DISUSUN OLEH
TRI MEILANA HASANAH
21219077
PEMBIMBING KLINIK :
PEMBIMBING AKADEMIK :
B. ETIOLOGI
Menurut Manuaba (2017), etiologi dari intranatal care yaitu :
1. Teori penurunan hormon progesterone.
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga menimbulkan
his.
2. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot – otot rahim.
3. Teori plasenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia
otot – otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
6. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini
digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mochtar (2013), adapun manifestasi klinis dari intranatal care
yaitu :
1. Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum
persalinan adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor.
Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap setelah lightening.
Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi sudah turun”. Hal-
hal spesifik berikut akan dialami ibu :
a. Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang
yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
b. Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa
sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
c. Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen ischiadikum
mayor dan menuju ke tungkai.
d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat
tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik
darah dari ekstremitas bawah.
2. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya
selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak,
sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan
mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi.
Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan
paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu multipara secara
normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida dalam
kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks diduga terjadi akibat
peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi matang
selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
3. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan
palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri,
yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Bagaimanapun,
persalinan palsu juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.
4. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan.
Apabila terjadi sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut Ketuban
Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang
lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan
mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada waktu
24 jam.
5. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya
dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda
persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam
sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur darah selama waktu
tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau perusakan plak lendir
saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
6. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa
hal tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh
energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus
diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini untuk menahan
diri menggunakannya dan justru menghemat untuk persalinan.
D. KOMPLIKASI
Menurut Mochtar (2013), adapun manifestasi klinis dari intranatal care
yaitu :
1. Persalinan tidak maju (failure to progress)
Melahirkan merupakan sebuah proses alami di mana setiap ibu bisa
melakukannya. Sebuah proses kelahiran yang lancar mungkin akan
memakan waktu selama beberapa jam saja. Failure to progress atau yang
dimaksud sebagai persalinan tidak maju adalah komplikasi melahirkan
ketika total waktu yang dihabiskan mulai dari awal pembukaan leher rahim,
sampai bayi keluar terbilang cukup lama dari waktu normalnya.
2. Bayi sungsang
Saat usia kehamilan Anda sudah mendekati waktu kelahiran, biasanya
Anda perlu memeriksakan diri Anda ke dokter untuk melihat posisi bayi.
Tujuannya untuk mengecek posisi bayi sudah berada di jalur yang sesuai
untuk melahirkan, atau malah sungsang alias kurang tepat. Posisi bayi yang
baik saat dilahirkan adalah kepala bayi berada di bawah dengan wajah yang
juga menghadap ke bawah. Posisi bayi sungsang merupakan salah satu
komplikasi saat melahirkan, contohnya ketika Posisi tubuh bayi menghadap
ke atas. Posisi bokong (frank breech) atau kaki (complete breech) yang akan
keluar pertama kali.
3. Prolaps tali pusar
Selama dalam kandungan, tapi pusar merupakan tumpuan hidup bayi.
Tali pusar bertugas untuk mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke tubuh
bayi, sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu.
Terkadang, selama proses melahirkan, tali pusar dapat masuk ke dalam leher
rahim atau serviks (prolaps tali pusar) terlebih dulu sebelum setelah air
ketuban pecah. Tapi pusar bahkan bisa keluar lebih dulu melalui vagina
dibandingkan bayi, sehingga menyebabkan komplikasi saat melahirkan.
Kondisi ini tentu sangat berbahaya bagi bayi, karena aliran darah pada tali
pusar bisa terhambat atau bahkan terhenti. Pastikan Anda segera
mendapatkan penanganan medis sedini mungkin saat kondisi ini terjadi.
4. Tali pusar melilit tubuh bayi
Posisi bayi di dalam kandungan tidak selalu diam dan tenang. Kadang
kala, bayi bisa bergerak dan berganti posisi, sehingga membuat tubuhnya
terlilit tali pusarnya sendiri. Tali pusar bisa melilit bayi dan terlepas dengan
sendirinya berkali-kali selama kehamilan. Namun, tali pusar yang melilit
bayi selama proses melahirkan dapat menimbulkan komplikasi. Ini karena
aliran darah untuk bayi bisa terganggu, sehingga membuat denyut jantung
bayi menurun secara tiba-tiba (variable decelerations). Jika detak jantung
bayi terus memburuk selama persalinan dan bayi menunjukkan tanda-tanda
bahaya lainnya, melahirkan dengan operasi caesar bisa jadi jalan keluar
terbaik.
5. Plasenta previa
Plasenta previa adalah satu dari beberapa komplikasi melahirkan
ketika posisi plasenta menutupi sebagian atau seluruh leher rahim (serviks).
Padahal seharusnya, posisi plasenta di sebelah atas maupun samping rahim,
sehingga tidak akan menutupi jalan lahir bayi.
6. Asfiksia perinatal
Asfiksia perinatal adalah kondisi ketika bayi tidak mendapatkan cukup
oksigen di dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung.
Asfiksia perinatal juga bisa terjadi saat oksigen yang diperoleh bayi tidak
memadai setelah kelahirannya. Asfiksia perinatal merupakan salah satu
komplikasi melahirkan yang menjadi penyebab kematian pada bayi baru
lahir. Selain karena kadar oksigen yang rendah, bayi juga bisa mengalami
asfiksia perinatal karena peningkatan kadar karbondioksida.
7. Distosia bahu
Distosia bahu adalah komplikasi melahirkan ketika kepala bayi sudah
keluar dari vagina, tapi salah satu bahu masih berada di dalam vagina.
Komplikasi persalinan yang satu ini memang tidak terlalu umum atau jarang
terjadi.
8. Rahim robek (ruptur uteri)
Rahim robek saat melahirkan kemungkinan bisa terjadi jika Anda
sebelumnya pernah melakukan operasi caesar, kemudian bekas luka tersebut
terbuka di persalinan normal berikutnya. Di samping mengakibatkan
perdarahan hebat pada ibu, bayi di dalam kandungan juga berisiko
mengalami kekurangan oksigen
9. Perdarahan berat
Setelah bayi berhasil dilahirkan, perdarahan bisa terjadi pada
ibu. Perdarahan ringan normal terjadi, tapi perdarahan berat dapat menjadi
hal yang serius. Perdarahan yang merupakan komplikasi melahirkan bisa
terjadi setelah plasenta dikeluarkan.
Kontraksi uterus atau rahim yang lemah tersebut tidak mampu
memberikan tekanan yang cukup pada pembuluh darah. Khususnya tempat
di mana plasenta menempel pada rahim.
Perdarahan yang berlebihan juga bisa disebabkan oleh adanya bagian
plasenta yang masih tersisa dalam rahim dan infeksi pada dinding rahim.
Kesemua hal ini dapat mengakibatkan pembuluh darah terbuka, sehingga
dinding rahim terus mengeluarkan darah. Perdarahan berlebih setelah
melahirkan ini disebut dengan perdarahan postpartum, yang terbagi menjadi
dua. Pertama, primer atau langsung (perdarahan yang terjadi dalam waktu
24 jam setelah melahirkan). Kedua, sekunder atau tertunda (perdarahan
setelah 24 jam pertama sampai 6 minggu setelah melahirkan).
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Suririnah (2016), adapun manifestasi klinis dari intranatal care
yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan
gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar
DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi
frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi
uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat
gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama
PATHWAY
Proses persalinan
Persalinan dimulai
Ansietas
Kala I
Gangguan rasa
Dilatasi maksimal
nyaman nyeri
Kala II
perineum kaku
episiotomi
episiotomi
pengeluaran bayi
kala III
kontraksi uterus
vasokontriksi
Resti kekuranan
volume cairan perdarahan
kala IV
Perubahan peran
3. Kala II
a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
a) Melaporkan kelelahan
b) Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi.
c) Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
a) Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
b) Integritas ego
c) Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
3) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung
kemih
4) Nyeri / ketidaknyamanan
a) Dapat merintih / menangis selama kontraksi
b) Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
c) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
d) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
5) Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan
6) Seksualitas
a) Servik dilatasi penuh (10 cm)
7) Peningkatan perdarahan pervagina
a) Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
b) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2) Penurunan curah jantung b.d fluktasi aliran balik vena
3) Risiko kerusakan integritas kulit
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d tekanan Setelah dilakukan Identifikasi derajat
mekanis pada bagian asuhan keperawatan ketidaknyamanan
presentasi selama….,diharapkan Berikan tanda/ tindakan
nyeri terkontrol kenyamanan seperti
dengan kriteria hasil: perawatan kulit, mulut,
TTV dbn perineal dan alat-alat
Pasien dapat tenun yang kering
mendemostrasikan Bantu pasien memilih
nafas dalam dan posisi yang nyaman
teknik mengedan untuk mengedan
Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi
2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Pantau tekanan darah dan
b.d fluktuasi aliran balik asuhan keperawatan nadi tiap 5 – 15 menit
vena selama…..,diharapkan Anjurkan pasien untuk
kondisi inhalasi dan ekhalasi
cardiovaskuler pasien selama upaya mengedan
membaik dengan Anjurkan klien /
kriteria hasil: pasangan memilih posisi
TD dan nadi dbn persalinan yang
Suplay O2 tersedia mengoptimalkan
sirkulasi.
3. Risiko kerusakan integritas Setelah asuhan Bantu klien dan pasangan
kulit keperawatan pada posisi tepat
selama….,diharapkan Bantu klien sesuai
integritas kulit kebutuhan
terkontrol dengan Kolaborasi epiostomi
kriteria hasil: garis tengah atau medic
Luka perineum lateral
tertutup (epiostomi) Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi
4. Kala III
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat. Hipotensi akibat analgetik dan anastesi. Nadi
melambat.
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas. Tali
pusat memanjang pada muara vagina.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah melahirkan
2) Risiko kekurangan volume cairan
3) Risiko cidera maternal
c. Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
2. Nyeri akut b.d trauma Setelah dilakukan Bantu penggunaan teknik
jaringan setelah asuhan keperawatan pernapasan
melahirkan selama…,diharapkan Berikan kompres es pada
nyeri terkontrol perineum setelah
dengan criteria hasil: melahirkan
Pasien dapat control Ganti pakaian dan liner
nyeri basah
Berikan selimut
penghangat
Kolaborasi perbaikan
episiotomy
1. Risiko kekurangan volume Setelah dilakukan Instruksikan klien untuk
cairan asuhan keperawatan mendorong pada
selama….,diharapkan kontraksi
cairan seimbang Kaji tanda vital setelah
denngan criteria hasil: pemberian oksitosin
TTV dbn Palpasi uterus
Darah yang keluar ± Kaji tanda dan gejala
200 – 300 cc shock
Massase uterus dengan
perlahan setelah
pengeluaran plasenta
Kolaborasi pemberian
cairan parentral
Llewellyn, Derek. 2011. Dasar –Dasar Obstetri dan Ginekologi, edisi 6 (ed-6)
Jakarta : Hipokrates
Suririnah. 2016. Buku Pintar Kesehatan Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama