a. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) menurut Ari dan Esti (2012;h. 4).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan juga merupakan suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini
dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir
(Sofian,2012). Persalinan dikatakan normal apabila bayi lahir spontan
pada usia kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu) dengan presentasi
belakang kepala, berlangsung tidak lebih dari 18 jam dan tidak ada
komplikasi pada ibu maupun janin (Kemenkes, 2013).
Dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam yang telah
dikenal dengan persalinan persalinan normal atau alami dan
persalinan dengan section Caesar dapat disebut juga dengan bedah
sesar atau section caesarea ( Kasdu, 2003). Bedah sesar atau sering
disebut Sectio Caesar (SC) itu adalah melahirkan janin memalui
sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus)
(Oxorn,2010).
b. Tanda-tanda persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya, beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki bulan atau minggu atau hari yang
disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor).
Ini memberikan tanda – tanda sebagi berikut :
1) Permulaan Persalinan
Tanda persalinan sudah dekat diawali dengan adanya Lightening
dan His permulaan.
a) Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan
fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam
panggul.
Penyebab dari proses ini adalah sebagai berikut:
Kontraksi Braxton Hicks.
Ketegangan dinding perut.
Ketegangan ligamentum rotundum.
Gaya berat Janin, kepala kearah bawah uterus.
Masuknya kepala janin ke dalam panggul dapat dirasakan oleh
wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut:
Terasa ringan di bagian atas dan rasa sesak berkurang.
Di bagian bawah terasa penuh dan mengganjal.
Kesulitan saat berjalan.
Sering berkemih.
Gambaran lightening pada primigravida menunjukan hubungan
normal antara ketiga P, yaitu ;
Power (his)
Passage (jalan lahir) dan
Passenger (bayi dan placenta)
Pada multipara gambarannya menjadi tidak sejelas
primigravida, karena masuknya kepala janin ke dalam panggul
bersamaan dengan proses persalinan.
4) Pengeluaran cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan
persalinan dapat berlangsung dala 24 jam. Namun jika ternyata
tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan
tertentu, misalnya ekstraksi vakum, atau section caesaria.
Tabel. 1.1 Karakteristik dari Persalinan Sesungguhnya dan
Persalinan Semu
No
Persalinan sesungguhnya Persalinan Semu
.
6) Metabolisme
Peningkatan metabolism terus berlanjut hingga kala II
persalinan. Upaya meneran pasien menambah aktivitas
otot-otot rangka sehingga meningkatkan metabolisme.
7) Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran.
Secara keseluruhan frekuensi nadi meningkat selama kala
II disertai takikardi yang nyata ketika mencapai puncak
menjelang kelahiran bayi.
8) Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses
persalinan dan segera setelahnya, peningkatan suhu
normal adalah 0,5-10C.
9) Pernapasan
Pernapasan sama seperti pada kala I persalinan.
10) Perubahan gastrointestinal
Penurunan motilitas lanbung dan absobsi yang hebat
berlanjut sampai pada kala II. Biasanya mual dan muntah
ada transisi akan mereda selama kala II persalinan, tetapi
bisa terus ada pada beberapa pasien. Bila terjadi muntah,
normalnya hanya sesekali. Muntah yang konstan dan
menetap selama persalinan merupakan hal yang abnormal
dan mungkin merupakan indikasi dari komplikasi obstetric,
seperti rupture uterus, atau toksemia.
11) Perubahan ginjal
Perubahan pada organ ini sama seperti pada kala I
persalinan.
3) Bidang Hogde
Bidang Hogde adalah bidang semu sebagai
pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu
seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan
dalam / vagina toucher (VT).
Bidang-bidang Hogde ini berfungsi untuk
menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun
ke panggul pada proses persalinan. Bidang Hogde
tersebut antara lain:
a) Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan
bagian atas simfisis dan promontorium.
b) Hodge II : bidang yang sejajar Hodge I Setinggi
bagian bawah
simfisis.
c) Hodge III: bidang yang sejajar Hodge I Setinggi
Spina
ischiadika.
d) Hodge IV : bidang yang sejajar Hodge I Setinggi
tulang
Koksigis
4) Ukuran-ukuran panggul
i. Panggul luar
a) Distansia Spinarum yaitu diameter antara kedua
spina iliaka anterior superior kanan dan kiri : 24-
26 cm.
b) Distansia kristarum yaitu diameter terbesar
antara kedua krita iliaka kanan dan kiri : 28-30 cm
c) Distansia boudeloque atau konjugata eksterna
yaitu diameter antara lumbal ke-5 dengan tepi
atas simfisis pubis : 18-20 cm
Ketiga distansia ini diukur dengan
jangkapanggu. Alat- alat yang dipakai antara lain
jangka panggul Martin, Collin, Boudeloque dan
sebagainya (Ari dan Esti, 2012; h.21)
d) Lingkar panggul yaitu jarak antara tepi atas
simfisis pubis ke pertengan antara trochanter dan
spina iliala anterior superior kembali ke tepi atas
simfisi pubis. Diukur dengan metlin. Normal 80-90
cm.
5) Bentuk Panggul
a) Panggul Ginekoid
Panggul ginekoid adalah jenis yang paling
banyak. Dilihat dari bidang pintu atas panggul tampak
berbentuk bulat atau agak lonjong/elips. Diameter
transversal dari bidang pintu atas panggul hanya
sedikit lebih panjang dari diameter antero-posterior
dan hampir seluruh daerah inlet merupakan ruangan
yang terpakai untuk kepala janin. Arkus pubis lebar
dan memungkinkan penempatan dua jari yang
berdampingan tepat di bawah simpisis. Dinding
samping sejajar. Dilihat dari bidang pintu atas
panggul, panggul menyerupai silinder tanpa
penyempitan dari bidang pintu atas panggul sampai
bidang pintu bawah panggul.
b) Panggul Android
Panggul android atau “mirip laki-laki” lebih
jarang dijumpai dibanding bentuk ginekoid. Suatu
panggul android ditandai oleh daerah segmen
posterior yang sempit dengan ujung sacrum menonjol
ke depan dan segmen anterior relatif panjang. Bila
dilihat dari suatu titik di atas panggul, bidang pintu
atas panggul tampak seperti bentuk jantung.
Konfigurasi segmen anterior dan posterior ini
membatasi volume panggul yang terpakai. Tulang-
tulang dari panggul android umumnya berat sehingga
ruangan untuk penurunan kepala juga terbatas.
c) Panggul Antropoid
Panggul antropoid memiliki suatu bentuk oval
yang jelas pada bidang pintu atas panggul dengan
diameter terpanjang adalah antero-posterior. Oleh
karena itu segmen posterior panjang dan sempit.
“Engagement” harus terjadi dengan sumbu panjang
kepala janin tegak lurus terhadap diameter
transversal dari pintu atas panggul.
d) Panggul Platipeloid
Suatu panggul platipeloid berbentuk datar
dengan tulang-tulang yang lembut. Jenis panggul ini
paling jarang dijumpai dari jumlahnya kurang dari 3%
diantara pasien-pasien. Konfigurasi panggul
platipeloid pada pintu atas panggul lebih menyolok
dimana menunjukkan pemendekka yang mencolok
dari diameter antero-posterior, sebaliknya diameter
transversalnya lebar. Dalam pemeriksaan ditemukan
suatu konjugata yang pendek, segmen posterior yang
luas dan bila dilihat dari atas tampak mendatar dan
elips/lonjong.
1) Serviks
Serviks akan makin matang mendekati waktu
persalinan. Selama masa hamil, serviks dalam keadaan
menutup, panjang serta lunak; dan pada saat mendekati
persalinan, serviks masih lunak dengan konsistensi
seperti puding, mengalami sedikit penipisan
(effacement), dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi
kematangan serviks akan tergantung pada individu
wanita dan paritasnya. Adanya peningkatan intensitas
Braxton Hicks mengakibatkan perubahan serviks yang
terjadi. Kematangan serviks memiliki periode yang
berbeda-beda sebelum persalinan. Hal ini
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan. Serviks
pada ibu primigravida umumnya akan mengalami
penipisan sebesar 50-60% dan membuka selebar ujung
jari sampai 1 cm sebelum mencapai persalinan.
Pembukaan ini terjadi akibat kontraksi Braxton Hicks
sebelum proses persalinan dimulai. Peristiwa awal
pembukaan dan penipisan inilah yang merupakan ciri-
ciri dari kematangan serviks.
2) Vagina
Vagina bersifat elastis dan berfungsi sebagai
jalan lahir dalam persalinan normal.
3) Otot Rahim
Otot rahim tersusun dari tiga lapis, yang
berasal dari kedua tanduk rahim, yaitu longitudinal
(memanjang), melingkar, dan miring. Segera setelah
persalinan, susunan otot rahim tersebut sedemikian
rupa akan mengondisikan pembuluh darah menutup
untuk menghindari terjadinya perdarahan dari tempat
implantasi plasenta. Selain menyebabkan mulut rahim
membuka secara pasif, kontraksi dominan yang terjadi
pada bagian fundus (bagian atas rahim) pada kala 1
persalinan juga mendorong bagian terendah janin maju
menuju jalan lahir sehingga ikut aktif dalam membuka
mulut rahim.
2) Sifat His
i. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
ii. His yang efektif
a) Kontraksi otot rahim dimulai dari daerah tuba
dan ligamentum rotundum kemudian menjalar
ke seluruh bagian uterus.
b) Gelombang kontraksi uterus simetris dan
terkoordinasi.
c) Didominasi oleh fundus kemudian menjalar ke
seluruh otot rahim.
d) Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehingga terjadi retraksi dan
terjadi pembentukan segmen bawah rahim.
iii. Frekuensi,yaitu jumlah terjadinya his selama 10
menit.
ii. Presentasi
Istilah presentasi digunakan untuk
menyebutkan bagian janin yang masuk di bagian
bawah rahim. Presentasi ini dapat diketahui dengan
cara palpasi atau pemeriksaan dalam. Jika pada
pemeriksaan didapatkan presentasi kepala, maka
pada umumnya bagian yang menjadi presentasi
adalah oksiput. Sementara itu, jika pada pemeriksaan
didapatkan presentasi bokong, maka yang menjadi
presentasi adalah sakrum; sedangkan pada letak
lintang, bagian yang menjadi presentasi adalah
skapula bahu. Faktor yang menyebabkan adanya
perbedaan-perbedaan tersebut adalah letak janin dan
sikap janin (kepala janin fleksi atau ekstensi).
Kelainan presentasi
a) Presentasi muka
Presentasi muka merupakan merupakan
salah satu kelainan presentasi dimana kepala
dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggungdan muka terarah kebawah
(kaudal) terhadap ibu. Punggung terdapat dalam
lordosis dan biasanya terdapat di belakang.
b) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah presentasi dimana
kedudukan kepala janin berada diantara fleksi
maksimal, sehingga dahi janin merupakan bagian
terendah. Pada umumnya, presentasi dahi ini
merupakan kedudukan janin yang bersifat
sementara, sebagian besar presentasi tersebut
akan berubah menjadi presentasi muka atau
presentasi belakang kepala.
c) Presentasi puncak kepala
Pada persalinan normal, saat melewati
jalan lahir, kepala janin berada dalam keadaan
fleksi. Pada umumnya, presentasi puncak kepala
merupakan kedudukan sementara, yang nantinya
akan berubah menjadi presentasi belakang
kepala.
2) Plasenta
Plasenta berfungsi sebagai jalur penghubung
antara ibu dan anaknya, mengadakan sekresi endokrin,
serta pertukaran selektif substasi yang dapat larut dan
terbawa darah melalui lapisan rahim dan bagia tropoblast
yang mengandung pembuluh-pembuluh darah, termasuk
makanan untuk janin. Dengan demikian, plasenta dapat
disebut sebagai organ penting bagi janin karena
kelangsungan hidup dari janin bergantung pada plasenta.
i. Struktur plasenta
Bentuk dan ukuran plasenta pada umumnya
berbentuk bundar atau oval yang memilki diameter
15-20 cm, dan berat 500-600 gram. Sementara itu,
tali pusat yang menghubungkan plasenta memiliki
panjang 25-60 cm. Bentuk plasenta akan sempurna
pada minggu ke-16, dimana desidua parietalis dan
desidua kapsularis telah menjadi satu, serta ruang
amnion telah mengisi seluruh rongga rahim.
3) Air ketuban
Liquor amnii yang sering juga disebut sebagai air ketuban
merupakan cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi
oleh selaput janin (amnion dan korion).
i. Ciri-ciri air ketuban
a) Jumlah volume air ketuban pada kehamilan
cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
b) Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis.
c) Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya
albumin, urea, asam urat, kreatinin, sel-sel
epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, dan
garam-garam organik.
2) Kebutuhan Psikologis
i. Kebutuhan rasa aman
a) Memilih tempat dan penolong persalinan
b) Informasit dan tentang proses persalinan
atau tindakan yang akan dilakukan
c) Posisi tidur yang dikehendaki ibu
d) Pendampingan oleh keluarga
e) Pantauan selama persalinan
f) Intervensi yang diperlukan
3) Pemantauan
Tabel berikut menguraikan Frekuensi penilaian dan
intervensi dalam persalinan normal.
i. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4
jam selama kala I pada persalinan, dan setelah
selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-
temuan pada partograf.
Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal
sebagai berikut:
a) Warna cairan amnion,
b) Dialtasi serviks,
c) Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan
dengan pemeriksaan luar)
d) Jika serviks belum membuka pada
pemeriksaan dalam pertama, mungkin
diagnosis in partu belum dapat ditegakkan.
e) Jika terdapat kontraksi yang menetap,
periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam
untuk melihat perubahan pada serviks. Pada
thap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka
maka wanita tesebut dalam keadaan in
partu, jika tidak terdapat perubahan, maka
diagnosisnya adalah persalinan palsu.
a) Fungsi Partograf
Mengamati dan mencatat informasi
kemajuan persalinan dengan memeriksa
dilatasi serviks selama pemeriksaan
dalam.
Mendeteksi secara dini terhadap
kemungkinan adanya penyulit persalinan
sehingga bidan dapat membuat
keputusan tindakan dengan tepat
Sebagai alat komunikasi yang unik
namun praktis antar bidan atau antara
bidan dengan dokter mengenai
perjalanan persalinan pasien.
Alat dokumentasi riwayat persalinan
pasien beserta data pemberian
medikamentosa yang diberikan selama
proses persalinan.
0 : sutura terpisah
1 : sutura (pertemuan dua tulang
tengkorak) yang
tepat/bersesuaian,
2 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat
diperbaiki.
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat
diperbaiki.
4) Persiapan persalinan
i. Hal yang harus diperhatikan saat persiapan
persalinan adalah tempat yang aman, tenang dan
menyenangkan.
ii. Penerangan secukupnya.
iii. Tersedia alat pertolongan pertama bagi pasien
dan bayi.
iv. Memiliki persiapan untuk melakukan rujukan.
v. Persiapan alat bersalin, legeartis, steril, dan siap
untuk dipakai, terdiri dari:
a) Dua buah koher untuk mengklem tali pusat.
b) Satu gunting episiotomy.
c) Gunting tali pusat.
d) Alat untuk memecahkan ketuban.
e) Beberapa pasang sarung tangan steril.
f) Penghisap lendir manual atau mekanis
(elektrik)
g) Dua kain pembungkus bayi.
h) Desinfektan : Bethadine.
vi. Persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir
normal.
a) Handuk pembungkus bayi
b) Pakaian bayi
vii. Persiapan obat untuk pertolongan pertama.
a) Bagi bayi
Natrium Bikarbonat.
Tabung 02 dan masker.
Penghidap lendir.
b) Bagi ibu
Uterotonika.
Set infus dan cairannya.
Tabung 02 dan masker.
viii. Alat penjahitan luka peritoneum
a) Catgur.
b) Anestesi Lokal.
c) Spuit.
Kriteria 2 1 0
Menit ke 5 sampai 10
Segera setelah bayi lahir, dilakukan
observasi keadaan bayi dengan
berpatokan pada APGAR skor dari 5
menit hingga 10 menit.
Tabel 5.1 APGAR SCORE
Aspek Skor
Pengamata
n Bayi Baru 0 1 2
Lahir
Appeareanc Seluruh Warna Warna
e / Warna tubuh bayi kulit tubuh kulit
Kulit berwarna normal, seluruh
kebiruan tetapi tubuh
atau warna dan normal.
pucat. kaki
kebiruan.
Pulse / nadi Denyut Denyut Denyut
jantung jantung < jantung
tidak ada 100 kali >100 kali
per menit per menit
Grimace / Tidak ada Wajah Meringis,
Respon respon meringis menarik,
refleks terhadap saat batuk,
stimulasi. distimulasi atau
. bersin saat
stimulasi.
Activity / Lemah, Lengan Bergerak
Tonus otot tidak ada dan Kaki aktif dan
gerakan. dalam spontan.
posisi
fleksi
dengan
sedikit
gerakan.
Respiratory Tidak Menangis Menangis
/ bernafas, lemah, kuat,
Pernapasan pernapasa terdengar pernapasa
. n lambat seperti n baik dan
dan tidak merintih. teratur.
teratur.
Lahir bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi
muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya
ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu
anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Mengluarkan plasenta.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk
meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah
dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah
pada uterus
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm
dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit
IM.
Menilai kandung kemih dan
mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
Meminta keluarga untuk menyiapkan
rujukan.
Mengulangi penegangan tali pusat selama
15 menit berikutnya.
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
KEGIATAN
Pemijatan Uterus
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan masase uterus, meletakkan telapak
tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras).
ix. MENILAI PERDARAHAN
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang
menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah
melakukan masase selam 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang
mengalami perdarahan aktif.
xi. EVALUASI
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan
perdarahan pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan. Setiap 20-30 menit pada jam kedua
pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi
dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri. Jika
ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan
menggunakan teknik yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana
melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan
kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap
jam selama dua jam pertama pasca
persalinan.
Melakukan tindakan yang sesuai untuk
temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan keamanan
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
dalam tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air
disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu
memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk
melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan
membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar
dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir.
Dokumentasi
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan
belakang)
ii. Vagina
Pada pemeriksaan vagina pengkajian
kemungkinan robekan atau laserasi pada
vagina dilakukan setelah pemeriksaan robekan
pada serviks. Penentuan derajat laserasi
dilakukan pada saat ini untuk menentukan
langkah pengkajian.
Robekan Derajat satu Derajat dua Derajat tiga Derajat Empat
perineum
Gambar
iii. Lochea
Lochea dipantau bersamaan dengan masase
uterus. Jika uterus berkontraksi dengan baik
maka aliran lochea tidak akan terlihat
banyak,namun jika saat uterus berkontraksi
terlihat lochea yang keluar lebih banyak maka
diperlukan suatu pengkajian lebih lanjut.
v. Perineum
Setelah pengkajian derajat robekan;
perineum kembali dikaji dengan melihat adanya
edema, memar, dan pembentukan hematom
yang dilakukan bersamaan saat mengkaji
lochea. Pengkajian ini termasuk juga untuk
mengetahui apakah terjadi hemoroid atau tidak.
Jika terjadi, lakukan tindakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan yang ditimbulkan
dengan memberikan kantong es yang
ditempelkan di area hemoroi. Selain itu dapat
juga diberikan zat yang bersifat menciutkan,
misalnya witch hazel atau tucks pads , atau
sprai dank rim anestesi, analgik yang digunakan
secara local.