Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

“ ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL “

DISUSUN OLEH
TRI MEILANA HASANAH
21219077

PEMBIMBING KLINIK :

PEMBIMBING AKADEMIK :

PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2019 – 2020
A. DEFINISI
Menurut Bandiyah (2018), persalinan normal adalah persalinan yang
dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir),
beresiko rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37  42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada
dalam kondisi yang baik.
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Llewellyn, 2011)
Berdasarkan usia kehamilan, terdapat beberapa jenis persalinan yaitu :
1. Persalinan aterm yaitu persalinan antara umur hamil 37-42 minggu, berat
janin di atas 2.500 gr.
2. Persalinan prematurus persalinan sebelum umur hamil 28-36 minggu, berat
janin kurang dari 2.499 gr.
3. Persalinan serotinus persalinan yang melampaui umur hamil 42 minggu,
pada janin terdapat tanda postmaturitas
4. Peralinan presipitatus persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
Berdasarkan proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai
berikut:
1. Persalinan spontan bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forceps/vakum, atau dilakukan operasi section caesarea.
3. Persalinan anjuran pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup
besar untuk hidup di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga
menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Persalinan kadang-kadang tidak
mulai dengan segera dengan sendirinya tetapi baru bisa berlangsung dengan
dilakukannya amniotomi atau pemecahan ketuban atau dengan induksi
persalinan yaitu pemberian pitocin atau prostaglandin.

B. ETIOLOGI
Menurut Manuaba (2017), etiologi dari intranatal care yaitu :
1. Teori penurunan hormon progesterone.
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga menimbulkan
his.
2. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot – otot rahim.
3. Teori plasenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia
otot – otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
6. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini
digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mochtar (2013), adapun manifestasi klinis dari intranatal care
yaitu :
1. Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum
persalinan adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor.
Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap setelah lightening.
Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi sudah turun”. Hal-
hal spesifik berikut akan dialami ibu :
a. Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang
yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
b. Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa
sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
c. Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen ischiadikum
mayor dan menuju ke tungkai.
d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat
tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik
darah dari ekstremitas bawah.
2. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya
selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak,
sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan
mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi.
Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan
paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu multipara secara
normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida dalam
kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks diduga terjadi akibat
peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi matang
selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
3. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan
palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri,
yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Bagaimanapun,
persalinan palsu juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.
4. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan.
Apabila terjadi sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut Ketuban
Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang
lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan
mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada waktu
24 jam.
5. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya
dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda
persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam
sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur darah selama waktu
tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau perusakan plak lendir
saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
6. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa
hal tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh
energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus
diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini untuk menahan
diri menggunakannya dan justru menghemat untuk persalinan.
D. KOMPLIKASI
Menurut Mochtar (2013), adapun manifestasi klinis dari intranatal care
yaitu :
1. Persalinan tidak maju (failure to progress)
Melahirkan merupakan sebuah proses alami di mana setiap ibu bisa
melakukannya. Sebuah proses kelahiran yang lancar mungkin akan
memakan waktu selama beberapa jam saja. Failure to progress atau yang
dimaksud sebagai persalinan tidak maju adalah komplikasi melahirkan
ketika total waktu yang dihabiskan mulai dari awal pembukaan leher rahim,
sampai bayi keluar terbilang cukup lama dari waktu normalnya.
2. Bayi sungsang
Saat usia kehamilan Anda sudah mendekati waktu kelahiran, biasanya
Anda perlu memeriksakan diri Anda ke dokter untuk melihat posisi bayi.
Tujuannya untuk mengecek posisi bayi sudah berada di jalur yang sesuai
untuk melahirkan, atau malah sungsang alias kurang tepat. Posisi bayi yang
baik saat dilahirkan adalah kepala bayi berada di bawah dengan wajah yang
juga menghadap ke bawah. Posisi bayi sungsang merupakan salah satu
komplikasi saat melahirkan, contohnya ketika Posisi tubuh bayi menghadap
ke atas. Posisi bokong (frank breech) atau kaki (complete breech) yang akan
keluar pertama kali.
3. Prolaps tali pusar
Selama dalam kandungan, tapi pusar merupakan tumpuan hidup bayi.
Tali pusar bertugas untuk mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke tubuh
bayi, sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu.
Terkadang, selama proses melahirkan, tali pusar dapat masuk ke dalam leher
rahim atau serviks (prolaps tali pusar) terlebih dulu sebelum setelah air
ketuban pecah. Tapi pusar bahkan bisa keluar lebih dulu melalui vagina
dibandingkan bayi, sehingga menyebabkan komplikasi saat melahirkan.
Kondisi ini tentu sangat berbahaya bagi bayi, karena aliran darah pada tali
pusar bisa terhambat atau bahkan terhenti. Pastikan Anda segera
mendapatkan penanganan medis sedini mungkin saat kondisi ini terjadi.
4. Tali pusar melilit tubuh bayi
Posisi bayi di dalam kandungan tidak selalu diam dan tenang. Kadang
kala, bayi bisa bergerak dan berganti posisi, sehingga membuat tubuhnya
terlilit tali pusarnya sendiri. Tali pusar bisa melilit bayi dan terlepas dengan
sendirinya berkali-kali selama kehamilan. Namun, tali pusar yang melilit
bayi selama proses melahirkan dapat menimbulkan komplikasi. Ini karena
aliran darah untuk bayi bisa terganggu, sehingga membuat denyut jantung
bayi menurun secara tiba-tiba (variable decelerations). Jika detak jantung
bayi terus memburuk selama persalinan dan bayi menunjukkan tanda-tanda
bahaya lainnya, melahirkan dengan operasi caesar bisa jadi jalan keluar
terbaik.
5. Plasenta previa
Plasenta previa adalah satu dari beberapa komplikasi melahirkan
ketika posisi plasenta menutupi sebagian atau seluruh leher rahim (serviks).
Padahal seharusnya, posisi plasenta di sebelah atas maupun samping rahim,
sehingga tidak akan menutupi jalan lahir bayi.
6. Asfiksia perinatal
Asfiksia perinatal adalah kondisi ketika bayi tidak mendapatkan cukup
oksigen di dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung.
Asfiksia perinatal juga bisa terjadi saat oksigen yang diperoleh bayi tidak
memadai setelah kelahirannya. Asfiksia perinatal merupakan salah satu
komplikasi melahirkan yang menjadi penyebab kematian pada bayi baru
lahir. Selain karena kadar oksigen yang rendah, bayi juga bisa mengalami
asfiksia perinatal karena peningkatan kadar karbondioksida.
7. Distosia bahu
Distosia bahu adalah komplikasi melahirkan ketika kepala bayi sudah
keluar dari vagina, tapi salah satu bahu masih berada di dalam vagina.
Komplikasi persalinan yang satu ini memang tidak terlalu umum atau jarang
terjadi.
8. Rahim robek (ruptur uteri)
Rahim robek saat melahirkan kemungkinan bisa terjadi jika Anda
sebelumnya pernah melakukan operasi caesar, kemudian bekas luka tersebut
terbuka di persalinan normal berikutnya. Di samping mengakibatkan
perdarahan hebat pada ibu, bayi di dalam kandungan juga berisiko
mengalami kekurangan oksigen
9. Perdarahan berat
Setelah bayi berhasil dilahirkan, perdarahan bisa terjadi pada
ibu. Perdarahan ringan normal terjadi, tapi perdarahan berat dapat menjadi
hal yang serius. Perdarahan yang merupakan komplikasi melahirkan bisa
terjadi setelah plasenta dikeluarkan.
Kontraksi uterus atau rahim yang lemah tersebut tidak mampu
memberikan tekanan yang cukup pada pembuluh darah. Khususnya tempat
di mana plasenta menempel pada rahim.
Perdarahan yang berlebihan juga bisa disebabkan oleh adanya bagian
plasenta yang masih tersisa dalam rahim dan infeksi pada dinding rahim.
Kesemua hal ini dapat mengakibatkan pembuluh darah terbuka, sehingga
dinding rahim terus mengeluarkan darah. Perdarahan berlebih setelah
melahirkan ini disebut dengan perdarahan postpartum, yang terbagi menjadi
dua. Pertama, primer atau langsung (perdarahan yang terjadi dalam waktu
24 jam setelah melahirkan). Kedua, sekunder atau tertunda (perdarahan
setelah 24 jam pertama sampai 6 minggu setelah melahirkan).

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Suririnah (2016), adapun manifestasi klinis dari intranatal care
yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan
gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar
DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi
frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi
uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat
gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama

F. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Menurut Mochtar (2013), Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi
yang dilakukan janin untuk menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Terdapat
delapan gerakan posisi dasar yang terjdai ketika janin berada dalam presentasi
vertex sefalik. Gerakan tersebut, sebagai berikut:
1. Engagement
Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui pintu atas
panggul.
a. Penurunan Kepala
Penurunan kepala lengkap terjadi selama persalinan oleh karena itu
keduanya diperlukan untuk terjadi bersamaan dengan mekanisme lainya.
b. Fleksi Rotasi Internal
Hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut. Melalui
penurunan ini diameter Sub oksipitobregmantika yang lebih kecil
digantikan dengan diameter kepala janin tidak dalam keadaan fleksi
sempurna, atau tidak berada dalam sikap militer atau tidak dalam
keadaan beberapa derajat ekstensi.
c. Rotasi Internal
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjdai sejajar
dengan diameter anteroposterior pelvis ibu. Paling biasa terjadi adalah
oksipot berotasi ke bagian anterior pelvis ibu, dibawah simfisis pubis.
d. Pelahiran Kepala
Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk
mengeluarkan oksiputanterior. Dengan demikian kepala dilahirkan
dengan ekstensi seperti, oksiput, sutura sagitalis, fontanel anterior, alis,
orbit, hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari perineum.
e. Restitusi
Rotasi kepala 450 baik kearah kanan maupun kiri, berantung pada
arah dari tempat kepala berotasi ke posisi oksiput-anterior.
f. Rotasi Eksternal
Terjadi pada saat bahu berotasi 450, menyebabkan diameter
bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior pada pnitu bawah
panggul. Hal ini menyebabkan kepala melakukan rotasi eksteral lain
sebesar 450 ke posisi LOT atau ROT, bergantung arah restuisi.
g. Pelahiran Bahu dan Tubuh dengan Fleksi Laterral melalui Sumbu Arcus.
Sumbu carcus adalah ujung keluar paling bawah pada pelvis. Bahu
anterior kemudian terlihat pada orifisum vulvovaginal, yang menyentuh
di bawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian menggembungkan
perineum dan lahir dengan posisi ateral.
2. Fase Persalinan
a. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan
dan pembukaan serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks
membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin
kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir
yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada
periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput
ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. Terdapat 2 fase
pada Kala 1 ini, yaitu :
1) Fase laten yaitu pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung
sekitar 8 jam.
2) Fase aktif yaitu pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas:
a) Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9
cm.
c) Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+
10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical
effacement) pada primigravida dan multipara :
1) Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah
lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses
penipisan dan pembukaan.
2) Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium
internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium
tampak berbentuk seperti garis lebar).
3) Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan
multipara (8 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase
laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
1) Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.
Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus
meningkat.
2) Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir.
3) Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60
mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks
terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
1) Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus
(mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis
servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat
pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2) Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks
menipis dan mendatar.
3) Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan
ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum
pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I :
1) Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
a) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi.
b) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah
kiri garis waspada).
c) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
2) Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
a) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
b) Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah
kanan garis waspada).
c) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
3) Kemajuan pada kondisi ibu.
a) Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral
atau IV dan berikan analgesik secukupnya.
b) Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
c) Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi
yang kurang. Segera berikan dextrose IV.
4) Kemajuan pada kondisi janin.
a) Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180
x / menit) curigai adanya gawat janin.
b) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
b. Kala II
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
pada saat bayi telah lahir lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih
kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah
pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala II ini. Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala II pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ±
0,5 jam.
Sifat His yaitu amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.
Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian
terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus
dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-
otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala II:
1) Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai
dasar panggul.
2) Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
3) Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
4) Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
5) Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada Kala II (persalinan letak belakang
kepala) :
1) Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak
lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring /
membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior /
posterior).
2) Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung
dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari
cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3) Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4) Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala,
putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis),
membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.
5) Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah
oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir
berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6) Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai
dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan
posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan
bahu depan dan bahu belakang.
7) Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan
dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan,
pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
c. Kala III
1) Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
2) Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus,
serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
3) Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-
Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak
sentral dan marginal.
4) Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus
adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan
berdarah.
5) Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus
setinggi sekitar / di atas pusat.
Sifat His yaitu amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi
berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari
aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan aktif (manual aid).
d. Kala IV
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam
setelahnya. Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala IV
persalinan :
1) Kontraksi uterus harus baik
2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4) Kandung kencing harus kosong
5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
6) Resume keadaan umum ibu dan bayi.

PATHWAY
Proses persalinan

Perubahan hormon (peningkatan estrogen dan oksitosin,


penurunan progesteron), pembesaran uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi
Kurang pengetahuan

Persalinan dimulai

Ansietas
Kala I

Pembukaan serviks 6 cm (fase aktif)


His semakin kuat

Kepala janin masuk PAP

Gangguan rasa
Dilatasi maksimal
nyaman nyeri

Kala II

Distensi Tanda-tanda persalinan

VU Rektum His Blood show dilatasi serviks Engagement Tonjolan ketuban

Perubahan pola vulva membuka


eliminasi

perineum kaku

episiotomi
episiotomi

Nyeri Kerusakan integritas Resti infeksi


kulit

pengeluaran bayi
kala III

kontraksi uterus

lemah kuat pengeluaran plasenta

vasokontriksi
Resti kekuranan
volume cairan perdarahan
kala IV

adaptasi psikologis adaptasi fisik

involusio uteri perubahan


payudara
Taking in taking hold letting go
Nyeri after pain laktasi
penerimaan peran baru

Perubahan peran

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Kala I (fase laten)
a. Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
Seksualitas
3) Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan
atau terdiri dari flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas b.d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
2) Defisiensi pengetahuan tentang kemajuan persalinan b.d kurang
mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
3) Risiko infeksi maternal
4) Risiko kekurangan volume cairan
c. Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan asuhan Orientasikan klien pada
situasional akibat keperawatan selama lingkungan, staf dan
proses persalinan ……..diharapkan ansietas prosedur
pasien berkurang dengan Berikan informasi
criteria hasil: tentang perubahan
TTV dbn psikologis dan
Pasien dapat fisiologis pada
mengungkapkan perasaan persalinan.
cemasnya. Kaji tingkat dan
Lingkungan sekitar pasien penyebab ansietas.
tenang dan kondusif Pantau tekanan darah
dan nadi sesuai
indikasi.
Anjurkan klien
mengungkapkan
perasaannya.
Berikan lingkungan
yang tenang dan
nyaman untuk pasien
2. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Kaji persiapan,tingkat
tentang kemajuan keperawatan pengetahuan dan
persalinan b.d kurang selama….,pengetahuan harapan klien
mengingat informasi pasien tentang persalinan Beri informasi dan
yang diberikan, meningkat dengan kriteria kemajuan persalinan
kesalahan interpretasi hasil: normal.
informasi. Pasien dapat Demonstrasikan teknik
mendemonstrasikan teknik pernapasan atau
pernafasan dan posisi relaksasi dengan tepat
yang tepat untuk fase untuk setiap fase
persalinan persalinan
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan Kaji latar belakang
infeksi maternal b.d keperawatan budaya klien.
pemeriksaan vagina selama….diharapkan Kaji sekresi vagina,
berulang dan infeksi maternal dapat pantau tanda-tanda
kontaminasi fekal. terkontrol dengan criteria vital.
hasil: Tekankan pentingnya
TTV dbn mencuci tangan yang
Tidak terdapat tanda-tanda baik.
infeksi Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan
vagina.
Lakukan perawatan
perineal setelah
eliminasi.

2. KALA I (fase aktif)


a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
3) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4) Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi
vertexs.
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam
pada primipara).
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d tekanan mekanik dari bagian presentasi.
2) Gangguan eliminasi urin b.d perubahan masukan dan kompresi
mekanik kandung kemih.
3) Keletihan b.d peningkatan kebutuhan energi akibat peningkatan
metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
4) Risiko cidera maternal
5) Risiko kerusakan gas janin
c. Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Kaji derajat
dengan tekanan mekanik asuhan keperawatan ketidaknyamanan secara
dari bagian presentasi. selama…..,diharapkan verbal dan nonverbal
nyeri terkontrol Pantau dilatasi servik
dengan criteria hasil: Pantau tanda vital dan
TTV dbn DJJ
Pasien dapat Bantu penggunaan
mendemonstrasikan teknik pernapasan dan
kontrol nyeri relaksasi
Bantu tindakan
kenyamanan spt.
Gosok punggung, kaki
Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
Dukung keputusan klien
menggunakan obat-
obatan/tidak
Berikan lingkungan
yang tenang
2. Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan Palpasi di atas simpisis
b.d perubahan masukan asuhan keperawatan pubis
dan kompresi mekanik selama….,diharapkan Monitor masukan dan
kandung kemih. eliminasi urine pasien haluaran
normal dengan kriteria Anjurkan upaya
hasil: berkemih sedikitnya 1-2
Cairan seimbang jam
Berkemih teratur Posisikan klien tegak
dan cucurkan air hangat
di atas perineum
Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan
Kaji kekeringan kulit
dan membrane mukosa
3 Keletihan b.d peningkatan Setelah diberikan Kaji tanda – tanda vital
kebutuhan energi akibat asuhan keperawatan yaitu nadi dan tekanan
peningkatan metabolisme selama … diharapkan darah
sekunder akibat nyeri ibu tidak mengalami Anjurkan untuk relaksasi
selama persalinan keletihan dengan dan istirahat di antara
kriteria hasili: kontraksi
nadi:60- Sarankan suami atau
80x/menit(saat tidak keluarga untuk
ada his), ibu mendampingi ibu
menyatakan masih Sarankan keluarga untuk
memiliki cukup menawarkan dan
tenaga memberikan minuman
atau makanan kepada
ibu
4. Risiko cidera maternal Setelah dilakukan Pantau aktivitas uterus
asuhan keperawatan secara manual
selama….,diharapkan Lakukan tirah baring
cidera terkontrol saat persalinan menjadi
dengan kriteria hasil: intensif
TTV dbn Hindari meninggikan
Aktivitas uterus baik klien tanpa perhatian
Posisi pasien nyaman Tempatkan klien pada
posisi tegak, miring ke
kiri
Berikan perawatan
perineal selama 4 jam
Pantau suhu dan nadi
Kolaborasi pemberian
antibiotik (IV)
6 Risiko kerusakan gas janin Setelah asuhan Kaji adanya kondisi
keperawatan yang menurunkan situasi
selama….,diharapkan uteri plasenta
janin dalam kondisi Pantau DJJ dengan
baik dengan criteria segera bila pecah
hasil: ketuban
o DJJ dbn Instuksikan untuk tirah
o Presentasi kepala baring bila presentasi
(+) tidak masuk pelvis
o Kontraksi uterus Pantau turunnya janin
teratur pada jalan lahir
Kaji perubahan DJJ
selama kontraksi

3. Kala II
a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
a) Melaporkan kelelahan
b) Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi.
c) Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
a) Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
b) Integritas ego
c) Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
3) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung
kemih
4) Nyeri / ketidaknyamanan
a) Dapat merintih / menangis selama kontraksi
b) Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
c) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
d) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
5) Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan
6) Seksualitas
a) Servik dilatasi penuh (10 cm)
7) Peningkatan perdarahan pervagina
a) Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
b) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2) Penurunan curah jantung b.d fluktasi aliran balik vena
3) Risiko kerusakan integritas kulit
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d tekanan Setelah dilakukan Identifikasi derajat
mekanis pada bagian asuhan keperawatan ketidaknyamanan
presentasi selama….,diharapkan Berikan tanda/ tindakan
nyeri terkontrol kenyamanan seperti
dengan kriteria hasil: perawatan kulit, mulut,
TTV dbn perineal dan alat-alat
Pasien dapat tenun yang kering
mendemostrasikan Bantu pasien memilih
nafas dalam dan posisi yang nyaman
teknik mengedan untuk mengedan
Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi
2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Pantau tekanan darah dan
b.d fluktuasi aliran balik asuhan keperawatan nadi tiap 5 – 15 menit
vena selama…..,diharapkan Anjurkan pasien untuk
kondisi inhalasi dan ekhalasi
cardiovaskuler pasien selama upaya mengedan
membaik dengan Anjurkan klien /
kriteria hasil: pasangan memilih posisi
TD dan nadi dbn persalinan yang
Suplay O2 tersedia mengoptimalkan
sirkulasi.
3. Risiko kerusakan integritas Setelah asuhan Bantu klien dan pasangan
kulit keperawatan pada posisi tepat
selama….,diharapkan Bantu klien sesuai
integritas kulit kebutuhan
terkontrol dengan Kolaborasi epiostomi
kriteria hasil: garis tengah atau medic
Luka perineum lateral
tertutup (epiostomi) Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi

4. Kala III
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat. Hipotensi akibat analgetik dan anastesi. Nadi
melambat.
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas. Tali
pusat memanjang pada muara vagina.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah melahirkan
2) Risiko kekurangan volume cairan
3) Risiko cidera maternal
c. Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
2. Nyeri akut b.d trauma Setelah dilakukan Bantu penggunaan teknik
jaringan setelah asuhan keperawatan pernapasan
melahirkan selama…,diharapkan Berikan kompres es pada
nyeri terkontrol perineum setelah
dengan criteria hasil: melahirkan
Pasien dapat control Ganti pakaian dan liner
nyeri basah
Berikan selimut
penghangat
Kolaborasi perbaikan
episiotomy
1. Risiko kekurangan volume Setelah dilakukan Instruksikan klien untuk
cairan asuhan keperawatan mendorong pada
selama….,diharapkan kontraksi
cairan seimbang Kaji tanda vital setelah
denngan criteria hasil: pemberian oksitosin
TTV dbn Palpasi uterus
Darah yang keluar ± Kaji tanda dan gejala
200 – 300 cc shock
Massase uterus dengan
perlahan setelah
pengeluaran plasenta
Kolaborasi pemberian
cairan parentral

3. Risiko cedera maternal Setelah dilakukan Palpasi fundus uteri dan


asuhan keperawatan massase dengan perlahan
selama….,diharapkan Kaji irama pernafasan
cidera terkontrol Bersihkan vulva dan
dengan criteria hasil: perineum dengan air dan
Plasenta keluar utuh larutan antiseptic
TTV dbn Kaji perilaku klien dan
perubahan system saraf
pusat
Dapatkan sampel darah
tali pusat, kirim ke
laboratorium untuk
menentukan golongan
darah bayi
Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
5. Kala IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi,
mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau
meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema,
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran
pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya
anastesi spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi
umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae
mungkin pada abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik
dan psikologis, ansietas.
2) Penurunan koping keluarga b.d transisi/peningkatan anggota keluarga
3) Resiko kekurangan volume cairan
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d efek Setelah dilakukan Kaji sifat dan derajat
hormone, trauma,edema tindakan keperawatan ketidaknyamanan
jaringan, kelelahan fisikselama … diharapkan Beri informasi yang tepat
dan psikologis, ansietas pasien dapat tentang perawatan selama
mengontrol nyeri, nyeri periode pascapartum
berkurang dengan Lakukan tindakan
Kriteria hasil : kenyamanan
Pasien melaporkan Anjurkan penggunaan
nyeri berkurang teknik relaksasi
Menunjukkan postur Beri analgesic sesuai
dan ekspresi wajah kemampuan
rileks
Pasien merasakan nyeri
berkurang pada skala
nyeri (0-2)
3. Penurunan koping Setelah dilakukan Anjurkan klien untuk
keluarga b.d asuhan keperawatan menggendong, menyentuh
transisi/peningkatan selama…..,diharapkan bayi
anggota keluarga proses keluarga baik Observasi dan catat
dengan kriteria hasil: interaksi bayi
o Ada kedekatan ibu Anjurkan dan bantu
dengan bayi pemberian ASI, tergantung
pada pilihan klien
2. Resiko kekurangan Setelah dilakukan Tempatkan klien pada
volume cairan asuhan keperawatan posisi rekumben
selama….,diharapkan Kaji hal yang memperberat
cairan simbang dengan kejadian intrapartal
criteria hasil: Kaji masukan dan
TD dbn haluaran
Jumlah dan warna Perhatikan jenis persalinan
lokhea dbn dan anastesi, kehilangan
daripada persalinan
Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
Dengan perlahan massase
fundus bila lunak
Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea
Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, S. 2018. Kehamilan Persalainan Gangguan Kehamilan. Yogjakarta:


Nuha Medika.

Llewellyn, Derek. 2011. Dasar –Dasar Obstetri dan Ginekologi, edisi 6 (ed-6)
Jakarta : Hipokrates

Manuaba, I.B. 2017. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan, dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Suririnah. 2016. Buku Pintar Kesehatan Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai