Disusun Oleh:
Putri Puspita Devi, S.Kep
18310126
(Asri Sundari Erhan, Amd. Keb) (Dina Putri Utami Lubis, S.Kep, Ns, M.Kep)
Mahasiswa
A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
(Mufdillah & Hidayat, 2010).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2010).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan di mulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Saifuddin, 2011).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2012).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi
belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan pada umumnya berlangsung dalam waktu kurang
dari 24 jam (Beaty, 2014).
Jadi, persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
B. Klasifikasi Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
a) Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak
memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran
plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari
24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.
b) Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginan dengan bantuan alat-
alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
c) Persalinan anjuran : Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban. Bila kekuatan untuk persalinan
diambil dari luardengan jalan rangsangan yaitu dengan cara ; induksi,
amniotomi dan lain-lain.
C. Etiologi
Sebab terjadinya partus sampai kini merupakan teori yang kompleks.
Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi
uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi mengakibatkan partus mulai. Perubahan
dalam biokimia dan biofisika seperti penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus. Keadaan
uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan ischemic otot
uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplacenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Bila nutrisi pada
janin berkurang maka konsepsi akan segera dikeluarkan. Tekanan pada
ganglion servikale dari fleksus frankenhauser yang terletak dibelakang serviks
dapat membangkitkan kontraksi uterus (Wiknjosastro. 2015). Adapun teori
yang menerangkan proses persalinan :
a) Teori Kadar Progesteron.
Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin
menurun dengan makin tuanya kehamilan sehingga otot rahim mudah
dirangsang.
b) Teori Oksitosin.
Menjelang kelahiran oksitosin makin meningkat, sehingga cukup kuat
untuk merangsang persalinan.
c) Teori Regangan Otot Rahim.
Dengan merengangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan
kontraksi persalinan dengan sendirinya.
d) Teori Prostaglandin.
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat
menyebabkan kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur
kandung.
e) Teori Hipotalamus Pituitari Dan Glandula Suprarenalis.
Teori ini diterangkan oleh Linggin menunjukkan pada kehamilan dengan
anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid yang menyebabkan maturitas janin
merupakan induksi persalinan. Glandula suprarenalis merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
G. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah cara penyesuaian diri dan lewatnya janin
melalui panggul ibu. Ada enam gerakan dengan overlapping yang jelas yaitu :
a) Penurunan.
Penurunan yang meliputi engagement pada diameter obliqua kanan
panggul, berlangsung terus selama persalinan normal pada waktu janin
melalui jalan lahir. Serakan-serakan lainnya menyertai penurunan ini. Pada
primigravida sebelum persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan
kepala yang jelas dalam proses engagement. Penurunan disebabkan oleh
tekanan kontraksi uterus ke bawah dan pada kala II dibantu oleh daya
mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya berat.
b) Fleksi.
Sebelum persalinan mulai sudah terjadi fleksi sebagian oleh karena ini
merupakan sikap alamiah janin dalam uterus. Tahanan terhadap penurunan
kepala menyebabkan bertambahnya fleksi. Occiput turun mendahului
sinsiput, UUK lebih rendah dari bregma dan dagu janin mendekati
dadanya. Biasanya ini terjadi di PAP, tetapi mungkin pula baru sempurna
setelah bagian terendah mencapai dasar panggul. Efek dari fleksi adalah
untuk merubah diameter terendah dari occipitofrontalis (11,0 cm) menjadi
suboccipito bregamatika (9,5 cm) yang lebih kecil dan lebih bulat, oleh
karena persesuaian antara kepala janin dengan panggul ibu mungkin ketat,
pengurangan 1,5 cm dalam diameter terendah adalah penting.
c) Putar Paksi Dalam.
Sebagian besar panggul mempunyai PAP berbentuk oval melintang,
diameter anteroposterior PTP sedikit lebih panjang dari pada diameter
transversal. PBP berbentuk oval anteroposterior seperti kepala janin.
Sumbu panjang kepala janin harus sesuai dengan sumbu panjang panggul
ibu. Karenanya kepala janin yang masuk PAP pada diameter transversal
atau obliqua harus berputar kediameter anteroposterior supaya dapat lahir.
UUK masuk PTP tempat ia berhubungan dengan dasar panggul (musculus
dan fascia levator ani). Disini UUK berputar 450 ke kanan (menuju garis
tengah). Sutura sagitalis pindah dari diameter obbliqua kanan ke diameter
anterioposterior panggul : LOA ke OA. UUK mendekati sympisis pubis
dan cinciput mendekati sakrum. Kepala berputar dari diameter obliqua
kanan kediameter anteroposterior panggul. Tetapi bahu tetap pada
diameter obliqua kiri. Dengan demikian hubungan normal antara sumbu
panjang kepala dengan sumbu panjang bahu berubah, dan leher berputar
450. keadaan ini terus berlangsung selama kepala masih berada dalam
panggul. Putar paksi dalam yang awal sering terjadi pada multipara dan
pada pasien dengan kontraksi uterus yang efisien. Umumnya putar paksi
dalam terjadi pada kala II.
d) Ekstensi
Ekstensi pada dasarnya disebabkan oleh kedua kekuatan yaitu : kontraksi
uterus yang menimbulkan tekanan ke bawah dan dasar panggul yang
memberikan tahanan. Dinding depan panggul (pubis) panjangnya hanya 4
sampai 5 cm, sedangkan dinding belakang (sakrum) 10 sampai 15 cm.
Dengan demikian sinsiput harus menempuh jarak yang lebih panjang
daripada ociput. Dengan semakin turunnya kepala terjadilah penurunan
perineum diikuti dengan kepala membuka pintu (crowing). Ociput lewat
melalui PAP perlahan-lahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus
subpubicus. Kemudian dengan proses ekstensi yang cepat sinsiput
menelurus sepanjang sakrum dan berturut-turut lahirlah bregma, dahi,
hidung, mulut dan dagu melalui perineum.
e) Restitusi
Pada waktu kepala mencapai dasar panggul, maka bahu memasuki
panggul. Oleh karena panggul tetap berada pada diameter obbliqua
sedangkan kepala berputar kedepan, maka leher ikut berputar kembali dan
kepala mengadakan restitusi kembali 450 (OA dan menjadi LOA) sehingga
hubungannya dengan bahu dan kedudukannya dalam panggul menjadi
normal kembali.
f) Putar Paksi Luar
Putar paksi luar kepala sebenarnya merupakan manifestasi putar paksi dari
dalam dari pada bahu. Pada waktu bahu mencapai dasar panggul bahu
depan yang lebih rendah berputar ke depan di bawah simpisis dan diameter
bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri menjadi diameter
anterioposterior panggul. Dengan demikian maka diameter panjang bahu
dapat sesuai dengan diameter memanjang PBP. Kepala yang telah berputar
kembali 450 untuk mengembalikan hubungan normal dengan bahu,
sekarang berputar 450 lagi untuk memprtahankannya : LOA menjadi TOA.
(Prawirohardjo, 2017)
H. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh keregangan otot rahu,, penurunan
progesteron, peningkatan oksitosin, peningkatan prastaglandin, dan tekanan
kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan
penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi
kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan
rasa mengejan sehingga terjadi ekspusi. Ekspusi dapat menyebabkan
terjadinya robekan jalan lahir akbibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir
kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi.
Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding
menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap.
Dari berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea
dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang
dapatmenyebabkan terjadi resiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta
maka produksi estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga
hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
J. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah :
1) Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik.
2) Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi
ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomi.
3) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi
setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
4) Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam
setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah tyerdapat
sebagian plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
5) Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding
lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6) Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas
vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal
ini dapat terjadi pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
7) Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
8) Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat
berbahaya dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
9) Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air
ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang
terbuka pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh
kapiler dalam paru-paru.
10) Persalinan lama
11) Perdarahan pasca persalinan
12) Malpresentasi dan malposisi
13) Distosia bahu
14) Distensi uterus
15) Persalinan dengan parut uterus
16) Gawat janin
17) Prolapsus tali pusat
18) Demam dalam persalinan
19) Demam pasca persalinan
K. Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly
janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2) Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
3) Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin.
4) Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
5) Histopatologi
Cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai
tertinggal endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air
ketuban mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6) Kertas lakmus
Bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam,
bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
7) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic
c. Pemeriksaan darah
8) Stetoskop monokuler
Mendengarkan denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar
DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum
9) Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi
jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus
kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat
gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang
sama.
L. Penatalaksanaan
Kala I
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4
cm dan kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40
detik.
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah ,ketakutan dan
kesakitan
b) Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
lakukan perubahan posisi,sarankan ia untuk berjalan , dll.
c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
e) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar/kecil.
f) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan
cara : gunakan kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan ibu
mandi sebelumnya.
g) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan
cukup minum
h) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I
pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-
temuan yang ada pada partogram.
Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut :
1) Warna cairan amnion
2) Dilatasi serviks
3) Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama
mungkin diagnosis in partu belum dapat ditegakkan
4) Jika terdapat kontraksi yang menetap periksa ulang wanita tsb setelah
4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika
serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in
partu jika tidak terdapat perubahan maka diagnosanya adalah
persalinan palsu.
Pada kala II lakukan pemriksaan dalam setiap jam
1) Kemajuan Persalinan dalam Kala I
a. Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinanKala I :
1. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan
frekwensi dan durasi
2. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam
selama persalinan
3. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
b. Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada
persalinan kala I :
1. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
2. Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif
3. Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
2) Kemajuan pada kondisi janin
a. Jika didapati denyut jantung janin tidak normal ( kurang dari 100
atau lebih dari 180 denyut permenit ) curigai adanya gawat
janin
b. Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi
sempurna digolongkan kedalam malposisi atau malpresentasi
c. Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan
lama tangani penyebab tersebut.
3) Kemajuan pada kondisi Ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
1. Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral
atau I.V. dan berikan anlgesia secukupnya.
2. Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
3. Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang
kurang segera berikan dektrose I.V
Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5 – 6 cm
1) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
mendampingi ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum,
mengipasi dan meijat ibu
2) Menjaga kebersihan diri
3) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
4) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
5) Mengatur posisi ibu
6) Menjaga kandung kemih tetap kosong
7) Memberikan cukup minum
a. Posisi saat meneran
1. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
2. Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu
untuk mengambik nafas
3. Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi
untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( < 120 )
1. Kemajuan persalinan dalam Kala II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan kala II:
- Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
- Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat
persalinan tahap kedua.
- Tidak turunnya janin dijalan lahir
- Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
2. Kelahiran Kepala Bayi
- Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat
kepala bayi lahir
- Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
- Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
- Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran
lendir/darah.
Periksa tali pusat:
- Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar
selipkan tali pusat melalui kepala bayi
- Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat
kemudian digunting diantara kedua klem tersebut sambil
melindungi leher bayi.
3. Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya
- Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
- Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
- Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan
- Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang
- Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi
sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke
punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
- Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya
- Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai
pernafasan bayi
- Jika bayi menangis atau bernafas ( dada bayi terlihat naik turun
paling sedikit 30x/m ) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya
- Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan
dan segera mulai resusitasi bayi
- Klem dan pototng tali pusat
- Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan
kulit dada siibu
- Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut
dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari
hilangnya panas tubuh.
Kala III
1. Manajemen Aktif Kala III
- Pemberian oksitosin dengan segera
- Pengendalian tarikan tali pusat
- Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
2. Penanganan
- Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta :
- Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
- Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau
susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan
ergometrin 0,2 mg. IM.
Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
- Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis
pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan
gerakan dorso kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu.
- Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm
didepan vulva.
- Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi
kuat ( 2-3 menit )
- Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang
terus-menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus.
- PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
- Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan
tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas,
keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan
jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput
ketuban.
- Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan
masase fundus agar menimbulkan kontraksi.
- Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir
dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua
dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis
pertama.
- Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau perbaiki episotomi.
Kala IV
1) Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi
ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar
biasa – sio ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedanmg
menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.
2) Penanganan
- Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan
menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
- Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15
menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
- Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
- Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering
- Biarkan ibu beristirahat
- Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi
- Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
- Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan.
Ajari ibu atau keluarga tentang :
- Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
Kala III
a) Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
2. Sirkulasi
a. Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat
kemudian
b. Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan
anastesi.
c. Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
3. Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
4. Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir
menetukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau
laserasi jalan lahir mungkin ada.
5. Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat
plasenta lepas dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah
melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus
berubah dari discoid menjadi bentuk globular.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi,
suhu tubuh), status mental klien.
b. Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau
sesudah melahirkan plasenta.
c. Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum
maupun sesudah pengeluaran plasenta.
b) Diagnosa Keperawatan
1. Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan,
kesulitan dengan plasenta.
2. Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
c) Rencana Keperawatan
1. Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan,
kesulitan dengan plasenta.
Tujuan:
Diharapkan tidak terjadi cedera maternal dengan kriteria evaluasi:
a. Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.
b. Kesadaran pasien bagus
Intervensi:
Mandiri
a. Palpasi fundus uteri dan masase perlahan.
R/ Memudahkan pelepasan plasenta.
b. Masase fundus secara perlahan setelah pengeluaran plasenta
R/ Menghindari rangsangan/trauma berlebihan pada fundus.
c. Kaji irama pernapasan dan pengembangan
R/ Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada berupa emboli cairan
amnion dapat masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli
paru.
d. Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik,
berikan pembalut perineal steril.
R/ Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat
mengakibatkan infesi saluran asenden selama periode pasca
partum.
e. Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki.
R/ Membantu menghindari regangan otot.
f. Kaji perilaku klien, perhatikan perubahan SSP.
R/ Peningkatan tekanan intrakranial selama mendorong dan
peningkatan curah jantung yang cepat membuat klien dengan
aneurisme serebral sebelumnya berisiko terhadap ruptur.
g. Dapatkan sampel darah tali pusat untuk menetukan golongan
darah.
R/ Bila bayi Rh-positif dan klien Rh-negatif, klien akan
menerima imunisasi dengan imun globulin Rh (Rh-Ig) pada
pasca partum.
Kolaborasi
h. Gunakan bantuan ventilator bila diperlukan
R/ Kegagalan pernapasan dapat terjadi mengikuti emboli
amnion atau pulmoner.
i. Berikan oksitosin IV, posisikan kembali uterus di bawah
pengaruh anastesi dan berikan ergonovin maleat (ergotrat)
setelah penemapatan uterus kembali. Bantu dengan tampon
sesuai dengan indikasi.
R/Meningkatkan kontraktilitas miometrium uterus.
j. Berikan antibiotik profilatik.
k. R/ Membatasi potensial infeksi endometrial.
2. Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan
Tujuan:
Diharapkan nyeri hilang atau berkurang dengan kriteria evaluasi:
a. Menyatakan nyeri berkurang dengan skala (0-3).
b. Wajah tampak tenang.
c. Wajah tampak tidak meringisi
Intervensi:
Mandiri
a. Bantu dengan teknik pernapasan selama perbaikan pembedahan
bila tepat
R/ Pernapasan membantu mengalihkan perhatian langsung dari
ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi.
b. Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan
R/ Mengkonstriksikan pembuluh darah, menurunkan edema dan
memberikan kenyamanan dan anastesi lokal.
c. Ganti pakaian dan linen basah
R/ Meningkatkan kenyamanan, hangat, dan kebersihan.
d. Berikan selimut hangat
R/ Tremor/menggigil pada pasca melahirkan mungkin karena
hilangnya tekanan secara tiba-tiba pada saraf pelvis atau
kemungkinana dihubungkan dengan tranfusi janin ke ibu yang
terjadi pada pelepasan plasenta.
Kolaborasi
e. Bantu dalam perbaikan episiotomi bila perlu
R/ Penyambungan tepi-tepi memudahkan penyembuhan.
Kala IV
a) Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
2. Sirkulasi
a. Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas
vagal
b. TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia / anastesia, atau meningkat pada respon terhadap
pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
c. Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas
bawah), atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
d. Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 –
500 ml untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk
kelahiran sesaria
3. Integritas Ego
a. Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal :
eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak
berminat (kelelahan), atau kecewa
b. Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk
perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat
mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan
perawatan segera pada neonatal.
4. Eleminasi
a. Hemoroid sering ada dan menonjol
b. Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau
kateter urinarius mungkin dipasang
c. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat
aliran urinarius dan atau cairan IV diberikan selama persalinan
dan kelahiran.
5. Makanan / Cairan Dapat mengeluh haus, lapar, mual
6. Neurosensori: Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya
dan menetapnya hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes
mellitus, remaja, atau pasien primipara)
7 Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan
episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor
dengan “menggigil”
8 Keamanan
a. Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
b. Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
9 Seksualitas
a. Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
b. Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap
dengan hanya beberapa bekuan kecil
c. Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
d. Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
e. Payudara lunak dengan puting tegang
f. Penyuluhan / Pembelajaran. Catat obat-obatan yang diberikan,
termasuk waktu dan jumlah
g. Pemeriksaan Diagnostik. Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht),
jumlah darah lengkap, urinalisis. Pemeriksaan lain mungkin
dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik.
b) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
2. Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan
anggota keluarga
c) Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
dapat mengontrol nyeri, nyeri berkurang dengan kriteria evaluasi:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Menunjukkan postur dan ekspresi wajah rileks
c. Pasien merasakan nyeri berkurang pada skala nyeri (0-2)
Intervensi:
a. Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan, jenis melahirkan, sifat
kejadian intrapartal, lama persalinan, dan pemberian anastesia
atau analgesia
Rasional: Membantu mengidentifikasi faktor – faktor yang
memperberat ketidaknyamanan nyeri
b. Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama
periode pascapartum
Rasional: Informasi dapat mengurangi ansietas berkenaan rasa
takut tentang ketidaktahuan, yang dapat memperberat persepsi
nyeri
c. Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi. Evaluasi penyatuan
perbaikan luka, perhatikan adanya edema, hemoroi
Rasional: Trauma dan edema meningkatkan derajat
ketidaknyamanan dan dapat menyebabkan stress pada garis
jahitan
d. Berikan kompres e
Rasional: Es memberikan anastesia lokal, meningkatkan
vasokontriksi dan menurunkan pembentukan edema
e. Lakukan tindakan kenyamanan (misalnya : perawatan mulut,
mandi sebagian, linen bersih dan kering, perawatan perineal
periodik)
Rasional: Meningkatkan kenyamanan, perasaan bersih
f. Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi. Catat adanya
faktor-faktor yang memperberat hebatnya dan frekuensi
afterpain
Rasional: Masase perlahan meningkatkan kontraktilitas tetapi
tidak seharusnya menyebabkan ketidaknyamanan berlebihan.
Multipara, distensi uterus berlebihan, rangsangan oksitosin dan
menyusui meningkatkan derajat after pain berkenaan dengan
kontraksi miometrium
g. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan / relaksasi
Rasional: Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan
beratnya ketidaknyamanan berkenaan dengan afterpain
(kontraksi) dan masase fundus
h. Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan pasien istirahat
Rasional: Persalinan dan kelahiran merupakan proses yang
melelahkan. Dengan ketenangan dan istirahat dapat mencegah
kelelahan yang tidak perlu
i. Kolaborasi : pemberian analgesik sesuai kebutuhan
Rasional: Analgesik bekerja pada pusat otak, yaitu dengan
menghambat prostaglandin yang merangsang timbulnya nyeri
2. Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan
anggota keluarga
Tujuan:
Diharapkan keluarga dapat menerima kehadiran anggota keluarga yang
baru dengan kriteria evaluasi:
a. Menggendong bayi saat kondisi ibu dan neonatus memungkinkan
b. Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dengan anak
Intervensi:
a. Anjurkan pasien untuk menggendong, menyentuh, dan memeriksa
bayi
Rasional: Jam-jam pertama setelah kelahiran memberikan
kesemaptan untuk terjadinya ikatan keluarga, karena ibu dan bayi
secara emosional saling menerima isyarat yang menimbulkan
kedekatan dan penerimaan
b. Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan
membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisi
Rasional: Membantu memfasilitasi ikatan / kedekatan di antara
ayah dan bayi. Ayah yang secara aktif berpartisipasi dalam proses
kelahiran dan aktivitas interaksi pertama dari bayi, secara umum
menyatakan perasaan ikatan khusus pada bayi
c. Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku
untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus
Rasional: Kontak mata dengan mata, penggunaan posisi
menghadap wajah, berbicara dengan suara tinggi dan menggendong
bayi dihubungkan dengan kedekatan antara ibu dan bayi
d. Catat pengungkapan / perilaku yang menunjukkan kekecewaan
atau kurang minat / kedekatan
Rasional: Datangnya anggota keluarga baru, bahkan sekalipun
sudah diinginkan menciptakan periode disekulibrium sementara,
memerlukan penggabungan anak baru ke dalam keluarga yang ada.
e. Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode
pemulihan bila diinginkan oleh pasien dan dimungkinkan oleh
kondisi ibu / neonatus dan lingkungan
Rasional: Meningkatkan unit keluarga, dan membantu sibling
untuk memulai proses adaptasi positif pada peran baru dan
masuknya anggota baru dalam struktur keluarga.
f. Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan pasien
dan keyakinan / praktik budaya
Rasional: Kontak awal mempunyai efek positif pada durasi
pemberian ASI, kontak kulit dengan kulit, dan mulainya tugas ibu
meningkatkan ikatan
g. Berikan informasi mengenai perawatan segera pasca kelahiran
Rasional: Informasi menghilangkan ansietas yang mungkin
mengganggu ikatan atau hasil dari “self absorption” lebih dari
perhatian pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA