Anda di halaman 1dari 25

Departemen Keperawatan Jiwa

Stikes Panakkukang Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Oleh :
AMELIA SARON OHOILULIN
19.04.030

CI. LAHAN CI. INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PRODI PROFESI NERS
T.A 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP MEDIS RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan

1. PENGERTIAN
perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2011).
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang memperlihatkan individu
tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual kepada orang lain
(Herdman, 2012)
Stuart dan Laraia (2012), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari
marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan
terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini
dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan
kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak
mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).
Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan:
a) Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b) Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan
tidak tercapai, tidak puas).
c) Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.

2. PROSES TERJADINYA PERILAKU KEKERASAN


Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA.
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
dari akumulasi frustrasi. Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat, seperti kesehatan fisik yang
terganggu, hubungan social yang terganggu. Salah satu kebutuhan manusia adalah
“berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosio kultural
Fungsi dan hubungan sosial yang terganggu disertai lingkungan sosial yang
mengancam kebutuhan individu, yang mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mempengaruhi individu untuk
berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
melalui proses sosialisasi (social learning theory), merupakan proses meniru dari
lingkungan yang menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan
masalah.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan pada setiap
individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang yang lain.Stresor tersebut
dapat merupakan penyebab yang bersifat faktor eksternal maupun internal dari
individu.
Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan kehilangan
dan kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan, dan kehilangan orang yang
dicintai), kekhawatiran terhadap penyakit fisik.
Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang berubah seperti
serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina, lingkungan yang
terlalu ribut, atau putusnya hubungan sosial/ kerja/ sekolah.
3. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan didukung
dengan hasil observasi.
a. Data Subjektif:
1) Ungkapan berupa ancaman
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/ melukai
b. Data Objektif:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mondar mandir
h. Melempar atau memukul benda/orang lain

4. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain, dan lingkungan

Perilaku kekerasan Perubahan persepsi


sensori : halusinasi

Regimen terapeutik Harga diri rendah Isolasi sosial :


inefektif kronis menarik diri

Koping keluarga Berduka disfungsional


inefektif

Pohon Masalah Perilaku Kekerasan Sumber Fitria.2009 dikutip dari direja surya AH.2011

5. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Perilaku kekerasan
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d. Harga diri rendah kronis
e. Isolasi social
f. Berduka disfungsional
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
h. Koping keluarga inefektif

B. PROSES KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN


1. Pengkajian Risiko Perilaku Kekerasan
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga
(pelaku rawat).
Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan wawancara melalui
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa penyebab perasaan marah?
b. Apa yang dirasakan saat terjadi kejadian/penyebab marah?
c. Apa yang dilakukan saat marah?
d. Apa akibat dari cara marah yang dilakukan?
e. Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah hilang?
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah sebagai berikut:
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Mondar mandir
g. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Perilaku Kekerasan Subjektif :
 Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
 Klien mengatakan dendam dan jengkel
 Klien mengatakan ingin berkelahi
 Klien menyalahkan dan menuntut
 Klien meremehkan
Objektif :
 Mata melotot
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras

2. Diagnosis Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan


Langkah berikutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan
dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala yang diperoleh pada pengkajian. Berdasarkan
data-data tersebutdapatditegakkan diagnosis keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tindakan Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan, dilakukan
terhadap pasien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan
kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku rawat) terlebih dahulu sebelum
menemui pasien. Bersama keluarga (pelaku rawat), perawat mengidentifikasi masalah
yang dialami pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, perawat menemui pasien
untuk melakukan pengkajian dan melatih satu cara untuk mengatasi masalah yang dialami
pasien.
Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka, maka hal pertama yang dilatih
perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai
melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku rawat) dan melatih
keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang
telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh
perawat.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,
minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu
mengatasi resiko perilaku kekerasan.
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Risiko Perilaku Kekerasan
Tujuan: Pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menjelaskan penyebab marah
3) Menjelaskan perasaan saat terjadinya marah/perilaku kekerasan
4) Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah
5) Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan
6) Melatih kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan
7) Memakan obat secara teratur
8) Melatih bicara yang baik saat marah
9) Melatih kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah
Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:
a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b) Perkenalkan diri : nama, nama panggilan yang Perawat
sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien yang disukai
c) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d) Buat kontrak asuhan : apa yang Perawat akan lakukan
bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana
e) Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi
yang diperoleh untuk kepentingan terapi
f) Tunjukkan sikap empati
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah yang menyebabkan
perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.
3) Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara:
a) Verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a. Fisik: tarik nafas dalam, pukul kasur dan batal.
b. Patuh minum obat
c. Sosial/verbal: bicara yang baik: meminta, menolak dan mengungkapkan
perasaan
d. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien risiko perilaku kekerasan
Tujuan: Keluarga mampu:
1) Mengenal masalah risiko perilaku kekerasan
2) Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien
risiko perilaku kekerasan
3) Merawat pasien risiko perilaku kekerasandengan
mengajarkan dan mendampingi pasien melakukan kegiatan fisik, bicara yang baik,
minum obat teratur dan spiritual
4) Memodifikasi lingkungan yang konsusif agar pasien
mampu mengontrol perilaku kekerasan dan mengurangi stresor yang menimbulkan
perilaku kekerasan
5) Mengenal tanda kekambuhan, dan mencari pelayanan
kesehatan
Keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien
risiko perilaku kekerasan mengatasi masalahnya dapat meningkat.
Tindakan keperawatan kepada keluarga (pelaku rawat) :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
perilaku kekerasan/ risiko perilaku kekerasan.
3) Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan.
4) Membimbing keluarga merawat risiko perilaku kekerasan.
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung pasien untuk mengontrol emosinya.
6) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur.

C. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK


PASIEN PERILAKU KEKERASAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
f) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
4. Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Menjelaskan tujuan interaksi
4. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
c) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
4. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
5. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
d) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara :
1. Verbal
2. terhadap orang lain
3. terhadap diri sendiri
4. terhadap lingkungan
e) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
f) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
1. Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
2. Obat
3. Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
4. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
g) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
1. Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
2. Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
h) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
1. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
2. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
i) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
1. Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
2. Buat jadwal latihan sholat, berdoa
j) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :
1. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat,
dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum
obat
2. Susun jadwal minum obat secara teratur
k) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol perilaku kekerasan

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK


PASIEN PERILAKU KEKERASAN

Tindakan keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali


pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat mengontrol/mengendalikan
perilaku kekerasan. Pada masing-masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan
berdasarkan strategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut:

SP 1 Pasien: pengkajian dan latihan nafas dalam dan memukul kasur atau bantal

Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat
perilaku kekerasan yang dilakukan; jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat,
verbal, spiritual; latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik nafas dalam,
pukul kasur dan bantal; masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
Orientasi:
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Ekawati, panggil saya Eka saya mahasiswa
Keperawatan dari Stikes panakkukang makassar yang akan praktek disini selama 1 minggu.
Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak
di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang penyebab bapak marah, dan
bagaimana cara mengontrol rasa marah bapak. Berapa lama bapak mau kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau 30 menit? Setuju pak? Dimana sebaiknya kita duduk untuk
berbincang-bincang, pak?”
Kerja:
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apalagi penyebab yang lain? Samakah dengan yang
sekarang? O..iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak. Pada saat penyebab marah itu ada, seperti
bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan, apa yang bapak rasakan?”
(tunggu responpasien).
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal? Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak
memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya,
tentu tidak.Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-
piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik.
Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, bapak dapat melakukan: tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal. Mari kita coba
latihan tarik nafas dalam: berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.
Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali.
Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya”.
“Mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak
kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
bapak melakukannya”.
“Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur
dan bantal serta tarik nafas dalam? Baik pak ini jadwalnya, kapan bapak mau latihan tarik
nafas dalam dan memukul bantal atau kasur. Jika bapak melakukannya coret disini ya pak”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang tentang perasaan marah dan tadi
latihan cara menyalurkan marah?”
”Iya jadi ada 2 penyebab yang membuat bapak marah ........ (sebutkan) dan bapak rasakan .....
(sebutkan) dan yang bapak lakukan .... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan).
“Berapa tadi cara mengontrol marah jika perasaan marah bapak muncul? Baiklah bapak sudah
memasukkan kedua cara tadi ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak.. jadi kalau ada
keinginan marah, gunakan kedua cara tadi ya pak”.
“Besok lagi saya akan kembali dan kita latih cara mengontrol marah dengan patuh minum
obat. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 2 Pasien : latihan patuh minum obat

Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan melakukan tarik
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal, tanyakan manfaatnya dan beri pujian, latih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (jelaskan 6 benar: benar nama, benar jenis, benar
dosis, benar waktu, benar cara, kontinuitas minum obat dan dampak jika tidak kontinu
minum obat), masukkan pada jadwal kegiatan latihan fisik dan minum obat.

Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya minggu yang lalu sekarang saya datang lagi.
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat jadwalkegiatannya”.
“Apakah selama kita tidak bertemu ada hal yang membuat bapak marah?”
“Apa yang bapak lakukan untuk mengatasinya? Hasilnya bagaimana pak?”
“Wah, bagus sekali, bapak telah menerapkan cara mengontrol marah dengan cara tarik nafas dalam
dan ternyata perasaan marahnya jadi terkontrol”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara tentang pentingnya minum obat dan latihan tentang cara
minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah? Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut? Sekarang saya akan jelaskan
tentang pentingnya minum obat”.
Kerja:
“Bapak sudah dapat obat dari dokter puskesmas? Pak ini obatnya, bapak perlu minum obat ini
secara teratur agar pikirannya jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga
macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ, yang warna putih ini namanya THP, dan yang
merah jambu ini namanya HLP semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu. Bila bapak merasa mata berkunang-
kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak”
“Sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah benar
nama bapak tertulis disitu. Selain itu bapak perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu
atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara minum
obatnya. Bapak perlu secara teratur minum obat dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi
dengan dokter. Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol perasaan marah
dengan cara minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara minum obat yang benar”
“Bagus!Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? ........Betul ! sudah
ada 2 cara ya pak. “Jadwal minum obat telah kita buat tadi. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya”.
“Baik, seminggu lagi saya kembali untuk melihat sejauhmana bapak melaksanakan kegiatan
latihan fisik dan minum obat dengan teratur . Serta apakah hal tersebut dapat mencegah rasa marah.
Saya juga akan melatih bapak cara mengontrol perasaan marah dengan cara bicara yang baik.
Bapak mau jam berapa? Sampai jumpa”

SP 3 Pasien : latihan cara sosial atau verbal

Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan pasien melakukan
tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, makan obat dengan patuh dan benar, tanyakan
manfaatnya dan beri pujian, latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (tiga cara,
yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar), masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan fisik, minum obat, dan verbal .

Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Bagaimana
dengan minum obatnya sesuaikah dengan jadwalnya? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur dan obatnya diminum?”
“Apakah selama kita tidak bertemu ada hal yang membuat bapak merasa kesal?”
“Apa yang bapak lakukan untuk mengatasinya?”
“Lalu...bagaimana hasilnya pak?”
“Bagus sekali, marah bapak menjadi reda setelah dialihkan dengan memukul bantal”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah? Dimana
enaknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?”
Kerja:
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, yaitu :
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, tolong ambilkan saya air minum itu’. Coba bapak praktekkan.
Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan:
‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal, bapak
dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’
“Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
“Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali bapak dalam sehari mau latihan bicara
yang baik ?”
“Bisa kita buat jadwalnya? Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
makan, minta obat atau minta uang, dll. Begitu juga dengan latihan tarik nafas dalam, latihan pukul
bantal/kasur, dan jadwal minum obat tetap dilanjutkan seperti jadwal sebelumnya”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan
bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali, jangan lupa bapak latihan sesuai jadwal yang telah dibuat tadi, yaitu meminta,
menolak, dan mengungkapkan perasaan dengan cara baik. Juga latihan tarik nafas dalam, latihan
pukul bantal/kasur, dan jadwal minum obat bapak tetap lakukan sesuai jadwal ya…”
“Seminggu lagi saya akan kembali mengunjungi bapak ya! Bagaimana kalau waktunya seperti
sekarang ini saja, bapak setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan
cara ibadah, bapak setuju?”

SP 4 Pasien : latihan cara spiritual

Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan pasien melakukan
tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, makan obat dengan benar dan patuh, bicara yang
baik, tanyakan manfaatnya, beri pujian, latih mengontrol marah dengan cara spiritual (2
kegiatan), masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal dan
spiritual.
Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya datang lagi.
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal dan bicara yang
baik? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagaiamana obatnya, diminum
teratur?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mengontrol marah bapak yaitu dengan
ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang cara ibadah?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
Kerja:
“Coba bapak ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan” “Bagus”
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda
juga marahnya, rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”
(sesuai waktu ibadah sholat).
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah. Bapak
bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan atau ditambah dengan Dzikir”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak.
Jam berapa bapak akan sholat?Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ dzikir(sesuai kesepakatan
pasien)
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang keempat ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus! Coba bapak ulangi kembali
cara mengontrol perasaan marah dengan cara spiritual atau ibadah”.
“Bagus sekali pak! Saya harap bapak melakukan latihan sesuai dengan jadwal yang telah diisi tadi
dan menerapkan cara mengontrol perasaan marah jika bapak merasa ingin marah. Obatnya juga
tetap diminum sesuai jadwal”
“Minggu depan saya akan datang lagi, nanti kita bicarakan apakah empat cara mengontrol rasa
marah, yaitu dengan cara fisik: menarik nafas dalam dan memukul kasur atau bantal, patuh minum
obat yang sudah bapak dapat dari puskesmas, cara bicara yang baik, serta ibadah secara teratur
dapat mengontrol perasaan marah bapak?Saya akan lihat kemampuan bapak dalam melakukan
kegiatan yang sudah dibuat dalam jadwal ini, dan bagaimana perasaan bapak setelah
melakukannya. Mau jam berapa pak? Apakah seperti sekarang saja? Bagaimana kalau jam 10 ya?”
D. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK
KELUARGA PASIEN PERILAKU KEKERASAN

Latihan 1 untuk keluarga : cara merawat pasien dan latihan fisik 1

Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien, jelaskan pengertian, tanda
dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan (gunakan booklet), jelaskan cara
merawat perilaku kekerasan, latih satu cara merawat perilaku kekerasan: fisik 1,2, anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.

Orientasi:
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya suster .............., ibu bisa memanggil saya suster
....................... Saya perawat dari puskesmas Matraman, saya sedang melakukan kunjungan rumah.
Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” Saya mendapat informasi dari kader kesehatan bahwa
ibu sedang kebingungan dengan suami ibu yang marah-marah.”(Jika perawat belum pernah
bertemu keluarga pasien)
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan bapak marah, tanda-
tandanya dan cara mengatasinya?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Sekarang sekitar 10 menit saja dulu, setelah itu saya akan menemui bapak untuk menanyakan
tentang hal yang dialaminya serta melatih bapak mengatasi masalahnya. Kemudian saya kembali
akan menemui ibu”
“Tujuan pertemuan ini adalah agar ibu mengenal masalah yang dialami bapak dan dapat berlatih
cara merawat bapak”
“Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang, bu?”
Kerja:
“Coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan dalam merawat bapak?”
“Banyak hal yang dapat membuat seseorang marah seperti yang terjadi pada bapak, apa yang telah
keluarga lakukan untuk mengatasinya?”
“Oo… keluarga selama ini berusaha mengalah. Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi
bila tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan”.
“Bisakah ibu cerita apa saja yang biasanya membuat bapak marah? Bagaimana perilaku yang ibu
lihat? Apakah wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, dan bicaranya
kasar? Itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu apakah ia akan
melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga?”
“Baik bu, sekarang saya akan menemui bapak, setelah itu saya akan kembali menemui ibu”
(Percakapan dihentikan dulu, perawat menemui pasien, setelah melatih pasien, perawat kembali
melanjutkan percakapan dengan keluarga)
(percakapan lanjutan………)
“Saya telah berbicara dengan suami ibu. Suami ibu mengatakan yang menyebabkan ia marah dan
mengamuk adalah jika ia direndahkan. Yang dialami bapak adalah ketidakmampuan mengontrol
perasaan marahnya atau sering disebut dengan risiko perilaku kekerasan. Hal ini dapat diatasi
dengan cara melatih bapak mengontrol perasaan marahnya. Ini ada booklet tentang cara membantu
bapak mengatasi masalahnya. Mari kita lihat sama-sama”
“Perilaku kekerasan atau amuk merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang dialami. Bentuk
perilakunya berupa marah-marah dengan kata-kata kasar dan keras, merusak perabotan rumah
tangga, hingga upaya menciderai orang lain maupun diri sendiri. Nah…kalau pada bapak sendiri,
tanda-tanda yang mana saja yang ibu temukan?”
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan lupa jaga
jarak dan jauhkan benda-benda tajam darisekitar bapak seperti gelas, pisau. Jauhkan juga anak-
anak kecil dari bapak.”
“Kondisi yang dihadapi keluarga bisa berupa saat pasien sedang amuk, pasien telah mereda
amuknya, atau pasien akan mengamuk. Pada kondisi pasien akan mengamuk, keluarga dapat
membantu pasien agar tidak sampai mengamuk, dengan cara mengingatkan untuk melakukan cara
mengontrol marah yang telah diajarkan perawat”
“Saya sudah mengajarkan bapak bagaimana cara mengontrol rasa marahnya, yaitu dengan cara
fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur, dan sudah dibuat dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Jadi selain ibu sudah mengetahui apa itu marah, saya akan mengajarkan juga kepada ibu
latihan fisik, yaitu cara 1 dan 2 agar ibu dapat mengingatkan bapak untuk melakukannya ketika
bapak mulai marah-marah”
“Baik sekali ibu sudah mengerti dan tahu caranya, ibu nanti membantu bapak untuk melakukannya
sesuai jadwal yang sudah dibuat ya”
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya bu”.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Bagaimana latihan tarik nafas dalam dan pukul bantal atau kasur?”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk bapak latihan cara fisik ya bu”
“Minggu depan kita ketemu lagi dan akan melihat kemampuan bapak dalam melakukan kegiatan
sesuai jadwal serta saya akan menjelaskan cara yang kedua mengontrol marah bapak, yaitu dengan
cara patuh minum obat”

Latihan 2 untuk keluarga : latihan cara memberi minum obat

Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan pasien,


validasi kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien cara fisik1 dan 2, beri pujian,
jelaskan 6 benar cara memberikan obat, latih cara memberikan membimbing minum obat,
anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadwal dan memberi pujian.
Orientasi:
“Assalamualaikum Ibu, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya datang lagi.
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana bapak, apakah sudah melakukan latihan tarik nafas
dalam, pukul kasur bantal? Apa yang ibu lihat setelah bapak melakukan latihan secara teratur?
Coba kita lihat daftar kegiatan bapak”.
(Percakapan dihentikan dulu, perawat dan keluarga menemui pasien, setelah melatih pasien,
perawat kembali melanjutkan percakapan dengan keluarga)
(percakapan lanjutan………)
Kerja:
“Suami ibu sudah mendapat obat dari dokterpuskesmas dan bapak harus minum obat ini secara teratur agar pikirannya
jadi tenang, sehingga tidurnya juga tenang. Obatnya ada tiga macam ya bu, yang warnanya oranyenamanya CPZ, yang
putih ini namanya THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP semuanya ini harus diminum bapak 3 kali sehari jam
7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat bapak mengeluh mulutnya terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa
diberikan es batu untuk diisap-isap. Bila bapak mengeluh matanya berkunang-kunang, sebaiknya bapak disuruh
istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Sebelum minum obat ini, ibu bantu bapak untuk melihat dulu label di bungkus obat apakah benar nama bapak tertulis
disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja bapak harus minum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
benar?”
“Jangan pernah menghentikan minum obat bapak, sebelum berkonsultasi dengan dokter ya bu”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar untuk
mengontrol perasaan marah bapak?”
“Coba ibu sebutkan kembali cara minum obat yang benar”
“Bagus sekali, bu!”
“Baiklah bu, kita sudah bicara tentang cara mengontrol perasaan marah yang terjadi pada suami ibu
yaitu cara fisik dan patuh minum obat. Jangan lupa ibu untuk mengingatkan bapak agar dapat
melaksanakannya dengan teratur ya”.
“Bu, seminggu lagisaya kembali untuk melihat sejauhmana bapak melaksanakan kegiatan dan
apakah dapat mencegah rasa marah bapak. Serta kita akan melanjutkan bincang-bincang tentang
cara mengontrol marah yang ke 3 yaitu cara sosial atau verbal.Sampai jumpa”

Latihan 3 untuk keluarga : latihan cara sosial atau verbal

Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan pasien, validasi


kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik1,2, memberikan obat, beri pujian,
jelaskan mengontrol rasa marah dengan cara verbal atau sosial (meminta, menolak,
mengungkapkan perasaan), latih cara verbal/sosial, anjurkan membantu pasien melakukan
kegiatan/latihan sesuai jadwal dan memberi pujian.

Orientasi:
“Assalamualaikum Ibu, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya datang lagi.
Bagaimana bu, apakah bapak sudah melakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?
Bagaimana dengan minum obatnya? Apa yang ibu lihat setelah bapak melakukan latihan tersebut
secara teratur? Bagaimana kalau sekarang kita melanjutkan bincang-bincang tentang cara
mengontrol marah yang juga sudah diajarkan kepada bapak yaitu dengan cara bicara yang baik bila
sedang marah? Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut? Berapa lama ibu
bersedia bicara-bicara tentang mengontrol marah dengan cara verbal atau sosial?”
Kerja:
“Baik Bu, hari ini bapak akan berlatih bagaimana cara bicara yang baik yang dapat mengontrol
perasaan marah”.
“Sekarang saya akan menjelaskan tentang cara bicara yang baikbila bapak sedang marah. Ada tiga
caranya yaitu:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: “Bu, tolong ambilkan saya air minum itu”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan tidak ingin melakukannya, katakan: “Maaf
saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada pekerjaan”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal dapat
mengatakan: “Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”
“Sekarang, kita temui bapak bu ya...”
(Perawat bersama keluarga melatih cara mengontrol marah dengan cara bicara yang baik)
(percakapan lanjutan setelah melatih pasien cara bicara yang baik………)
“Demikian bu yang sudah diajarkan kepada bapak dalam mengatasi perasaan kesalnya. Tadi bapak
mengatakan akan berlatih cara bicara yang baik sesuai dengan jadwal yang telah disepakati tadi.
Ibu dapat membantu bapak mengatasi masalahnya dengan memberikan pujian setelah bapak
melakukan latihan sesuai jadwal dan membantu mengingatkan bapak jika ia lupa melakukan
kegiatannya. Begitu juga dengan jadwal latihan tarik nafas dalam dan jadwal minum obatnya…
tetap ibu pantau ya”
“Bagaimana bu…. ada yang ingin ditanyakan atau disampaikan?
Terminasi:
“Bagaimana perasaannya bu setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan
bicara yang baik?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah saya jelaskan tadi”
“Bagus sekali, sekarang mari kita lihat dalam jadwal kegiatan bapak. “Berapa kali disini bapak
latihan bicara yang baik?Jika bapak melakukannya jangan lupa dipuji ya bu”
“Seminggu lagi saya akan kembali mengunjungi ibu ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, bagaimana bu setuju? Nanti kita akan
membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah yang terjadi pada bapak yaitu dengan cara
ibadah”.

Latihan 4 untuk keluarga : latihan cara spritual

Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan pasien,


validasi kemampuan keluarga merawat/melatih pasien cara fisik 1 dan 2;kepatuhan minum
obat dan cara verbal/sosial; beri pujian; jelaskan mengontrol rasa marah dengan cara spiritual;
latih cara spiritual; jelaskan follow up ke Puskesmas; tanda kambuh, identifikasi kendala atau
kesulitan dalam melakukan kegiatan dan jelaskan cara mengontrol rasa marah pasien jika
sudah terjadi perilaku merusak diri dan atau lingkungan;latih cara pengekangandan proses
rujukan; anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan/latihan sesuai jadwal dan memberi
pujian
Orientasi:
“Assalamualaikum Ibu, sesuai dengan janji saya minggu yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana kabarnya bu, apakah bapaksudah melakukan kegiatan sesuai jadwal seperti latihan
tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?Bagaimana dengan minum obatnya? Juga apakah
melakukan latihan cara bicara yang baik dengan cara mengungkapkan, meminta atau menolak
dengan benar?”
“Mari kita lihat jadwal bapak, bagus ibu sudah membantu bapak untuk melakukannya. Bagaimana
keadaan bapak setelah teratur minum obat dan melakukan latihan nafas dalam, atau pukul bantal?
Sudahkah bapak melakukan cara bicara yang benar jika marah? Bagaimana hasilnya? Baik, sudah
banyak perubahan yang terjadi ya bu”
“Bagaimana kalau sekarang kita melanjutkan bincang-bincang tentang cara mengontrol marah
yang keempat yaitu dengan cara spiritual? Setelah itu kita sama-sama menemui bapak untuk
melatih cara mengontrol marah dengan cara spiritual. Dimana bu? Waktunya 20 menit bu ya?”
Kerja:
“Ibu coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan oleh suami ibu?”
“Nah, kalau ibu melihat bapak sedang marah dan mencoba langsung duduk dan tarik nafas dalam.
Jika belum reda juga marahnya sarankan bapak untuk merebahkan badan agar rileks. Jika tidak
reda juga, ajak bapak untuk ambil air wudhu kemudian sholat, bisa berjamaah dengan ibu”.
(Perawat bersama keluarga melatih cara mengontrol marah dengan cara spiritual)
(percakapan lanjutan setelah melatih pasien mengontrol emosi dengan cara spiritual………)
“Jadi selain Bapak sudah diajarkan cara fisik 1 dan 2, yaitu tarik nafas dan pukul kasur atau bantal,
patuh minum obat, dan mengungkapkan secara verbal, juga bisa melakukan sholat secara teratur
dan bisa juga cara ibadah yang lain seperti dzikir untuk meredakan kemarahannya”.
“Nanti ibu pantau dan ingatkan jadwal latihannya ya bu !...”
“Bu, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa marah adalah suatu perasaan yang wajar
tapi bila tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan, sehingga kita sudah membahas bagaimana cara-cara mengatasinya”.
“Jika bapak tidak lagi mau minum obat sesuai jadwal, ibu perlu segera membawa bapak ke
Puskesmas, sekalipun belum jadwalnya untuk kontrol. Bila bapak suatu saat terlihat marah dan
mengamuk dan tidak bisa lagi diingatkan untuk mengontrol marah seperti yang telah diajarkan,
maka segera bawa ke puskesmas, setelah sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga).
Jangan lupa minta bantuan orang lain saat mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti
bapak dan dijelaskan alasan mengikat yaitu agar bapak tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan”
“Nah bu, kita sudah bincang-bincang tentang apa yang harus suami ibu lakukan bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadwal latihan cara
mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan minum obat teratur”.
“Jika bapak marah sudah sampai memukul atau merusak barang segera hubungi saya di
puskesmasatau di nomor ini 0814xxxxxxx, karena dalam kondisi seperti itu bapak sudah butuh
bantuan lebih lanjut. Jika nanti kondisi bapak tidak dapat diatasi di puskesmas, maka kami akan
merujuk ke Rumah Sakit Umum yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa atau langsung ke
Rumah Sakit Jiwa”.
Terminasi:
“Bagaimana bu perasaannya setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang keempat ini?”
“Coba ibu sebutkan kembali kondisi-kondisi bapak yang perlu segera dilaporkan?”
“Ya… bagus sekali”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang dapat dilakukan oleh suami ibu?”
“Bagus. Mari kita lihat jadwal kegiatan bapak, jam berapa bapak akan sholat? Sudah bagus ya Bu.
Jangan lupa ibu memujinya, jika bapak melakukann ibadah sesuai jadwal”
“Selasa depan saya akan datang, nanti kita bicarakan kemampuan bapak yang telah dilatih selama
ini dan apakah bapak (suami ibu) sudah mampumengontrol rasa marahnya, bersedia jam berapa
Bu? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”

DAFTAR PUSTAKA

Direja .Surya. A.H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Medikal Book :Yokyakarta

Keliat. B.A. 2011. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.

Stuart, GW. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Stuart, Sudden, 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi
3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai