Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN INTRANATAL BERDASARKAN EVIDENCE BASED


PERSALINAN KALA 1 FASE LATEN DAN FASE AKTIF
Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah
Evidence Based

Dosen Pengampu
Lia Artika Sari, M.Keb
Disusun Oleh: Kelompok 2
Suchica Pramensa (PO71241220052)
Azhariah Cholida (PO71241220053)
Ayu Oktavia A (PO71241220054)
Ayu Widya Sari (PO71241220112)
Prodi
D-IV Alih Jenjang Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah “Asuhan Intranatal Berdasarkan Evidence Based
Persalinan Kala 1 Fase Laten dan Fase Aktif”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Jambi, 08 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Intranatal Berdasarkan Evidence Based................................................3
A. Penatalaksanaan Kala 1 Fase Laten.....................................................................3
B. Penatalaksanaan Kala 2 Fase Aktif.....................................................................5
C. Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 Fase Laten dan Fase Aktif...........................6
D. Asuhan Intranatal Berdasarkan Evidence Based.................................................9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan......................................................................................................11
3.2 Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman
atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar
bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat pesat.
Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan
dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya.
Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena
muncul pengujian-pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna.
Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik barulah
dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medic,
ilmiah dan metodologi dapat diterima. Atau dengan kata lain Evidence Based
Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik
yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan
keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced
Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena
dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak
diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses
persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Menurut Rohani (2014), Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin,
plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir yang berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks oleh kekuatan his.
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkatkan (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm).
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif (JNPK-KR, 2007:
38).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Asuhan Intranatal berdasarkan Evidence Based ?
2. Jelaskan diagnosis inpartu kala 1 fase laten ?
3. Jelaskan fisiologis persalinan?
4. Jelaskan pemantauan ibu dan janin?
5. Jelaskan diagnosis inpartu kala 1 fase aktif?
6. Jelaskan pemantauan ibu dan janin (partograf, CTG)
7. Bagaimana penatalaksanaan asuhan intranatal Kala 1 Fase Laten dan Fase aktif ?

1.3  Tujuan
1. Mengetahui Asuhan Intranatal berdasarkan Evidence Based ?
2. Mengetahui diagnosis inpartu kala 1 fase laten ?
3. Mengetahui fisiologis persalinan?
4. Mengetahui pemantauan ibu dan janin?
5. Mengetahui diagnosis inpartu kala 1 fase aktif?
6. Mengetahui pemantauan ibu dan janin (partograf, CTG)
7. Mengetahui penatalaksanaan asuhan intranatal Kala 1 Fase Laten dan Fase aktif ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Intranatal Berdasarkan Evidence Based


Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat dari dalam uterus
ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisilogis yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janjinya melalui jalan lahir.
persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah,
2014 ).
Menurut Rohani (2014), Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin,
plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir yang berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks oleh kekuatan his.
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkatkan (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm).
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif (JNPK-KR, 2007:
38).
A. Penatalaksanaa Persalinan Kala 1 Fase Laten
1. Diagnosa Kala 1 Fase Laten
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
2. Fisiologis Persalinan
Menurut Kemenkes (2016: 11) adapun fisiologi persalinan kala 1 adalah sebagai
berikut:
a) Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan
kebawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat
kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan relaksasi
memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik.

3
4

b) Serviks
Sebelum persalinan serviks berubah menjadi lembut:
(1) Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan pemendekan
dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir kehamilan normal berubah-
ubah (beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan panjangnya
serviks berkurang secara teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm).
Serviks yang sangat tipis ini disebut sebagai menipis penuh
(2) Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks. Untuk
mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter dengan
menggunakan jari tangan saat pemeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka
lengkap setelah mencapai diameter 10 cm
(3) Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah
sedikit atau sedang dari serviks.
3. Pemantauan Ibu dan Janin
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat.
Hal ini dapat dicatat terpisah, baik dicatat kemajuan persalinan maupun di Kartu
Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga
harus dicatatkan (JNPK-KR, 2007: 56)
Kondisi ibu dan bayi harus dimulai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
a) Denyut jantung janin setiap ½ jam
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam
c) Nadi setiap ½ jam
d) Pembukaan serviks setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
g) Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan
adanya penyulit dalam persalinan. jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau
dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak
ada tanda-tanda kegawatdaruratan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi
untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan
frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan dirumah, penolong
5

persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya
dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali
penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke
fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam (JNPK-KR,
2007: 56).

B. Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 Fase Aktif


1. Diagnosis Kala 1 Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau primigravida) atau
lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
c) Terjadi penurunan terbawah janin
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
 Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
 Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm.
 Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
2. Pemantauan Ibu dan Janin (Partograf, CTG)
Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10
cm. Biasanya pembukaan serviks selama fase aktif setidaknya 1 cm/jam. Saat
persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasil periksa dalam (pembukaan
serviks) pada garis waspada partograf. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan,
langsung catatkan pembukaan serviks pada garis waspada. Pada persalinan tanpa
penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan melewati garis waspada.
Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dalam menyediakan lajur dalam kolom untuk mencatat hasil-hasil
pemeriksaan selama fase aktif persalinan yaitu:
a) Informasi tentang ibu
(1) Nama, umur
6

(2) Gravida, para, abortus, (keguguran)


(3) Nomor catatan medik/ nomor puskesmas
(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu)
(5) Waktu pecahnya selaput ketuban
b) Kondisi janin
(1) DJJ
(2) Warna dan adanya air ketuban
(3) Penyusupan (molase) kepala janin
c) Kemajuan persalinan
(1) Pembukaan serviks
(2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
(3) Garis waspada dan garis bertindak
d) Jam dan waktu
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
e) Kontraksi uterus
(1) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
(2) Lama kontraksi (dalam detik)
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(1) Oksitosin
(2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
g) Kondisi ibu
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
(2) Urin (volume, aseton atau protein)

C. Penatalaksanaan Persalinan Kala 1 Fase Laten dan Fase Aktif


Menurut JNPK-KR (2007:38-52) Penatalaksanaan pada asuhan persalinan normal
kala 1 fase laten dan fase aktif antara lain sebagai berikut:
1. Anamnesis
Tanyakan pada ibu:
a) Nama, umur dan alamat
b) Hari pertama haid terakhir
c) Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
7

d) Riwayat alergi obat-obatan tertentu


e) Riwayat kehamilan sekarang
f) Riwayat kehamilan sebelumnya
g) Riwayat medis lainnya
h) Masalah medis saat ini
Didokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis lengkap lakukan
pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil
pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu/diolah untuk membuat keputusan klinis,
menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai
dengan kondisi ibu.
a) Menentukan tinggi fundus
b) Memantau kontraksi uterus
c) Memantau DJJ
d) Menentukan presentasi
e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
3. Mencatat dan Mengkaji Hasil Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Ketika anamnesis dan pemeriksaan fisik telah lengkap:
a) Catatkan semua tentang hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara teliti dan
lengkap
b) Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu,
tahapan dan fase persalinan. Jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm berarti
ibu berasa dalam fase laten kala satu persalinan. Jika pembukaan telah mencapai
atau lebih dari 4 cm maka ibu berada dalam fase aktif kala satu persalinan
sehingga perlu dumulai pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf.
c) Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara
khusus
d) Setiap kali selesai melakukan penilaian, lakukan kajian data yang terkumpul dan
buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan
dan asuhan ibu bersalin. Penatalaksanaan harus didasarkan pada kajian hasil
temuan dan diagnosis
8

e) Jelaskan temuan dan diagnosis dan terencana penatalaksanaan kepada ibu dan
keluarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang diberikan.
4. Pengenalan Dini Terhadap Masalah dan Penyulit
Pada saat memberikan asuhan ibu bersalin, penolong harus selalu waspada
terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda
pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan
kesakitan ibu dan bayi. Langkah dan tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat
memberi manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung aman
dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan bayi yang
akan dilahirkan.
5. Mempersiapkan Ruangan Untuk Persalinan
Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok
seperti berikut ini:
a) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan
terlindungi dari tiupan angin
b) Sumber air bersih dan mengalir untuk dicuci tangan dan memandikan ibu
sebelum dan sesudah melahirkan
c) Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk
membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan
membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir
d) Kecukupan air bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
e) Tempang yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan
f) Penerangan yang cukup
g) Tempat tidur yang bersih untuk ibu
h) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir
i) Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan
j) Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir
6. Persiapan Perlengkapan, Bahan-bahan dan Obat-obatan yang Diperlukan
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta
dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
7. Persiapan rujukan
Jika terjadi penyulit keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai
dapat membahayakan jiwa ibu dan atau bayinya.
9

8. Memberikan asuhan sayang ibu


Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu adalah sebagai berikut:
a) Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan
berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi
b) Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya
c) Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan
dukungannya
d) Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan
tindakan yang sesuai jika diperlukan
e) Siap dengan rencana rujukan
Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk:
 Memberikan dukungan emosional
 Membantu pengaturan posisi ibu
 Memberikan cairan dan nutrisi
 Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
 Pencegahan infeksi

D. Asuhan Intranatal Kala 1 Berdasarkan Evidence Based


Pada proses persalinan kala I ini ternyata ada beberapa hal yang dahulunya kita
lakukan ternyata setelah di lakukan penelitian ternyata tidak bermanfaat atau bahkan
dapat merugikan pasien. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada:
a) Asuhan sayang ibu pada persalinan setiap kala. Asuhan sayang ibu adalah asuhan
dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Sehingga saat penting sekali diperhatikan pada saat seorang ibu akan bersalin.
Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan evidence based yang dapat meningkatkan
tingkat kenyamanan seorang ibu bersalin antara lain:
(1) Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karena berdasarkan evidence based
diperoleh kesimpulan bahwa:
 Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energy yang besar, oleh karena itu jika
ibu tidak makan dan minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami
kekurangan gizi dalam proses persalinan akan cepat mengalami kelelahan
fisiologis, dehidrasi dan ketosis yang dapat menyebabkan gawat janin.
10

 Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak ada
alasan untuk melarang makan dan minum.
 Efek mengurangi/mencegah makan dan minum mengakibatkan
pembentukkan glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat berakibat
negative terhadap janin dan bayi baru lahir oleh karena itu ibu bersalin tetap
boleh makan dan minum. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Larence 1982, Tamow-mordi Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas
1980.
b) Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya Asuhan sayang
ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu
merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah
satu hal yang dapat membantu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang
pendamping saat proses persalinan ini berlangsung. Karena berdasarkan penelitian
keuntungan hadirnya seorang pendamping pada proses persalinan adalah:
 Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara emosional
maupun pisik kepada ibu selama proses persalinan.
 Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada saat ini ibu
sedang mengalami stress yang sangat berat tapi dengan kehadiran suami ibu dapat
merasa sedikit rileks karena merasa ia tidak perlu menghadapi ini semua seorang
diri.
 Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam memberikan
asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai dengan
tingkat kenyamanannya masing-masing, membantu memberikan makan dan
minum.
 Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan
dorongan kepada ibu selama proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi.
 Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan nyaman
karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang mereka sayangi.
 Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami
waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil
persalinan akan lebih baik.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat dari dalam uterus
ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisilogis yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janjinya melalui jalan lahir.
persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah,
2014 ).
Menurut Rohani (2014), Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin,
plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir yang berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks oleh kekuatan his.
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkatkan (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm).
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif (JNPK-KR, 2007:
38).
Evidence based intranatal artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun
tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan dalam
proses persalinan. Dengan evidence based midwifevery (EBM) sangat bermanfaat bagi
bidan dalam pengambilan keputusan pasien secara bijak.

3.2 Saran
Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat
seyogyanya bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi. Selain itu
diharapkan bidan mengikuti perkembangan yang ada, sehingga bidan dapat memberikan
asuhan sesuai dengan perkembangan yang ada dan bidan dapat melakukan asuhan
sayang ibu saat persalinan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Jannah, Astuti. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Salemba Medika

JNPK-KR. 2007. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia

Kemenkes. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai