Di Bimbing Oleh :
NIM : 2018.01.030
SURABAYA
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PRILAKU
KEKERASAN
Menurut Iyus Yosep (2009) kemarahan diawali oleh adanya stressor yang
berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti penyakit,
hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari
lingkungan seperti ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga,
tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan
mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu
(disruption and loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana individu
memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut
(personal meaning).
Pengkajian
1. Identitas
Meliputi data-data demografi seperti nama, usia, pekerjaan, dan tempat
tinggal klien
2. Keluhan utama
Biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain.
3. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
4. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru
dialami
c. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alkohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
5. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi / tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor tersebut dialami oleh individu:
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-
kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiaya atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasaan dirumah atau diluar rumah,
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima (permisive).
d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiter berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien , lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut,
padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi sosial provokatif dan konflik dapat memicu perilaku kekeraaan.
7. Tanda dan gejala
Padapengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa
kerumah sakit adalah perilaku kekersan dirumah. Kemudian perawat
dapat melakukan pengkajian dengan cara obsevasi dan wawancara. Data
perilaku kekerasan yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
tentang perilaku berikut ini:
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/ orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah perilaku kekerasan.
l. tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
Analisa Data
DS : Klien mengatakan benci atau kesal pada Risiko tinggi mencederai orang lain
seseorang. Klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara
tinggi dan keras, pandangan tajam
DS: klien merasa tidak berguna, merasa kosong Gangguan konsep diri: harga diri
DO: kehilangan minat melakukan aktivitas rendah
Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai orang lain berhubunagan dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Evaluasi :
A. Pengertian Waham
B. Klasifikasi waham
e. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya
serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan
religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta
ada konsekuensi sosial.
E. Manifestasi Klinis
1. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir
magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.
c. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar,
afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan,
manerisme, stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak
bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri
rendah.
2. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.
3. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :
Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak
makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih
dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan,
menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar,
menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
4. Tanda dan gejala
a. Waham kebesaran
Ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “saya ini tiitsan bung karno, punya banyak
perusahaan, punya rumah di berbagai negara bisa menyembuhkan
berbagai macam penyakit.
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencedrai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contohnya : “banyak polisi mengintai saya, tengga saya ingin
menghancurkan hiidupsaya, suster akan meracuni makanan saya”.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus
terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk
syurga”.
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sessuai kenyataan.
Contohnya : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang
kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah
membusuk, tubuh saya menghilang.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
didunia ini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada
didunia”.
F. Pohon masalah
I. Pengkajian
a. Identitas Klien Informan
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama
perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji
fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi
yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga,
masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
f. Konsep Diri.
a) Citra tubuh
Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif
terhadap diri sendiri.
b) Identitas diri
Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku
seorang polisi padahalkenyataan nya tidak benar.
c) Peran Klien
Berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.
d) Ideal diri
Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia
bosan sudah lama di RSJ.
e) Harga diri
Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena
perasaan negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya
diri dan merasa gagal mencapai tujuan.
g. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang
tidak haramonis.
h. Spiritual.
Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham
agama meyakini agamanya secara berlebihan.
a) Kegiatan Ibadah
Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan
ibadah secara berlebihan.
i. Status Mental.
j. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan
waham yang ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian
seperti seorang ustadz.
k. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah
ke wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi
pembicaraan tidak sesuai dengankenyataan.
l. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.
m. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang
akan melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham
nihilistik merasa sedih karena meyakini kalau dirinya sudah
meninggal.
n. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
a) Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
b) Curiga : menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya
pada orang lain.
o. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien
mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya
yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
p. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of
ideas,pengulangankata-kata.
q. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik
IV. Intervensi
V. Evaluasi
1. Klien dapat memenuhi kebutuhannya setelaah di lakukan pertemuan
2. Klien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah di lakukan
3. Klien mampu menyebutkan serta memilih kemampuan yang di miliki
4. Klien mampu mengidentifikasi masalah dan menjelaskan cara merawatnya
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan keadaanya saat ini
6. Klien dapat menunjukan kemampuan yang dia miliki
7. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang ada pada dirinya
8. Klien dapat menjelaskan semua kebutuhan yang tidak terpenuhi
9. Klien dapat bercerita sesuai dengan realitas
10. Setelah di adakan 2 kali pertemuan klien dapat membina hubungan dan
dukungan
Daftar Pustaka