Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN NORMAL

Diajukan untuk memenuhi salah tugas Stase Persalinan

Dosen : Dian Siti Awaliah, S.ST.,M.Kes.,Bd

Oleh :

ENENG RISA APRILIANI


NIM. 522022031

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat

sertahidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah laporan

pendahuluan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal” tepat

pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi

penulis berharap dengan adanya makalah/laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dian Siti

Awaliah, S.ST.,M.Kes.,Bd selaku pembimbing akademik di stase persalinan ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk

pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan dalam penyusunan makalah di

masa mendatang.

Bandung, 5 April 2023

Eneng Risa Apriliani


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................4
A. KAJIAN TEORI...........................................................................................4
B. MODEL ASUHAN KEBIDANAN..............................................................5
C. LANDASAN TEORI....................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah kejadian fisiologis yang normal terjadi dalam hidup
seorang wanita. Persalinan merupakan proses pengeluaran janin, plasenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan
dan pembesaran pada serviks sebagai kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi,
dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul sangat kecil dan
kemudian terus meningkat sampai pada puncak pembukaan yang lengkap
sehingga janin siap untuk dikeluarkan dari rahim ibu. Persalinan normal adalah
proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat medis serta
tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang sudah cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan
sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek,
mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir.
Fokus utama dari asuhan persalinan adalah mencegah terjadinya infeksi.
Pencegahan komplikasi selama kehamilan dan setelah bayi lahir akan
mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini
sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Hal ini dikarenakan sebagian besar persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat
pelayanan kesehatan primer dengan penguasaan keterampilan dan pengetahuan
petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum memadai.
B. TUJUAN
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang dapat hidup ke dunia luar rahim melalui jalan lahir atau jalan lain
(Diana, 2019). Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya
serviks sehingga janin dapat turun ke jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu) dengan adanya kontraksi rahim pada ibu.
Prosedur secara ilmiah lahirnya bayi dan plasenta dari rahim melalui proses
yang dimulai dengan terdapat kontraksi uterus yang menimbulkan terjadinya
dilatasi serviks atau pelebaran mulut rahim (Irawati, Muliani, & Arsyad,
2019).
2. Etiologi
Beberapa teori mengenai timbulnya persalinan yaitu :
a. Teori penurunan hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2
minggu sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankerhauser).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan
timbul konterkasi uterus.
e. Induksi partus (Induction of labour)
f. Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan:
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang fleksus Frankerhauser
2) Amniotomi : pemecahan ketuban
3) Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus
3. Tanda-tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya”
yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan
tenda-tanda sebagai berikut :
a Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu
kentara.
b Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
d Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
e Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa
bercamput darah (bloody show).
Tanda-tanda Inpartu:
a Penipisan dan pembukaan serviks
b Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
c Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina (APN, 2008)
Faktor-faktor penting dalam persalinan:
Menurut (Saragih, 2017), ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
persalinan normal yang dikenal dengan istilah 5P, yaitu: Power, Passage,
Passenger, Psikis ibu bersalin, dan Penolong persalinan yang dijelaskan
dalam uraian berikut.
a. Power (tenaga)
Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong janin untuk lahir.
Dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 jenis tenaga, yaitu primer dan
sekunder.
1) Primer: berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his) yang
berlangsung sejak muncul tanda-tanda persalinan hingga pembukaan
lengkap.
2) Sekunder: usaha ibu untuk mengejan yang dibutuhkan setelah
pembukaan lengkap.
b. Passenger (Janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin,
yang meliputi berat janin, letak janin, posisi sikap janin (habilitus), serta
jumlah janin. Pada persalinan normal yang berkaitan dengan passenger
antara lain: janin bersikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan
kaki berada dalam keadaan fleksi, dan lengan bersilang di dada. Taksiran
berat janin normal adalah 2500-4000 gram dan DJJ normal yaitu 120-
160x/menit.
c. Passage (Jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam
proses persalinan. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.
d. Psychological response (respon psikologi)
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai
kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya persalinan dianggap hal
yang menakutkan karena disertai nyeri hebat, bahkan terkadang
menimbulkan kondisi fisik dan mental yang mengancam jiwa. Nyeri
merupakan fenomena yang subjektif, sehingga keluhan nyeri persalinan
setiap wanita tidak akan sama, bahkan pada wanita yang samapun
tingkat nyeri persalinannya tidak akan sama dengan nyeri persalinan
yang sebelumnya. Sehingga persiapan psikologis sangat penting dalam
menjalani persalinan. Jika seorang ibu sudah siap dan memahami proses
persalinan maka ibu akan mudah bekerjsama dengan petugas kesehatan
yang akan menolong persalinannya.
Dalam proses persalinan normal, pemeran utamanya adalah ibu yang
disertai dengan perjuangan dan upayanya. Sehingga ibu harus meyakini
bahwa ia mampu menjalani proses persalinan dengan lancar. Karena jika
ibu sudah mempunyai keyakinan positif maka keyakinan tersebut akan
menjadi kekuatan yang sangat besar saat berjuang mengeluarkan bayi.
Sebaliknya, jika ibu tidak semangat atau mengalami ketakutan yang
berlebih maka akan membuat proses persalinan menjadi sulit.
e. Penolong Persalinan
Orang yang berperan sebagai penolong persalinan adalah petugas
kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan, antara
lain: dokter, bidan, perawat maternitas dan petugas kesehatan yang
mempunyai kompetensi dalam pertolongan persalinan, menangani
kegawataruratan serta melakukan rujukan jika diperlukan.
4. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin,
dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan
SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi
kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan
rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan
terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir
kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi.
Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding
menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai
implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan
jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat
menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka
produksi estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga
hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
5. Tahap-tahap Persalinan
a) Kala 1 (Fase Pembukaan)
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses
ini berlangsung antara 18-24 jam, terbagi dalam 2 fase
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
2) Fase aktif : Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.
Serviks membuka dari 3 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm
atau lebih perjam dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dapat
dibedakan menjadi tiga fase :
a. Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang membutuhkan
waktu 2 jam
b. Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu
2 jam
c. Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10 cm dalam
waktu 2 jam
b) Kala 2 (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehinggaterjadilah tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkanrasa mengedan, karena tekanan pada rektum, ibu
merasa seperti mau buang air besar,dengan tanda anus membuka. Pada
waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akanlahirlah kepala
diikuti oleh seluruh badan janin.
Kala 2 ( kala pengeluaran janin ) pada primi 1½ - 2 jam sedangkan pada
multi½ - 1 jam. Mekanisme kala II ( kala pengeluaran janin ) pada
presentasi kepala:
1) Engagement
Yaitu peristiwa masuknya kepala ke dalam panggul. Dapat terjadi
dua minggu sebelum persalinan atau mungkin tidak akan terjadi
hingga menjelang inpartu.

2) Flexion (keadaan menekuk)


Yaitu menempelnya dagu di dada janin, dibutuhkan agar kepala lewat
panggul dengan diameter terkecil.
3) Descent
Adalah penurunan kepala janin lebih lanjut. Penurunan terjadi karena
adanya his dan penipisan segmen bawah rahim dan kontraksi otot
perut, faktor lain yang mempengaruhi adalah bentuk dan ukuran
panggul serta besar dan posisi kepala.
4) Internal rotation (putaran paksi dalam)
Adalah usaha penyesuian kepala janin terhadap bidang – bidang
panggul. Sehingga titik putar (hipomoklion) berada di bawah tulang
kemaluan (simfisis pubis). Oksiput akan memutar ke depan atau ke
belakang (sebagian kecil) sehingga sutura sagitalis dalam posisi
anteroposterior. Putar paksi dalam selesai apabila bagian terendah
janin telah mencapai spina iskiadika. Artinya kepala telah engaged.
5) Ekstensi
Yaitu terjadi setelah kepala menyembul dari introitus dengan oksiput
di bawah simpisis. Sehingga berturut –turut lahir ubun – ubun besar,
dahi, muka dan dagu, selanjutnya diikuti oleh persalinan belakang
kepala sehingga seluruh kepala janin dapat lahir.

6) Eksternal rotation (putaran paksi luar)


Terjadi setelah kepala bayi lahir yaitu menyesuaikan diri dengan
punggung bayi. Yang mulai dengan bahu depan (dekat tulang
kemaluan ibu).
7) Ekspulsi
Segera setelah rotasi luar, bahu depan kelihatan di bawah simphisis
dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian
bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir
searah.

c) Kala 3 (Kala Pengeluaran Uri): waktu pelepasan dan pengeluaran


plasenta
Setelah bayi lahir, kontaksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal
2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan
pengeluaran uri, tanda–tanda pelepasan plasenta yaitu :uterus menjadi
bundar, uterus terdorong ke atas (karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim), tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
Dalam waktu 1 -5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam
vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5– 30
menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira – kira 100 – 300 cc. Bentuk pelepasan plasenta
yaitu :
1) Secara Schultze
Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta lahir
diikuti pengeluaran darah yang banyak dan tiba- tiba.
2) Secara Duncan
Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan yang
mengalir dan diikuti oleh pelepasan plasenta.
d) Kala 4
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelahitu. Hal yang harus dilakukan setelah plasenta lahir yaitu :
1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri
setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laseras atau
episiotomi) perineum
5) Evaluasi keadaan umum ibu
Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala 4
di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau
setelah penilaian dilakukan
6. Pengaruh Masase pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase
Laten Persalinan Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin
Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya
kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami
kontraksi, peregangan serviks, iskemia korpus uteri, dan peregangan
segmen bawah rahim. Reseptor nyeri ditransmisikan melalui segmen saraf
spinalis T11-12 dan saraf – saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik
lumbal atas. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medullla
spinalis, batang otak, thalamus dan kortek serebri.
Masase pada punggung merangsang titik tertentu di sepanjang
meridian medulla spinalis yang ditransmisikan melalui serabut saraf besar
ke formatio retikularis, thalamus dan sistem limbic tubuh akan melepaskan
endorfin. Endorfin merupakan neurotransmitter yang menghambat
pengiriman rangsang nyeri dengan menempel kebagian reseptor opiat pada
saraf dan sumsum tulang belakang sehingga dapat memblok pesan nyeri
ke pusat yang lebih tinggi dan dapat menurunkan sensasi nyeri.
Masase pada punggung saat persalinan dapat berfungsi sebagai
analgesik epidural yang dapat mengurangi nyeri dan stres, serta dapat
memberikan kenyaman pada ibu bersalin. Oleh karena itu diperlukan
asuhan essensial pada ibu saat persalinan untuk mengurangi nyeri dan stres
akibat persalinan yang dapat meningkatkan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin.
7. Pathway

Kehamilan (37-42 minggu)

Tanda-tanda Inpartu

Proses Persalinan

Kala 1 Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan Plasenta Post Partum

Nyeri Akut Tekanan mekanin Risiko Perdarahan Keletihan Nyeri Akut Kesiapan
meningkatkan
pada presentasi
pemberian ASI
Trauma Jaringan, Risiko Kekurangan Volume
Laserasi Cairan

Risiko Infeksi
B. MODEL ASUHAN KEBIDANAN
Asuhan kebidanan pada remaja usia 15 tahun dengan anemia sedang.
Tahapan dalam proses asuhan kebidanan ada 7 langkah :
1. Langkah I : Identifikasi Data Dasar
Pada persalinan kala I umumnya klien akan mengeluh tentang keadaannya
dimana klien merasakan mules pada perut bagian bawah yang menjalar
kepinggang, dan klien juga mengatakan bahwa terdapat pengeluaran lender
bercampur dengan darah, serta sifat nyeri yang dirasakan semakin lama
semakin sering dan bertambah kuat. Pada persalinan kala II umumnya ibu
akan merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran, adanya tekanan pada
anus dan tampak perineum menonjol, vulva, dan spingter ani membuka. Pada
persalinan kala III akan tampak pengeluaran plasenta dimana tali pusat akan
bertambah panjang yang di sertai dengan adanya semburan darah dan terjadi
perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri. Serta pada persalinan kala IV atau
kala obserfasi akan di tandai dengan kontraksi uterus yang baik, dan tanda-
tanda vital dalam batas normal pada 2 jam post partum, dengan pemantauan
15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua post partum.
2. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data -
data yang di kumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di
interpretasikan sehingga di temukan masalah atau diagnose yang spesifik.
Langkah awal dari perumusan 64 masalah/diagnose kebidanan adalah
pengelolahan/analisa data yang menggabungkan dan menghubungkan satu
dengan lainnya sehingga tergambar fakta (Mufdillah, dkk 2012: 113). Pada
kala I persalinan, lama pembukaan yang berlangsung pada primigravida yaitu
berlangsung selama 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung selama
8 jam yang dimulai dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 10 cm. Pada
fase laten persalinan yang dimulai sejak awal kontraksi menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap yang berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm yang umumnya berlangsung selama 8
jam. Kemudian pada fase aktif persalinan frekuensi dan kontraksi uterus
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggab adekuat/memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih), dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10 cm dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada multigravida dan primigravida, atau
lebih dari 1 sampai 2 cm multigravida. Pada kala I persalinan juga perlu
adanya pemeriksaan tanda-tanda vital sekitar 2 atau 3 jam dan
memperhatikan agar kandung kemih selalu kosong, serta pemantauan denyut
jantung janin ½ jam sampai 1 jam. Pada kala II persalinan, dimulai dari
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi,
pada kala II his menjadi lebih kuat, lebih sering dan semakin lama. Proses ini
berlangsung selama ± 1,5 jam pada primigarvida dan ± 0,5 jam pada
multigravida. Ibu akan merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran
bersama dengan adanya kontraksi, adanya tekanan pada anus dan tampak 65
perineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka, serta meningktnya
produksi pengeluaran lender bercampur darah. tanda pasti kala II di tentukan
melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya pembukaan serviks telah lengkap
dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. Pada kala III
persalinan, dimulai sejak lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit setelah penyuntikan oksitosin. Pada
manajemen aktif kala III ini bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga mencegah terjadinya perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah.Tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu terjadinya perubahan
bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, dan terjadinya semburan
darah secara mendadak dan singkat. Pada kala IV persalinan, dimulai dari
lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum, dimana pemantauan
dilakukan dengan mengobservasi tanda-tanda vital pasien, kontrasi uterus,
perdarahan dan kandung kemih pada15 menit pada jam pertama dan 30 menit
pada jam kedua post partum.
3. Langkah III : Mengidentifikasi masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangakaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap – siap
bila diagnose/masalah potensial ini benar – benar terjadi(Mufdillah, dkk
2012: 117). 66 Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat diharapkan
bersiap-siap bila diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Dalam
mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan pengantisipasian
penanganan yang kemungkinan muncul pada kala I yaitu terjadinya kala I
lama, peningkatan atau penurunan tanda-tanda vital, DJJ kurang dari 100 atau
lebih dari 180 kali/menit, terjadinya perdarahan pervaginam selain dari lender
dan darah, ketuban pecah yang bercampur dengan mekonium kental yang di
sertai dengan tanda gawat janin, kontraksi uterus kurang dari 2 kontraksi
dalam 10 menit dan berlangsung kurang dari 20 detik serta tidak di temukan
perubahan serviks dalam 1-2 jam, pembukaan serviks mengarah ke sebelah
kanan garis waspada pada partograf. Pada kala II persalinan, kemungkinan
masalah yang dapat terjadi yaitu, terjadinya kala II lama yang di sertai dengan
partus macet/kasep, dimana partograf melewati garis waspada, terjadinya
distosia bahu, kontraksi tidak teratur dan kurang, tanda-tanda vital meningkat,
dan ibu tampak kelelahan. Pada manajemen aktif Kala III persalinan, masalah
yang dapat terjadi yaitu diantaranya terjadinya perdarahan pervaginam
dikarenakan terjadinya laserasi jalan lahir, atonia uteri karena kontraksi uterus
yang tidak baik, dan terjadinya retensio plasenta dimana plasenta belum lahir
30 menit setelah bayi lahir. 67 Dan pada Kala IV persalinan, masalah yang
dapat terjadi yaitu terjadinya perdarahan pervaginam dengan pembekuan
darah yang banyak, tanda-tanda vital melawati batas normal dimana tekanan
darah dan suhu tubuh meningkat, kontraksi uterus yang tidak baik.
4. Langkah IV : Penetapan kebutuhan atau tindakan segera
Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak
segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukan situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter.
Mungkin juga memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan
mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menetukan asuhan pasien yang
paling tepat. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan (Mufdillah, dkk 2012: 117-178). Dalam persalinan
tindakan yang memerlukan penanganan segera diantaranya: Pada kala I
persalinan yaitu terjadinya kala I lama yang mengakibatkan tanda gawat
janin, ketuban pecah yang bercampur mekonium kental, dan kontraksi uterus
kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung dari 20 detik serta
tidak di temukan perubahan serviks dalam 1-2 jam atau pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada partograf. Pada kala II
persalinan, kemungkinan masalah yang dapat terjadi yaitu, terjadinya kala II
lama yang di sertai dengan partus macet/kasep, dimana partograf melewati
garis waspada, terjadinya distosia bahu, kontraksi tidak teratur dan kurang,
tanda-tanda vital meningkat, dan ibu tampak kelelahan. Pada manajemen aktif
Kala 68 III persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu diantaranya
terjadinya perdarahan pervaginam dikarenakan terjadinya laserasi jalan lahir,
atonia uteri karena kontraksi uterus yang tidak baik, dan terjadinya retensio
plasenta dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir. Dan pada
Kala IV persalinan masalah yang dapat terjadi yaitu terjadinya perdarahan
pervaginam dengan pembekuan darah yang banyak, tanda-tanda vital
melawati batas normal dimana tekanan darah dan suhu tubuh meningkat,
kontraksi uterus yang tidak baik.
5. Langkah V : Intervensi atau perencanaan tindakan asuhan kebidanan
Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnose atau masalah yang telah diidentiikasi atau antisipasi, pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap di lengkapi (Mufdillah, dkk
2012). Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Rencana yang dibuat
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang
up to date serta evidance terkini serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang
akan dilakukan klien. Adapun penatalaksanaan yang diberikan pada
persalinan normal yaitu, memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan
apakah persalinan dalam kemajuan yang normal, memeriksa perasaan ibu dan
respon fisik terhadap persalinan, membantu ibu memahami apa yang sedang
terjadi sehingga ia berperan serta aktif 69 dalam menentukan asuhan.
Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong
kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinana dini, dan mengenali
masalah secepatnya dan mengambil keputusan yang tepat guna dan tepat
waktu (efektif dan efisien). Perencanaan asuhan tindakan yang perlu
dilakukan juga dapat berupa, pemantauan terus menerus kemajuan persalinan
mengunakan partograf, pemantauan TTV ibu dan keadaan janin, memenuhi
kebutuhan nutrisi dan dehidrasi ibu, menganjurkan ibu perubahan ambulasi
dan posisi ibu, menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman,
serta menganjurkan keluarga member dukungan.
6. Langkah VI : Implementasi atau pelaksanaan asuhan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keevektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggab efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan sebagian belum efektif
(Mufdillah, dkk 2012: 118-119).

C. LANDASAN TEORI
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya
pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan
asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu fokus utamanya adalah mencegah
terjadinya komplikasi. 60 langkah asuhan Persalinan Normal.
1. Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasa tekanan tekanan yang semakin semakin meningkat pada
rectum dan atau vaginanya
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
2. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
a. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik
steril sekali pakai di dalam partus set
b. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
c. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua
tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
d. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam
e. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tngkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali
di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengontaminasi tabung suntik.
3. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
a. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-ha dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama
dengan cara menyeka dari depan kebelakang. Membuang kapas atau kasa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan
jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan
benar di dalam larutan dekontaminasi)
b. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengka sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi
c. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta meredamnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti
diatas)
d. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)
1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
2) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam,DJJ, dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
4. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran
a. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
1) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan
2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran
b. Meminta bentuan keluarga keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ibu merasa nyaman)
c. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran
1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempuyai keinginan untuk
meneran
2) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)
4) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu
6) Menganjurkan asupan cairan per oral
7) Menilai DJJ setiap lima menit
8) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60
menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera, jika ibu tidak
mempunyai keinginan utnuk meneran.
9) Menganjurkan untuk berjalan, berjongkok, atau atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan
ibu untuk mulai meneran pada puncak kontaraksi dan beristirahat di
antara kontraksi.
10) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera setelah
60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera
5. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
a. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi
b. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu
c. Membuka partus set
d. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
6. Menolong Kelahiran Bayi, Lahirnya Kepala
a. Saat kepala bayi membuka 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi
dan lakukan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada
kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Mengajurkan
ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir
b. Denagn lembut menyeka muka, mulut dan hidung dengan kain atau
kasa yang bersih (langkah ini tidak harus dilakukan)
c. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
1) Jika lilitan melintir leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
2) Jika lilitan melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya
d. Menunggu hingga bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
7. Lahir Bahu
a. Setelah kepala melakukan paksi luar, tempatkan dua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan
kearah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk
melahirkan bahu posterior
b. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada dibawah kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior
bayi saat keduanya lahir.
c. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan yang ada di atas dari
punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran bayi
8. Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat
yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan
resusitasi.
b. Segera membungkus kepala bayi dengan handuk dan biarkan kontak
kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/ IM
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu)
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan pemotong tali pusat di antara dua klem tersebut
e. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami
mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai
f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
9. Oksitosin
a. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua
b. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik
c. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
10. Penegangan Tali Pusat Terkendali
a. Memindahkan klem pada tali pusat
b. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan lain
c. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menungggu hingga kontraksi berikutnya mulai, jika uterus tidak
berkontraksi, berkontraksi, meminta meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu
11. Pengeluaran Plasenta
a. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
1) Tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva
2) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu
c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Megulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi
b. Jika plasenta terlihat di intoritus intoritus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan dua tangan dan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks
ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal
12. Pemijatan Uterus Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
13. Menilai Perdarahan
a. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan
utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus
b. Jika uterus tidak berkontraksi berkontraksi setelah setelah melakukan
masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai
c. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif
14. Melakukan Prosedur Pascapersa
a. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
b. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan kloin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering
c. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat
d. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama
e. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%
f. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kain yang bersih atau kering
g. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI
h. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalin
4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
i. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anesthesi local
j. Mengajarkan pada ibu/ keluarga bagaimana melakukan masasse uterus
dan memeriksa kontraksi uterus
k. Mengevaluasi kehilangan darah. Memeriksa tekanan darah, dan
keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan
1) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua
jam pertama pascapersalinan
2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
15. Kebersihan dan Keamanan
a. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dokontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi
b. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai
c. Membersihkan ibu dangan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering
d. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang inginkan
e. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan deng kan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih
f. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam klorin 0,5 % membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
g. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
16. Dokumentasi Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
DAFTAR PUSTAKA

Basith, A., Agustina, R. and Diani, N. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri’, Dunia Keperawatan, 5(1), p. 1.
doi: 10.20527/dk.v5i1.3634.
Budiarti, A., Anik, S. and Wirani, N. P. G. (2021) ‘Studi Fenomenologi Penyebab
Anemia Pada Remaja Di Surabaya’, Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 6(2). doi:
10.36053/mesencephalon.v6i2.246.
Fauziah, H. Q. and Yolanda, M. (2022) ‘Pemahaman Kesehatan Reproduksi
Siswa Untuk Mencegah Resiko Gangguan Kesehatan Reproduksi Di Usia
Remaja’, Prosiding SEMNAS BIO 2021, pp. 118–122. Available at:
https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id/index.php/prosiding/article/view/
327%0Ahttps://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id/index.php/prosiding/article/
download/327/338.
Hikmah, N. and Cahyaningrum, N. (2020) ‘Pengembangan Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Pada Siswa Smk Kesehatan Citra Medika Group’, Jurnal Media
Kesehatan, 13(2), pp. 100–108. doi: 10.33088/jmk.v13i2.572.
Kemenkes, R. (2018) ‘Pedoman Penatalaksanaan Pemberian Tablet Tambah
Darah’, Kemenkes RI, p. 46. Available at:
https://promkes.kemkes.go.id/download/fpck/files51888Buku Tablet Tambah
darah 100415.pdf.
Kusumastuti, D. and Mastuti, E. (2019) ‘Hubungan Antara Persepsi Keterlibatan
Ayah Dalam Pengasuhan Dan Kematangan Emosi Pada Remaja’, Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 8, pp. 10–20.
Novayanti, N. and Sundari, S. W. (2020) ‘Gambaran Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri’, Jurnal Asuhan Ibu dan Anak, 5(2), pp. 7–12. doi:
10.33867/jaia.v5i2.183.
Simanungkalit, S. F. and Simarmata, O. S. (2019) ‘Pengetahuan dan Perilaku
Konsumsi Remaja Putri yang Berhubungan dengan Status Anemia’, Buletin
Penelitian Kesehatan, 47(3), pp. 175–182. doi: 10.22435/bpk.v47i3.1269.
Tahun, K. kesehatan R. (2011) ‘Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia’, Peraturan Menteri Kesehatan No. 2406 TAHUN 2011 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, p. 4.
Wati, P. D. C. A. and Ridlo, I. A. (2020) ‘Hygienic and Healthy Lifestyle in the
Urban Village of Rangkah Surabaya’, Jurnal PROMKES, 8(1), p. 47. doi:
10.20473/jpk.v8.i1.2020.47-58.
Yenny Aulya, Jenny Anna Siauta, Y. N. (2022) ‘Analisis Anemia Pada Remaja
Putri’, Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 4(Anemia Pada Remaja Putri), pp.
1377–1386. Available at:
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP.

Anda mungkin juga menyukai