Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

INTRA NATAL CARE (INC)

Dosen Mata Kuliah : Ns. Nyoman Elfiyunai, S.Kep.,M.Kes

DI SUSUN OLEH :
RARA ANGREANI
2021101165

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN (INC)
A. Konsep Persalinan

1. Defenisi
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai
secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir),
beresiko rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada
usia kehamilan antara 37  42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi
berada dalam kondisi yang baik.
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
2. Penyebab
Penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara
lain oleh factor hormonal ,pengaruh prostaglandin,struktur uterus ,sirkulasi
uterus,pengaruh saraf dan nutrisi,perubahan biokimia antara lain penurunan
kadar hormone estrogen dan progesteron
3. Tanda Dan Gejala
a. Teori penurunan hormon progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.
b. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot – otot rahim.
c. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal
ini akan menimbulkan his.
d. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
e. Pengaruh janin
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.
f. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot
– otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
g. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser
dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.
4. Tanda Dan Gejala
a. His
His adalah kontraksi uterus yang dapat diraba dan menimbulkan
pembukaan serviks. Kontraksi rahim dimulai dari kedua pace maker
yang letaknya didekat kornu uteri, bergeser ke tengah secara digital,
kemudian ke bawah ke dekat serviks. Kontraksi menjadi sirkuler.
Penyebab nyeri terjadi karena tekanan pada serat-serat saraf oleh otot-
otot serviks ketika dilatasi dan oleh serat-serat otot rahim ketika
kontraksi. His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan
tertentu disebut his efektif. Ciri-ciri his efektif:
- Adanya fundal dominan kontraksi uterus pada fundus uteri.
- Kontraksi berlangsung secara sinkron dan harmonis.
- Adanya intensitas kontraksi yang maksimal.
- Adanya fase relaksasi yang maksimal antara his.
- Iramanya teratur dan frekuensinya kian sering.
- Kekuatan his dengan amplitudo 40-60 mmHg
- Lama his berkisar antara 40-60 detik (Manuaba, 2019)
b. Show
Show adalah keluarnya lendir bercampur darah dari vagina. Pengeluaran
darah disebabkan karena stress pada jaringan yang menyebabkan
kerusakan dan robeknya pembuluh darah waktu pembukaan serviks
(Manuaba, 2002).
c. Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur
akibat pengaruh his. Pembukaan dipastikan dengan memperkirakan
garis tengah lubang serviks. Serviks dikatakan membuka lengkap jka
garis tengahnya berukuran 10 cm. Effacement adalah pendataran atau
pemendekan kanalis servikalis yang semula panjangnya 1-2 cm menjadi
hilang sama sekali hingga hanya tinggal osteum yang tipis setipis kertas.
Jika panjang serviks berkurang menjadi setengah maka terjadi
pendataran 50 persen, jika serviks tidak lagi memiliki panjang maka
pendatarannya sempurna atau 100 persen. (Obstetri Williams, 2009)
5. Patofisiologi (Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan)
a. Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan
adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada
presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap setelah lightening.
Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi sudah turun”.
Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
 Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga
ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
 Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh,
yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-
menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
 Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen
ischiadikum mayor dan menuju ke tungkai.
 Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat
tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik
darah dari ekstremitas bawah.
b. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama
masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak,
sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan
mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit
dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu
wanita dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu
multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada
primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks
diduga terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks.
Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum
persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk
persalinan.
c. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada
persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton
Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu
kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu juga mengindikasikan
bahwa persalinan sudah dekat.
d. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan.
Apabila terjadi sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut Ketuban
Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil.
Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan
dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada
waktu 24 jam.
e. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya
dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan
tanda persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah
dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur
darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau
perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
f. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa hal
tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh
energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus
diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini untuk
menahan diri menggunakannya dan justru menghemat untuk persalinan.
g. Gangguan Saluran Cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna,
mual, dan muntah, diduga hal-hal tersebut gejala menjelang persalinan
walaupun belum ada penjelasan untuk kali ini. Beberapa wanita
mengalami satu atau beberapa gejala tersebut (Varney, 2007).
6. Klasifikasi Persalinan
a. Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui
jalan lahir.
b. Persalinan Bantuan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar,
ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan sectio sesario.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban.
7. Tahap- tahap Persalinan
a. Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu: fase laten (8 jam) serviks
membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3
cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
b. Kala II
Dimulai darti pembukaan lengkap (10 cm), sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
c. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
d. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
8. Penyebab Mulainya Persalinan
a. Perubahan Kadar Hormon
 Kadar progesterone menurun (relaksasi otot menghilang)
 Kadar estrogen dan prostaglandin meninggi
 Oksitosin pituitari dilepaskan (pada kebanyakan kehamilanproduksi
hormon ini akan disupresi)
b. Distensi Uterus, dapat menyebabkan hal berikut :
 Serabut otot yang tegang sampai batas kemampuannya akan bereaksi
dengan mengadakan kontraksi
 Produksi dan pelepasan prostaglandin
 Sirkulasi plasenta mungkin mengganggu sehingga menimbulkan
perubahan hormonal
c. Tekanan Janin
 Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhannya didalam batas
uterus ia akan menyebabkan:
 Peningkatan tekanan dan ketegangan pada dinding uterus
 Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut sehingga timbul
kontraksi.
9. Komplikasi
a. Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik
b. Retensi plasenta/retensi sisa plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1
jam setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat
sebagian lasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
c. Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat
d. Ruptur uteri
Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan kondisi yang sangat
berbahaya dalam persalinan karena ddapat menyebabkan pendarahan
hebat.
e. Emboli air ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbuk mendadak akibat
air ketuba masuk ke alam pperedaran tubuh ibu melalui sinus vena yang
teruka pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapier
dalam paru-paru.
10. Tanda-Tanda Persalinan
Sebelum persalinan mulai, saat mendekati akhir kehamilanklien
mungkin lihat perubahan tertentu atau ada tanda-tanda bahwa persalinan
terjadi tidak lama lagi sekitar 2-4 minggu sebelum persalinan. Kepal janin
mulai menetap lebih jauh kedalam pelviks. Tekanan pada diafragma
berkurang seperti memperingan berat badan bayi dan memungkinkan ibu
untuk bernapas lebih mudah, akan lebih sering berkemih, dan akan lebih
bertekan pada pelviks karena bayi lebih rendah dalam pelviknya.
a. Persalinan Palsu
1) Terjadi lightening
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan:
 Ketegangan dinding perut
 Ketegangan ligamentum rotandum
 Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
2) Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
 Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
 Dibagian bawah terasa sesak
 Terjadi kesulitan saat berjalan
 Sering miksi ( beser kencing )
b. Persalinan Sejati
1) Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
 Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
 Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
 Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah
2) Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan:
 Pendataran dan pembukaan
 Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
 Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam.
11. Langkah - langkah Pertolongan Persalinan Normal
a. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning
sebesar 5 sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan
perineum yang kaku dapat dilakukan episiotomi median/mediolateral
atau lateral.
b. Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi
sakit. Tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur
sehingga mudah mengait dan melakukan adaptasi.
c. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga
tidak terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala
untuk mengendalikan ekspulsi.
d. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka
dan hidung dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk melakukan
putar paksi dalam guna menyesuaikan os aksiput kearah punggung.
e. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk
melahirkan bahu belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikaitr
untuk melahirkan sisa badan bayi.
f. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan
menghisap lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan
nyaring pertanda jalan nafas bebas dari hambatan.
g. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan :
 Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi
telah berkembang dengan sempurna
 Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada
bayi yang aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
 Pada bayi prematur pemotongan tali pusat dilakukan segera
sehingga darah yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu
besar untuk mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus
h. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya
i. Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan
 Kateterisasi kandung kemih Menjahit luka spontan atau luka
episiotomy.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Kala I
a. Pengkajian
1) Keluhan
Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa
keluar darah bercampur lendir (bloody show), kelua r air–air dari
kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratur.
2) Pengkajian riwayat obstertik
 Kaji kembali HPHT
 taksiran persalinan
 usia kehamilan sekarang
 Kaji riwayat kehamilan masa lalu
 Jenis persalinan lalu
 penolong persalinan lalu
 kondisi bayi saat lahir
 Kaji riwayat nifas lalu
 masalah setelah melahirkan
 pemberian ASI dan kontrasepsi.
3) Pemeriksaan fisik
 Nilai keadaan umum (KU)
 Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan ,respirasi)
 Pemeriksaan abdomen ( loepold 1 , II , III , IV )
 Detak jantung janin ( DJJ ) vestikula urinaria ( kosong / penuh)
 Menentukan tinggi fundus
 Kontraksi uterus
4) Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
1) Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
2) Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
3) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
4) Pemeriksaan dalam
 Nilai pembukaan dan penipisan serviks
 Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk
rongga panggul
 Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
2. Kala II
a. Pengkajian
 Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala
II dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala
II (dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka).
 Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks,
status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke
rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi,
relaksasi).
 DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
 respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).
b. Skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada
menit kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
- Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan.
- Interpretasi hasil yang diperoleh:
1) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap
normal.
2) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi
memerlukan tindakan medis segera seperti pengisapan lendir
dengan suction atau pemberian oksigen untuk membantu
bernafas. segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau
pemberian oksigen untuk membantu bernafas.
3. Kala III
1. Pengkajian
o Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
o kaji waktu pengeluaran plasenta,
o kondisi selaput amnion,
o kotiledon lengkap atau tidak.
o Kaji kontraksi/HIS,
o kaji perilaku terhadap nyeri,
o skala nyeri,
o tingkat kelelahan,
o keinginan untuk bonding attachment,
o Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
4. Kala IV
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
b. Sirkulasi
 Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas
vagal
 TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia / anastesia, atau meningkat pada respon terhadap
pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
 Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas
bawah), atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
 Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 –
500 ml untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk
kelahiran sesaria
c. Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan
episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor
dengan “menggigil”
d. Seksualitas
 Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak
setinggi umbilikus
 Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap
dengan hanya beberapa bekuan kecil
 Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
 Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
 Payudara lunak dengan puting tegang
b. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik
b. Resiko infeksi b.d luka perenium dan ibu takut BAK
c. Ansietas
d. Resiko perdarahan
e. Intoleransi aktifitas
c. Intervensi (SLKI SIKI)
1. Nyeri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
tingkat nyeri menurun.
Kh :
 Frekuensi nadi membaik
 Pola nafas membaik
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun
Intervensi :
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 fasilitasi istirahat dan tidur
 pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 kolaborasi pemberian analgetik
2. resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam derajat infeksi
menurun
Kh : - Demam menurun
i. Kemerahan menurun
ii. Nyeri menurun
iii. Kadar sel darah putih membaik
Intervensi
Observasi
 monitor tanda gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik
 batasi jumlah pengunjung
 berikan perawatan kulit pada daerah edema
 cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa luka
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
3. Ansietas
Tujuan : stelah dilakukan tindakan keperawtan 3x24 jam diharapkan
tingkat ansietas menurun
Kh :
 Perilaku gelisah menurun
 verbalisasi kebingungan menurun
 perilaku tegang menurun
Intervensi
Observasi
 identifikasi saat tingkat ansietas berubah
 identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
 ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
 pahami situasi yang membuat ansietas
 gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
 jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
 informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
 latih teknik relaksasi
4. resiko perdarahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kehilangan
darah baik internal maupun eksternal menurun
Kh :
 hemoglobin membaik
 hematokrit membaik
 tekanan darah membaik
 suhu tubuh membaik
 Perdarahan vagina menurun
Intervensi
Observasi
 monitor tanda dan gejala perdarahan
 monitor nilai hb/ht sebelum dan setelah kehilangan drah
 monitor ttv
 Monitor koagulasi
Terapeutik
 Batasi tindakan invasive, jika perlu
 Pertahankan bedrest selama perdarahan
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
 Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
 Anjurkan meningkatkan asupan makan dan vitamin k
 Anjurkan segera melapor jika terjadi prdarahan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan jika perlu
 Anjurkan pemberian produk darah, jika perlu
5.intoleransi aktivitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
toleransi aktivitas meningkat
Kh :
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
 Keluhan lelah menurun
 Dyspnea saat aktivitas menurun
Intervensi
Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor pola dan jam tidur
 monitor kelahan fisik dan emosional
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ aktif
 Fasilitasi duduk disisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

Barri, Syaiffudin Abdullah, dkk. 2019. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Bobak, Jensen. 2018. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Hidayat, Asri, dkk. 2019. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Nuha
Medika
JNPK-KR. 2018. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Mandriwati. 2018. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta :
EGC
Manuaba. 2020. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tim Perumus FKPKB. 2010. Buku Petunjuk Dokumentasi Asuhan Kebidanan
Untuk Mahasiswa Diploma III Kebidanan. Denpasar: FKPKB
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2021) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2021) Standar Luaran Keperawatan: Defenisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai