Dosen Pengampu
Lia Artika Sari, M.Keb
Disusun Oleh: Kelompok 2
Suchica Pramensa (PO71241220052)
Azhariah Cholida (PO71241220053)
Ayu Oktavia A (PO71241220054)
Ayu Widya Sari (PO71241220112)
Prodi
D-IV Alih Jenjang Kebidanan
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Intranatal Berdasarkan Evidence Based................................................3
A. Penatalaksanaan Kala 1 Fase Laten.....................................................................3
B. Penatalaksanaan Kala 2 Fase Aktif.....................................................................5
C. Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 Fase Laten dan Fase Aktif...........................6
D. Asuhan Intranatal Berdasarkan Evidence Based.................................................9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan......................................................................................................11
3.2 Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman
atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar
bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat pesat.
Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan
dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya.
Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena
muncul pengujian-pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna.
Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik barulah
dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medic,
ilmiah dan metodologi dapat diterima. Atau dengan kata lain Evidence Based
Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik
yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan
keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced
Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena
dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak
diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses
persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Menurut Rohani (2014), Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin,
plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir yang berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks oleh kekuatan his.
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkatkan (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm).
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif (JNPK-KR, 2007:
38).
1
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Asuhan Intranatal berdasarkan Evidence Based ?
2. Mengetahui diagnosis inpartu kala 1 fase laten ?
3. Mengetahui fisiologis persalinan?
4. Mengetahui pemantauan ibu dan janin?
5. Mengetahui diagnosis inpartu kala 1 fase aktif?
6. Mengetahui pemantauan ibu dan janin (partograf, CTG)
7. Mengetahui penatalaksanaan asuhan intranatal Kala 1 Fase Laten dan Fase aktif ?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
b) Serviks
Sebelum persalinan serviks berubah menjadi lembut:
(1) Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan pemendekan
dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir kehamilan normal berubah-
ubah (beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan panjangnya
serviks berkurang secara teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm).
Serviks yang sangat tipis ini disebut sebagai menipis penuh
(2) Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks. Untuk
mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter dengan
menggunakan jari tangan saat pemeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka
lengkap setelah mencapai diameter 10 cm
(3) Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah
sedikit atau sedang dari serviks.
3. Pemantauan Ibu dan Janin
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat.
Hal ini dapat dicatat terpisah, baik dicatat kemajuan persalinan maupun di Kartu
Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga
harus dicatatkan (JNPK-KR, 2007: 56)
Kondisi ibu dan bayi harus dimulai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
a) Denyut jantung janin setiap ½ jam
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam
c) Nadi setiap ½ jam
d) Pembukaan serviks setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
g) Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan
adanya penyulit dalam persalinan. jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau
dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak
ada tanda-tanda kegawatdaruratan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi
untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan
frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan dirumah, penolong
5
persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya
dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali
penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke
fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam (JNPK-KR,
2007: 56).
e) Jelaskan temuan dan diagnosis dan terencana penatalaksanaan kepada ibu dan
keluarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang diberikan.
4. Pengenalan Dini Terhadap Masalah dan Penyulit
Pada saat memberikan asuhan ibu bersalin, penolong harus selalu waspada
terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda
pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan
kesakitan ibu dan bayi. Langkah dan tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat
memberi manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung aman
dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan bayi yang
akan dilahirkan.
5. Mempersiapkan Ruangan Untuk Persalinan
Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok
seperti berikut ini:
a) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan
terlindungi dari tiupan angin
b) Sumber air bersih dan mengalir untuk dicuci tangan dan memandikan ibu
sebelum dan sesudah melahirkan
c) Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk
membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan
membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir
d) Kecukupan air bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
e) Tempang yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan
f) Penerangan yang cukup
g) Tempat tidur yang bersih untuk ibu
h) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir
i) Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan
j) Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir
6. Persiapan Perlengkapan, Bahan-bahan dan Obat-obatan yang Diperlukan
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta
dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
7. Persiapan rujukan
Jika terjadi penyulit keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai
dapat membahayakan jiwa ibu dan atau bayinya.
9
Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak ada
alasan untuk melarang makan dan minum.
Efek mengurangi/mencegah makan dan minum mengakibatkan
pembentukkan glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat berakibat
negative terhadap janin dan bayi baru lahir oleh karena itu ibu bersalin tetap
boleh makan dan minum. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Larence 1982, Tamow-mordi Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas
1980.
b) Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya Asuhan sayang
ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu
merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah
satu hal yang dapat membantu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang
pendamping saat proses persalinan ini berlangsung. Karena berdasarkan penelitian
keuntungan hadirnya seorang pendamping pada proses persalinan adalah:
Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara emosional
maupun pisik kepada ibu selama proses persalinan.
Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada saat ini ibu
sedang mengalami stress yang sangat berat tapi dengan kehadiran suami ibu dapat
merasa sedikit rileks karena merasa ia tidak perlu menghadapi ini semua seorang
diri.
Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam memberikan
asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai dengan
tingkat kenyamanannya masing-masing, membantu memberikan makan dan
minum.
Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan
dorongan kepada ibu selama proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi.
Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan nyaman
karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang mereka sayangi.
Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami
waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil
persalinan akan lebih baik.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat dari dalam uterus
ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisilogis yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janjinya melalui jalan lahir.
persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah,
2014 ).
Menurut Rohani (2014), Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin,
plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir yang berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks oleh kekuatan his.
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkatkan (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm).
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif (JNPK-KR, 2007:
38).
Evidence based intranatal artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun
tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan dalam
proses persalinan. Dengan evidence based midwifevery (EBM) sangat bermanfaat bagi
bidan dalam pengambilan keputusan pasien secara bijak.
3.2 Saran
Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat
seyogyanya bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi. Selain itu
diharapkan bidan mengikuti perkembangan yang ada, sehingga bidan dapat memberikan
asuhan sesuai dengan perkembangan yang ada dan bidan dapat melakukan asuhan
sayang ibu saat persalinan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Jannah, Astuti. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Salemba Medika
JNPK-KR. 2007. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia
Kemenkes. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo