Oleh :
AMELIA SARON OHOILULIN
19.04.030
( ) ( )
A. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan
1. PENGERTIAN
perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2011).
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang memperlihatkan individu
tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual kepada orang lain
(Herdman, 2012)
Stuart dan Laraia (2012), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari
marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan
terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini
dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan
kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak
mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).
Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan:
a) Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b) Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan
tidak tercapai, tidak puas).
c) Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
4. POHON MASALAH
Pohon Masalah Perilaku Kekerasan Sumber Fitria.2009 dikutip dari direja surya AH.2011
SP 1 Pasien: pengkajian dan latihan nafas dalam dan memukul kasur atau bantal
Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat
perilaku kekerasan yang dilakukan; jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat,
verbal, spiritual; latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik nafas dalam,
pukul kasur dan bantal; masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
Orientasi:
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Ekawati, panggil saya Eka saya mahasiswa
Keperawatan dari Stikes panakkukang makassar yang akan praktek disini selama 1 minggu.
Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak
di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang penyebab bapak marah, dan
bagaimana cara mengontrol rasa marah bapak. Berapa lama bapak mau kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau 30 menit? Setuju pak? Dimana sebaiknya kita duduk untuk
berbincang-bincang, pak?”
Kerja:
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apalagi penyebab yang lain? Samakah dengan yang
sekarang? O..iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak. Pada saat penyebab marah itu ada, seperti
bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan, apa yang bapak rasakan?”
(tunggu responpasien).
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal? Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak
memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya,
tentu tidak.Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-
piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik.
Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, bapak dapat melakukan: tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal. Mari kita coba
latihan tarik nafas dalam: berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.
Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali.
Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya”.
“Mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak
kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
bapak melakukannya”.
“Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur
dan bantal serta tarik nafas dalam? Baik pak ini jadwalnya, kapan bapak mau latihan tarik
nafas dalam dan memukul bantal atau kasur. Jika bapak melakukannya coret disini ya pak”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang tentang perasaan marah dan tadi
latihan cara menyalurkan marah?”
”Iya jadi ada 2 penyebab yang membuat bapak marah ........ (sebutkan) dan bapak rasakan .....
(sebutkan) dan yang bapak lakukan .... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan).
“Berapa tadi cara mengontrol marah jika perasaan marah bapak muncul? Baiklah bapak sudah
memasukkan kedua cara tadi ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak.. jadi kalau ada
keinginan marah, gunakan kedua cara tadi ya pak”.
“Besok lagi saya akan kembali dan kita latih cara mengontrol marah dengan patuh minum
obat. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan melakukan tarik
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal, tanyakan manfaatnya dan beri pujian, latih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (jelaskan 6 benar: benar nama, benar jenis, benar
dosis, benar waktu, benar cara, kontinuitas minum obat dan dampak jika tidak kontinu
minum obat), masukkan pada jadwal kegiatan latihan fisik dan minum obat.
Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya minggu yang lalu sekarang saya datang lagi.
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat jadwalkegiatannya”.
“Apakah selama kita tidak bertemu ada hal yang membuat bapak marah?”
“Apa yang bapak lakukan untuk mengatasinya? Hasilnya bagaimana pak?”
“Wah, bagus sekali, bapak telah menerapkan cara mengontrol marah dengan cara tarik nafas dalam
dan ternyata perasaan marahnya jadi terkontrol”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara tentang pentingnya minum obat dan latihan tentang cara
minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah? Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut? Sekarang saya akan jelaskan
tentang pentingnya minum obat”.
Kerja:
“Bapak sudah dapat obat dari dokter puskesmas? Pak ini obatnya, bapak perlu minum obat ini
secara teratur agar pikirannya jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga
macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ, yang warna putih ini namanya THP, dan yang
merah jambu ini namanya HLP semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu. Bila bapak merasa mata berkunang-
kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak”
“Sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah benar
nama bapak tertulis disitu. Selain itu bapak perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu
atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara minum
obatnya. Bapak perlu secara teratur minum obat dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi
dengan dokter. Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol perasaan marah
dengan cara minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara minum obat yang benar”
“Bagus!Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? ........Betul ! sudah
ada 2 cara ya pak. “Jadwal minum obat telah kita buat tadi. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya”.
“Baik, seminggu lagi saya kembali untuk melihat sejauhmana bapak melaksanakan kegiatan
latihan fisik dan minum obat dengan teratur . Serta apakah hal tersebut dapat mencegah rasa marah.
Saya juga akan melatih bapak cara mengontrol perasaan marah dengan cara bicara yang baik.
Bapak mau jam berapa? Sampai jumpa”
Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan pasien melakukan
tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, makan obat dengan patuh dan benar, tanyakan
manfaatnya dan beri pujian, latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (tiga cara,
yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar), masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan fisik, minum obat, dan verbal .
Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Bagaimana
dengan minum obatnya sesuaikah dengan jadwalnya? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur dan obatnya diminum?”
“Apakah selama kita tidak bertemu ada hal yang membuat bapak merasa kesal?”
“Apa yang bapak lakukan untuk mengatasinya?”
“Lalu...bagaimana hasilnya pak?”
“Bagus sekali, marah bapak menjadi reda setelah dialihkan dengan memukul bantal”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah? Dimana
enaknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?”
Kerja:
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, yaitu :
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, tolong ambilkan saya air minum itu’. Coba bapak praktekkan.
Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan:
‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal, bapak
dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’
“Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
“Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali bapak dalam sehari mau latihan bicara
yang baik ?”
“Bisa kita buat jadwalnya? Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
makan, minta obat atau minta uang, dll. Begitu juga dengan latihan tarik nafas dalam, latihan pukul
bantal/kasur, dan jadwal minum obat tetap dilanjutkan seperti jadwal sebelumnya”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan
bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali, jangan lupa bapak latihan sesuai jadwal yang telah dibuat tadi, yaitu meminta,
menolak, dan mengungkapkan perasaan dengan cara baik. Juga latihan tarik nafas dalam, latihan
pukul bantal/kasur, dan jadwal minum obat bapak tetap lakukan sesuai jadwal ya…”
“Seminggu lagi saya akan kembali mengunjungi bapak ya! Bagaimana kalau waktunya seperti
sekarang ini saja, bapak setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan
cara ibadah, bapak setuju?”
Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan pasien melakukan
tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, makan obat dengan benar dan patuh, bicara yang
baik, tanyakan manfaatnya, beri pujian, latih mengontrol marah dengan cara spiritual (2
kegiatan), masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal dan
spiritual.
Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya datang lagi.
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal dan bicara yang
baik? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagaiamana obatnya, diminum
teratur?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mengontrol marah bapak yaitu dengan
ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang cara ibadah?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
Kerja:
“Coba bapak ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan” “Bagus”
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda
juga marahnya, rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”
(sesuai waktu ibadah sholat).
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah. Bapak
bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan atau ditambah dengan Dzikir”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak.
Jam berapa bapak akan sholat?Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ dzikir(sesuai kesepakatan
pasien)
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang keempat ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus! Coba bapak ulangi kembali
cara mengontrol perasaan marah dengan cara spiritual atau ibadah”.
“Bagus sekali pak! Saya harap bapak melakukan latihan sesuai dengan jadwal yang telah diisi tadi
dan menerapkan cara mengontrol perasaan marah jika bapak merasa ingin marah. Obatnya juga
tetap diminum sesuai jadwal”
“Minggu depan saya akan datang lagi, nanti kita bicarakan apakah empat cara mengontrol rasa
marah, yaitu dengan cara fisik: menarik nafas dalam dan memukul kasur atau bantal, patuh minum
obat yang sudah bapak dapat dari puskesmas, cara bicara yang baik, serta ibadah secara teratur
dapat mengontrol perasaan marah bapak?Saya akan lihat kemampuan bapak dalam melakukan
kegiatan yang sudah dibuat dalam jadwal ini, dan bagaimana perasaan bapak setelah
melakukannya. Mau jam berapa pak? Apakah seperti sekarang saja? Bagaimana kalau jam 10 ya?”
D. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK
KELUARGA PASIEN PERILAKU KEKERASAN
Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien, jelaskan pengertian, tanda
dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan (gunakan booklet), jelaskan cara
merawat perilaku kekerasan, latih satu cara merawat perilaku kekerasan: fisik 1,2, anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.
Orientasi:
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya suster .............., ibu bisa memanggil saya suster
....................... Saya perawat dari puskesmas Matraman, saya sedang melakukan kunjungan rumah.
Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” Saya mendapat informasi dari kader kesehatan bahwa
ibu sedang kebingungan dengan suami ibu yang marah-marah.”(Jika perawat belum pernah
bertemu keluarga pasien)
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan bapak marah, tanda-
tandanya dan cara mengatasinya?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Sekarang sekitar 10 menit saja dulu, setelah itu saya akan menemui bapak untuk menanyakan
tentang hal yang dialaminya serta melatih bapak mengatasi masalahnya. Kemudian saya kembali
akan menemui ibu”
“Tujuan pertemuan ini adalah agar ibu mengenal masalah yang dialami bapak dan dapat berlatih
cara merawat bapak”
“Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang, bu?”
Kerja:
“Coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan dalam merawat bapak?”
“Banyak hal yang dapat membuat seseorang marah seperti yang terjadi pada bapak, apa yang telah
keluarga lakukan untuk mengatasinya?”
“Oo… keluarga selama ini berusaha mengalah. Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi
bila tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan”.
“Bisakah ibu cerita apa saja yang biasanya membuat bapak marah? Bagaimana perilaku yang ibu
lihat? Apakah wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, dan bicaranya
kasar? Itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu apakah ia akan
melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga?”
“Baik bu, sekarang saya akan menemui bapak, setelah itu saya akan kembali menemui ibu”
(Percakapan dihentikan dulu, perawat menemui pasien, setelah melatih pasien, perawat kembali
melanjutkan percakapan dengan keluarga)
(percakapan lanjutan………)
“Saya telah berbicara dengan suami ibu. Suami ibu mengatakan yang menyebabkan ia marah dan
mengamuk adalah jika ia direndahkan. Yang dialami bapak adalah ketidakmampuan mengontrol
perasaan marahnya atau sering disebut dengan risiko perilaku kekerasan. Hal ini dapat diatasi
dengan cara melatih bapak mengontrol perasaan marahnya. Ini ada booklet tentang cara membantu
bapak mengatasi masalahnya. Mari kita lihat sama-sama”
“Perilaku kekerasan atau amuk merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang dialami. Bentuk
perilakunya berupa marah-marah dengan kata-kata kasar dan keras, merusak perabotan rumah
tangga, hingga upaya menciderai orang lain maupun diri sendiri. Nah…kalau pada bapak sendiri,
tanda-tanda yang mana saja yang ibu temukan?”
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan lupa jaga
jarak dan jauhkan benda-benda tajam darisekitar bapak seperti gelas, pisau. Jauhkan juga anak-
anak kecil dari bapak.”
“Kondisi yang dihadapi keluarga bisa berupa saat pasien sedang amuk, pasien telah mereda
amuknya, atau pasien akan mengamuk. Pada kondisi pasien akan mengamuk, keluarga dapat
membantu pasien agar tidak sampai mengamuk, dengan cara mengingatkan untuk melakukan cara
mengontrol marah yang telah diajarkan perawat”
“Saya sudah mengajarkan bapak bagaimana cara mengontrol rasa marahnya, yaitu dengan cara
fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur, dan sudah dibuat dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Jadi selain ibu sudah mengetahui apa itu marah, saya akan mengajarkan juga kepada ibu
latihan fisik, yaitu cara 1 dan 2 agar ibu dapat mengingatkan bapak untuk melakukannya ketika
bapak mulai marah-marah”
“Baik sekali ibu sudah mengerti dan tahu caranya, ibu nanti membantu bapak untuk melakukannya
sesuai jadwal yang sudah dibuat ya”
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya bu”.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Bagaimana latihan tarik nafas dalam dan pukul bantal atau kasur?”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk bapak latihan cara fisik ya bu”
“Minggu depan kita ketemu lagi dan akan melihat kemampuan bapak dalam melakukan kegiatan
sesuai jadwal serta saya akan menjelaskan cara yang kedua mengontrol marah bapak, yaitu dengan
cara patuh minum obat”
Orientasi:
“Assalamualaikum Ibu, sesuai dengan janji saya seminggu yang lalu sekarang saya datang lagi.
Bagaimana bu, apakah bapak sudah melakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?
Bagaimana dengan minum obatnya? Apa yang ibu lihat setelah bapak melakukan latihan tersebut
secara teratur? Bagaimana kalau sekarang kita melanjutkan bincang-bincang tentang cara
mengontrol marah yang juga sudah diajarkan kepada bapak yaitu dengan cara bicara yang baik bila
sedang marah? Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut? Berapa lama ibu
bersedia bicara-bicara tentang mengontrol marah dengan cara verbal atau sosial?”
Kerja:
“Baik Bu, hari ini bapak akan berlatih bagaimana cara bicara yang baik yang dapat mengontrol
perasaan marah”.
“Sekarang saya akan menjelaskan tentang cara bicara yang baikbila bapak sedang marah. Ada tiga
caranya yaitu:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: “Bu, tolong ambilkan saya air minum itu”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan tidak ingin melakukannya, katakan: “Maaf
saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada pekerjaan”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal dapat
mengatakan: “Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”
“Sekarang, kita temui bapak bu ya...”
(Perawat bersama keluarga melatih cara mengontrol marah dengan cara bicara yang baik)
(percakapan lanjutan setelah melatih pasien cara bicara yang baik………)
“Demikian bu yang sudah diajarkan kepada bapak dalam mengatasi perasaan kesalnya. Tadi bapak
mengatakan akan berlatih cara bicara yang baik sesuai dengan jadwal yang telah disepakati tadi.
Ibu dapat membantu bapak mengatasi masalahnya dengan memberikan pujian setelah bapak
melakukan latihan sesuai jadwal dan membantu mengingatkan bapak jika ia lupa melakukan
kegiatannya. Begitu juga dengan jadwal latihan tarik nafas dalam dan jadwal minum obatnya…
tetap ibu pantau ya”
“Bagaimana bu…. ada yang ingin ditanyakan atau disampaikan?
Terminasi:
“Bagaimana perasaannya bu setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan
bicara yang baik?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah saya jelaskan tadi”
“Bagus sekali, sekarang mari kita lihat dalam jadwal kegiatan bapak. “Berapa kali disini bapak
latihan bicara yang baik?Jika bapak melakukannya jangan lupa dipuji ya bu”
“Seminggu lagi saya akan kembali mengunjungi ibu ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, bagaimana bu setuju? Nanti kita akan
membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah yang terjadi pada bapak yaitu dengan cara
ibadah”.
DAFTAR PUSTAKA
Direja .Surya. A.H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Medikal Book :Yokyakarta
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.
Stuart, GW. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Stuart, Sudden, 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi
3. Jakarta. EGC