Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHN KEPERAWATAN MATERNITAS : INTRANATAL

PADA NY. W DENGAN PERSALINAN SC

DI RSUD Dr. SUDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

DISUSUN OLEH :

NAMA : MILLA SUKMAWATI

NIM : 17057

AKADEMI KEPERAWATAN

GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI

2019
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI INTRANATAL
Intranatal adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
cukup bulan/hampir cukup bulan, disertai dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata).
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal
persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37  42 minggu
setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu (Harianto.2010).

2. TANDA DAN GEJALA INTRANATAL


a. Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan adalah
penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik,
kepala bayi biasanya menancap setelah lightening. Wanita sering menyebut
lightening sebagai “kepala bayi sudah turun”. Hal-hal spesifik berikut akan
dialami ibu:
 Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang yang
tersisa untuk ekspansi berkurang.
 Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa
sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
 Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen ischiadikum
mayor dan menuju ke tungkai.
 Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat tekanan
bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik darah dari
ekstremitas bawah.
b. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama
masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak, sekarang serviks
masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan mengalami sedikit penipisan
(effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan
tergantung pada individu wanita dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil.
Serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan
pada primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks
diduga terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks. Serviks
menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan.
Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
c. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu
sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah
terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu
juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.
d. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan. Apabila
terjadi sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).
Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih 80% wanita yang
mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami
persalinan spontan mereka pada waktu 24 jam.
e. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya
dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda
persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam
sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur darah selama waktu tersebut
mungkin akibat trauma kecil terhadap atau perusakan plak lendir saat
pemeriksaan tersebut dilakukan.
f. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa hal
tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh energi yang
diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus diinformasikan tentang
kemungkinan lonjakan energi ini untuk menahan diri menggunakannya dan justru
menghemat untuk persalinan.
g. Gangguan Saluran Cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna,
mual, dan muntah, diduga hal-hal tersebut gejala menjelang persalinan walaupun
belum ada penjelasan untuk kali ini. Beberapa wanita mengalami satu atau
beberapa gejala tersebut (Varney, 2007).

3. PERUBAHAN DAN ADAPTASI FISIOLOGIS PADA MASA INTRANATAL


a. Perubahan Kardiovaskuler
Perawat dapat berharap akan menemukan beberapa perubahan pada sistem
kardiovaskuler wanita selama bersalin. Pada setiap kontraksi, 400 ml darah
dikeluarkan dari uterus akan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan
meningkatkan curah jantung sekitar 10%-15% pada tahap pertama persalinan dan
sekiar 30%-50% pada tahap kedua persalinan.
Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah. Ada beberapa
faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah, yang menurun pada arteri
uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer. Timbul
tahanan perifer, tekanan darah meningkat, dan frekuensi denyut nadi melambat.
Pada tahap pertama persalinan, kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik
sampai sekitar 10 mmHg. Oleh karena itu pemeriksan tekanan darah diantara
kontraksi memberi data yang lebih akurat. Pada tahap kedua, kontraksi dapat
mengingkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai
25 mmHg. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit
meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memaang memiliki risiko hipertensi
kini resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak.
Wanita harus tahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver Valsava
(menahan nafas dan menegangkan otot abdomen) untuk mendorong selama tahap
kedua. Aktivitas ini meningkatkan tekanan intratoraks, mengurangi aliran balik
vena, dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan tekanan darah
meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama wanita melakukan
manuver Valsava, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat
wanita menarik nafas.
Hipotensi supine terjadi saat vena kava aseden dan aorta desenden
tertekan. Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine, jika
pembesaran uterus berlebihan akibat kehamilan kembar, hidramnion, obesitas ,
atau dehidrasi dan hipovolemia. Selain itu, rasa cemas dan nyeri serta penggunaan
analgesik dan anestetik dapat menyebabkan hipotensi.
Sel darah putih (SDP) meningkat, seringkali sampai ≥ 25.000/mm3.
Meskipun mekanisme yang menyebabkan jumlah SDP meningkat masih belum
diketahui, tetapi diduga hal itu terjadi akibat stres fisik atau emosi atau trauma
jaringan. Persalinan ssngat melelahkan. Melakukan latihan fisik saja dapat
meningkatkan jumlah SDP.

b. Perubahan Pernafasan
Sistem pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan
peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan.
Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia
dan hipokapnea (karbon dioksida menurun). Pada tahap kedua persalinan, jika
wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengonsumsi oksigen hampir dua
kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.

c. Perubahan pada Ginjal


Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila
terisi, kandung kemih dapat teraba diatas simfisis pubis. Selama persalinan,
wanita dapat menglami kesulitan utnk berkemih secara spontan akibat berbagai
alasan., edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman,
sedasi dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini
merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.

d. Perubahan Integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya
distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini
berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang, namun
dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina seklipun
tidak dilakukan episiotomi atau tidak terjadi laserasi.

e. Perubahan Muskuloskeletal
Sistem muskuloskletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis,
keletihan, proteinuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai
peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak
berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi
pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan jari-jari kaki dapat
menimbulkan kram tungkai
.
f. Perubahan Neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman
selama persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita masuk ke tahap pertama
persalinan dan saat masuk ke setiap tahap berikutnya. Mula-mula ia mungkin
mearasa euforia. Euforia membuat wanita menjadi serius dan kemudian
mengalami amnesia diantara traksi selama tahap kedua. Akhirnya, wanita merasa
sangat senang atau merasa letih setelah melahirkan. Endorfin endogen (senyawa
mirip morfin yang diproduksi tubuh secara alami) meningkatkan ambang nyeri
dan menimbulkan sedasi. Selain itu, anestesia fisiologis jaringan perineum, yang
ditimbulkan tekanan bagian presentasi, menurunkan persepsi nyeri.

g. Perubahan Pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut
dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai
respons emosi terhadap persalianan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi
saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita
seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah
bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi
serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan. Perawat dapat
meraba tinja tinja yang keras atau tertahan pada rektum.

h. Perubahan Endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,
prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah
dapat menurun akibat proses persalinan.
4. PATOFISIOLOGI (PROSES PERSALINAN)
a. KALA I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan pembukaan
serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks membuka karena his :
kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa
nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah
haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir
porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan
pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
 Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
 Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar
6 jam. Fase aktif terbagi atas:
 Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
 Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
 Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)
pada primigravida dan multipara :
 Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum
terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat
persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan
pembukaan.
 Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di
tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka
bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar).
 Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan multipara
(8 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
 Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir.
 Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg,
frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap
(+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
 Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat
terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput
ketuban dengan dinding dalam uterus.
 Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
 Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban
pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
 Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.
 Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis waspada).
 Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
 Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
 Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis waspada).
 Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

c. Kemajuan pada kondisi ibu.


 Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi
atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan
analgesik secukupnya.
 Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
 Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang.
Segera berikan dextrose IV.
d. Kemajuan pada kondisi janin.
 Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit)
curigai adanya gawat janin.
 Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna
digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.

b. KALA 2
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi
telah lahir lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih
lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal
Kala II ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala II pada primigravida ±
1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu,
dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk
mengeluarkan bayi.

Peristiwa penting pada Kala II:


a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
b. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
d. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis
pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan
anggota badan.
e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar
jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada Kala II (persalinan letak belakang kepala) :
a. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
b. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his
dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3)
kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin
terjadi ekstensi dan menegang.
c. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah
dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala).
d. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi
anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan
dan bahu belakang.
g. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul /
trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
c. KALA III
 Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
 Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
 Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak
disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
 Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah
bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
 Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar
/ di atas pusat.

Sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

d. KALA IV
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala IV persalinan :
 Kontraksi uterus harus baik
 Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
 Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
 Kandung kencing harus kosong
 Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
 Resume keadaan umum ibu dan bayi.

5. PATHWAY

6. KOMPLIKASI PERSALINAN
Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang
secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi karena
gangguan akibat (langsung) dari persalinan (Dinkes Sumut, 2008 dalam Irmayanti,
2009).
Adapun komplikasi persalinan yang signifikan meliputi :

a. . Ketuban Pecah Dini, yaitu ruptur korion dan amnion 1 jam atau lebih sebelum
persalinan. Usia gestasi janin dan perkiraan viabilitas janin mempengaruhi
penatalaksanaannya. Penyebab yang tepat dan faktor – faktor predisposisi yang
spesifik tidak diketahui.
b. Persalinan Preterm, yaitu persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelum kehamilan 37 minggu. Penyebab preterm meliputi ketuban pecah
dini, preeklampsia, plasenta previa, solusio plasenta, dan lain-lain.
c. Vasa Previa, adalah gangguan perkembangan yang jarang. Keadaan ini bisa
disebabkan pertumbuhan plasenta yang tidak merata atau implantasi blastosit
yang abnormal.
d. Prolaps Tali Pusat, yaitu penurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului
bagian terendah janin dan panggul ibu. Masalah ini sering terjadi pada
prematuritas, presentasi bahu atau bokong-kaki.
e. Kehamilan Postmatur, yaitu kehamilan lewat waktu yang melebihi 42 minggu
usia gestasi, dimana insidennya kira – kira 10%. Penyebabnya diperkirakan
adalah defisiensi estrogen.
f. Persalinan Disfungsional, yaitu persalinan yang sulit, sakit, dan lama karena
faktor – faktor mekanik.
g. Distosia Bahu, dimana bahu anterior bayi tidak dapat lewat di bawah arkus pubis
ibu. Hal ini berhubungan dengan usia ibu yang sudah lanjut, obesitas karena
diabetes maternal, bayi besar, kehamilan lewat waktu, dan multiparitas.
h. Ruptur Uterus, yaitu robekan pada uterus, dapat komplit atau inkomplit. Hal ini
bisa disebabkan karena cedera akibat instrumen obstetri, seperti instrumen untuk
memeriksa uterus atau kuretase yang digunakan dalam abortus. Ruptur juga bisa
akibat intervensi obstetri seperti tekanan fundus yang berlebihan, kelahiran
dengan forsep, upaya mengejan yang keras, persalinan dengan gangguan, dan
distosia bahu janin.
i. Plasenta Akreta, yaitu kondisi tidak lazim karena vili korionik melekat pada
miometrium. Hal ini disebabkan pembedahan uterus sebelumnya dan plasenta
previa.
j. Inversi Uterus, yaitu uterus membalik keluar seluruhnya atau sebagian, ini terjadi
segera setelah kelahiran plasenta atau dalam periode pascapartum segera. Hal ini
disebabkan oleh tarikan tali pusat yang berlebihan atau pengeluaran plasenta
secara manual yang kuat atau bekuan dari uterus atonik.
k. Perdarahan Pascapartum Dini, yaitu kehilangan darah 500 ml atau lebih selama
24 jam pertama setelah melahirkan. Perdarahan pascapartum merupakan
penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia dan penyebab umum kehilangan
darah yang berlebihan selama periode pascapartum dini. Penyebab utama adalah
atoni uterus; laserasi serviks, vagina atau perineum; dan bagian plasenta yang
tertinggal.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air
putih dan air teh.

c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) . Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti

g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN INTRANATAL
a. KALA I (fase aktif)
 Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
 Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
 Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
 Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara).
b. KALA II
1) Aktivitas/ istirahat

 Melaporkan kelelahan
 Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi
 Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri / ketidaknyamanan
 Dapat merintih / menangis selama kontraksi
 Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
 Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
 Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
 Servik dilatasi penuh (10 cm)
 Peningkatan perdarahan pervagina
 Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
 Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
c. KALA III
1) Aktivitas / istirahat
 Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat
 Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
 Nadi melambat
3) Makan dan cairan
 Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
 Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
 Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
 Tali pusat memanjang pada muara vagina

d. KALA IV

1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah
pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian
oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk
kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy,
kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum
bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan
payudara.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN, TUJUAN DAN KRITERIA HASIL DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. KALA I (AKTIF)
DIAGNOSA
NO KEPERAW NOC NIC
ATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji derajat ketidaknyamanan
berhubunga keperawatan secara verbal dan nonverbal
n selama…..,diharapkan nyeri 2. Pantau dilatasi servik
dengan teka terkontrol dengan criteria hasil: 3. Pantau tanda vital dan DJJ
nan  TTV dbn 4. Bantu penggunaan teknik
mekanik  Pasien dapat pernapasan dan relaksasi
dari bagian mendemonstrasikan kontrol 5. Bantu tindakan kenyamanan spt.
presentasi. nyeri 6. Gosok punggung, kaki
7. Anjurkan pasien berkemih 1-2 jam
8. Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-obatan/tidak
10. Berikan lingkungan yang
tenang
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Palpasi di atas simpisis pubis
eliminasi keperawatan 2. Monitor masukan dan haluaran
urin b.d selama….,diharapkan eliminasi 3. Anjurkan upaya berkemih
perubahan urine pasien normal dengan sedikitnya 1-2 jam
masukan kriteria hasil: 4. Posisikan klien tegak dan
dan  Cairan seimbang cucurkan air hangat di atas
kompresi  Berkemih teratur perineum
mekanik 5. Ukur suhu dan nadi, kaji adanya
kandung peningkatan
kemih. 6. Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Keletihan b Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tanda – tanda vital yaitu
.d keperawatan selama … nadi dan tekanan darah
peningkatan diharapkan ibu tidak mengalami 2. Anjurkan untuk relaksasi dan
kebutuhan keletihan dengan kriteria hasili: istirahat di antara kontraksi
energi nadi:60-80x/menit(saat tidak 3. Sarankan suami atau keluarga
akibat ada his), ibu menyatakan masih untuk mendampingi ibu
peningkatan memiliki cukup tenaga 4. Sarankan keluarga untuk
metabolism menawarkan dan memberikan
e sekunder minuman atau makanan kepada
akibat nyeri ibu
selama
persalinan

4. Risiko Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau aktivitas uterus secara


cidera keperawatan manual
maternal selama….,diharapkan cidera 2. Lakukan tirah baring saat
terkontrol dengan kriteria hasil: persalinan menjadi intensif
 TTV dbn 3. Hindari meninggikan klien tanpa
 Aktivitas uterus baik perhatian
 Posisi pasien nyaman 4. Tempatkan klien pada posisi
tegak, miring ke kiri
5. Berikan perawatan perineal
selama 4 jam
6. Pantau suhu dan nadi
7. Kolaborasi pemberian antibiotik
(IV)
5 Risiko Setelah asuhan keperawatan 1. Kaji adanya kondisi yang
kerusakan selama….,diharapkan janin menurunkan situasi uteri
gas janin dalam kondisi baik dengan plasenta
criteria hasil: 2. Pantau DJJ dengan segera bila
o DJJ dbn pecah ketuban
o Presentasi kepala (+) 3. Instuksikan untuk tirah baring bila
o Kontraksi uterus teratur presentasi tidak masuk pelvis
4. Pantau turunnya janin pada jalan
lahir
5. Kaji perubahan DJJ selama
kontraksi
b .KALA II
DIAGNOSA
NO KEPERAW NOC NIC
ATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi derajat
b.d tekanan keperawatan ketidaknyamanan
mekanis selama….,diharapkan nyeri 2. Berikan tanda/ tindakan
pada bagian terkontrol dengan kriteria hasil: kenyamanan seperti perawatan
presentasi  TTV dbn kulit, mulut, perineal dan alat-alat
 Pasien dapat tenun yang kering
mendemostrasikan nafas 3. Bantu pasien memilih posisi yang
dalam dan teknik mengedan nyaman untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu dan DJJ
5. Kolaborasi pemasangan kateter
dan anastesi
2. Penurunan Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tekanan darah dan nadi
curah keperawatan tiap 5 – 15 menit
jantung b.d selama…..,diharapkan kondisi 2. Anjurkan pasien untuk inhalasi
fluktuasi cardiovaskuler pasien membaik dan ekhalasi selama upaya
aliran balik dengan kriteria hasil: mengedan
vena  TD dan nadi dbn 3. Anjurkan klien / pasangan memilih
 Suplay O2 tersedia posisi persalinan yang
mengoptimalkan sirkulasi.
3. Risiko Setelah asuhan keperawatan 1. Bantu klien dan pasangan pada
kerusakan selama….,diharapkan integritas posisi tepat
integritas kulit terkontrol dengan kriteria 2. Bantu klien sesuai kebutuhan
kulit hasil: 3. Kolaborasi epiostomi garis tengah
 Luka perineum tertutup atau medic lateral
(epiostomi) 4. Kolaborasi terhadap pemantauan
kandung kemih dan kateterisasi

c .KALA III
DIAGNOSA
N
KEPERAW NOC NIC
O
ATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Bantu penggunaan teknik
b.d trauma keperawatan pernapasan
jaringan selama…,diharapkan nyeri 2. Berikan kompres es pada
setelah terkontrol dengan criteria hasil: perineum setelah melahirkan
melahirkan  Pasien dapat control nyeri 3. Ganti pakaian dan liner basah
4. Berikan selimut penghangat
5. Kolaborasi perbaikan episiotomy
2. Risiko Setelah dilakukan asuhan 1. Instruksikan klien untuk
kekurangan keperawatan mendorong pada kontraksi
volume selama….,diharapkan cairan 2. Kaji tanda vital setelah pemberian
cairan seimbang denngan criteria oksitosin
hasil: 3. Palpasi uterus
 TTV dbn 4. Kaji tanda dan gejala shock
 Darah yang keluar ± 200 – 5. Massase uterus dengan perlahan
300 cc setelah pengeluaran plasenta
6. Kolaborasi pemberian cairan
parentral
3. Risiko Setelah dilakukan asuhan 1. Palpasi fundus uteri dan massase
cedera keperawatan dengan perlahan
maternal selama….,diharapkan cidera 2. Kaji irama pernafasan
terkontrol dengan criteria hasil: 3. Bersihkan vulva dan perineum
 Plasenta keluar utuh dengan air dan larutan antiseptic
 TTV dbn 4. Kaji perilaku klien dan perubahan
system saraf pusat
5. Dapatkan sampel darah tali
pusat, kirim ke laboratorium untuk
menentukan golongan darah bayi
6. Kolaborasi pemberian cairan
parenteral

d.KALA IV
DIAGNOSA
N
KEPERAW NOC NIC
O
ATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji sifat dan derajat
b.d efek keperawatan selama … ketidaknyamanan
hormone, diharapkan pasien dapat 2. Beri informasi yang tepat tentang
trauma,ede mengontrol nyeri, nyeri perawatan selama periode
ma jaringan, berkurang dengan Kriteria hasil pascapartum
kelelahan : 3. Lakukan tindakan kenyamanan
fisik dan  Pasien melaporkan nyeri 4. Anjurkan penggunaan teknik
psikologis, berkurang relaksasi
ansietas  Menunjukkan postur dan 5. Beri analgesic sesuai
ekspresi wajah rileks kemampuan
 Pasien merasakan nyeri
berkurang pada skala nyeri
(0-2)
3. Penurunan Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan klien untuk
koping keperawatan menggendong, menyentuh bayi
keluarga b.d selama…..,diharapkan proses 2. Observasi dan catat interaksi
transisi/peni keluarga baik dengan kriteria bayi
ngkatan hasil: 3. Anjurkan dan bantu pemberian
anggota o Ada kedekatan ibu dengan bayi ASI, tergantung pada pilihan
keluarga klien
2. Resiko Setelah dilakukan asuhan 1. Tempatkan klien pada posisi
kekurangan keperawatan rekumben
volume selama….,diharapkan cairan 2. Kaji hal yang memperberat
cairan simbang dengan criteria hasil: kejadian intrapartal
 TD dbn 3. Kaji masukan dan haluaran
 Jumlah dan warna lokhea 4. Perhatikan jenis persalinan dan
dbn anastesi, kehilangan daripada
persalinan
5. Kaji tekanan darah dan nadi
setiap 15 menit
6. Dengan perlahan massase
fundus bila lunak
7. Kaji jumlah, warna dan sifat aliran
lokhea
8. Kolaborasi pemberian cairan
parentral

Anda mungkin juga menyukai