Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Korban Kekerasan dalam

Rumah Tangga

Disusun Oleh:

Nama: Norlailan Hayati


NPM : 2214201210290

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kekerasan terhadap perempuan saat ini masih menjadi isu yang sangat penting,
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kekerasan bisa mengenai beberapa
aspek kehidupan biologis, psikologis, social, ekonomi, pendidikan. Sehingga bisa
menghambat keterlibatan perempuan dalam kehidupan social, ekonomi, dan
pendidikan.

Menurut data komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap perempuan angka


kekerasan terhadap perempuan tiap tahun mengalami peningkatan, 105.103 kasus
kekerasan terhadap perempuan ditahun 2010 dan di tahun 2011 menurun.

B. TUJUAN
Adapun tujuan penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui
tentang kekerasan pada perempuan pengertian, faktor – faktor penyebabnya,
bentuk – bentuk, pencegahan, dampak, penatalaksanaan dan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Kekerasan pada perempuan adalah setiap tindakan kekerasan yang dilakukan
terhadap perempuan yang berakibat atau kecenderungan yang mengakibatkan
kerugian atau penderitaan fisik, seksual atau psikologis, termasuk
ancaman,pemaksaan maupun secara sengaja mengkungkung kebebasan
perempuan, baik perempuan dewasa, anak perempuan maupun remaja(komnas
perempuan (2019).
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau pnderitaan
secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (menurut undang –undang
RI no .23 tahun 2018).
Bentuk penganiayaan bisa berupa:
1. Fisik.
2. Emosional dan psikologis yang ditandai dengan intimidasi dan serangan
terhadap harga diri.
3. Seksual.
4. Sosial ditandai dengan seseorang dikontrol, dipengaruhi, diisolasi dalam
hubungannya dengan keluarga dan jaringan sosial oleh pasangannya.

B. ETIOLOGI
Etiologi Ada 2 faktor :
1. Faktor internal korban: disebabkan oleh korban itu sendiri.
a. Sikap provokatif korban
Sikap korban yang dengan sengaja maupun tidak membuat pelaku marah.
Contoh: pecemburu, suka ngomel, pengabaian pengurusan rumah tangga,
penuntut, suka bertengkar, kurang menghargai suami, ketergantungan dan
berpegang pada tradisi atau adat.
b. Faktor eksternal korban
1) Sifat pribadi pelaku.
Contohnya: jiwa terganggu, perassaan tertekan, kurang percaya diri,
skizofrenia, pencemburu, sensitive.
2) Tekanan hidup.
Contohnya: akibat adanya konflik, beratnya penderitaan perkawinan,
tidak mempunyai pekerjaan, merassa lebih lemah dari istri 3)
Ketimpangan gender dan social.
Laki –laki merasa lebih istimewa dibanding perempuan, merasa lebih
berharga, lebih tinggi peran dan kedudukannya. Wanita sering
dipandang fungsinya hanya mengurus rumah tangga dan merawat
anak.
4) Masalah keuangan.
Sering kali wanita menuntut lebih banyak kepada suaminya,
sedangkan suaminya tidak mampu memenuhinya.

5) Budaya paternalistic yang kuat dan pemahaman budaya yang salah.


Budaya paternalistic menganggap kaum laki-laki sebagai pemegang
kekuasaaan sehingga terjadi diskriminasi pada wanita, pemahaman
budaya yang salah bahwa wanita adalah milik suami, harus memenuhi
semua keinginan suami, bahwa laki –laki lebih berkuasa.
FAKTOR PRESDIPOSISI

FAKTOR INTERNAL KORBAN FAKTOR EXTERNAL KORBAN

KEKERASAN PADA KORBAN

TRAUMA FISIK GANGGUAN SEXSUAL TRAUMA PSIKOLOGIS


DAN GANGGUAN
LUKA PADA TUBUH
KESEHATAN
DAN ALAT
REPRODUKSI
DX 3.KECEMASAN SUSAH MAKAN, SUSAH
MEKANISME KOPING
TIDUR
KECACATAN YANG TIDAK EFEKTIF
PERMANEN
DX.5 RISIKO DX.6
GANGGUAN MENTAL NUTRISI KURANG GANGGUAN
DX 2 .GANGGUAN CITRA
DARI POLA TIDUR
TUBUH
KEBUTUHAN

DX 1. ISOLASI SOSIAL DX 7 . RISIKO HARGA DIRI Dx.4 DEFISIT PERAWATAN


RENDAH DIRI
C. Patofisiologi
D. DAMPAK
Pada wanita muda dan dewasa adalah perasaan rendah diri, malu, pasif, gangguan
mental, gangguan kesehatan seksual, hilangnya gairah seksual, menderita rasa
sakit secara fisik, susah makan , susah tidur. Pada anak akan berkembang perilaku
agresif, pendendam, mimpi buruk, ketakutan, gangguan kesehatan, ada nya rasa
sakit berupa luka dan kecacatan.

E. PENATALAKSANAAN
1. Pendekatan individu.
Dengan cara menambah pemahaman agama.
2. Pendekatan social.
Melingkupi pendekatan partisipasi masyarakat dalam melporkan kejadian dan
waspada setiap tindakan kekerasan pada perempuan.
3. Pendekatan medis.
Untuk memberikan pelayanan dan perawatan baik secara fisik atau kejiwaan.
4. Pendekatan hukum.
Tentunya yang bertanggung jawab masalah ini adalah pemerintah untuk selalu
mencari, menanggapi secara sigap terhadap setiap laporan atau penemuan
kasus kekerasan dan kejahatan serta menghukumnya dengan ketentuan hukum
yang berlaku.

F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kecemasan
Perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, menarik diri.
b. Stresor pencetus
Stresor berasal dari sumber external dan internal
c. Mekanisme koping
Tingkat kecemasan seseorang dapat menimbulkan 2 mekanisme koping.
d. Gangguan tidur

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan interaksi social Tujuan:

1) Pasien mau berinteraksi dengan teman dekat,tetangga,anggota


keluarga dan anggota kelompok.
2) Pasien berpartisipasi dalam kegiatan organisasi secara sukarela.
Intervensi:
1) Identifikasi bersama pasien faktor –faktor yang mempengaruhi
perasaan isolasi social.
2) Kurangi stigma isolasi dengan menghormati martabat pasien.
3) Membantu pasien menggali dan memahami gagasan, perasaan,
motivasi, dan perilaku pasien.
4) Memfasilitasi dukungan untuk pasien dari keluarga ,teman dan
komunitas.
5) Beri umpan balik tentang peningkatan dalam perawatan penampilan
diri atau aktivitas lain.
6) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan ,seperti pergi jalan –jalan.

b. Gangguan citra tubuh Tujuan /kriteria hasil:


1) Pasien merasa puas terhadap penampilan danfungsi.
2) Pasien mau menyentuh bagiann tubuh yang mengalami gangguan.
Intervensi:
1) Kaji respon verbal dan non verbal pasien terhadap tubuh pasien.
2) Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan.
3) Dukung mekanisme koping yang biasa digunakan.
4) Pantau frekuensi pernyataan kritik diri.
5) Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kekuatan dan
mengenali keterbatasan mereka.
6) Beri perawatan dengan cara tidak menghakimi, jaga privasi, dan
martabat pasien.
7) Bantu pasien dan keluarga untuk secara bertahap menjadi terbiasa
dengan perubahan pada tubuhnya.

c. Kecemasan
Tujuan /kriteria hasil:
1) Kecemasan pasien berkurang dibuktikan dengan pasien dapat
menunjukkan pengendalian diri.
2) Pasien mampu mengidentifikasi gejala yang merupakan indicator
kecemasan pasien sendiri.
3) Pasien mampu meneruskan aktivitas meskipun dalam kecemasan.
Intervensi:
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien termasuk
reaksi fisik.
2) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal
dan non verbal pikiran dan perasaan untuk mengekternalisasikan
kecemasan.
3) Sediakan pengalihan melalui televisi atau radio, permainan,
okupasi untuk menurunkan kecemasan.
4) Beri penguatan positif ketika pasien maampu aktivitas meskipun
dalam kecemasan.
5) Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan
lingkungann yang tenang.
6) Dampingi pasien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi
rasa takut.
d. Defisit perawatan diri: hygiene diri.
Tujuan/kriteria hasil:
1) Pasien melakukan aktivitas perawatan diri.
2) Pasien mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan
tubuh dan hygiene oral.
Intervensi :
1) Kaji kondisi kebersihan tubuh pasien.
2) Dukung pasien untuk mengatur langkahnya sendiri selama perawatan
diri.

3) Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.


4) Beri bantuan perawatan diri pasien bila pasien belum mampu mandiri.

e. Gangguan pola tidur b.d depresi Tujuan :


1) Pasien dapat tidur minimal 5 jam dalam 24 jam, tidur nyenyak, waktu
tidurnya teratur, waktu bangun tidur pasien merasa badannya segar
Intervensi:
1) Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor –faktor fisik
ataupun psikologis yang menyebabkan tidur terganggu.
2) Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur malam, ciptakan
lingkungan yang aman dan tenang.
3) Anjurkan pasien untuk mandi dengan air hangat di sore hari.
4) Ajarkan pasien untuk menghindari makanan dan minum saat akan
tidur yang dapat mengganggu tidur.
5) Fasilitasi untuk mempertahankan rutinitas sebelum tidur seperti baca
buku.
6) Kolaborasi dengan tim medis penggunaan obat tidur .
f. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake
kurang Tujuan:
1) Pasien memperlihatkan selera makan.
2) Pasien mengatakan mau mematuhi anjuran untuk makan sesuai diit.
Intervensi:
1) Kaji faktor yang menyebabkan kehilangan nafsu makan.
2) Kaji makanan kesukaan pasien.
3) Berikan informasi yang tepat tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
4) menyediakan makanan kesukaan pasien.
5) Beri lingkungan yang nyaman saat makan.
6) Berikan umpan balik positif kepada pasien yang bmenunjukkan
peningkatan selera makan.

g. Risiko harga diri rendah Tujuan /kriteria hasil:


1) Pasien dapat mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.
2) Pasien mampu melatih perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya
diri.
Intervensi:
1) Pantau penyataan pasien tentang harga dirinya.
2) Bantu pasien mengkaji kembali persepsi negative tentang dirinya.
3) Bantu pasien mengidentifikasi respons positif dari orang lain.
4) Beri penguatan atas kekuatan diri yang diidentifikasi oleh pasien.
5) Fasilitasi lingkungan dan aktiftas yang dapat meningkatkan harga diri.
6) Beri pujian atas kemajuan pasien dalam mencapai tujuan.
7) Kolaborasi dengan orang pembimbing agama.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas “Asuhan Keperawatan pada klien Ny. T dengan
KDRT”. Sesuai dengan proses keperawatan yang terdiri dari lima tahap yaitu:
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dengan data yang didapat sebagai berikut:

1. Identitas Klien
Klien bernama Ny. T usia 43 tahun, suami Tn. usia 48 tahun, jenis kelamin
perempuan, menikah, agama Islam, suku bangsa jawa, bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah Bahasa Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, sumber
informasi dari klien dan keluarga.
2. Resume
Ny. T memiliki 2 anak, anak pertama berusia 16 tahun dan anak kedua berusia
12 tahun. Ny. T mengeluh sering dipukuli, dibanting dan dibenturkan ke
tembok oleh suaminya sejak suaminya berselingkuh. Ny. T hanya diberi uang
belanja Rp 20.000/hari untuk semua urusan kebutuhan rumah tangga dan uang
sekolah serta jajan anak-anak. Ny. T mengatakan suaminya lebih sering
nongkrong di luar rumah dan mentraktir teman-temannya. Sebelumnya Ny. T
bekerja tetapi suaminya menyruhnya untuk berhenti bekerja dengan alasan
suaminya mampu menafkahi keluarga, suami termasuk dari keluarga yang
religius sehinnga ia menyuruh istrinya untuk mengurusi tugas di rumah.
Suami Ny. T sering melakukan KDRT di depan anak-anak mereka, terkadang
suami Ny. T mengancam akan membunuh Ny. T dan anak-anaknya jika ada
yang mengadu ke orang lain, baik ke keluarga suami atau keluarga istri.
Tampak luka di bibir bengkak, pelipis memar, kuku jari kelingking hampir
lepas karena dibanting dibanting dari atas tempat tidur lalu ditendang dan
diseret ke kamar mandi. Ny. T diantarkan ke rmuah saudaranya setelah
diketahui Ny. T mengalami KDRT.
Sekarang Ny. T sudah menikah lagi dan hidup bahagia dengan suami barunya.
Namun, Ny. T dan anak-anaknya masih mengalami trauma yang mendalam
akibat KDRT yang pernah dialami.

3. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien sekarang sudah menikah lagi, klien sekarang hidup bahagia dengan
suami barunya. Namun, klien dan anak-anaknya mengalami trauma yang
mendalam akibat KDRT yang pernah dialami.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengeluh sering dipukuli, dibanting dan dibenturkan ke tembok
oleh suaminya sejak suaminya berselingkuh. Suaminya sering melakukan
KDRT di depan anak-anak mereka, terkadang suaminya mengancam akan
membunuh klien dan anak-anaknya jika ada yang mengadu ke orang lain,
baik ke keluarga suami atau keluarga istri. Tampak klien luka di bibir
bengkak, pelipis memar, kuku jari kelingking hampir lepas karena
dibanting dibanting dari atas tempat tidur lalu ditendang dan diseret ke
kamar mandi.
c. Riwayat psikososial dan spiritual
Klien dan anak-anaknya tidak berani mengatakan jika klien mengalami
KDRT karena telah diancam akan dibunuh jika mengadu. Klien dan
anakanaknya mengalami trauma yang mendalam akibat KDRT tersebut.
Aktivitas agama yang dilakukan klien yaitu sholat.
4. Pengkajian fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Klien mengalami luka di bibir hingga bengkak, pelipis memar dan jari
kelingking hampir lepas.
5. Data focus
Berdasarkan analisa yang dilakukan, didapatkan data subyektif: klien
mengeluh sering dipukuli, dibanting dan dibenturkan ke tembok oleh
suaminya sejak suaminya berselingkuh. Klien hanya diberi uang belanja
Rp 20.000/hari untuk semua urusan kebutuhan rumah tangga dan uang
sekolah serta jajan anak-anak. Suaminya sering melakukan KDRT di
depan anakanak mereka, terkadang suaminya mengancam akan
membunuh klien dan anak-anaknya jika ada yang mengadu ke orang lain,
baik ke keluarga suami atau keluarga istri, klien mengatakan takut untuk
memberitahukan KDRT yang dialaminya karna diancam. Klien
mengatakan ia dan anak-anaknya mengalami trauma yang mendalam
akibat KDRT yang pernah dialami, klien mengatakan takut kejadian
sebelumnya terulang kembali.

Data obyektif yang didpat yaitu: tampak klien luka di bibir bengkak,
pelipis memar, kuku jari kelingking hampir lepas karena dibanting
dibanting dari atas tempat tidur lalu ditendang dan diseret ke kamar
mandi.

6. Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1. Data subyektif: Cedera Trauma fisik
- Klien mengeluh
sering dipukuli,
dibanting dan
dibenturkan ke
tembok oleh
suaminya sejak
suaminya
berselingkuh..

Data obyektif:
- Tampak klien luka di
bibir bengkak,
pelipis memar, kuku
jari kelingking
hampir lepas karena
dibanting dibanting
dari atas tempat tidur
lalu ditendang dan
diseret ke kamar
mandi.
2. Data subyektif: Ketakutan Bahaya fisik,
- Klien mengatakan
ancaman
suaminya sering
melakukan KDRT di
depan anak-anak
mereka, terkadang
suaminya
mengancam akan
membunuh klien dan
anak-anaknya jika
ada yang mengadu
ke orang lain, baik ke
keluarga suami atau
keluarga istri.
- Klien mengatakan
takut untuk
memberitahukan
KDRT yang
dialaminya karena
diancam.

3. Data subyekif: Kecemasan Trauma psikologis


- Klien mengatakan ia
dan anak-anaknya
mengalami trauma
yang mendalam
akibat KDRT yang
pernah dialami.
- Klien mengatakan
takut kejadian
sebelumnya terulang
kembali.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Cedera berhubungan dengan trauma fisik.
2. Ketakutan berhubungan dengan bahaya fisik, ancaman.
3. Kecemasan berhubungan dengan trauma psikologis.
C. Intervensi Keperawatan
1. Cedera berhubungan dengan trauma fisik.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak lagi mengalami
cedera.
Kriteria hasil:
a. Klien mengatakan tidak mengalami KDRT.
b. Tampak klien luka cedera klien sembuh.
Intervensi keperawatan:
a. Anjurkan individu untuk meminta bantuan orang lain jika
mengalami KDRT.
b. Berikan klien mendapatkan pengobatan secara adekuat.

2. Ketakutan berhubungan dengan bahaya fisik, ancaman.


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami
ketakutan. Kriteria hasil:
a. Klien mampu memberitahu/menceritakan kepada orang lain.
b. Klien tidak takut memberitahu KDRT yang dialami klien kepada orang
lain.
Intervensi keperawatan:
a. Bicara secara perlahan dan tenang.
b. Dorong klien untuk menceritakan masalahnya.
c. Ciptakan suasana yang tidak mengancam secara emosional.
d. Dampingi pasien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi rasa
takut.
e. Berikan klien perlindungan.

3. Kecemasan berhubungan dengan trauma psikologis.


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien kecemasan klien
teratasi Kriteria hasil:
a. Kecemasan pasien berkurang dibuktikan dengan pasien dapat
menunjukkan pengendalian diri.
b. Pasien mampu mengidentifikasi gejala yang merupakan indicator
kecemasan pasien sendiri.
c. Pasien mampu meneruskan aktivitas meskipun dalam kecemasan.
Intervensi keperawatan:
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi fisik.
b. Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal dan
non verbal pikiran dan perasaan untuk mengekternalisasikan
kecemasan.
c. Sediakan pengalihan melalui televisi atau radio, permainan, okupasi
untuk menurunkan kecemasan.
d. Beri penguatan positif ketika pasien maampu aktivitas meskipun dalam
kecemasan.
e. Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungann
yang tenang.
f. Dampingi pasien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi rasa
takut.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian yang sudah di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap
perempuan berdampak besar terhadap pertumbuhan ,perkembangan ,kesehatan
fisik maupun psikologis,interaksi social.Sehingga dapat menurunkan kualitas
hidup perempuan.

B. SARAN
Melihat uraian dan kenyataan dimasyarakat maka seharusnya pemerintah semakin
menggalakkan program aktif dan nyata untuk upaya promotif ,preventif,maupun
kuratif .Selain itu diperlukan perlindungan hukum yang jelas dan sah serta
pengawasan yang tepat sehingga hukum benar – benar melindungi korban .Untuk
mencapai hasil yang maksimal maka perlu meningkatkan kerjasama yang
sinergis antara para profesinal yang terlibat, , pemerintah,serta peran aktif
keluarga korban dan masyarakat .
DAFTAR PUSTAKA

Wilkison, J.M. (2016). Diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA-I, intervensi NIC,


hasil NOC. Edisi 10. (penerjemah Esty Wahyuningsih). Jakarta: EGC

Carpenito, L.J & Moyet. (2013). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 13.
(penerjemah Fruriolina Ariani & Estu Tiar). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai