OLEH
Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa) karena atas rahmat dan karunia-Nya tulisan yang berjudul "Laporan
Pendahuluan Pada Intranatal Care” ini dapat diselesaikan tepat waktunya.
Tulisan ini disusun dalam rangka memenuhi Penugasan Praktik Laboratorium Klinik
Keperawatan dalam menempuh pendidikan Program Studi Program Sarjana,Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Wira Medika Bali pada Semester IV tahun 2021. yang diampu oleh Ns. I Gusti Ayu
Putu Satya Laksmi, S.Kep,. M.Kep.
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentu tidak luput dari bantuan beberapa pihak.
Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih yang setulus tulusnya kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempura, oleh karena itu segala
kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya karya penulis berikutnya. Semoga
tulisan ini ada manfaatnya.
Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ITRANATAL CARE
1.2 Etiologi
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas, banyak faktor yang
memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan diantaranya(Hafifah,2011):
a. Teori Penurunan Hormon
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesteron, progesteron mengakibatkan relaksasi otototot rahim, sedangkan estrogen
meningkatkan kerentanan otot-otot Rahim. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar
estrogen dan progesteron, tetapi akhir kehamilan terjadi penuruan kadar progestoren sehinggal
timbul his.
b. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
c. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion sevikalis, bila ganglion ini ditekan oleh kepala janin
maka akan timbul kontraksi uterus.
d. Teori Plasenta menjadi tua
Akibat plasenta tua menyebabkan turunnya kada progesteron yang mengakibatkan
ketegangan pada pembuluh darah, hal ini menimbulkan kontrkasi rahim.
e. Indikasi Partus
Partus dapat ditimbulkan dengan pemberian oksitosin drips, menurut tetesan perinfus dan
pemberian gagang laminaria ke dalam kanalis sevikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, sehingga timbul kontsraksi dan melakukan pemecahan ketuban.
f. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul kontrkasi otot-otot
rahim.
g. Ketegangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya terenggang oleh
karena isinya.
h. Pengaruh janin atau fetal cortisol Hypofise dan kelenjar supraneral janin rupa-rupanya
juga memegang peranan, oleh karena itu, pada anencheplus kehamilan sering lebih lama dari
biasa.
i. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu penyebab
permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang
diberikan secara intrevena, intra dan ekstra amnial menimbulkan kontraksi mymometrium pada
setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi
baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan.
1.4 Klasifikasi
Ada 3 klasifikasi persalinan menurut (Maharan et al., 2016) berdasarkan cara dan usia
kehamilan.
1) Persalinan Normal (Spontan)
Adalah proses lahirnya bayi pada Letak Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam.
2) Persalinan Buatan
Adalah persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksiforceps, ekstraksi vakum dan
sectiosesaria.
3) Persalinan Anjuran
Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
Kala Persalinan
Pada kala I serviks membuka sampai 10 cm. Kala I dinamakan kala pembukaan. Kala II
disebut kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan berkat kekuatan mengejan janin dapat
dilahirkan. Kala III adalah kala pengeluaran plasenta. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta
sampai 1 jam setelah plasenta lahir. Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
a. Kala I : Kala Pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala
pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
1. Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap. Pembukaan kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.
2. Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi terus umumnya meningkat (kontraksi adekuat/3kali atau
lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
b) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih perjam hingga
pembukaan lengkap (10 cm).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d) Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fase, yaitu berdasarkan kurva friedman:
1. Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
2. Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
dari 4 menjadi 9 cm.
3. Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi
10cm/ lengkap.
1.5 Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan nyeri.
Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron, peningkatan
oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka
terjadi pemendekan SAR (Segmen Atas Rahim) dan penipisan SBR (Segmen Bawah Rahim)
Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik. Penurunan kepala bayi yang terdiri dari
beberapa tahap antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi,
ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa
mengejan sehingga terjadi ekspulsi.
Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri.
Setelah bayi lahir kontraksi Rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi.
Kontraksi akan mengurangi area plasenta, Rahim bertambah kecil, dinding menebal yang
menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain
mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara
asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta
maka produksi estrogen dan progesterone akan mengalami penurunan, sehingga hormone prolactin aktif dan produksi laktasi dimulai.
1.6 Pathway
Proses Persalinan
1.8 Penatalaksanaan
1. Pemberian obat penghilang rasa sakit, misalnya:
a. Pethidin.
Biasanya disuntikan dibagian paha atau pantat. Obat ini akan membuat tenang, rileks, malas
bergerak dan terasa agak mengantuk tetapi tetap sadar. Obat ini akan bereaksi 20 menit setelah
disuntikan, kemudian akan bekerja selama 2 – 3 jam dan biasanya diberikan pada kala 1. Obat ini
diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang kuat.
b. Anastesi epidural.
Metode ini paling sering digunakan, karena memungkinkan pasien untuk tidak merasakan
sakit tanpa tidur. Obat ini disuntikan pada rongga kosong tipis diantara tulang punggung bagian
bawah. Selanjutnya akan dipasang kateter (selang kecil) untuk mengalirkan obat yang
mengakibatkan saraf tubuh bagian bawah mati rasa selama 2 jam sehingga rasa sakit tidak terasa.
Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak berpengaruh pada kala 2 persalinan, jika
tidak ibu harus mengejan lebih lama.
c. Etonox.
Menggunakan campuran oksigen dan nitrous oksida, efeknya lebih ringan dari pada epidural.
d. TENS (Transcutaneus Electrical Nerves Stimulation).
Alat ini dipilih jika ingin rasa sakit hilang tanpa obat. Mesin ini merupakan stesor elektronik
yang membantu tubuh menahan rasa sakit dengan mengirim arus listrik kepunggung yang
aliranya bisa diatur.
e. Intrathecal Labour Analgesia (ILA).
Obat ini disuntikan diintathecal, suatu daerah diatas epidural. Kelebihan ILA dibanding
epidural adalah lebih aman karena dosis obat lebih sedikit, lebih mudah digunakan, dan biayanya
lebih murah.
2. Pemberian oksitosin.
Diberikan pada kala 3. Tujuan pemberian oksitosin adalah untuk merangsanga rahim
berkontraksi yang juga mempercepat lahirnya plasenta. Oksitosin diberikan secara
intramuskuler dalam 2 menit setelah bayi lahir denagn dosis 10 IU (Endjun, 2004).
2) Data Obyektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data
penunjang, hasil laboratorium. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan
menggabungkan data satu dengan data lainnya, disesuaikan dengan kebutuhan pasien
sehingga menunjukkan fakta.
a) Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan ibu secara umum, apakah baik, sedang atau buruk (Alimul,
2006:34).
2) Kesadaran
Ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan.
Kesadaran dibedakan menjadi komposmentis, apatis, delirium, somnolen, stupor, koma
(Shanty, 2011:65).
b) Tanda vital
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.
1) Temperatur atau suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada kala IV, umumnya disebabkan oleh keluarnya
cairan selama proses persalinan.
2) Nadi dan pernafasan
Nadi dan pernafasan menentukan keadaan ibu dalam proses persalinan, rentang nadi
dan pernafasan harus dalam keadaan normal.
3) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi pada saat persalinan. Apabila
terjadi kenaikan tekanan darah harus dilakukan peringan persalinan.
4) Berat badan
Untuk mengetahui adanya peningkatan berat badan selama hamil. Nilai normal
penambahan berat badan selama kehamilan adalah 9-12 kg.
5) Tinggi badan
Untuk mengaetahui tinggi badan pasien kurang atau tidak, termasuk resiko tinggi atau
tidak.
c) Pemeriksaan Sistematis
1) Rambut
Untuk mengetahui apakah rambut bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe.
2) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau oedema.
3) Mata
Untuk mengetahui konjungtiva kemerahan atau tidak, sclera berwarna putih atau tidak.
4) Telinga
Untuk mengetahui ada serumen atau tidak, simetreis atau tidak.
5) Hidung
Untuk mengatahui ada benjolan atau tidak.
6) Mulut dan Gigi
Untuk mengathui bersih atau kotor, ada stomatistis atau tidak, ada caries gigi atau tidak.
7) Leher
Ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak,
ada tumor atau benjolan atau tidak.
8) Dada dan Mammae
a) Dada
Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada retraksi dinding atau tidak.
b) Mammae
Untuk mengetahui simetris atau tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau tidak,
putting menonjol atau tidak, lecet atau tidak.
9) Axilla
Ada benjolan atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
d) Pemeriksaan Khusus
1) Abdomen
a) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut, linea, strie, bekas operasi, pelabaran vena,
kelaian.
b) Palpasi
Pemeriksaan dengan teknik menggunakan indera peraba tangan dan jari untuk
mengkaji kekuatan kontraksi, tinggi fundus uteri dan dan kandung kemih berisi urine
atau tidak.
2) Genitalia
a) Vulva Hygiene
Mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan
adan akan kembali secara bertahap dalam waktu 6 sampai 8 minggu setelah post
partum.
b) Keadaan Perineum
Untuk mengetahui adanya oedem, bekas luka episiotomi/robekan, heating atau tidak.
Jika terjadi rupture perineum perlu dilakukan observasi untuk mengetahui tingkatan
rupture perinemum.
c) Kedaan Anus
Untuk mengetahui adanya hemoroid atau tidak.
3) Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan HB, terjadi anemia atau tidak.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilain klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan berujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (SDKI, 2017)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan masalah pneumonia:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus yang kuat dan distensi perineum.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot
pernapasan.
3. Keletihan berhubungan dengan Gangguan tidur.
4. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Rencana Perawatan
No Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 SLKI : SIKI
Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan asuhan 1. Identivikasi Skala Nyeri 1. Untuk mengetahui skala
keperawatan selama….x24 2. Indentifikasi Respon non nyeri pasien
jam. Diharapkan nyeri verbal 2. Untuk menegtahui
pasien berkurang dengan 3. Berikan teknik non bagaimana respon pasien
kriteria hasil : farmakologi untuk terhadap nyeri yang
1. Melaporkan nyeri mengurangi rasa nyeri dirasakan
berkurang (Terapi napas dalam) 3. Untuk mengalihkan rasa
2. Tampak tidak meringis 4. Kontrol lingkungan nyeri yang dirasakan oleh
3. Tampak tidak gelisah memperberat rasa nyeri pasien
4. Vital sign dalam batas (kebisingan ruangan) 4. Agar pasien bisa lebih
normal 5. Jelaskan penyebab, nyaman dan tenang dan
TTV Orang Dewasa periode, dan pemicu nyeri tidak merasa terganggu
Normal: 6. Kolaborasi pemberian 5. Agar pasien mengerti dan
TD normal : Sistolik 90/60 analgetik memahami apa penyebab
mmhg, Diastolik 120/80 dari rasa nyeri
mmhg. 6. Untuk mengurangi rasa
Nadi Normal : 60- nyeri
100x/menit
Suhu : 36,5-37,5C
Respirasi : 16-24x/menit
2 SLKI : SIKI
Pola Napas Manajemen Jalan Napas 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas keadaan pola napas pasien
keperawatan selama….x24 (frekuensi, kedalaman, usaha 2. untuk mengetahui bunyi
jam. Diharapkan pola napas) napas pasien
napas pasien berkurang 2. Monotor bunyi napas 3. Untuk memudahkan
dengan kriteria hasil : tambahan (mis, gurgling, pasien dalam bernapas dan
1. Tidak ada terdengar mengi, wheezing, rnkhi memberikan kenyamanan
mengi, whezzing dana tau kering) kepada pasien
ronki kering 3. Posisikan semi fowler atau 4. Agar asupan cairan pasien
2. Tidak adanya dispnea fowler terpenuhi dengan baik
3. Tidak gelisah 4. Anjurkan asupan cairan 5. untuk mengurangi sesak
4. Tidak ada Sianosis 2000ml/hari napas pasien
5. Frekuensi napas 5. Berikan Oksigen 6. Untuk memberikan
membaik 6. Kolaborasi pemberian penyembuhan kepada pasien
6. Pola napas membaik Bronkodilator,ekspektoran,
Respirasi Normal : 16- mukolitik
24x/menit
3 SLKI : SIKI
Tingkat Keletihan Manajemen Jalan Napas
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi gangguan 1. Untuk mengetahui tingkat
keperawatan selama….x24 fungsi tubuh yang kelelahan klien
jam. Diharapkan keletihan mengakibatkan kelelahan 2. Memantau pola tidur
pasien berkurang dengan 2. Monitor pola dan jam tidur klien agar tidak terjadi
kriteria hasil : 3. Berikan aktivitas distraksi kelelahan
1. Kemampuan melakukan yang menenangkan 3. Untuk mengalihkan rasa
aktivitas rutin membaik 4. Anjurkan tirah baring kelelahan
2. Tampak tidak lesu 5. Kolaborasi dengan ahli 4. Untuk mengurangi rasa
3. Tampak tidak lelah gizi tentang cara kelelahan
4. Verbilasi kepulihan meningkatkan asupan 5. Agar kondisi klien pulih
energi tenaga meningkat makanan dan stabil kembali
5. Kebutuhan Istirahat
meningkat
4 SLKI : SIKI
Status Cairan Manajemen Hipovolemia 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa tanda dan gejala keadaan umum klien
keperawatan selama….x24 hypovolemia (monitor vital 2. Untuk mengetahui intake
jam. Diharapkan status sign) dan output cairan yang
cairan pasien berkurang 2. Monitor intake dan output keluar
dengan kriteria hasil : cairan 3. Untuk mengetahui
1. Frekuensi nadi normal 3. Hitung kebutuhan cairan kebutuhan cairan
(60-100x/mneit) 4. Anjurkan memperbanyak 4. Untuk menambah asupan
2. Membran mukosa asupan cairan oral cairan
lembab 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk Memberikan
3. Tekanan Darah Normal cairan IV isotonic (mis. pemulihan pada tubuh
(Sistolik : 60-90mmhg, Nacl,RL) pasien
Diastolik : 120-80mmhg)
4. Turgor kulit membaik
5. Tidak Tampak lemah
6. Tidak tampak haus
5 SLKI : SIKI:
Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi 1. Untuk mengetahui tanda
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala dan gejala infeksi
keperawatan selama….x24 infeksi local dan sistemik 2. Mengurangi terjadinya
jam. Diharapkan status 2. Batasi jumlah penunjung penularan infeksi
tingkat infeksi pasien 3. Anjurkan meningkatkan 3. Untuk meningkatkan
berkurang dengan kriteria asupan nutrisi nutrisi dalam tubuh
hasil : 4. Kolaborasi pemberian 4. Untuk memberikan
1. Tidak Ada kemerahan imunisasi pengobatan pada pasien
2. Tidak ada nyeri
3. Tidak ada Demam
4. Tidak Ada bengkak
3. Dependen
Dependen implementasi adalah tindakan perawat atas dasar rujukan dari profesi lain
seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog, dan sebagainya dalam hal pemberian pada klien
sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihhan fisik (mobilisasi fisik)
sesuaidengan anjuran fisioterapi.
4. P (Perencanaan) : rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas
yang berisi melanjutkan perencaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC –
NOC. Yogyakarta :Mediaction
Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Endjun. J., J., 2004. Mempersiapkan Persalinan Sehat. Jakarta: Pustaka
Asri, D. dan Cristine Clervo. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. (Diakses
tanggal 18 Maret 2012).
Indah, Firdayanti, & Nadyah. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny
“N” dengan Usia Kehamilan Preterm di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 01 Juli
2018. Jurnal Midwifery, 1(1), 1–14
JNPK-KR. 2017. Asuhan Persalinan Normal. (Adriaansz G, ed. ). Jakarta : Jaringan
Nasional Pelatihan Klinik
Marelli,T.M. (2014). Buku saku dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC
Mutmainnah, Annisa UI, dkk. 2017. Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Yogyakarta:
ANDI
Mutmainnah, M. (2018). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Care Patologi pada Ny" N"
dengan Ketuban Pecah Dini Disertai Gawat Janin di RSUD Syekh Yusuf Tanggal 23 Juni
2018 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sulfiani, S. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Care pada Ny “F” Gestasi 38-40
Minggu dengan Asuhan Persalinan Normal di Puskesmas Jumpandang Baru Tanggal 16 s/d
17 Mei 2017 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI