OLEH:
S. Tr KEPERAWATAN / II.A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2020/2021
A. PENGERTIAN
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana
mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat
gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman,
nilai, fantasi, emosi.
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua
orang individu secara pribadi yang saling menghargai memerhatikan ,dan menyayangi
sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara kedua individu. (A. Alimul Aziz H.,
2006)
Menurut Hurlock (1999) dorongan seksual dipengaruhi oleh :
a. Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang berupa
bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan
seksual pada individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera
dipuaskan.
b. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan
dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual. Stimulus eksternal
tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai
seksualitas, diskusi dengan teman, pengalaman masturbasi, pengaruh orang dewasa
serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan porno.
G. Aktivitas Seksual
G. Kepuasan Seksual
Kurangnya hasrat seksual
Keterbatasan seksual
Penurunan fungsi seksual Kesulitan dalam aktiv Tingginya minat
Perubahan minat terhadap diri
sendiri & orang lain Perubahan
peran seksual.
itas seksual
seksual, Kesulitan dalam Kurang perhatian
prilaku seksual Perubahan
dengan hubungan orang Kurang informasi
Resiko Disfungs Pola seksual tidak Resiko kehamilan tidak
disfungsi i seksual efektif dikehendaki
seksual
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hematologi : hitung darah lengkap dan laju sedimentasi, skrining anemia
2. Zat kimia, nitrogen urea darah (BUN), glikosa, tiroid, adrenal, fungsi hati dan ginjal.
3. Serologi, terutama skrining sifilis, HIV, hepatitis
4. Urinalis, skrining obat.
5. Pemeriksaan tinja untuk darah tersamar.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Gonorhoe (GO)
Disebabkan oleh bakteri diploccocus gram negatif yang kontank melalui eksudat
dan menyerang uretra, serviks, atau meluas ke alat reproduksi bagian atas. Eksudat
dapat menular pada bayi waktu lahir sehingga menjadi konjungtifitis neonaiorum.
Komplikasi artritis, meningitis, septikemi, endokarditis dan lain lain. Gejalan yang
mucul berupa nyeri, dispa reuni, pengeluaran cairan lewat uretra. Terapi obat yang
dapat diberikan, seperti sefrakson 250 mg/IM 1 x sehari selama tujuh hari dan
doksisiklin 100 mg, oral 2 x/hari selama tujuh hari. Untuk ibu hamil dapat di ganti
dengan eritromisin. Untuk mencegah infeksi sistemis pada neonatus diberi
seftriakson 50mg/kgBB/IV atau IM 125mg.
2. Sifilis
Disebabkan oleh Spirochaeta Treponema Pallidum. Penyakit ini menempati
urutan ke tiga terbanyak di amerika serikat. Penularannya dengan cara kontak tubuh
atau kongenital dari ibu ke janin melalui plasenta. Janin yang terinfeksi sifilis melalui
ibunya dapat menyebabkan aborsi spontan, mati dalam kandungan, kebutaan,
ketulian dan kelainan pada wajah atau ekstremitas. Terapi obat yang dapat di
gunakan berupa Penisilin G Benzantin 7,2 juta unit, dibagi tiga dosis, diberikan satu
minggu sekali. Dosisiklin atau tetreasiklin adalah alternatif lain apabila ibu tak hamil.
Penisilin kristal G untuk sifilis yang menyerang SSP secara IV. Pengobatan sifilis
pada wanita hamil paling baik dengan penisilin. Apabila bayi sifilis dan ibu yang
hamil sudah di terapi dengan eritromisin, sebaiknya menggunakan penisilin
benazantin 50.000 U/kgBB/intramuskuler dosis tunggal.
3. Kandidiasis
Disebabkan oleh jamus kandida albicans yang menyebabkan infeksi pada kulit
dan selaput lendir terutama lesi pada oral, vulvovagina, salurana gastro investinal,
kandidiasis vagiina ditandai dengan keluarnya cairan per vagina kental seperti keju
disertai rasa gatal. Dapat ditularkan pada waktu hubungan seksual terutama dalam
kondisi tubuh lemah, DM terapis steroid, terapi sitostatika dan imunodefisiensi.
Terapi obat yang dapat diberikan yaitu mikonasol 200mg intravagina, menjelang
tidur selama tiga hari. Obat lainnya seperti klottrimasol, butakonasol, per vaginam.
bayi yang menderita kandidiasis pada mulut diobati dengan nistatin yang dioleskan
dalam mulut.
4. Pedikulonis Pubis (Kutupubis)
Merupakan infeksi ektoparasit yang ditularkan saat kontak seksual. Telur
menetas dalam satu minggu dan dewasa dalam 8-10 hari. Terapi obat yang dapat
diberikan berupa cream permetrin 1 % pada daerah yang terkena dan dibilas 10 menit
kemudisn. Tempat lainnya seperti piretrin, pipironil butoksida atau sampolindane 1%
selama 4 menit. Pengobatan terhadap pasangan hubungan seksual dan lindane tidak
boleh diberikan wanita hamil dan menyusui.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status, alamat,
diagnosa medis, sumber biaya dan identitas penanggung.
2. Riwayat seksual
a. Klien yang menerima perawatan kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.
b. Klien yang mengalami disfungsi seksual/problem (impoten, orgasmic
dysfuntion, dan lain-lain)
c. Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi fungsi
seksual (peny.jantung, DM, dan lain-lain)
3. Pengkajian seksual mencakup :
a. Riwayat Kesehatan seksual
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien
mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.
2) Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan
seksual secara langsung – pertanyaan isyarat.
4. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik paling penting dalam mengevaluasi penyebab kekuatiran atau
maslah seksual dan mungkin merupakan kesempatan terbaik untuk memberi
penyuluhan kepada klien tentang seksualitas.
a. Inspeksi dan palpasi
Teknik infeksi dan palpasi digunakan oleh perawat untuk mengaji payudara
dan genitaliainternal dan eksternal klien. Perawat juga dapat mengajarkan klien
mengenai cara sadari yaitu pemeriksaan payudara sendiri kepada klien wanita
serta melakukan latihan Kegel untuk menguatkan otot pubokoksigeus.
b. Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat
PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tidak normal dari genital,
perubahan warna pada genital, ggn fungsi urinaria, dan lain-lain.
c. Identifikasi klien yang berisiko
Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya : adanya ggn
struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah melahirkan,
abnormalitas anatomi genital
d. Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
e. Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar
(masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
f. Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan mslh seksual; kurangnya
pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual
g. Gangguan aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
h. Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh, perubahan
bipsikososial seksualitas, ketiadaan model peran, model peran tidak dapat
mempengaruhi, kurang privasi, ketiadaan pasangan, kesalahan informasi, kelainan
seksual, konflik nilai, penganiayaan fisik, dan kurang terpapar informasi.
2. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan kurang privasi, ketiadaan pasangan,
konflik orientasi seksual, ketakutak hamil, ketakutan terinfeksi penyakit menular
seksual, hambatan hubungan dengan pasangan, dan kurang terpapar informasi
tentang seksualitas.
3. Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan neurologi, gangguan
urologi, gangguan endokrin, keganasan, faktor ginekologi, dan efek agen
farmakologis.
4. Risiko kehamilan tidak dikehendaki berhubungan dengan pemerkosaan, hubungan
seksual sedarah, gangguan jiwa, kegagalan penggunaan alat kontrasepsi, kekerasan
dalam rumah tangga, tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan faktor sosial-
ekonomi.
H. RENCANA KEPERAWATAN
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SIKI)
1. Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama
keperawatan selama 1 x 24 jam, Edukasi Seksualitas Edukasi Seksual
maka diharapkan fungsi seksual Observasi:
membaik dengan kriteria hasil 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Mengetahui kesiapan dan
sebagai berikut: kemampuan menerima kemampuan pasien dalam
1. Kepuasan hubungan seksual informasi menerima informasi
meningkat Terapeutik: 2. Untuk memudahkan
2. Verbalisasi aktivitas seksual 2. Sediakan materi dan media pasien memahami edukasi
berubah menurun pendidikan kesehatan yang diberikan
3. Verbalisasi eksitasi seksual 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan 3. Pasien dapat mengatur
berubah menurun sesuai kesepakatan jadwal sesuai yang
4. Verbalisasi peran seksual 4. Berikan kesempatan untuk diinginkan
berubah menurun bertanya 4. Agar pasien dapat
5. Verbalisasi fungsi seksual 5. Fasilitasi kesadaran keluarga bertanya tentang apa yang
berubah menurun terhadap anak dan remaja serta belum dipahami
pengaruh media 5. Agar keluarga dapat
Edukasi: mengetahui pengaruh
6. Jelaskan anatomi dan fisiologi media terhadap anak
sistem reproduksi läki-laki dan
perempuan
7. Jelaskan perkembangan 6. Untuk mengetahui
sesualitas sepanjang siklus anatomi dan fisiologi
kehidupan system reproduksi laki-
8. Jelaskan perkembangan emosi laki dan perempuan
masa anak dan remaja 7. Mengetahui
9. Jelaskan pengaruh tekanan perkembangan seksualitas
kelompok dan sosial terhadap sepanjang siklus hidup
aktivitas seksual 8. Mengetahui
10. Jelaskan konsekuensi negatif perkembangan emosi pada
mengasuh anak pada usia dini anak dan remaja
(mis, kemiskinan, kehilangan 9. Mengetahui pengaruh
karir dan pendidikan) tekanan kelompok dan
11. Jelaskan risiko tertular penyakit sosial terhadap aktivitas
menular seksual dan AIDS seksual
akibat seks bebas 10. Mengetahui konsekuensi
12. Anjurkan orang tua menjadi mengasih anak pada usia
edukator seksualitas bagi anak- dini
anaknya 11. Mengetahui apa saja risiko
13. Anjurkan anak/remaja tidak tertukar penyakit seksual
melakukan aktivitas seksual di 12. Agar anak dan remaja
luar nikah selalu dalam pantauan
14. Ajarkan keterampilan orang tua dan memahami
komunikasi asertif untuk tentang seksualitas
menolak tekanan teman sebaya 13. Agar tidak terjadi hal yang
dan sosial dalam aktivitas tidak diinginkan
seksual 14. Agar anak dapat
menangani masalah
penekanan yang sedang ia
hadapi
2. Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama
keperawatan selama 1x24 jam, Edukasi Keluarga Berencana Edukasi Keluarga Berencana
maka diharapkan penerimaan Observasi:
kehamilan meningkat dengan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Mengetahui kesiapan dan
kriteria hasil sebagai berikut: kemampuan menerima kemampuan pasien
1. Verbalisasi penerimaan informasi menerima informasi
kehamilan meningkat 2. Identifikasi pengetahuan tentang 2. Mengetahui pengetahuan
2. Verbalisasi perasaan yang alat kontrasepsi pasien tentang alat
dialami meningkat Terapeutik: kontrasepsi
3. Perilaku mencari perawatan 3. Sediakan materi dan media 3. Memudahkan pasien
kehamilan meningkat pendidikan Kesehatan dalam memahami materi
4. Menyusun perencanaan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan yang diberikan
kehamilan meningkat sesuai kesepakatan 4. Agar pasien dapat
5. Berikan kesempatan untuk mengatur jadwal sesuai
bertanya keinginannya
6. Lakukan penapisan pada ibu dan 5. Agar pasien memahami
pasangan untuk penggunaan alat apa yang belum ia
kontrasepsi mengerti
7. Lakukan pemeriksaan fisik 6. Agar ibu dan pasangan
8. Fasilitasi ibu dan pasangan dapat memahaminya
dalam mengambil keputusan 7. Untuk mengecek jika ada
menggunakan alat kontrasepsi hal yang menghambat
9. Diskusikan pertimbangan kehamilan
agama, budaya, perkembangan, 8. Agar ibu dan pasangan
sosial ekonomi terhadap dapat memilih alat
pemilihan alat kontrasepsi kontrasepsi yang
Edukasi: diinginkan
10. Jelaskan tentang sistem 9. Agar alat kontrasepsi yang
reproduksi dipilih itu tepat
11. Jelaskan metode-metode alat 10. Agar pasien mengetahui
kontrasepsi mengenai system
12. Jelaskan aktivitas seksualitas reproduksi
setelah mengikuti program KB
11. Agar pasien mengetahui
metode-metode alat
kontrasepsi
12. Mengetahui aktivitas
seksualitas setelah
mengikuti program KB
Manajemen Kehamilan Tidak
Dikehendaki Manajemen Kehamilan Tidak
Observasi: Dikehendaki
1. Identifikasi nilai-nilai dan
keyakinan terhadap kehamilan 1. Mengetahui nilai dan
2. Identifikasi pilihan terhadap keyakinan pasien terhadap
kehamilannya kehamilan
Terapeutik: 2. Mengetahui pilihan
3. Fasilitasi mengungkapkan terhadap kehamilan pasien
perasaan 3. Agar mengetahui perasaan
4. Diskusikan nilai-nilai dan yang dirasakan pasien
keyakinan yang keliru terhadap 4. Agar pasien tidak keliru
kehamilan lagi terhadap nilai dan
5. Diskusikan konflik yang terjadi keyakinan tentang
dengan adanya kehamilan kehamilan
6. Fasilitasi mengembangkan 5. Agar mengetahui faktor
teknik penyelesaian masalah yang menghambat
7. Berikan konseling kehamilan kehamilan
8. Fasilitasi mengidentifikasi 6. Agar pasien dapat
sistem pendukung menyelesaikan masalah
Edukasi: yang sedang dihadapi
9. Informasikan pentingnya 7. Agar pasien memahami
meningkatkan status Nutrisi tentang kehamilan
selama kehamilan
10. Informasikan perubahan yang 8. Mengetahui system
terjadi selama kehamilan pendukung kehamilan
Kolaborasi: pasien
11. Rujuk jika mengalami 9. Agar bayi yang ada dalam
komplikasi kehamilan janin pasien tidak
kekurangan nutrisi
10. Agar masalah selama
kehamilan itu dapat diatasi
11. Untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan yang
fatal
DAFTAR PUSTAKA
H, F. K. (2019). Seksual Sebagai Kebutuhan Dasar Manusia, 30. Retrieved Februari 5, 2021,
from http://repository.ump.ac.id/9503/3/Fikri%20Kurnia%20Hidayati%20BAB%20II.pdf
Laili, S. (2019). Gambaran Disfungsi Seksual , 8. Retrieved Februari 05, 2021, from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.akperykyjog
ja.ac.id/85/1/KTI_Sukma%2520Lailli_2216073.pdf&ved=2ahUKEwjrvK-
PxdDuAhVBdCsKHbjDCScQFjADegQICBAB&usg=AOvVaw1nxC0LI-
5yza3nIgCJBOdL&cshid=1612452416429
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
LAPORAN PENDAHULUAN SPIRITUAL
OLEH:
S. Tr KEPERAWATAN / II.A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN SPIRITUAL
A. Pengertian
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada
budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan
seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit potter perry,2009). Mickley (1992) Menguraikan
spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi
agama. Stoll (1989) Menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi yaitu
dimensi vertical dan dimensi horizontal.
Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidak pastian dalam
kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan diri sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan iri dan dengan yang maha esa.
2. Disstress spiritual
a. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif
a) Mempertanyakan makna/tujuan hidupnya
b) Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang bermakna
c) Merasa menderita/tidak berdaya
2) Objektif
a) Tidak mampu beribadah
b) Marah pada Tuhan
C. POHON MASALAH
Korteks serebri
Hipotalamus
Sistem limbik
Amigdala (mengontrol
emosi)
Prilaku maladaptif
Resiko distress spiritual Distress spiritual
D. P meriksaan Diagnostik
e Lab
1. Foto Rontgen
2. Usg
3.
E. Penatalaksanaan medis
1. Menetapkan kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi perawatan
menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan (clark et
al. 1991). Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukan kehadiran perawat
meliputi memberi perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan
memberikan dorongan (tetapi realistis). Perawat dapat menunjukan adanya rasa kehadiran
dalam berbagai cara yang tidak menyolok yaitu melakukan pijat punggung dengan
penyegaran, sentuhan yang lembut, dengan hati-hati memposisikan klien tanpa
menimbulkan rasa nyeri, dengan halus memberikan perawatan mulut dan bekerja sama
dengan klien untuk dengan lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat tidur ke
kursi. Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan rasa
percaya diri dan menyediakan waktu bagi klien ketika terapi diberikan akan membantu
menciptakan kehadiran. Klien yang sakit mengalami kehilangn control dan mencari
seseorang untuk memberikan arahan dan perawatan yang kompeten.
2. Mendukung hubungan yang menyembuhkan
Benner ( 1984 ) yang mendefinisikan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika hubungan
yang menyembuhkan terbina antara perawat dan klien .
a. Mengerahkan harapan bagi perawat demikian halnya bagi klien
b. Menemukan interpretasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit,
nyeri, ketakutan, ansietas, atau emosi yang menegangkan.
c. Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau spiritual
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan klien.
Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi yang dibutuhkan
untuk menghadapi segala tantangan dalam hidup. Perawat dapat membantu klien
menemukan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai harapan. Untuk mendukung lebih lanjut
hubungan yang menyembuhkan perawat harus tetap menyadari tentang kekuatan dan
kebutuhan spiritual klien. Penting bagi klien untuk mampu mengekspresikan dan
menelaah keyakinannya. Perawat yang menghargai kepercayaan klien dan mengenali
pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap penyembuhannya akan dirasakan oleh
klien sebagai sumber harapan (clark et al. 1991). Ketika penyakit atau pengobatan
menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian bagi klien, maka perawat harus mengenali
dampak dari hal ini terhadap kesejahteraan klien.
3. Sistem dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al (1991) mengetahui
bahwa sistem pendukung memberi mereka rasa sejahtera terbesar selama perawatan di
rumah sakit. Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang
menghubungakan klien, perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian
dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan
teman yang dipandang oleh klien sebagai pendukung. Perawat merencanakan perawatan
bersama klien dan jaringan pendukung klien untuk meningkatkan ikatan interpersonal
yang sangat penting untuk penyembuhan. Sistem pendukung memberi sumber
kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman mungkin
juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan yang dianut
klien.
4. Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk "dedikasih diri" yang memungkinkan individu untuk
bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa (McCullough,1 995). Berdoa memberi
kesempatan individu untuk memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang
maha kuasa dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu
kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat
komitmen hidup lebih baik. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau
mencari kesempatan untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok
rohaniawan. Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang
untuk mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa menyebabkan seorang
merasakan perbaikan suasana hati dan merasakan kedamaian dan ketenangan.
5. Terapi diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan juga
komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu,
makanan dan ritual sekitar persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian
penting dari spiritualitas seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan diet.
Beberapa sekte adalah penganut vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala
mahluk hidup adalah suatu tindakan kriminal. Banyak orang beragama budha juga
vegetarian. Sebagian penganut agama budha mempraktikan moderasi dan tidak
menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada hari-hari khusus
beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol adalah larangan dalam agama
islam. Sebagai tradisi larangan kristen, seperti hari ke tujuh, mempunyai pengaturan diet.
Kelompok lainnya, seperti evangelikan melarang penggunaan alkohol, kafein, dan
tembakau. Sebagai penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang
mengandung daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam
perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari institusi
perawatan kesehatan. Pada situasi ketika dapur rumah sakit atau rumah perawatan tidak
dapat meyiapkan makanan dengan cara yang dipilih,
keluarga dizinkan untuk membawa makanan yang sesuai dengan semua pantangan diet
yang diberlakukan oleh kondisi klien.
6. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu sumber
koping yan penting. Hal ini terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang bertugas
dilingkungan perawatan akut dan perawatan jangka panjang ,menjadi aktif dalam
perawatan spiritual klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai
kunjungan, pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu seperti
penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan dokter dan
farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi klien, ramuan tradisional atau medikasi
herbal jika memungkinkan. Karena kunjungan ke kapel atau musolah rumah sakit atau
menghadiri suatu layanan mungkin penting bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan
keluarganya, pengarahan tentang kapel atau musolah harus dicakupkan selama orientasi
pada fasilitas medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari departemen
perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen. Perawat
merencanakan perwatan pribadi, terapi, atau pemeriksaan untuk memungkinkan
pelayanan.
F. Pengkajian keperawatan
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual
History Tool (Pulschalski, 1999) :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan
tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri
sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah
ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua
begini penting bagi saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasien yang mengkarakteristikan distress
spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
Perasaan ketika seseorang gagal
Perasaan tidak stabil
Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
Perasaan hampa
G. Diagnosa keperawatan
1. Resiko distress spiritual dibuktikan dengan sakit kronis
2. Distress spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis dibuktikan dengan
Mempertanyakan makna/tujuan hidupnya, Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang
bermakna, Merasa menderita/tidak berdaya, Tidak mampu beribadah, Marah pada
Tuhan, Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang, Mengeluh tidak dapat
menerima (kurang pasrah), Merasa bersalah, Merasa terasing, Menyatakan telah
diabaikan, Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin spiritual, Tidak
mampu berkreativitas (mis. Menyanyi, mendengarkan musik, menulis), Koping tidak
efektif, Tidak berminat pada alam/literatur spiritual.
H. Rencana keperawatan
Keperawatan, J. (2019, April 09). Laporan Pendahuluan Distres Spiritual, 30. Retrieved
Februari 05, 2021, from https://jurnalis-perawat.blogspot.com/2019/04/laporan-
pendahuluan-lp-distres-spiritual.html?m=1
Lubis, A. M. (2019). ASKEP Distres Spiritual, 20. Retrieved Februari 04, 2021, from
https://www.scribd.com/doc/240352033/ASKEP-Distres-Spiritual-docx
Perawat, J. (2019, April 10). Konsep LP dan Askep Distress Spiritual , 25. Retrieved Februari 05,
2021, from https://jurnalis-perawat.blogspot.com/2019/04/konsep-lp-dan-askep-distress-
spiritual.html
Tria, S. (n.d.). Laporan Pendahuluan Spiritual. Retrieved Februari 04, 2021, from
https://www.scribd.com/document/330988838/LP-Dan-Askep-Distress-Spiritual-FIX