Oleh :
P07120219004
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KONSEP DASAR PERSALINAN
A. DEFINISI
Bagian ini meliputi tulang panggul dan jaringan lunak leher rahim/serviks,
panggul, vagina, dan introitus (liang vagina). Bentuk panggul ideal untuk
dapat melahirkan secara pervaginam adalah ginekoid.
4. Psikologis ibu
Proses Persalinan
Defisit Volume
Cairan
Kelelahan
Resiko Infeksi
(O2 menurun)
Gangguan Respirasi
D. KLASIFIKASI
➢ Berdasarkan usia kehamilan, terdapat beberapa jenis persalinan yaitu :
a. Persalinan aterm : yaitu persalinan antara umur hamil 37-42 minggu,
berat janin di atas 2.500 gr.
b. Persalinan prematurus : persalinan sebelum umur hamil 28-36 minggu,
berat janin kurang dari 2.499 gr.
c. Persalinan serotinus : persalinan yang melampaui umur hamil 42
minggu, pada janin terdapat tanda postmaturitas
d. Persalinan presipitatus : persalinan yang berlangsung cepat kurang dari
3 jam.
➢ Berdasarkan proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut :
a. Persalinan spontan : bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan : bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi dengan forceps/vakum, atau dilakukan operasi
section caecarea.
c. Persalinan anjuran : pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah
cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya
sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Persalinan kadang-
kadang tidak mulai dengan segera dengan sendirinya tetapi baru bisa
berlangsung dengan dilakukannya amniotomi/pemecahan ketuban atau
dengan induksi persalinan yaitu pemberian pitocin atau prostaglandin.
E. GEJALA KLINIS
1. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
a. Lightening
c. False labor
Tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh
his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat :
e. Energy Sport
f. Gastrointestinal Upsets
2. Tanda-Tanda Persalinan
a. Timbulnya kontraksi uterus, biasa juga disebut dengan his persalinan
yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan servik.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servik
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servik, penipisan dan pembukaan servix
ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda
pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir), dengan pendataran
dan pembukaan, lendir dari canalis cervicaliskeluar disertai dengan
sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga
beberapa capillair darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane, adalah keluarnya cairan banyak
dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya
cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang
ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput
janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan
diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
F. TAHAP PERSALINAN
1. Persalianan Kala I
Fase-Fase kala I, Tahap ini dibagi menjadi dua yaitu fase laten dan fase
aktif.
a) Fase laten :
- Dimulai sejak awal berkontraksi sampai penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
- Berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm.
- Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam.
b) Fase aktif :
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara bertahap
(kontraksi 3 X dalam 10 menit, selama 40 detik/lebih).
- Dari pembukaan 4–10 cm terjadi kecepatan rata–rata 1 cm/ jam
(nulipara/ primigravida) atau > 1–2 cm (multipara).
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
a) Adaptasi fisiologis :
1) Tekanan intratorakal meningkat selama kala II akibat dorongan
janin.
2) Tahanan perifer meningkat selama kontraksi, tekanan darah
meningkat dan nadi menurun.
3) Cardiac output meningkat selama persalinan.
4) Diaforesis dan hiperventilasi selama persalinan meningkatkan
kehilangan cairan.
5) Respirasi ratemeningkat sehingga meningkatkan penguapan
volume cairan dan meningkatkan konsumsi oksigen.
6) Hiperventilasi dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen.
7) Leukositosis terjadi selama persalinan.
8) Plasma fibrinogen meningkat, waktu pembekuan darah dan kadar
glukosa darah meningkat.
9) Motilitas dan absorpsi lambung menurun, waktu pengosongan
lambung memanjang.
10) Dapat terjadi proteinuria karena kerusakan otot.
11) Urin pekat.
12) Nyeri punggung meningkat, persepsi nyeri meningkat.
13) Saraf pada uterus dan serviks terangsang oleh kontraksi uterus dan
dilatasi serviks, saraf pada perineum terangsang dan meregang
pada kala II karena dilewati janin.
b) Adaptasi psikologis :
1) Perubahan perilaku klien karena kontraksi dan terdorongnya janin.
2) Klien merasa tenaganya habis.
3. Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pemisahan plasenta biasanya terjadi
dalam beberapa menit setelah melahirkan. Setelah plasenta terpisah dari
dinding rahim, rahim terus kontraksi sampai plasenta dikeluarkan. Proses ini
biasanya memerlukan waktu 5 sampai 20 menit pasca melahirkan bayi dan
terjadi secara spontan. Tanda lepasnya plasenta :
Adaptasi psikologis :
Adaptasi psikologis :
1) Klien berfokus pada bayi.
2) Klien mulai memiliki peran sebagai ibu.
3) Aktivitas primer yaitu mempromosikan bonding ibu dan bayi .
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina diperiksa dengan tes lakmus
(tesnitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketebuan atau bisa melakukan pemeriksaan mikroskopik (tes
pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG untuk memeriksa oligohidramnion sangat
membantu apabila belum jelas tentang adanya tanda-tanda ketuban sudah
pecah.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Penatalaksanaa Persalinan Kala 1
a) Berikan dukungan dan suasana yang menyenangkan bagi parturient
b) Berikan informasi mengenai jalannya proses persalinan kepada
parturien dan pendampingnya.
c) Pengamatan kesehatan janin selama persalinan
- Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ diperiksa
setiap 30 menit dan pada kala II setiap 15 menit setelah
berakhirnya kontraksi uterus (his ).
- Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa
dengan frekuensi yang lbih sering (setiap 15 menit ) dan pada kala
II setiap 5 menit.
d) Pengamatan kontraksi uterus
Meskipun dapat ditentukan dengan menggunakan kardiotokografi,
namun penilaian kualitas his dapat pula dilakukan secara manual
dengan telapak tangan penolong persalinan yang diletakkan diatas
abdomen (uterus) parturien.
e) Tanda vital ibu
- Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap 4 jam.
- Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 37.50 C
(“borderline”) maka pemeriksaan suhu tubuh dilakukan setiap jam.
- Bila ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan antibiotika
profilaksis.
f) Pemeriksaan VT berikut
- Pada kala I keperluan dalam menilai status servik, stasion dan
posisi bagian terendah janin sangat bervariasi.
- Umumnya pemeriksaan dalam (VT) untuk menilai kemajuan
persalinan dilakukan tiap 4 jam.
- Indikasi pemeriksaan dalam diluar waktu yang rutin diatas adalah :
1. Menentukan fase persalinan.
2. Saat ketuban pecah dengan bagian terendah janin masih belum
masuk pintu atas panggul.
3. Ibu merasa ingin meneran.
4. Detik jantung janin mendadak menjadi buruk (< 120 atau > 160
dpm).
g) Makanan oral
- Sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi makanan padat selama
persalinan fase aktif dan kala II. Pengosongan lambung saat
persalinan aktif berlangsung sangat lambat.
- Penyerapan obat peroral berlangsung lambat sehingga terdapat
bahaya aspirasi saat parturien muntah.
- Pada saat persalinan aktif, pasien masih diperkenankan untuk
mengkonsumsi makanan cair.
h) Cairan intravena
Keuntungan pemberian cairan intravena selama inpartu :
- Bilamana pada kala III dibutuhkan pemberian oksitosin profilaksis
pada kasus atonia uteri.
- Pemberian cairan glukosa, natrium dan air dengan jumlah 60–120
ml per jam dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan asidosis pada
ibu.
i) Posisi ibu selama persalinan
- Pasien diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih posisi yang
paling nyaman bagi dirinya.
- Berjalan pada saat inpartu tidak selalu merupakan kontraindikasi.
j) Analgesia
Kebutuhan analgesia selama persalinan tergantung atas permintaan
pasien.
k) Lengkapi partogram
- Keadaan umum parturien ( tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan ).
- Pengamatan frekuensi – durasi – intensitas his.
- Pemberian cairan intravena.
- Pemberian obat-obatan.
l) Amniotomi
Bila selaput ketuban masih utuh, meskipun pada persalinan yang
diperkirakan normal terdapat kecenderungan kuat pada diri dokter
yang bekerja di beberapa pusat kesehatan untuk melakukan amniotomi
dengan alasan:
- Persalinan akan berlangsung lebih cepat.
- Deteksi dini keadaan air ketuban yang bercampur mekonium (
yang merupakan indikasi adanya gawat janin ) berlangsung lebih
cepat.
- Kesempatan untuk melakukan pemasangan elektrode pada kulit
kepala janin dan prosedur pengukuran tekanan intrauterin.
- Namun harus dingat bahwa tindakan amniotomi dini memerlukan
observasi yang teramat ketat sehingga tidak layak dilakukan
sebagai tindakan rutin.
m) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih selama persalinan harus dihindari oleh karena
dapat :
- Menghambat penurunan kepala janin.
- Menyebabkan hipotonia dan infeksi kandung kemih.
- Faktor resiko terjadinya retensio urine pasca persalinan yaitu
persalinan pervaginam operatif dan pemberian analgesia regional.
2) Penatalaksanaan Persalinan Kala II
Tujuan penatalaksanaan persalinan kala II :
a) Mencegah infeksi traktus genitalis melalui tindakan asepsis dan
antisepsis.
b) Melahirkan “well born baby”.
c) Mencegah agar tidak terjadi kerusakan otot dasar panggul secara
berlebihan.
Penentuan kala II :
Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan vaginal toucher yang acap kali
dilakukan atas indikasi :
a) Kontraksi uterus sangat kuat dan disertai ibu yang merasa sangat ingin
meneran.
b) Pecahnya ketuban secara tiba-tiba.
➢ Persiapan :
1. Persiapan set “pertolongan persalinan” lengkap.
2. Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih bila teraba
kandung kemih diatas simfisis pubis.
3. Membersihkan perineum, rambut pubis dan paha dengan larutan
disinfektan.
4. Meletakkan kain bersih dibagian bawah bokong parturien.
5. Penolong persalinan mengenakan peralatan untuk pengamanan diri
( sepatu boot, apron, kacamata pelindung dan penutup hidung dan
mulut).
➢ Pertolongan persalinan :
1. Posisi pasien sebaiknya dalam keadaan datar diatas tempat tidur
persalinan.
2. Untuk pemaparan yang baik, digunakan penahan regio poplitea
yang tidak terlampau renggang dengan kedudukan yang sama
tinggi.
➢ Persalinan kepala:
1. Setelah dilatasi servik lengkap, pada setiap his vulva semakin
terbuka akibat dorongan kepala dan terjadi “crowning”.
2. Anus menjadi teregang dan menonjol. Dinding anterior rektum
biasanya menjadi lebih mudah dilihat.
3. Bila tidak dilakukan episiotomi, terutama pada nulipara akan
terjadi penipisan perineum dan selanjutnya terjadi laserasi
perineum secara spontan.
4. Episotomi tidak perlu dilakukan secara rutin dan hendaknya
dilakukan secara individual atas sepengetahuan dan seijin
parturien.
b) Persalinan Bahu
Setelah lahir, kepala janin terkulai keposterior sehingga muka janin
mendekat pada anus ibu. Selanjutnya oksiput berputar (putaran restitusi)
yang menunjukkan bahwa diameter bis-acromial (diameter tranversal
thorax) berada pada posisi anteroposterior Pintu Atas Panggul dan pada
Seringkali, sesaat setelah putar paksi luar, bahu terlihat di vulva dan
lahir secara spontan. Bila tidak, perlu dlakukan ekstraksi dengan jalan
melakukan cekapan pada kepala anak dan dilakukan traksi curam kebawah
untuk melahirkan bahu depan dibawah arcus pubis.
c) Membersihkan nasopharynx
Perlu dilakukan tindakan pembersihan muka , hidung dan mulut anak
setelah dada lahir dan anak mulai mengadakan inspirasi, seperti yang
terlihat pada gambar 5 untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
aspirasi cairan amnion, bahan tertentu didalam cairan amnion serta darah.
d) Lilitan tali pusat
Setelah bahu depan lahir, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan
talipusat dileher anak dengan menggunakan jari telunjuk seperti terlihat
pada diatas. Lilitan talipusat terjadi pada 25% persalinan dan bukan
merupakan keadaan yang berbahaya. Bila terdapat lilitan talipusat, maka
lilitan tersebut dapat dikendorkanmelewati bagian atas kepala dan bila
lilitan terlampau erat atau berganda maka dapat dilakukan pemotongan
talipusat terlebih dulu setelah dilakukan pemasangan dua buah klem
penjepit tali pusat.
e) Menjepit tali pusat
Klem penjepit talipusat dipasang 4–5 cm didepan abdomen anak dan
penjepit talipusat (plastik) dipasang dengan jarak 2–3 cm dari klem
penjepit. Pemotongan dilakukan diantara klem dan penjepit tali pusat.
Saat pemasangan penjepit tali pusat: Bila setelah persalinan, neonatus
diletakkan pada ketinggian dibawah introitus vaginae selama 3 menit dan
sirkulasi uteroplasenta tidak segera dihentikan dengan memasang penjepit
talipusat, maka akan terdapat pengaliran darah sebanyak 80 ml dari
plasenta ke tubuh neonatus dan hal tersebut dapat mencegah defisiensi zat
besi pada masa neonatus. Pemasangan penjepit tali pusat sebaiknya
dilakukan segera setelah pembersihan jalan nafas yang biasanya
berlangsung sekitar 30 detik dan sebaiknya neonatus tidak ditempatkan
lebih tinggi dari introitus vaginae atau abdomen (saat sectio caesar).
3) Penatalaksanaan Kala III
Persalinan Kala III adalah periode setelah lahirnya anak sampai
plasenta lahir. Segera setelah anak lahir dilakukan penilaian atas ukuran
besar dan konsistensi uterus dan ditentukan apakah ini aalah persalinan
pada kehamilan tunggal atau kembar. Bila kontraksi uterus berlangsung
dengan baik dan tidak terdapat perdarahan maka dapat dilakukan
pengamatan atas lancarnya proses persalinan kala III.
➢ Penatalaksanaan kala III Fisiologik :
Tanda-tanda lepasnya plasenta :
1. Uterus menjadi semakin bundar dan menjadi keras.
2. Pengeluaran darah secara mendadak.
3. Fundus uteri naik oleh karena plasenta yang lepas berjalan kebawah
kedalam segmen bawah uterus.
4. Talipusat di depan menjadi semakin panjang yang menunjukkan
bahwa plasenta sudah turun.
Tanda-tanda diatas kadang-kadang dapat terjadi dalam waktu sekitar 1
menit setelah anak lahir dan umumnya berlangsung dalam waktu 5 menit.
Bila plasenta sudah lepas, harus ditentukan apakah terdapat kontraksi
uterus yang baik. Parturien diminta untuk meneran dan kekuatan tekanan
intrabdominal tersebut biasanya sudah cukup untuk melahirkan plasenta.
Bila dengan cara diatas plasenta belum dapat dilahirkan, maka pada saat
terdapat kontraksi uterus dilakukan tekanan ringan pada fundus uteri dan
talipusat sedikit ditarik keluar untuk mengeluarkan plasenta.
(Gambar ekspresi plasenta)
4) Penatalaksanaan Kala IV
2 jam pertama pasca persalinan merupakan waktu kritis bagi ibu dan
neonatus. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik luar biasa
dimana ibu baru melahirkan bayi dari dalam perutnya dan neonatus sedang
menyesuaikan kehidupan dirinya dengan dunia luar. Petugas medis harus
tinggal bersama ibu dan neonatus untuk memastikan bahwa keduanya
berada dalam kondisi stabil dan dapat mengambil tindakan yang tepat dan
cepat untuk mengadakan stabilisasi. Langkah-langkah penatalaksanaan
persalinan kala IV yaitu:
1. Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua.
2. Periksa tekanan darah – nadi – kandung kemih dan perdarahan setiap
15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan.
4. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5. Biarkan ibu beristirahat.
6. Biarkan ibu berada didekat neonatus.
7. Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga
dapat membantu kontraksi uterus.
8. Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air
kecil. Pastikan bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3
jam pasca persalinan.
9. Berikan petunjuk kepada ibu atau anggauta keluarga mengenai:
- Cara mengamati kontraksi uterus.
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.
Ibu yang baru bersalin sebaiknya berada di kamar bersalin selama 2
jam dan sebelum dipindahkan ke ruang nifas petugas medis harus yakin
bahwa:
1. Keadaan umum ibu baik.
2. Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan.
3. Cedera perineum sudah diperbaiki.
4. Pasien tidak mengeluh nyeri.
5. Kandung kemih kosong.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan merupakan keadaan yang mengancam jiwa ibu atau
janin karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan. Komplikasi
persalinan terdiri dari persalinan macet, ruptura uteri, infeksi atau sepsis,
perdarahan, ketuban pecah dini (KPD), malpresentasi dan malposisi janin, pre-
eklampsia dan eclampsia.
1. Persalinan macet
Pada sebagian besar penyebab kasus persalinan macet adalah karena
tulang panggul ibu terlalu sempit atau gangguan penyakit sehingga tidak
mudah dilintasi kepala bayi pada waktu bersalin. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kontraktilitas uterus sehingga berpengaruh terhadap
lamanya persalinan kala satu yaitu: umur, paritas, konsistensi serviks uteri,
berat badan janin, faktor psikis, gizi dan anemia.
2. Ruptura Uteri
Ruptura uteri atau sobekan uterus merupakan peristiwa yang sangat
berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan kadang-kadang terjadi
pada kehamilan terutama pada kehamilan trimester dua dan tiga. Robekan
pada uterus dapat ditemukan oleh sebagian besar pada bawah uterus. Pada
robekan ini kadang-kadang vagina bagian atas ikut serta pula.
3. Infeksi atau sepsis
Wanita cenderung mengalami infeksi saluran genital setelah persalinan
dan abortus. Kuman penyebab infeksi dapat masuk ke dalam saluran
genital dengan berbagai cara, misalnya melalui penolong persalinan yang
tangannya tidak bersih atau menggunakan instrumen yang kotor. Infeksi
juga berasal dari debu atau oleh ibu itu sendiri yang dapat memindahkan
organisme penyebab infeksi dari berbagai tempat, khususnya anus.
Pemasukan benda asing ke dalam vagina selama persalinan seperti jamur,
daun-daunan, kotoran sapi, lumpur atau berbagai minyak, oleh dukun
beranak juga merupakan penyebab infeksi. Akibatnya infeksi menjadi
salah satu penyebab kematian ibu di negara berkembang dan infeksi ini
ternyata tinggi pada abortus ilegal.
4. Malpresentasi dan malposisi
Adalah keadaan dimana janin tidak berada dalam presentasi dan posisi
yang normal yang memungkinkan terjadi partus lama atau partus macet.
Diduga malpresentasi dan malposisi kehamilan akan mempunyai akibat
yang buruk jika tidak memperhatikan cara dalam melahirkan. Pada
kelahiran kasus ini harus ditangani di Rumah Sakit atau Pelayanan
kesehatan lain yang mempunyai. fasilitas yang lebih lengkap dan
sebaiknya anestesia telah disediakan dan kemampuan untuk melakukan
sectio caesaria harus sudah ada di tangan.
5. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput secara spontan disertai
keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22
minggu, 1 jam atau lebih sebelum proses persalinan berlangsung.
Penyebab pecahnya selaput ketuban secara pasti belum diketahui, tetapi
beberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri atau sekresi maternal yang
menyebabkan iritasi dapat menghancurkan selaput ketuban, dan KPD pada
trimester kedua mungkin disebabkan oleh serviks yang tidak lagi
mengalami kontraksi.
6. Pre-eklampsia dan eklampsia
Di Indonesia, eklampsia (disamping perdarahan dan infeksi) masih
merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang
tinggi. oleh karena itu, diagnosisi dini pre-eklampsia, yang merupakan
tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu
ditekankan bahwa sindroma pre-eklampsia ringan dengan hipertensi,
edema, dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh
wanita hamil, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul
pre-eklampsia berat, bahkan eklampsia.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL
A. Kala I
• Pengkajian Kala I
a) Keluhan : kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat
berupa keluar darah bercampur lendir (bloody show), keluar air–air
dari kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratu.
b) Pengkajian riwayat obstetrik : kaji kembali HPHT, taksiran persalinan,
usia kehamilan sekarang. Kaji riwayat kehamilan masa lalu, jenis
persalinan lalu, penolong persalinan lalu, kondisi bayi saat lahir. Kaji
riwayat nifas lalu, masalah setelah melahirkan, pemberian ASI dan
kontrasepsi.
c) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi
tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan.
2. Kaji tanda–tanda in partuseperti keluar darah campur lendir, sejak
kapan dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang
meningkat, waktu keluarnya cairan dari kemaluan, jernih atau
keruh, warna, dan jumlahnya.
3. Kaji TFU, Leopold I, II, II, dan IV.
4. Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui derajat dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks,
apakah selaput ketuban masih utuh atau tidak, posisi bagian
terendah janin.
5. Auskultasi DJJ
• Diagnosa Keperawatan Kala I
1. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
• Intervensi
Terapi Relaksasi
a. Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang menganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
3. Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
4. Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
b. Terapeutik
5. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
6. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
7. Gunakan pakaian longgar
c. Edukasi
8. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
9. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
10. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
11. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
12. Anjurkan sering mengulang atau
melatih teknik yang dipilih
13. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi
terbimbing)
b. Terapeutik
10. Berikan metode alternatif penghilang
rasa sakit (mis. pljat, aromaterapi,
hipnosis)
c. Edukasi
11. Jelaskan prosedur pertolongan
persalinan
12. Informasikan kemajuan persalinan
13. Ajarkan teknik relaksasi
14. Anjurkan ibu mengosongkan kandung
kemih
15. Anjurkan ibu cukup nutrisi
16. Ajarkan ibu cara mengenali tanda-
tanda persalinan
17. Ajarkan ibu mengenali tanda bahaya
persalinan
Latihan Pernapasan
a. Observasi
1. Identifikasi indikasi dilakukan latihan
pernapasan
2. Monitor frekuensi, irama dan
kedalaman napas sebelum dan sesudah
latihan
b. Terapeutik
3. Sediakan tempat yang tenang
4. Posisikan pasien nyaman dan rileks
5. Tempatkan satu tangan di dada dan
satu tangan di perut
6. Pastikan tangan di dada mundur ke
belakang dan telapak tangan di perut
maju ke depan saat menarik napas
7. Ambil napas dalam secara pertahan
melalui hidung dan tahan selama tujuh
hitungan
8. Hitungan ke delapan hembuskan
napas melalui mulut dengan periahan
c. Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
pernapasan
10. Anjurkan mengulangi latihan 4-5 kali
B. Kala II
• Pengkajian Kala II
a) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II
(dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka).
b) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks,
status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke
rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi,
relaksasi).
c) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
d) Respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).
Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang
pada menit kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
1. Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap
normal.
2. Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan
tindakan medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau
pemberian oksigen untuk membantu bernafas.
• Diagnosa Keperawatan Kala II
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin
2. Risiko cedera janin berhubungan dengan kelelahan.
• Intervensi
Latihan Pernapasan
d. Observasi
11. Identifikasi indikasi dilakukan latihan
pernapasan
12. Monitor frekuensi, irama dan
kedalaman napas sebelum dan sesudah
latihan
e. Terapeutik
13. Sediakan tempat yang tenang
14. Posisikan pasien nyaman dan rileks
15. Tempatkan satu tangan di dada dan
satu tangan di perut
16. Pastikan tangan di dada mundur ke
belakang dan telapak tangan di perut
maju ke depan saat menarik napas
17. Ambil napas dalam secara pertahan
melalui hidung dan tahan selama tujuh
hitungan
18. Hitungan ke delapan hembuskan
napas melalui mulut dengan periahan
f. Edukasi
19. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
pemnapasan
20. Anjurkan mengulangi latihan 4-5 kali
a. Observasi
1. Identifikasi pengetahuan dan
kemampuan ibu menghitung gerakan
janin
2. Monitor gerakan janin
b. Terapeutik
3. Hitung dan catat gerakan janin
(minimal 10 kali gerakan daiam 12
jam)
4. Lakukan pemeriksaan CTG
(cardiotocography) untuk mangetahui
frekuensi dan keteraturan denyut
jantung janin dan kontraksi rahim ibu
5. Catat jumlah gerakan janin dalam 12
jam perhari
6. Berikan oksigen 2-3 L/menit jika
gerakan janin belum mencapai 10 kali
dalam 12 jam
c. Edukasi
7. Jelaskan manfaat menghitung gerakan
janin dapat meningkatkan hubungan
ibu dan janin
8. Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan
nutrisi sebelum menghitung gerakan
janin
9. Anjurkan posisi miring kiri saat
menghitung gerakan janin, agar janin
dapat memperoleh oksigen dengan
optimal dengan meningkatkan
sirkulasi fetomaternal.
10. Anjurkan ibu segera memberitahu
perawat jika gerakan janin tidak
mencapai 10 kali dalam 12 jam
11. Ajarkan ibu cara menghitung gerakan
janin
d. Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan tim medis jika
ditemukan gawat janin
C. Kala III
• Pengkajian Kala III
a) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi).
b) Kaji waktu pengeluaran plasenta
c) Kondisi selaput amnion
d) Kotiledon lengkap atau tidak
e) Kaji kontraksi / HIS
f) Kaji perilaku terhadap nyeri
g) Kala nyeri
h) Tingkat kelelahan
i) Keinginan untuk bonding attachment
j) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
• Diagnosa Keperawatan Kala III
1. Risiko perdarahan dibuktikan dengan trauma
• Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Risiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
dibuktikan dengan intervensi keperawatan
a. Observasi
trauma selama …x…jam,
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
diharapkan tingkat
2. Monitor nilai hematokrit / hemoglobin
perdarahan menurun
sebelum dan setelah kehilangan darah
dengan kriteria hasil :
b. Terapeutik
1. Perdarahan vagina 3. Pertahankan bed rest selama
menurun perdarahan
2. Hemoglobin 4. Batasi Tindakan invasif, jika perlu
membaik 5. Beri suntikan oksitosin 10 unit IM
6. Penatalaksaan aktif manajemen kala
III (penegangan tali pusat, meneran,
masase uterus)
7. Lakukan hecting
c. Edukasi
8. Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
D. Kala IV
• Pengkajian Kala IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu
jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu
dimonitoring setiap 30 menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan
darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah perdarahan per
vagina, intake cairan.
• Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perdarahan dibuktikan dengan trauma
• Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Risiko perdarahan Setelah dilakukan Perawatan Pascapersalinan
dibuktikan dengan intervensi keperawatan
a. Observasi
trauma selama …x…jam,
1. Monitor tanda – tanda vital
diharapkan tingkat
2. Monitor keadaan lokia (mis. warna,
perdarahan menurun
jumlaj, bau, dan bekuan)
dengan kriteria hasil :
3. Periksa perineum atau robekan
1. Perdarahan vagina (kemerahan, edema, ekimosis,
menurun pengeluaran, penyatuan jahitan)
2. Hemoglobin 4. Monitor nyeri
membaik b. Terapeutik
1. Berikan kenyamanan pada ibu
c. Edukasi
1. Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu
dan keluarga
2. Ajarkan cara perawatan perenium
yang tepat
E. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Hasil
evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung, sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan
informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan yaitu format
SOAP yang terdiri dari :
a. Subjektif, yaitu pernyataan atau keluhan subjek
b. Objektif, yaitu data yang diobservasi oleh perawat dan keluarganya
c. Analisis, yaitu kesimpulan dari subjektif dan objektif (biasanya ditulis
dengan bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apa tujuan telah
tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan,
yaitu :
1. Tujuan tercapai, yaitu respon klien sama dengan hasil yang diharapkan
2. Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasi yang diharapkan hanya sebagian
yang berhasil
3. Tujuan tidak tercapai
d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis
REFERENSI
Pembimbing/CI Mahasiswa
(……………………………………) (…………………………………….)
NIP. NIM.
Clinical Teacher/CT
(……………………………………..)
NIP.