Anda di halaman 1dari 24

PENUGASAN PRAKTIK LABORATORIUM KLINIK KEPERAWATAN

“LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN INTRANATAL CARE”

OLEH

NAMA : ANAK AGUNG RATNA WAHYUNDARI


NIM : 19.321.3004
KELAS : A13 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa) karena atas rahmat dan karunia-Nya tulisan yang berjudul "Laporan
Pendahuluan Pada Intranatal Care” ini dapat diselesaikan tepat waktunya.
Tulisan ini disusun dalam rangka memenuhi Penugasan Praktik Laboratorium Klinik
Keperawatan dalam menempuh pendidikan Program Studi Program Sarjana,Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Wira Medika Bali pada Semester IV tahun 2021. yang diampu oleh Ns. I Gusti Ayu
Putu Satya Laksmi, S.Kep,. M.Kep.
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentu tidak luput dari bantuan beberapa pihak.
Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih yang setulus tulusnya kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempura, oleh karena itu segala
kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya karya penulis berikutnya. Semoga
tulisan ini ada manfaatnya.

Denpasar, 12 Juli 2021

Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ITRANATAL CARE

1.1 KONSEF DASAR INTRANATAL CARE


1.1.1 Definisi
Persalinan adalah proses alamiah membuka dan menipisnya serviks dan turunnya janin
ke dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin secara alamiah yang
kehamilannya sudah cukup bulan (37-42minggu), lahir spontan tanpa komplikasi pada ibu
maupun janin (Dwi Asri H & Cristine Clervo P, 2010).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 -
42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir, serta berlangsung dengan bantuan atau tanpa
bantuan (Ardriaansz, 2017).
Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam
rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembekuan dan dilatasi serviks akibat kontraksi
uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Mutmainnah, 2018).
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat hidup diluar
uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42
minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan,
dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang
kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin
(Indah & Firdayanti, 2019).

1.2 Etiologi
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas, banyak faktor yang
memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan diantaranya(Hafifah,2011):
a. Teori Penurunan Hormon
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesteron, progesteron mengakibatkan relaksasi otototot rahim, sedangkan estrogen
meningkatkan kerentanan otot-otot Rahim. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar
estrogen dan progesteron, tetapi akhir kehamilan terjadi penuruan kadar progestoren sehinggal
timbul his.
b. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
c. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion sevikalis, bila ganglion ini ditekan oleh kepala janin
maka akan timbul kontraksi uterus.
d. Teori Plasenta menjadi tua
Akibat plasenta tua menyebabkan turunnya kada progesteron yang mengakibatkan
ketegangan pada pembuluh darah, hal ini menimbulkan kontrkasi rahim.
e. Indikasi Partus
Partus dapat ditimbulkan dengan pemberian oksitosin drips, menurut tetesan perinfus dan
pemberian gagang laminaria ke dalam kanalis sevikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, sehingga timbul kontsraksi dan melakukan pemecahan ketuban.
f. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul kontrkasi otot-otot
rahim.
g. Ketegangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya terenggang oleh
karena isinya.
h. Pengaruh janin atau fetal cortisol Hypofise dan kelenjar supraneral janin rupa-rupanya
juga memegang peranan, oleh karena itu, pada anencheplus kehamilan sering lebih lama dari
biasa.
i. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu penyebab
permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang
diberikan secara intrevena, intra dan ekstra amnial menimbulkan kontraksi mymometrium pada
setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi
baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan.

1.3 Tanda Dan Gejala


Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi dua fase, yaitu tanda bahwa persalinan sudah dekat
dan tanda timbulnya persalinan (inpartu).
a. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
1). Terjadi Lightening
Menjelang minggu 36 kehamilan, tanda pada primigavida adalah terjadinya penurunan
fundus uteri karena pada kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan;
kontrkasi Braxton Hikcs, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan
gaya berat janin dimana kepala kearah bawah. Maksudnya kepala bayi baru masuk ke pintu
atas panggul sehingga menyebabkan ibu merasakan
a) Ringan dibagian atas perut, dan rasa sesaknya berkurang
b) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal
c) Kesulitan berjalan
d) Sering buang air kecil (follaksuria).
Gambaran lightening pada primigavida menunjukkan hubungan normal antara ketiga P
yaitu power, passage dan passanger. Sedangkan pada multipara gambarannya tidak begitu
jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang peralinan.
2). Terjadinya his permulaan
Pada waktu umur kehamilan masih muda, yaitu sejak trimester pertama kehamilan uterus
akan sering mengalami kontraksi ringan. Pada trimester kedua dapat dideteksi dengan
pemerikasaan bimanual. fenomena ini dikemukakan pertama kali oleh Braxton Hicks pada
tahun 1872 sehingga disebut sebagai kontraksi Braxton hicks. Sampai bulan terakhir
kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan meningkat pada satu atau dua minggu
sebelum persalinan. Kontraksi ini terjadi karena adanya perubahan keseimbangan esterogen
dan progesteron sehingga terjadi peningkatan jumlah reseptor oksitosin dan gap junction
diantara sel-sel myometrium.
Dengan semakin tuanya kehamilan, pengeluaran esterogen dan progesterone semakin
berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, yang dikenal
sebagi his palsu, dengan sifat sebagi berikut :
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.
b) Datangnya tidak teratur.
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d) Tidak bertambah bila beraktivitas
b. Tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu)
1). Terjadinya his persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa nyeri di perut serta dapat
menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim yang dimulai pada 2 face maker yang
letaknya di dekat cornu uteri. His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan
tertentu disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat adanya dominan kontraksi uterus
pada fundus uteri (fundal dominance), kondisi berlangsung secara sonkron dan harmonis,
adanya intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur dan
frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 45-60 detik. Pengaruh his ini dapat
menimbulkan di daerah uterus (meningkat), terjadi penurunan janin, terjadi penebalan pada
dinding corpus uteri, terjadi peregangan dan penipisan pada istmus uteri, serta terjadinya
pembukaan pada kanalis servikalis.His persalinan memiliki sifat sebagai berikut:
a) Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan.
b) Teratur dengan interval yang makin pendek dan kekuatannya makin besar.
c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d) Penambahan aktivitas (seperti berjalan) maka his tersebut semakin meningkat.
2). Keluarnya lendir bercampur darah (show)
Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darahnya
disebabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.
3). Terkadang disertai ketuban pecah
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban
menjeklang persalinan. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat
berlangsung 24 jam. Namun, apabila persalinan tidak tercapai, maka persalinan harus
diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau section caesarea.
4). Dilatasi dan Effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsurangsur akibat pengaruh his.
Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2
cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti kertas.

1.4 Klasifikasi
Ada 3 klasifikasi persalinan menurut (Maharan et al., 2016) berdasarkan cara dan usia
kehamilan.
1) Persalinan Normal (Spontan)
Adalah proses lahirnya bayi pada Letak Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam.
2) Persalinan Buatan
Adalah persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksiforceps, ekstraksi vakum dan
sectiosesaria.
3) Persalinan Anjuran
Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.

Kala Persalinan
Pada kala I serviks membuka sampai 10 cm. Kala I dinamakan kala pembukaan. Kala II
disebut kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan berkat kekuatan mengejan janin dapat
dilahirkan. Kala III adalah kala pengeluaran plasenta. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta
sampai 1 jam setelah plasenta lahir. Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
a. Kala I : Kala Pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala
pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
1. Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap. Pembukaan kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.
2. Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi terus umumnya meningkat (kontraksi adekuat/3kali atau
lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
b) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih perjam hingga
pembukaan lengkap (10 cm).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d) Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fase, yaitu berdasarkan kurva friedman:
1. Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
2. Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
dari 4 menjadi 9 cm.
3. Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi
10cm/ lengkap.

b. Kala II : Kala Pengeluaran Janin


Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin hingga
keluar. Pada Kala II ini memiliki ciri khas sebagai berikut:
1. His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kiraaa 2-3 menit sekali.
2. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa
ingin mengejan.
3. Tekanan pada rectum, dan ibu merasa ingin BAB
4. Anus membuka Pada Waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan
diikuti seluruh badan janin.Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda
yaitu :
a) Primpara kala II berlangsung 1,5 jam – 2 jam.
b) Multipara kala II berlangsung 0,5 jam – 1 jam.
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak berbaring, merangkul
kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit sehingga
dagu mengenai dada, mulut dikatup, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin
berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu sebelah atas.
c. Kala III : Kala Uri
Yaitu waktu pelepasaan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim
berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri sehingga pusat dan berisi plasentaa
yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan
pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan (brand andow), seluruh proses biasanya berlangsung 5-30
menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran
darah kira- kira 100-200 cc.Tanda Kala III terdiri dari 2 Fase:
1) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas :
a) Schultze
Data ini sebanyak 80% yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi
reteroplasenter hematoma yang menolak uri mula-mula di tengah kemudian seluruhnya,
menurut cara ini pendaharan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
b) Duncehn
1) Lepasnya uri mulai dari pinggrinyaa, jadi terlebih dahulu dari pinggir (20%).
2) Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban.
c) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
2) Fase pengeluaran uri
Untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
a) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada atau di atas simfisis, tali pusat diregangkan, bila
plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti
plasenta sudah telepas.
b) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti belum lepas,
bila diam/turun berarti sudah terlepas.
c) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bilaa tali pusat bergetar berarti belum lepas,
bila tidak bergetar berarti sudah terlepas
1) Rahim menonjol diatas symfisis
2) Tali pusaat bertambah panjang
3) Rahim bundar dan keras
4) Keluar darah secara tiba – tiba.

d. Kala IV (Tahap Pengawasan)


Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya pendarahan.
Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih 2 jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan
darah dari vagina, tapi tidak banyak yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim
tempat terlepasnya plasenta, dan setelaah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit
darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa – sisa jaringan. Pada beberapa keadaan,
pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor
seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengawasan sehingga jika pendarahan semakin hebat, dapat dilakukan tindakan
secepatnya.

1.5 Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan nyeri.
Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron, peningkatan
oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka
terjadi pemendekan SAR (Segmen Atas Rahim) dan penipisan SBR (Segmen Bawah Rahim)
Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik. Penurunan kepala bayi yang terdiri dari
beberapa tahap antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi,
ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa
mengejan sehingga terjadi ekspulsi.
Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri.
Setelah bayi lahir kontraksi Rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi.
Kontraksi akan mengurangi area plasenta, Rahim bertambah kecil, dinding menebal yang
menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain
mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara
asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta
maka produksi estrogen dan progesterone akan mengalami penurunan, sehingga hormone prolactin aktif dan produksi laktasi dimulai.

1.6 Pathway

Kehamilan (37-42 Minggu)

Tanda Tanda Inpartu

Proses Persalinan

Kala 1 Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Partus Pelepasan Plasenta Post


Uterus Partus
Resiko Perdarahan Resiko perdarahan
Nyeri Akut Kerja curah jantung
Resiko Infeksi
Kelelahan (O2) Hipovolemia

Pola Napas Tidak


Efektif
Keletihan
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Rekaman kardiotogravi.
Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop leance atau doptone
yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr denyut jantung janin. Dilakukan pada kala 1
untuk mengetahui kekuatan dan sifat kontraksi rahim serta kemajuan persalinan.
2. Partograf.
Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan membantu petugas
kesehatan dan mengambil keputusan dalam penatalaksanaan pasien. Partograf berbentuk
kertas grafik yang berisi data ibu, janin dan proses persalinan. Partograf dimulai pada
pembukaan mulut rahim 4 cm (fase aktif).
3. Ultrasonografi (USG).
Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan (Riyanto, 2017).

1.8 Penatalaksanaan
1. Pemberian obat penghilang rasa sakit, misalnya:
a. Pethidin.
Biasanya disuntikan dibagian paha atau pantat. Obat ini akan membuat tenang, rileks, malas
bergerak dan terasa agak mengantuk tetapi tetap sadar. Obat ini akan bereaksi 20 menit setelah
disuntikan, kemudian akan bekerja selama 2 – 3 jam dan biasanya diberikan pada kala 1. Obat ini
diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang kuat.
b. Anastesi epidural.
Metode ini paling sering digunakan, karena memungkinkan pasien untuk tidak merasakan
sakit tanpa tidur. Obat ini disuntikan pada rongga kosong tipis diantara tulang punggung bagian
bawah. Selanjutnya akan dipasang kateter (selang kecil) untuk mengalirkan obat yang
mengakibatkan saraf tubuh bagian bawah mati rasa selama 2 jam sehingga rasa sakit tidak terasa.
Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak berpengaruh pada kala 2 persalinan, jika
tidak ibu harus mengejan lebih lama.
c. Etonox.
Menggunakan campuran oksigen dan nitrous oksida, efeknya lebih ringan dari pada epidural.
d. TENS (Transcutaneus Electrical Nerves Stimulation).
Alat ini dipilih jika ingin rasa sakit hilang tanpa obat. Mesin ini merupakan stesor elektronik
yang membantu tubuh menahan rasa sakit dengan mengirim arus listrik kepunggung yang
aliranya bisa diatur.
e. Intrathecal Labour Analgesia (ILA).
Obat ini disuntikan diintathecal, suatu daerah diatas epidural. Kelebihan ILA dibanding
epidural adalah lebih aman karena dosis obat lebih sedikit, lebih mudah digunakan, dan biayanya
lebih murah.
2. Pemberian oksitosin.
Diberikan pada kala 3. Tujuan pemberian oksitosin adalah untuk merangsanga rahim
berkontraksi yang juga mempercepat lahirnya plasenta. Oksitosin diberikan secara
intramuskuler dalam 2 menit setelah bayi lahir denagn dosis 10 IU (Endjun, 2004).

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


2.2.1 Pengkajian
Pada tahap ini data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subyektif dan atau data obyektif
dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian
sebelum didokumentasikan (Hidayat dkk, 2008:34).
1) Data subyektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung kepada pasien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga
kesehatan (allo anamnesis).
a) Identitas
1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-
alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih
dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan pascapersalinan.
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut karena diperlukan untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai pendidikannya.
5) Suku Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari.
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini berpengaruh
dalam gizi pasien.
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan proses persalinan, misalnya
pasien merasa kenceng-kenceng, perutnya terasa mulas dan mulai mengeluarkan lendir
darah.
c) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut dan
kronis seperti: jantung, diabetes melitus, hipertensi yang dapat mempengaruhi proses
persalinan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat ini yang ada hubungannya dengan proses persalinan yang akan dihadapi.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya.
4) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak karena
melahirkan tanpa status yang jelas akan mempengaruhi psikologinya.
5) Riwayat Obstetrik
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b) Riwayat menstruasi
Umur berapa pasien mengalami menstruasi, siklus haidnya setiap bulan, banyak
perdarahannya, lama keluarnya darah haid, warna dan bau darah haid, apakah pernah
mengalami nyeri haid dan keputihan, serta tanggal berapa hari pertama haid terakhir
pada kehamilan ini.
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluahan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB yang akan
digunakan setelah melahirkan bayinya ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
7) Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien.
8) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya kelak. Wanita mengalami
banyak perubahan emosi pada saat pascapersalinan, untuk itu perlu dikaji:
a) Respon ibu dan keluarga terhadap persalinannya.
b) Respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.
c) Respon ibu terhadap dirinya.
9) Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu selama proses persalinan yang akan
dijalani nantinya.
10) Pola kebiasaan sehari-hari.
a) Nutrisi
Menggambarkan pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan
pantangan makanan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau. Serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan
sebelum tidur, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang.
d) Personal Hygine
Dikaji apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuhnya.
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh
aktivitas terhadap kesehatannya.

2) Data Obyektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data
penunjang, hasil laboratorium. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan
menggabungkan data satu dengan data lainnya, disesuaikan dengan kebutuhan pasien
sehingga menunjukkan fakta.
a) Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan ibu secara umum, apakah baik, sedang atau buruk (Alimul,
2006:34).
2) Kesadaran
Ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan.
Kesadaran dibedakan menjadi komposmentis, apatis, delirium, somnolen, stupor, koma
(Shanty, 2011:65).
b) Tanda vital
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.
1) Temperatur atau suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada kala IV, umumnya disebabkan oleh keluarnya
cairan selama proses persalinan.
2) Nadi dan pernafasan
Nadi dan pernafasan menentukan keadaan ibu dalam proses persalinan, rentang nadi
dan pernafasan harus dalam keadaan normal.
3) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi pada saat persalinan. Apabila
terjadi kenaikan tekanan darah harus dilakukan peringan persalinan.
4) Berat badan
Untuk mengetahui adanya peningkatan berat badan selama hamil. Nilai normal
penambahan berat badan selama kehamilan adalah 9-12 kg.
5) Tinggi badan
Untuk mengaetahui tinggi badan pasien kurang atau tidak, termasuk resiko tinggi atau
tidak.
c) Pemeriksaan Sistematis
1) Rambut
Untuk mengetahui apakah rambut bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe.
2) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau oedema.
3) Mata
Untuk mengetahui konjungtiva kemerahan atau tidak, sclera berwarna putih atau tidak.
4) Telinga
Untuk mengetahui ada serumen atau tidak, simetreis atau tidak.
5) Hidung
Untuk mengatahui ada benjolan atau tidak.
6) Mulut dan Gigi
Untuk mengathui bersih atau kotor, ada stomatistis atau tidak, ada caries gigi atau tidak.
7) Leher
Ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak,
ada tumor atau benjolan atau tidak.
8) Dada dan Mammae
a) Dada
Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada retraksi dinding atau tidak.
b) Mammae
Untuk mengetahui simetris atau tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau tidak,
putting menonjol atau tidak, lecet atau tidak.
9) Axilla
Ada benjolan atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
d) Pemeriksaan Khusus
1) Abdomen
a) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut, linea, strie, bekas operasi, pelabaran vena,
kelaian.
b) Palpasi
Pemeriksaan dengan teknik menggunakan indera peraba tangan dan jari untuk
mengkaji kekuatan kontraksi, tinggi fundus uteri dan dan kandung kemih berisi urine
atau tidak.
2) Genitalia
a) Vulva Hygiene
Mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan
adan akan kembali secara bertahap dalam waktu 6 sampai 8 minggu setelah post
partum.
b) Keadaan Perineum
Untuk mengetahui adanya oedem, bekas luka episiotomi/robekan, heating atau tidak.
Jika terjadi rupture perineum perlu dilakukan observasi untuk mengetahui tingkatan
rupture perinemum.
c) Kedaan Anus
Untuk mengetahui adanya hemoroid atau tidak.
3) Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan HB, terjadi anemia atau tidak.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilain klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan berujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (SDKI, 2017)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan masalah pneumonia:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus yang kuat dan distensi perineum.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot
pernapasan.
3. Keletihan berhubungan dengan Gangguan tidur.
4. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. (SIKI, 2018)

Rencana Perawatan
No Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 SLKI : SIKI
Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan asuhan 1. Identivikasi Skala Nyeri 1. Untuk mengetahui skala
keperawatan selama….x24 2. Indentifikasi Respon non nyeri pasien
jam. Diharapkan nyeri verbal 2. Untuk menegtahui
pasien berkurang dengan 3. Berikan teknik non bagaimana respon pasien
kriteria hasil : farmakologi untuk terhadap nyeri yang
1. Melaporkan nyeri mengurangi rasa nyeri dirasakan
berkurang (Terapi napas dalam) 3. Untuk mengalihkan rasa
2. Tampak tidak meringis 4. Kontrol lingkungan nyeri yang dirasakan oleh
3. Tampak tidak gelisah memperberat rasa nyeri pasien
4. Vital sign dalam batas (kebisingan ruangan) 4. Agar pasien bisa lebih
normal 5. Jelaskan penyebab, nyaman dan tenang dan
TTV Orang Dewasa periode, dan pemicu nyeri tidak merasa terganggu
Normal: 6. Kolaborasi pemberian 5. Agar pasien mengerti dan
TD normal : Sistolik 90/60 analgetik memahami apa penyebab
mmhg, Diastolik 120/80 dari rasa nyeri
mmhg. 6. Untuk mengurangi rasa
Nadi Normal : 60- nyeri
100x/menit
Suhu : 36,5-37,5C
Respirasi : 16-24x/menit
2 SLKI : SIKI
Pola Napas Manajemen Jalan Napas 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas keadaan pola napas pasien
keperawatan selama….x24 (frekuensi, kedalaman, usaha 2. untuk mengetahui bunyi
jam. Diharapkan pola napas) napas pasien
napas pasien berkurang 2. Monotor bunyi napas 3. Untuk memudahkan
dengan kriteria hasil : tambahan (mis, gurgling, pasien dalam bernapas dan
1. Tidak ada terdengar mengi, wheezing, rnkhi memberikan kenyamanan
mengi, whezzing dana tau kering) kepada pasien
ronki kering 3. Posisikan semi fowler atau 4. Agar asupan cairan pasien
2. Tidak adanya dispnea fowler terpenuhi dengan baik
3. Tidak gelisah 4. Anjurkan asupan cairan 5. untuk mengurangi sesak
4. Tidak ada Sianosis 2000ml/hari napas pasien
5. Frekuensi napas 5. Berikan Oksigen 6. Untuk memberikan
membaik 6. Kolaborasi pemberian penyembuhan kepada pasien
6. Pola napas membaik Bronkodilator,ekspektoran,
Respirasi Normal : 16- mukolitik
24x/menit
3 SLKI : SIKI
Tingkat Keletihan Manajemen Jalan Napas
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi gangguan 1. Untuk mengetahui tingkat
keperawatan selama….x24 fungsi tubuh yang kelelahan klien
jam. Diharapkan keletihan mengakibatkan kelelahan 2. Memantau pola tidur
pasien berkurang dengan 2. Monitor pola dan jam tidur klien agar tidak terjadi
kriteria hasil : 3. Berikan aktivitas distraksi kelelahan
1. Kemampuan melakukan yang menenangkan 3. Untuk mengalihkan rasa
aktivitas rutin membaik 4. Anjurkan tirah baring kelelahan
2. Tampak tidak lesu 5. Kolaborasi dengan ahli 4. Untuk mengurangi rasa
3. Tampak tidak lelah gizi tentang cara kelelahan
4. Verbilasi kepulihan meningkatkan asupan 5. Agar kondisi klien pulih
energi tenaga meningkat makanan dan stabil kembali
5. Kebutuhan Istirahat
meningkat
4 SLKI : SIKI
Status Cairan Manajemen Hipovolemia 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa tanda dan gejala keadaan umum klien
keperawatan selama….x24 hypovolemia (monitor vital 2. Untuk mengetahui intake
jam. Diharapkan status sign) dan output cairan yang
cairan pasien berkurang 2. Monitor intake dan output keluar
dengan kriteria hasil : cairan 3. Untuk mengetahui
1. Frekuensi nadi normal 3. Hitung kebutuhan cairan kebutuhan cairan
(60-100x/mneit) 4. Anjurkan memperbanyak 4. Untuk menambah asupan
2. Membran mukosa asupan cairan oral cairan
lembab 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk Memberikan
3. Tekanan Darah Normal cairan IV isotonic (mis. pemulihan pada tubuh
(Sistolik : 60-90mmhg, Nacl,RL) pasien
Diastolik : 120-80mmhg)
4. Turgor kulit membaik
5. Tidak Tampak lemah
6. Tidak tampak haus
5 SLKI : SIKI:
Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi 1. Untuk mengetahui tanda
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala dan gejala infeksi
keperawatan selama….x24 infeksi local dan sistemik 2. Mengurangi terjadinya
jam. Diharapkan status 2. Batasi jumlah penunjung penularan infeksi
tingkat infeksi pasien 3. Anjurkan meningkatkan 3. Untuk meningkatkan
berkurang dengan kriteria asupan nutrisi nutrisi dalam tubuh
hasil : 4. Kolaborasi pemberian 4. Untuk memberikan
1. Tidak Ada kemerahan imunisasi pengobatan pada pasien
2. Tidak ada nyeri
3. Tidak ada Demam
4. Tidak Ada bengkak

2.2.4 Implamentasi Keperawatan


Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan
kepada nursing orders untuk membantu klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor- factor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008). Implementasi keperawatan
menurut Asmadi (2011) dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat
secara profesional diantaranya :
1. Independen
Independen implementasi merupakan implemetasi yang diprakarsai oleh perawat untuk
membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya : membantu
dalam activity daily living (ADL), perawatan diri, pemenuhan kebutuhan psiko- sosio-spiritual,
memberikan dorongan motivasi.
2. Interdependen
Interdependen implentasi adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim
keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter. Contohnya dalam hal
pemberian obat oral, injeksi, infus, pemasangan kateter urin, pemasangan NGT, dan lain-lain.
serta respon pasien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian
perawat.

3. Dependen
Dependen implementasi adalah tindakan perawat atas dasar rujukan dari profesi lain
seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog, dan sebagainya dalam hal pemberian pada klien
sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihhan fisik (mobilisasi fisik)
sesuaidengan anjuran fisioterapi.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan
implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah- langkah dalam mengevaluasi asuhan
keperawatan adalah menganalisis respon klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi
terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di masa depan (Marrelli,
2014). Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP yaitu :
1. S (Subjektif) : perkembangan keadaan yang didasarkan pada apayang dirasakan,
dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
2. O (Objektif) : perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
3. A (Analisis) :penilaian darikedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah
berkembang kearah perbaikan atau kemunderan.

4. P (Perencanaan) : rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas
yang berisi melanjutkan perencaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum
teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC –
NOC. Yogyakarta :Mediaction
Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Endjun. J., J., 2004. Mempersiapkan Persalinan Sehat. Jakarta: Pustaka
Asri, D. dan Cristine Clervo. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. (Diakses
tanggal 18 Maret 2012).
Indah, Firdayanti, & Nadyah. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny
“N” dengan Usia Kehamilan Preterm di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 01 Juli
2018. Jurnal Midwifery, 1(1), 1–14
JNPK-KR. 2017. Asuhan Persalinan Normal. (Adriaansz G, ed. ). Jakarta : Jaringan
Nasional Pelatihan Klinik
Marelli,T.M. (2014). Buku saku dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC
Mutmainnah, Annisa UI, dkk. 2017. Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Yogyakarta:
ANDI
Mutmainnah, M. (2018). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Care Patologi pada Ny" N"
dengan Ketuban Pecah Dini Disertai Gawat Janin di RSUD Syekh Yusuf Tanggal 23 Juni
2018 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sulfiani, S. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Care pada Ny “F” Gestasi 38-40
Minggu dengan Asuhan Persalinan Normal di Puskesmas Jumpandang Baru Tanggal 16 s/d
17 Mei 2017 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai