurut Nanda nic noc 2016, adalah sebagai berikut:
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis
2. Panggul sempit
3. Rupture uteri mengancam
4. Partus lama (prolonged labor)
5. Partus tak maju (obstructed labor)
6. Distosia serviks
7. Pre-eklampsia dan hipertensi
8. Malpresentasi janin

7
2.1.4 Patofisiologi
Pada proses persalinan sectio caesarea ada beberapa yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahur secara normal atau spontan, misalnya karena pre eklampsia dan
eklampsia berat, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu,
kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut
rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar,
kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta
keluar dini, ketuban pecah dini dan bayi belum keluar dalam 24jam, kontraksi
lemah dan sebaginya. Kondisi medis inilah yang menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pada ibu untuk dapat mengeluarkan janin dari dalam perut ibu,
maka dari itu dilakukannya pembedahan persalinan yaitu sectio caesarea.
(Ramandany, 2019)
Tindakan pembedahan pada proses persalinan Sectio Caesarea akan
menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan
diperut karena adanya proses pembedahan pengeluaran janin. Tindakan operasi
Sectio Caesarea menggunakan anestesi agar pasien tidak merasa nyeri pada saat
dilakukannya tindakan pembedahan sehingga setelah operasi selesai, saat pasien
mulai sadar dan efek anestesi telah hilang pasien akan merasakan nyeri di daerah
sayatan sehingga dapat membuat pasien merasa tidak nyaman. (Haniyah &
Setyawati, 2018)
Ketidaknyaman yang dirasakan oleh ibu post-operative akan menyebabkan
mobilisasi ibu menjadi terbatas, , Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak terpenuhi
karena adanya peningkatan intensitas nyeri apabila ibu bergerak hal ini akan
menyebabkan bayi kekuranganan asupan nutrisi dari asi karena pasien tidak dapat
diberikan secara optimal.(Haniyah & Setyawati, 2018)

8
2.1.5 Penatalaksanaan Sectio Caesarea

1) Pemberian cairan
Karena 24jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan per intravena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermia, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang bisa diberikan diantaranya DS 10%,
garam fisiologis (NACL) dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan pasien. Bila kadar hemoglobin ibu rendah,
diberikan transfuse darah sesuai dengan kebutuhan.
2) Diet
Pemberian cairan per infuse biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makana
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, biasanya diberikan
berupa air putih atau air teh.
3) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi pada hari
pertama pasien bisa melakukan posisi miring kanan dan miring kiri
yang biasanya dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi.
Hari kedua pasien dapat didudukan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya. Selanjutnya selama berturut-
turut, hari demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke tiga
sampai hari ke lima pasca operasi.
4) Pemberian obat-obatan
Pemberian antibiotic sesuai dengan indikasi

9
5) Pemberian terapi farmakologis dan non farmakologis
Terapi penurunan nyeri dibagi menjadi dua yaitu terapi
farmakologi/obat-obatan (analgetik) dan terapi non-farmakologi/cara
alami atau dengan psikoterapi (relaksasi). Salah satu cara terapi non-
farmakologi yang dapat digunakan yaitu aromaterapi. Jenis aromaterapi
yang dapat digunakan diantaranya adalah aromaterapi lavender.
Aromaterapi lavender dapat memberikan efek setelah ketenangan dan
rasa nyaman selain itu juga dapat mengurangi rasa tertekan, stress dan
rasa sakit setelah kita menghirupnya. (Misfonica, 2019)

Dampak positif yang didapat oleh ibu post-operative section caesarea


saat diberikan aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri akan lebih
dirasakan apabila diberikan secara langsung (inhalasi) karena minyak
lavender mengandung linalool dan linalyl asetat yang apabila terhirup oleh
hidung yang mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak
yang bertugas merangsang terbentuknya efek yang menenangkan dan
mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh aromaterapi lavender
sehingga aromaterapi lavender dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa
nyeri dan dapat memberikan relaksasi bagi ibu post-operative section
caesarea. (Misfonica, 2019)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2) Pemantauan EKG
3) JDL dengan diferensial
4) Golongan darah
5) Urinalisis
6) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
7) Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
8) Ultrasound sesuai pesanan

10
2.2 Aromaterapi Lavender

2.2.1 Pengertian
Aromaterapi merupakan salah satu tindakan non-farmakologis yang dirancang
untuk mempengaruhi manusia bukan hanya penyakit atau gejalanya tetapi juga
membantu secara alami kemampuan tubuh untuk menyeimbangkan,
menyembuhkan dan mempertahankan dirinya dengan penggunaan yang tepat dan
benar dari minyak essensial oil tersebut yang dapat diterapkan secara terus-
menerus untuk pasien yang tidak memiliki alergi bau. Secara khusus, upaya
ilmiah menunjukan aromaterapi sebagai intervensi holistic dan sebagai mediator
relaksasi telah aktif digunakan dalam keperawatan. (Firdaus, 2018)
Dari berbagai jenis wangi aromaterapi yang paling digemari adalah lavender,
bentuknya kecil dan berwarna ungu dipercaya dapat memberikan efek relaksasi
bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) sehingga memberikan rasa
kantuk setelah menghirupnya (Prima & Ap, 2013). Menurut penelitian, didalam
bunga lavender tersusun atas beberapa kandungan, diantaranya linalyl acetate
(26,32%) dan linalool (26,12%) kandungan ini lah yang dapat memberikan efek
relaksasi sehingga dapat memberikan efek ketenangan dan kenyamanan bagi yang
menghirupnya. (Prima & Ap, 2013)
Hal ini diperkuat dengan bukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Varrone, n.d.) menunjukan bahwa hasil penelitian yang dilakukan terhadap 15
responden tentang pengaruh aromaterapi lavender pada ibu post op section
caesarea dapat disimpulkan bahwa pada pemberian aromaterapi lavender ini
terjadi perubahan yang signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri pada ibu
post op section caesarea.

11
2.2.2 Kerja Lavender Sebagai Media Relaksasi
Hidung merupakan salah satu indra penciuman memiliki peran yang sangat
penting dalam kemampuan kita yaitu untuk dapat mencium bau-bauan.
Aromaterapi lavender merupakan bau-bauan yang dapat memberikan
memberikan efek menenangkan (relaksasi), menurunkan rasa nyeri dan
menghilangkan stress. (Prima & Ap, 2013)

2.2.3 Manfaat Aromaterapi Lavender


Aromaterapi lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki
kandungan utama dalam minyak lavender diantaranya, mampu mengendorkan
dan melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang. Karena
khasiat inilah bunga lavender sangat banyak digemari dan sangat baik digunakan
sebagai aromaterapi. Selain itu, beberapa tetes minyak lavender dapat
memberikan efek relaksasi, membantu menurunkan tingkat kecemasan, dan
tentunya dapat mengurangi rasa nyeri.
Masih banyak orang yang belum mengetahui manfaat dari aromaterapi. Salah
satu contoh yang didapatkan dalam penelitian (Tirtawati et al., 2020) yaitu salah
satu respondennya mengatakan bahwa saat ia menghirup aromaterapi lavender,
suasana yang didapatkan seperti halnya masuk ketempat spa atau di mall sehingga
merasakan suasana yang tenang dan nyaman. Suasana tenang dan nyaman inilah
yang mampu memberikan perasaan senang dan nyaman sehingga beban atau rasa
sakit yang ibu post operasi sectio caesarea rasakan dapat berkurang sehingga
tidak ada lagi pembatasan aktivitas yang sebelumnya ibu terapkan untuk
mengurangi rasa nyeri.

12
2.2.4 Standar Prosedur Operasional Pelaksanaan Aromaterapi Lavender

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL AROMATERAPI

Pengertian Memberikan minyak essensial melalui inhalasi, pemijatan, untuk


meredakan nyeri, menurunkan relaksasi dan kenyamanan
Tujuan  Untuk kenyamanan pasien dalam menurunkan tingkat nyeri

Kebijakan Pasien yang mengalami nyeri akut


Menyiapkan 1. Diffuser//humadifier
peralatan 2. minyak essensial oil lavender
3. air bersih

Pra Interaksi 1. Melakukan verifikasi /validasi klien* (identitas pasien/barcode,


keluhan pasien).
2. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

1. Memberikan salam terapetik*


Tahap Orientasi 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga.*
3. Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.

1. Menjaga privacy*
2. Beritahukan pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
3. Periksa alat - alat yang akan digunakan
Tahap kerja 4. Posisikan pasien senyaman mungkin
5. Mencuci tangan*
6. Gunakan Handscon ( Jika Perlu )
 Cara Kerja :
1. Identifikasi pilihan aroma lavender
2. Identifikasi nyeri sebelum dan sesudah aromaterapi
3. Tuangkan air secukupnya ke diffuser
4. Teteskan essensial oil lavender 3-5 tetes kedalam difusser
5. Anjurkan klien untuk menghirup uap essensial oil lavender
selama 10-15 menit
6. Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman
untuk klien

Tahap Terminasi 1. Mengevaluasi hasil tindakan : respon pasien


2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan*

13
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan (keluhan
pasien, waktu dan prosedur dilakukan, respon pasien).
6. Hasil :
Dokumentasikan nama, tindakan, tanggal, jam tindakan, hasil yang
dapat diperoleh, respons pasien selama tindakan, nama dan paraf
perawat pelaksana.
Sumber : (PPNI T. P., 2018)

Hal ini pun didukung dengan beberapa hasil penelitian (Ima Rahmawati, dkk,
2020) tentang efektivitas aromaterapi lavender dalam upaya penurunan nyeri pada

14
pasien pasca section caesarea dengan sampel 25 responden dengan teknik analisis
data yang digunakan adalah uji Wilcoxon didapatkan p (0,002) <α (0,05) yang artinya
terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap pengurangan nyeri
pasien pasca operasi section caesarea di RS Islam Sakinah Mojokerto sehingga
pemberian intervensi aromaterapi lavender dapat digunakan sebagai alternative
tindakan keperawatan mandiri yang dapat digunakan perawat untuk meredakan nyeri
pada ibu pasca operasi section caesarea.
Penelitian lain juga dilakukan oleh (Haniyah & Setyawati, 2018) juga
menunjukan adanya penurunan intensitas nyeri setelah diberikan aromaterapi
lavender dibuktikan dengan sampel 22 responden terbagi menjadi 2 kelompok yaitu
11 responden menggunakan aromaterapi lavender dan 11 responden menjadi
kelompok kontrol dengan menggunakan uji Paired T test didapatkan hasil penelitian
dapat dapat diketahui bahwa nilai rata-rata nyeri pada ibu post operasi section
caesarea sebelum diberikan teknik aromaterapi lavender adalah 6,81 dan menurun
dibandingkan dengan rata-rata nyeri setelah diberikan teknik aromaterapi lavender
yaitu 5,72. Hal ini dibuktikan dengan uji Paired T test bahwa ada pengaruh antara
pemberian aromatherapy lavender terhadap penurunan nyeri post sc dengan nilai p-
value adalah 0,000.

15
BAB III
KESIMPULAN

Sectio Caesarea (SC) merupakan salah satu proses persalinan untuk


mengeluarkan janin dari dalam perut ibu, caranya adalah dengan membuat sayatan
pada dinding uterus. Pada proses persalinan sectio caesarea ada beberapa yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahur secara normal atau spontan, misalnya karena pre
eklampsia dan eklampsia berat, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul
ibu, kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut
rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar,
kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta
keluar dini, ketuban pecah dini dan bayi belum keluar dalam 24jam, kontraksi lemah
dan sebaginya. Kondisi medis inilah yang menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pada ibu untuk dapat mengeluarkan janin dari dalam perut ibu, maka dari itu
dilakukannya pembedahan persalinan yaitu sectio caesarea.

Aromaterapi merupakan salah satu tindakan non-farmakologis yang dirancang


untuk mempengaruhi manusia bukan hanya penyakit atau gejalanya tetapi juga
membantu secara alami kemampuan tubuh untuk menyeimbangkan, menyembuhkan
dan mempertahankan dirinya dengan penggunaan yang tepat dan benar dari minyak
essensial oil tersebut yang dapat diterapkan secara terus-menerus untuk pasien yang
tidak memiliki alergi bau. Secara khusus, upaya ilmiah menunjukan aromaterapi
sebagai intervensi holistic dan sebagai mediator relaksasi telah aktif digunakan dalam
keperawatan.

16
Aromaterapi lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki
kandungan utama dalam minyak lavender diantaranya, mampu mengendorkan dan
melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang. Karena khasiat
inilah bunga lavender sangat banyak digemari dan sangat baik digunakan sebagai
aromaterapi. Selain itu, beberapa tetes minyak lavender dapat memberikan efek
relaksasi, membantu menurunkan tingkat kecemasan, dan tentunya dapat mengurangi
rasa nyeri.

Intervensi ini dapat menjadi salah satu terapi relaksasi yang bisa menurunkan
intensitas nyeri. Terapi ini juga berdampak positif terhadap asuhan keperawatan pada
nyeri, karena prosedur yang mudah dan bisa dilakukan secara mandiri oleh perawat
maupun klien serta tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. Namun
penerapan pemberian aromaterapi lavender ini membutuhkan pengetahuan yang
dalam agar bisa mengaplikasikan kepada pasien sehingga dapat mengurangi resiko-
resiko yang tidak diinginkan.

Kendala pada terapi ini bisa terjadi jika terapi dilaksanakan tidak sesuai prosedur,
pelaksanaannya tidak mengikuti anjuran yang telah disampaikan oleh perawat,
kurangnya dukungan pada pasien serta kurang ketatnya pengawasan yang dilakukan
maka kecil kemungkinan manfaat aromaterapi lavender tidak berpengaruh terhadap
penurunan intensitas nyeri.

17
DAFTAR PUSTAKA

E.J. (1926). Original research. American Journal of Ophthalmology, 9(3), 215–217.


https://doi.org/10.1016/S0002-9394(26)91015-5

Esta, F. A. (2017). FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


TERJADINYA PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSUD
RANTAUPRAPAT TAHUN 2017. FAKTOR FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PERSALINAN SECTIO CAESAREA
DI RSUD RANTAUPRAPAT TAHUN 2017, 6, 5–9.

Firdaus, M. N. (2018). AROMATHERAPY DALAM SETTING KEPERAWATAN


AKUT : LITERATUR REVIEW. 133–138.

Haniyah, S., & Setyawati, M. B. (2018). The Effectiveness of Lavender


Aromatherapy Technique on Pain Reduction of Post Caesarean Section Patients
in Ajibarang Hospital. Jurnal Keperawatan Soedirman, 13(3), 119.
https://doi.org/10.20884/1.jks.2018.13.3.831

Kementerian Kesehatan, 2013. (1958). National Health Survey. Science, 127(3309),


1275–1279. https://doi.org/10.1126/science.127.3309.1275

Misfonica, D. (2019). Efektivitas Aromaterapi Lavender Terhadap Tingkat Nyeri


Pada Pasien Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Rs Kusuma Ungaran. 1–9.

Permenkes, R. . (2012). Pp 33 2012 Tentang Pemberian Asi Eksklusif. 1–5.

Prima, I. G. A., & Ap, D. (2013). Lavender Aromateraphy As a Relaxant. E-Jurnal


Medika Udayana, 2(1), 21–53.

Rahmawati, I., & Rohmayanti, R. (2015). Efektivitas Aromaterapi Lavender Dan


Aromaterapi Lemon Terhadap Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea (Sc) Di
Rumah Sakit Budi Rahayu Kota Magelang. Journal of Holistic Nursing Science,
2(2), 10–16. http://journal.ummgl.ac.id/index.php/nursing/article/view/1807

Ramandany, P. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio


Caesarea Di Ruang Mawar Rsud a.W Sjahranie Samarinda. 1–125.

Tirtawati, G. A., Purwandari, A., & Yusuf, N. H. (2020). Efektivitas Pemberian


Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea. 7, 1–7.

TITANIA, S. A. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. N


DENGAN DIAGNOSA MEDIS “POST SECTIO CAESAREA DENGAN
INDIKASI LETAK LINTANG” DI RUANG NIFAS RSUD BANGIL PASURUAN.
21(1), 1–9.

Varrone, B. (n.d.). Effect of Lavender Aromatherapy on Zymosan-induced Peritonitis.

World Health Organization. (2013). Density of radiotherapy units (per million


population). World Health Statistics 2013 Indicator Compendium, 84.
LAMPIRAN

Cek Plagiarism BAB I Pendahuluan


Latar Belakang

Cek Plagiarism BAB II Tinjauan Pustaka


Sectio Caesarea
Aromaterapi Lavender

Cek Plagiarsm BAB III


Kesimpulan
1

Anda mungkin juga menyukai