Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN

PREEKLAMPSIA

DI SUSUN OLEH :
EKO FAUZI BADIYANTO 214201446036

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II : ISI ....................................................................................................................................2
A. Pengertian.............................................................................................................................2
B. Etiologi.................................................................................................................................2
C. Klasifikasi Preeklamsia........................................................................................................3
D. Patofisiologi..........................................................................................................................3
E. Manifstasi Klinis...................................................................................................................5
F. Data Penunjang Preeklamsia................................................................................................6
G. Komplikasi............................................................................................................................7
H. Pencegahan...........................................................................................................................7
I. Penanganan...........................................................................................................................7
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA..................................9
A. Pengkajian.............................................................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................11
C. Intervensi Keperawatan......................................................................................................12
D. Implementasi.......................................................................................................................14
E. Evaluasi...............................................................................................................................14
BAB IV : PENUTUP ....................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Preeklampsia adalah gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan nifas yang
hipertensi dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg, edema dan proteinuria yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sukarni &
Margaretha, 2013).
Kematian Ibu masih menjadi masalah di berbagai dunia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data survei terakhir Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia sebesar 305/100.000
Kelahiran Hidup (SUPAS 2015). Penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia terjadi
akibat hipertensi/preeklampsia/ eklampsia, perdarahan, dan infeksi. Hipertensi dalam
kehamilan menempati urutan pertama penyebab kematian di Indonesia sebesar 33% (SRS
Litbangkes, 2016).
Secara global preeklampsia juga masih merupakan suatu masalah, 10% ibu hamil
diseluruh dunia mengalami preeklamsia, dan menjadi penyebab 76.000 kematian ibu dan
500.000 kematian bayi setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian Badan Pembangunan
Internasional Amerika Serikat (USAID) pada tahun 2016, sebanyak 99% kematian ibu hamil
berkaitan dengan negara dengan pendapatan ekonomi rendah dan sedang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan masalah pada makalah
ini adalah bagaimana intervensi pada pasien ibu hamil dengan preeklampsia.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien ibu hamil dengan
preeklampsia.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengintervensi dan mengimplementasikan asuhan keperawatan
kepada pasien ibu hamil dengan preeklmpsia.

1
BAB II
ISI

A. Pengertian
Preeklampsia atau biasa disebut Kehamilan Incduced Hypertension (PIH) kehamilan
atau toksemia kehamilan, ditandai dengan Tekanan darah meningkat, oedema, bahkan
adanya proteinuria. Biasanya preeklampsia terjadi pada ibu yang usia kehamilannya 20
minggu keatas atau tiap triwulan dari kehamilan, pada kehamilan 37 minggu tersebut
umumnya preeklampsia biasa terjadi hingga minggu pertama setelah persalinan (Lalenoh,
2018). Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan 20
minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Muzalfah et al, 2018).
B. Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi Pada
umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor – faktor lain yang dapat
diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia yaitu sebagai berikut (sutrimah,
2015).
a. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada usia
remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada wanita dengan
usia diatas 35 tahun.
b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20, gejalanya
yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan 20 minggu, masih
dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada
minggu > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin berisiko terjadinya
preeklampsia.
c. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu. Menurut
Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa
istilah:
1) Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama kalinya.
2) Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali.
3) Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali.

d. Riwayat hipertensi/preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah faktor utama. Kehamilan
pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan

2
tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal
yang buruk (Lalenoh, 2018).
e. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko hampir tiga kali
lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan risiko sebanyak 3,6
kali lipat (Lalenoh, 2018).
f. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan akan terkena
preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi
preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak
menderita hipertensi kronik.
g. Obesitas
Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia pada setiap peningkatan indeks
masa tubuh. Sebuah studi kohort mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh
>35 akan memiliki risiko mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
h. Bad Obstetrik History
Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia, kehamilan molahidatidosa,
dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami preeklampsia pada kehamilan
selanjutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan darah tinggi menahun.

C. Klasifikasi Preeklamsia
Menurut (Lalenoh, 2018) klasifikasi preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan terbagi
3, yaitu :
a. Preeklampsia Ringan
1) Kenaikan TD 140/90mmHg
2) Adanya pembengkakan kaki, muka, jari tangan serta berat badan
naik 1kg lebih tiap minggunya
3) Adanya Proteinuria
4) Tidak ada nyeri kepala
b. Preeklampsia Sedang
Tekanan darah Sistolik 150-159 mmHg, tekanan diastolic 100-109
mmHg
c. Preeklampsia Berat
1) Tekanan darah senilai >160/100 mmHg
2) Adanya proteinuria >5 gram/L
3) Jumlah urine kurang (Oliguria) dari 500 cc/24Jam
4) Serebral terganggu, visus terganggu dan timbul nyeri pada
epigastium
5) Terjadi pembengkakan/edema paru atau sianosis
6) Ada kejang (Eklampsia)
7) Timbul keluhan subjektif, seperti : nyeri, gangguan penglihatan,
sakit kepala, gangguan kesadaran ataupun odem

3
D. Patofisiologi
Dari sudut pandang fisiologis, patofisiologi preeklampsia dibagi menjadi dua tahap.
Tahap pertama adalah tahap plasenta yang terjadi selama 20 minggu pertama kehamilan.
Dalam hal ini, fenomena remodeling dinding pembuluh arteri spiralis tidak berkembang
dengan baik, menghasilkan plasentasi yang abnormal, sehingga memicu iskemik plasenta
(Rodriguez et al., 2012). Pada kehamilan normal invasi sitotrofoblas pada uterus merupakan
jalur diferensiasi yang unik, dimana sel-sel fetus mengambil perlengkapan endothelium
maternal yang digantikan secara normal. Sedangkan pada preeklampsia proses diferensiasi
tidak berjalan dengan normal. Hal ini dapat juga berkaitan dengan jalur nitric oxide, yang
berkontribusi terhadap kontrol sifat vaskular. Selain itu hambatan terhadap sintesis NO
(Nitric Oxide) juga meningkatkan tekanan arteri uterus dan mengiduksi sensitivitas terhadap
vasokonstriktor, iskemi plasenta dan stress oksidatif (Uzan et al., 2011). Tahap kedua terjadi
selama paruh kedua kehamilan dan dikenal sebagai tahap sistemik. Tahap ini merupakan
tahap klinis dari preeklampsia, di mana ada respon inflamasi sistemik ibu yang berlebihan
dan disfungsi endotel sebagai elemen sentral. Antara dua tahap ini ada beberapa mediator
yang dipahami sebagai molekul yang dilepaskan oleh plasenta dan mampu mentransmisikan
kerusakan plasenta dan menerjemahkan ke dalam keterlibatan sistemik. Mediator yang
paling banyak dipelajari adalah stress oksidatif, mikrofragmen dari syncytiotrophoblast
(STBM), dan protein antiangiogenik. Pada preeklampsi proses diferensiasi tidak berjalan
dengan
normal. Terdapat sejumlah besar bukti yang mendukung peran faktor angiogenik dalam
memicu preeklampsia, dan ini adalah fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt-1) dan endoglin yang
dapat larut (s-Eng). Fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt-1) merupakan antagonis VEGF dan
PIGF. Molekul-molekul ini mengikat protein angiogenik seperti VEGF (Vascular
Endothelial Growth Factors) dan PIGF (Placental Growth Factors) yang kemudian
mencegah mereka bergabung dengan reseptor membran pada sel endotel, sehingga
menyebabkan terjadinya disfungsi endotel, hipertensi, proteinuria, kerusakan hati dan
karakteristik gejala
preeklampsia lainnya (Rodriguez et al., 2012). Renin angiotensin aldosteron juga merupakan
salah satu penyebab pada preeklampsia. Pada kehamilan normal terjadi peningkatan renin
angiotensin aldosteron. Sedangkan pada wanita hamil dengan preeklampsia terjadi
peningkatan respon vaskuler dengan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang
menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh darah (wang et al., 2009).
Pada preeklampsia dijumpai beberapa patofisiologi dari beberapa organ dan
sistem dalam tubuh. Perubahan-perubahan ini antara lain (Wiknjosastro, 2008):
a. Tekanan Darah dan Sistem Kardiovaskular
Tekanan darah yang tinggi pada preeklampsia disebabkan oleh meningkatnya
resistensi vaskular perifer akibat vasokonstriksi. Keadaan ini berlawanan dengan
kondisi kehamilan normal dimana yang terjadi adalah vasodilatasi. Wanita dengan
preeklampsia biasanya tidak mengalami hipertensi yang nyata hingga pertengahan
kedua masa gestasi, namun vasokonstriksi dapat sudah muncul sebelumnya (National
High Blood Pressure Education Program, 2000).
b. Otak
Pada kehamilan normal perfusi serebal tidak berubah, namun pada preeklampsia
terjadi spasme pembuluh darah otak, penurunan perfusi dan suplai oksigen otak sampai
20%. Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor penting terjadinya pendarahan

4
otak dan kejang/eklampsia. Edema serebral dan perdarahan parenkim intra serebral
adalah temuan otopsi yang umum pada wanita yang meninggal akibat eklampsia.
Namun, edema serebral pada eklampsia tidak berkorelasi dengan keparahan hipertensi,
hal ini menunjukkan bahwa edema adalah faktor sekunder akibat disfungsi endotel dan
bukann merupakan akibat langsung dari peningkatan tekanan darah (Young et al.,
2010).

c. Hati
Terjadi peningkatan aktifitas enzim-enzim hati pada preeklampsia yang
berhubungan dengan keparahan penyakit (DepKes RI, 2006). Kerusakan pada sel
endothelium hati berkontribusi terhadap timbulnya sindroma HELLP (Hemolysis,
Elevated Liver enzymes and Low Platelet count) (Uzan et al., 2011). Preeklampsia
dalam keadaan parah dapat merusak lapisan pembuluh darah kecil di hati, mengarah ke
hemolisis dan fibrin deposito yang dapat menyebabkan area nekrosis dan infark di hati.
Nyeri epigastrik, bahu, atau kuadran kanan atas atau sakit ketika hati teraba bisa
menandakan keterlibatan hati. Rasa sakit ini diperkirakan timbul dari penyumbatan
fibrin aliran darah melalui sinusoid hepatik. Kerusakan hati mungkin menyebabkan
peningkatan insiden perdarahan postpartum atau dapat berkembang menjadi koagulasi
intravaskular diseminata, sehingga terjadi perdarahan yang tidak terkendali
(Grand‟Maison et al., 2012).
d. Ginjal
Kerusakan fungsi ginjal sering ditemukan pada pasien preeklampsia bahkan
sebelum deteksi proteinuria (Alladin dan Harrison, 2012). Manifestasi klinis
preeklampsia seperti endotheliosis, proteinuria, dan podosituria dikaitkan dengan
kerusakan struktur mikro ginjal. SFlt-1 yang berlebihan menghambat VEGF berikatan
dengan reseptornya pada sel endotel dan podosit serta merusak fungsi penghalang
filtrasi glomerulus (glomerular filtration barrier) (Moghaddas et al., 2019).
Hemodinamik ginjal meningkat secara nyata pada kehamilan. Aliran plasma ginjal dan
penurunan GFR pada preeklampsia (25%); dengan demikian, nilai mungkin masih di
atas atau pada yang diukur dalam keadaan tidak hamil. Penurunan aliran plasma ginjal
disebabkan oleh vasokonstriksi, sedangkan penurunan GFR terkait dengan penurunan
aliran plasma ginjal dan pengembangan lesi glomerulus atau biasa disebut endoteleliosis
glomerulus (Lindheimer et al.,2008). Endoteleliosis glomerulus adalah fitur utama
preeklampsia yang
diidentifikasi oleh pembengkakan endotel dan penyempitan kapiler glomerulus yang
nyata (Springer et al., 2005).

e. Janin dan Plasenta


Kelainan yang signifikan dalam invasi trofoblas desidua dapat menyebabkan efek
langsung pada janin, seperti intrauterin penghambatan pertumbuhan, pengurangan
volume cairan ketuban, tidak ada atau membalikkan aliran diastolik akhir, atau pola
denyut jantung janin kategori II, dan juga dapat menyebabkan peningkatan risiko
solusio plasenta (Hall,2009).

5
E. Manifstasi Klinis
Menurut Mitayani (2012), preeklampsia memiliki dua gejala yang sangat penting yaitu
hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari
kedua masalah diatas yaitu sebagai berikut:
a. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting pada
preeklamsia. Tekanan diastolik adalah tanda prognostik yang lebih andal dibandingkan
dengan tekanan sistolik. Pada tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang
terjadi terus-menerus menunjukkan keadaan abnormal.
b. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklamsia serta
bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan adalah tanda pertama preeklamsia
pada sebagian wanita. Peningkatan berat badan normal ialah 0,5 kg per minggu. Apabila
1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklamsia harus dicurigai.
Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan serta selalu dapat
ditemukan sebelum timbulnya gejala edema yang tampak jelas seperti kelopak mata
yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
c. Proteinuria
Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau
tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan serta dapat mencapai
10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi serta
kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan. Adapaun gejala-gejala subyektif yang
dirasakan pada preeklamsia yaitu sebagai berikut.
1) Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, namun akan sering terjadi pada kasus-kasus
berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, dan tidak
sembuh dengan pemberian analgesik biasa.
2) Nyeri epigastrium
Adalah keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia berat. Keluhan ini
disebabkan oleh tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
3) Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial, iskemia,
serta edema retina serta pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio
retina. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda subjektif.

F. Data Penunjang Preeklamsia


Menurut Saifuddin (2016), Pemeriksaan Laboratorium Preeklampsia adalah sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin menurun kadar normal Hb pada ibu yang
sedang hamil adalah 12-14 gram%, peningkatan hemaktrosit (dengan nilai 37-43 vol%),
dan trombosit mengalami penurunan (dengan nilai 150.000-450.000/mm3)
b. Tes urin, yang ditemukan proteinuria
c. Tes fungsi hati, Bilirubin mengalami peningkatan (yang Normalnya <1 mg / dl), serum
Glutamat Pirufat trasaminase (SGPT) mengalami peningkatan dari nilai normal (N =

6
15-45 u / ml), Aspartat aminomtrasferase (AST) >60 ul, SGOT juga mengalami
peningkatan (N = <31 u/l), maka total protein serum menurun (N = 6,7-8,7 g/dl)
d. Tes asam urat, peningkatan asam urat (N = 2,4-2,7 mg/dl)
e. Radiologi
1) Ultrasonografi, adanya perlambatan pertumbuhan janin intrauterin, respirasi
intrauterin melambat, aktivitas pada janin melambat, dan cairan ketuban dengan
volume sedikit.
2) Kardiografi, ditemukan denyut jantung janin (DJJ) dapat diketahui bahwa
mengalami kelemahan.

G. Komplikasi
Menurut Leroy C. Edozien (2014) komplikasi dari preeklampsia meliputi :
a. Cedera Serebrovaskular
b. Solusio Plasenta
c. Sindrom HELLP
d. DIC
e. Eklampsia
f. Gagal Hati
g. Gagal Ginjal
h. Edema Paru
i. IUGR

H. Pencegahan
Pencegahan preeklampsia atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian
dan menurunkan angka kesakitan serta kematian (Sofian, 2012).
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda- tanda
sedini mungkin (preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup agar
penyakit tidak menjadi lebih berat.
b. Selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia jika ada faktor- faktor
predisposisi.
c. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya
mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga
kenaikan berat badan yang berlebihan.

I. Penanganan
a. AntiKonvulsan
Semua ibu yang mengalami preeklampsia berat harus menerima profilaksis
antikonvulsan. Magnesium Sulfat merupaka pilihan pertama untuk terapi eklampsia.
Antikonvulsan lain yang digunakan dengan efektivitas yang lebih rendah adalah
Fenitoin dan Diazepam (Upadya M dan Rao ST, 2018).
Magnesium sulfat merupakan salah satu pilihan obat untuk pencegahan
dan kontrol kejang pada pasien dengan preeklampsia berat atau eklampsia. Magnesium
Sulfat diberikan dengan dosis awal sebesar 4 g dan diberikan secara

7
intravena selama 5 menit, kemudian diikuti infus 1 g/jam dan dilakukan
pemeliharaan selama 24 jam (National Institute for Health and Clinical
Excellence, 2010). Observasi ketat hemodinamik pasien, haluaran urine, reflex tendon,
dan saturasi oksigen. Jika terjadi depresi reflex atau pernapasan, hentikan pemberian
infus MgSO4 dan periksa kadar magnesium serum (Leroy C. Edozien, 2014).
Diazepam merupakan senyawa benzodiazepin yang memiliki khasiat
anksiolitik, relaksasi otot, hipnotik dan antikonvulsi (Tjay, 2015). Sebagai
antikonvulsan pada eklampsia, diazepam berkontribusi dalam menurunkan nilai
apgar dan mencegah terjadinya depresi pada janin (Jido, 2012).
Fenitoin adalah senyawa imidazolin yang tidak bersifat hipnotik. Fenitoin
efektif pada grand mal dan serangan psikomotor, tetapi tidak boleh digunakan
pada terapi petit mal karena dapat memprovokasi absences (Tjay, 2015). Obat ini
memberikan efek stabil pada membran neuron. Fenitoin direkomendasikan untuk
mencegah serangan kejang diberikan bersama dengan 10 mg diazepam (Harsono
dkk, 2018).

b. AntiHipertensi
Mengobati hipertensi terutama tekanan darah sistolik dengan cepat dan efektif
sangat penting untuk mencegah perdarahan intrakranial. Kematian akibat perdarahan
intrakranial, yang merupakan penyebab terbesar kematian menunjukkan kegagalan
terapi antihipertensi. Memastikan terapi antihipertensi yang efektif merupakan prioritas
untuk meningkatkan kualitas perawatan klinis pada pasien preeklampsia.
Pemberian terapi antihipertensi diberikan pada perempuan yang memiliki
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg (Muhani
dan Besral, 2015). Dalam hal menurunkan tekanan darah pada preeklampsia, sejumlah
obat telah menunjukkan keamanan dan kemanjuran. Obat lini pertama termasuk
Metildopa, Labetalol dan Oxprenolol, sedangkan lini kedua adalah Hidralazin,
Nifedipin dan Prazosin (Lowe et al., 2014).
c. Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid antenatal pada pasien sindroma HELLP dan
preeklampsia berat hanya diberikan pada kehamilan preterm < 34 minggu dengan tujuan
untuk mematangkan paru janin (Magann et al., 2017). Semua kehamilan ≤ 34 minggu
yang akan diakhiri diberikan kortikosteroid dalam bentuk dexamethasone atau
betamethason.

8
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN
PREEKLAMPSIA

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, untuk mengidentifikasi, mengenal
masalah kebutuhan kesehatan, keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Deden Dermawan, 2012). Pengkajian yang dilakukan pada ibu preeklamsia menurut
Mitayani (2012), yaitu sebagai berikut.
a. Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur, Pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam medis (RM), tanggal
masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian, dan kaji identitas penanggung
jawab atas pasien.
b. Data riwayat kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling
dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian.
1) Riwayat kesehatan dahulu
a) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
b) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu.
c) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
d) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
b) Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium.
c) Gangguan virus: penglihatan kabur, scotoma, dan diplopia.
d) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
e) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflex tinggi, dan tidak tenang
f) Edema pada ektremitas.
g) Tengkuk terasa berat.
h) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien dan
keluarga memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau dibetes mellitus (DM)
serta kemungkinan memiliki riwayat preeklamsia serta eklamsia dalam keluarga.

9
4) Riwayat obstetrik dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat menstruasi,
riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat
kehamilannya saat ini, dan riwayat keluarga berencana.
5) Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti
pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan
BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien
merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus, perinium menonjol).
Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau hubungan pasien dengan orang
lain, ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.
c. Pemeriksaan fisik biologis
1) Keadaan umum: lemah.
2) Kepala: sakit kepala, wajah edema.
3) Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
4) Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan muntah.
5) Ektremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari.
6) System pernafasan: hiper refleksia, klonus pada kaki.
7) Genitourinaria: oliguria, proteinuria.
8) Pemeriksaan janin: bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah.
d. Pemeriksaan penunjang
Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk
memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan data penunjuang seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
ultrasonography (USG).
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah.
2) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%).
3) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
4) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
5) Pemeriksaan fungsi hati.
a) Bilirubin meningkat
b) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat.
c) Serum glutamate oirufat transaminase (SGOT) meningkat.
d) Total protein serum menurun.
6) Tes kimia darah: asam urat meningkat.
7) Radiologi
a) Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, serta volume cairan ketuban sedikit.
b) Kardiotografi: diketahui denyut jantung bayi lemah.
c) Data social ekonomi, preeklamsia berat lebih banyak terjadi pada wanita serta
golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang
mengandung protein serta kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.
d) Data psikologis, ibu preeklamsia berada dalam kondisi yang labil serta mudah
marah, ibu merasa khawatir dengan keadaan dirinya serta keadaan janin dalam

10
kandungannya, karena ibu akan merasa takut dengan anaknya akan lahir cacat
atau meninggal dan takut untuk melahirkan.

B. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnose Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif


1. Gangguan Pertukaran Gas - Dyspnea - Takikardia
(D.0003) - Pusing - Bunyi napas
Kelebihan atau kekurangan - Penglihatan kabur tambahan
oksigenasi dan/atau eleminasi - Sianosis/pucat
karbondioksida pada - Gelisah
membaran alveolus-kapiler - Pola napas abnormal
- Kesadaran menurun
2. Nyeri Akut (D.0077) Mengeluh nyeri - Tampak meringis
Pengalaman sensorik atau - Bersikap protektif
emosional yang bekaitan - Gelisah
dengan keusakan jaringan - Frekuensi nadi
actual atau fungsional, meningkat
dengan onset mendadak atau - Sulit tidur
lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3
bulan.
3. Hypervolemia (D.0022) - Ortopnea - Edema anasarka
Peningkatan volume cairan - Dyspnea dan/atau edema
intravascular, interstisial, - Paroxysmal nocturnal perifer
dan/atau intraselular. dyspnea (PND) - Berat badan
meningkat dalam
waktu singkat
- Hepatomegaly
- Kadar Hb/Ht turun
- Oliguria
- Intake lebih banyak
dari output (balance
cairan positif)
- Kongesti paru

11
C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnose SLKI SIKI


Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Luaran : Pemantauan Respirasi (I.01014)
Gas (D.0003) Pertukaran Gas Observasi :
(L.01003) - Monitor frekuensi, irama,
meningkat kedalaman dan upaya napas
Kriteria Hasil : - Monitor pola napas
- Dyspnea - Palpasi kessimetrisan ekspansi
menurun paru
- Pusing - Auskultasi bunyi napas
menurun - Monitor saturasi oksigen
- Penglihatan - Monitor nilai AGD
kabur Terapeutik :
menurun - Atur interval pemantauan
- Bunyi respirasi sesuai kondisi pasien
napas - Dokumentasikan hasil
tambahan pemantauan
menurn Edukasi :
- Sianosis - Jelaskan tujuan dan prosedur
membaik pemantauan
- Pola napas - Informasikan hasil pemantauan,
membaik jika perlu
- Takikardia
membaik
2. Nyeri Akut (D.0077) Luaran : Tingkat Manajemen Nyeri (I.08238)
Nyeri (L.08066) Observasi
menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
- Keluhan intensitas nyeri
nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun - Identifikasi respons nyeri non
- Meringis verbal
menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Gelisah kualitas hidup
menurun Terapeutik
- Pola napas - Berikan teknik nonfarmakologis
membaik untuk menguangi rasa nyeri
- Pola tidur - Fasilitasi istirahat dan tidur

12
membaik - Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
4. Hipervolemia (D.0022) Luaran : Manajemen Hipervolemia (I.03114)
Keseimbangan Observasi :
cairan (L.03020) - Periksa tanda dan gejala
meningkat hipervoemia
Kriteria hasil : - Identifikasi penyebab
- Asupan hypervolemia
cairan - Monitor status hemodinamik
meningkat - Monitor intake output
- Haluaran - Monitor tanda hemokonsentrasi
urine - Monitor tanda peningkatan
meningkat tekanan onkotik plasma
- Edema - Monitor efek samping diuretic
menurun Terapeutik
- Turgor - Timbang berat badan setiap hari
kulit pada waktu yang sama
membaik - Batasi asupan cairan dan garam
- Berat - Tinggikan kepala tempat tidur
badan 30-40 derajat
membaik Edukasi :
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretic

13
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan, pengolahan dan
tahap perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, kolaborasi, dan tindakan rujukan (Bararah,
2013).
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi
keperawatan adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan.
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain,
bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang
diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi
terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan. Format
evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari
pasien, O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga, A: Analisys
yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan analisis (Nurhaeni, 2013).

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan secara menyeluruh baik pada ibu dan juga janin dengan preeklampsia
membantu perawat untuk melakukan intervensi keperawtan yang tepat. Pada pasien
kehamilan dengan preeklampsia penting untuk dapat diditeksi sejak dini sehingga
pencegahan terhadap komplikasi dapat dicegah. Penanganan yang tepat dapat membantu
kualitas hidup ibu serta bayi meningkat dan meminimalkan komplikasi.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami teori secara menyeluruh tentang pasien kehamilan
dengan preeklampsia. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan yang tepat
untuk pasien kehamilan dengan preeklampsia.
2. Bagi Perawat

15
Perawat mampu menentukan intervensi yang tepat untuk pasien dan mampu
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi. Perawat juga mampu mengevaluasi
respon dari asuhan keperawatan yang telah diberikan. Perawat mampu meningatkan
kualitas dan kuantitas hidup ibu dan juga janin dengan asuhan keperawatan yang
diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Lalenoh, Diana Chrsitine. (2018). Preeklampsia Berat dan Eklampsia: Tatalaksana Anestesia
Perioperatif. Yogyakarta: Deepublish.
Muzalfah, R., Dyah, Y., Santik, P., & Wahyuningsih, A. S. (2018). Kejadian Preeklamsia pada
Ibu Bersalin. Higeia Journal of Public Health Research And Development, 2(3), 417–
428.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
https://promkes.kemkes.go.id/peringatan-hari-preeklamsia-sedunia-2021
Sukarni, I., & Margaretha, Z. H. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai