Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
KORBAN PEMERKOSAAN DAN KDRT

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Ainul Lutfi (20142010098)
Tri Martian Ariesta (20142010094)
Muwirotus Sholihah (20142010089)
Yuliani (20142010096)
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Maraknya pemberitaan di media massa mengenai
kekerasan seksual terhadap anak cukup membuat
masyarakat terkejut. Kasus kekerasan seksual
terhadap anak masih menjadi fenomena gunung es.
Hal ini disebabkan kebanyakan anak yang menjadi
korban kekerasan seksual enggan melapor. Karena itu,
sebagai orang tua harus dapat mengenali tanda -
tanda anak yang mengalami kekerasan seksual.
BAB II
PEMBAHASAN
 Definisi Pemerkosaan Pada Anak
Pemerkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapare
yang berarti mencari, memaksa, merampas atau
membawa pergi. Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk
melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang
laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai
melanggar menurut moral dan hukum.
Kekerasan seksual (sexual abuse) merupakan jenis
penganiayaan yang biasanya dibagi dalam kategori
berdasar identitas pelaku terdiri dari:

 Familial Abuse
Incest merupakan sexual abuse yang masih dalam
hubungan darah, menjadi bagian dalam keluarga
inti.
 Extrafamilial Abuse

Extrafamilial Abuse, dilakukan oleh orang lain di


luar keluarga korban, dan hanya 40% yang
melaporkan peristiwa kekerasan.
FAKTOR - FAKTOR TERJADINYA PERKOSAAN
Perkosaan terjadi karena berbagai jenis sebab.
Umumnya dapat dibedakan dalam dua jenis yang berbeda :
 faktor internal (yang berasal dari korban sendiri)
 faktor eksternal (yang berasal dari luar diri korban
perkosaan).

Efek Kekerasan Seksual


Kebanyakan korban perkosaan merasakan kriteria
psychological disorder yang disebut post-traumatic stress
disorder (PTSD), simtom-simtomnya berupa ketakutan yang
intens terjadi, kecemasan yang tinggi, emosi yang kaku
setelah peristiwa traumatis.
Empat jenis dari efek trauma akibat kekerasan seksual,
yaitu:
 Betrayal (penghianatan)
 Traumatic sexualization (trauma secara seksual)

 Powerlessness (merasa tidak berdaya)


 Stigmatization

Konsekuensi dari kekerasan seksual


1. Kehamilan dan komplikasi ginekologis
2. Penyakit-penyakit menular seksual
3. Kesehatan mental
4. Pengasingan sosial
KORBAN KDRT
 Definisi Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Perilaku kekerasan dalam keluarga lebih sering


berbentuk kekerasan dalam keluarga atau rumah tangga
(KDRT). Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, kekerasan
dalam rumah tangga adalah segala bentuk, baik kekerasan
secara fisik, secara psikis, kekerasan seksual, maupun
ekonomi yang pada intinya mengakibatkan penderitaan,
baik penderitaan yang secara kemudian memberikan
dampak korban menjadi sangat trauma atau mengalami
penderitaan secara psikis.
Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan Dalam Keluarga
a.Biologi
Perubahan sistem limbik otak dan neurotransmitter
menyebabkan individu tidak mampu mengendalikan
perilaku agresifnya.
b.Psikologi
Keggalan, frustasi, ketidakpuasan, pernah jadi
korban, saksi, atau pelaku kekerasan.
c.Sosial budaya
Adanya perilaku agresif yang dapat memenuhi
kebutuhan akan cenderung diulang dalam cara
penyelesaian masalah.
d.Lingkup Kekerasan dalam Rumah Tangga
Pertama: hubungan keturunan darah.
Kedua : hubungan suami istri.
Ketiga : hubungan bekerja di dalam keluarga
e.Klasifikasi Kekerasan dalam Rumah Tangga
 Kekerasan antarorang dewasa.
 Kekerasan orang dewasa dengan anak.
 Kekerasan orang dewasa dengan lansia.

Jenis Kekerasan
a.Aniaya fisik (physical abuse)
Contoh aniaya fisik adalah anak menjatuhkan gelas yang
ada di meja, maka dihukum dengan memukul tangan
anak atau anak disiram air.
b. Pengabaian (Child Neglect)
Pengabaian perawatan dan asuhan sehingga anak tidak
mendapatkan pemenuhan kebutuhan sesuai dengan
tingkat perkembangannya dan menurunkan
kesejahteraan anak. Contohnya adalah gagal
menciptakan lingkungan belajar yang nyaman.
d.Aniaya emosi (emotional maltreatment)
Perlakuan emosional yang salah dari orang tua
dan berdampak pada kerusakan emosi pada anak
sepanjang masa. Contohnya adalah penolakan,
tidak peduli, menyalahkan dengan kata-kata yang
menyakitkan (misal, bodoh, anjing), mengisolasi
anak, dan disiplin dengan peraturan yang tidak
konsisten.

e.Aniaya seksual (sexual abuse)


Aktivitas seksual yang dilakukan orang dewasa kepada
anak. Contohnya, rangsangan seksual, eksploitasi
kegiatan seksual, prostitusi, dan pornografi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
 Asuhan Keperawatan Pada Anak Korban Pemerkosaan
A. Pengkajian
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk
mengatasi kecemasan . Setiap melakukan pengkajian,tulis
tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian
meliputi:
 Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status
perkawinan, agama, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, dan alamat klien.
 Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang
lain)
 Faktor predisposis

Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya, perasaan malu


karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan)
 Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, suhu,


pernapasan , tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
 Aspek Psikososial

Genogram yang menggambarkan tiga generasi


Konsep diri :
a.Citra tubuh d.Ideal diri
b.Identitas diri e.Harga diri
c.Peran
 Status Mental
Kontak mata klien berkurang atau tidak dapat
mepertahankan kontak mata dengan lawan bicara, tidak
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri
 Kebutuhan persiapan pulang

a.Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan


b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan diri dan merapikan
pakaian.
c. Pada observasi mandi : bagaimana cara mandi,
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku dan cara
berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat
beraktivitas didalam dan diluar rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan
dengan benar
f. Klien mampu mengatur aktivitas sehari-hari didalam
rumah (misal membantu orang tua melakukan
aktivitas dirumah, berinteraksi dengan saudara
dirumah)
g. Klien mampu melalukan aktivitas sehari-hari diluar
rumah (misal bermain dengan teman-teman sebaya,
berinteraksi dengan teman-teman sebaya)

 Mekanisme Koping
Klien tidak mau menceritakan masalanya dengan
orang lain dikarenakan takut apabila masalahnya akan
membuat klien lebih tidak bisa menerima kenyataan.
 Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi
farmakologi dan rehabilitas

B. Masalah Keperawatan
1.Sindrom Trauma Perkosaan
Respons maladaptive terus-menerus terhadap
kekerasan hubungan seksual secara paksa yang
bertentangan dengan keinginan dan persetujuan
korban.
2. Ketakutan
Respons terhadap persepsi ancaman yang secara
sadar dikenali sebagai sebuah bahaya
C. Strategi Pelaksanaan
1. Pasien
2. Keluarga

D. Evaluasi
 Diagnosa : Sindrom Trauma Perkosaan
 Tujuan Umum: Klien dapat berinteraksi dengan orang
lain
 Tujuan Khusus: Klien dapat membina hubungan
saling percaya dengan orang lain
 Asuhan Keperawatan Pada Korban KDRT

A. Pengkajian
1.Identifikasi Hasil
 Kecemasan

Pasien akan menunjukkan cara adaptif dalam mengatasi


stress
 Gangguan tidur

Pasien akan mengekspresikan perasaannya secara verbal


daripada melalui perkembangan gejala-gejala fisik.
 Gangguan seksual

Pasien akan mencapai tingkat maksimal respons seksual


yang adaptif untuk meningkatkan atau mempertahankan
kesehatan.
2. Perencanaan
 Kecemasan

Pasien harus mengembangkan kapasitasnya untuk


mentoleransi ansietas.
 Gangguan tidur

Penyuluhan untuk pasien tentang strategi koping yang


adaptif.
3. Implementasi
 Kecemasan
 Gangguan tidur
 Gangguan Seksual

4. Evaluasi
 Kecemasan
 Gangguan tidur
 Gangguan seksual
Diagnosa keperawatan
1.Ketakutan
Respon terhadap persepsi ncaman, yang secara sadar
dikenali sebagai sebuah bahaya.
2.Sindrom Pasca Trauma.
Rentan mengalami respon maladaptive yang terus
menerus terhadap peristiwa traumatis dan memilukan
3.Ansietas
Perasaan tidak nyaman kekhawatiran yang samar
disertai respons otonom; perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
TERIMAKASIH . . . . . . . .

Anda mungkin juga menyukai