Anda di halaman 1dari 40

KEPERAWATAN JIWA 1

“ASUHAN KEPERAWATN PADA KLIEN DENGAN PRILAKU


KEKERASAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM”

Di Bimbing Oleh :

Aristina Halawa, S.Kep.,Ns.,M.Kes

NAMA : VERONIKA SRIFATIMA

NIM : 2018.01.030

PRODI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PRILAKU
KEKERASAN

1) Definisi Prilaku Kekerasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2005), perilaku kekerasan adalah suatu


keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif. Pada pasien perilaku kekerasan
mengungkapkan rasa kemarahan secara fluktuasi sepanjang rentang
adaptif dan maladaptif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
tidak dirasakan sebagai ancaman. Keberhasilan individu dalam berespon
terhadap kemarahan dapat menimbulkan respon asertif yang merupakan
kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain dan akan
memberikan kelegaan pada individu serta tidak akan menimbulkan
masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan
respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku kekerasan

Ada 2 faktor yang mempengaruhi prilaku kekrasan yaitu : faktor


predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori
sosiokultural.
 Teori biologic : beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku.
 Teori psikologi : Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya
kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah.
 Teori sosialkultural : Pakar sosiolog lebih menekankan
pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalahnya.
b. Faktor presipitasi
Faktor-faktor yang menunujukan prilaku kekerasan yang berkaitan
dengan Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau
simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak
bola, geng sekolah, perkelahian masal. Kesulitan dalam
mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

3) Tanda dan gejala

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan


adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
1) Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman
2) Rasa terganggu, dendam dan jengkel
3) Bermusuhan, mengamuk, dan ingin berkelahi
4) Menyalahkan dan menuntut
e. Intelektual
1) Mendominasi
2) Cerewet
3) Kasar
4) Berdebat
5) Meremehkan dan sarkasme
f. Spiritual
1) Merasa diri berkuasa dan benar
2) Mengkritik pendapat orang lain
3) Menyinggung perasaan orang lain
4) Tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
1) Menarik diri, pengasingan
2) Penolakan
3) Kekerasan
4) Ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
1) Bolos
2) Mencuri
3) Melarikan diri
4) Penyimpangan seksual.

4) Mekanisme Terjadinya Perilaku Kekerasan

Menurut Iyus Yosep (2009) kemarahan diawali oleh adanya stressor yang
berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti penyakit,
hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari
lingkungan seperti ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga,
tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan
mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu
(disruption and loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana individu
memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut
(personal meaning).

5) ASKEP PERILAKU KEKERASAN

Pengkajian
1. Identitas
Meliputi data-data demografi seperti nama, usia, pekerjaan, dan tempat
tinggal klien
2. Keluhan utama
Biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain.
3. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
4. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru
dialami
c. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alkohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
5. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi / tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor tersebut dialami oleh individu:
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-
kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiaya atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasaan dirumah atau diluar rumah,
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima (permisive).
d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiter berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien , lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut,
padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi sosial provokatif dan konflik dapat memicu perilaku kekeraaan.
7. Tanda dan gejala
Padapengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa
kerumah sakit adalah perilaku kekersan dirumah. Kemudian perawat
dapat melakukan pengkajian dengan cara obsevasi dan wawancara. Data
perilaku kekerasan yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
tentang perilaku berikut ini:
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/ orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah perilaku kekerasan.
l. tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
Analisa Data

Data Masalah keperawatan


DS: Klien mengatakan benci atau kesal pada perilaku kekerasan
seseorang. Klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara
tinggi dan keras, pandangan tajam

DS : Klien mengatakan benci atau kesal pada Risiko tinggi mencederai orang lain
seseorang. Klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara
tinggi dan keras, pandangan tajam
DS: klien merasa tidak berguna, merasa kosong Gangguan konsep diri: harga diri
DO: kehilangan minat melakukan aktivitas rendah

Pohon Masalah

Resiko mencederai orang lain/lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan harga diri : harga diri rendah

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai orang lain berhubunagan dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

Rencana tindakan keperawatan


Rencana tindakan keperawatan dibagi dua, yaitu:
A. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga klien
Tujuan tindakan keperawatan adalah keluarga dapat merawat pasien dirumah.
Tindakan keperawatan
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda, dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku
tersebut).
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/
orang lain.
4. Latih kelurga merawat pasien dengan perilku kekerasan.
a. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat.
b. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
c. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala-gejala perilku kekerasan
d. Evaluasi pengetahan keluarga tentang marah.
5. Buat perawatan lanjutan
a. Buat perencanaan pulang bersama keluarga

B. Rencana Tindakan Keperawatan pada Klien


Perencanaan terdiri dari 3 aspek yaitu : tujuan umum,tujuan khusus.dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umur berfokus pada penyelesaian
permasalahan dari diagnose tertentu. Tujuan umum dapat di capai jika
serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian etiologi dari diagnose tertentu. Tujuan khusus merupakan
rumusan kemampuan yang perlu di capai atau di miliki klien
( direja,2011).

NO Diagnosis Perencanaan Intervensi


Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil
1. Resiko mencederai TUM:
diri b.d perilaku Klien tidak mencederai
kekerasan diri sendiri
TUK: 1.1 Klien mau membalas 1.1.1 Beri salam atau
1. Klien dapat salam panggil nama
membina hubungan 1.2 Klien mau menjabat 1.1.2 Sebutkan nama
saling percaya tangan perawat sambil jabat
1.3 Klien mau tangan
menyebutkan nama 1.1.3 Jelaskan maksud
1.4 Klien mau tersenyum hubungan interaksi
1.5 Klien mau kontak 1.1.4 Jelaskan tentang
mata kontrak yang akan
1.6 Klien mau dibuat
mengetahui nama 1.1.5 Beri rasa aman dan
perawat sikap empati
1.1.6 Lakukan kontak
singkat tapi sering
2. Klien dapat 2.1 Klien 2.1.1 Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan
penyebab perilaku perasaannya perasaannya
kekerasan 2.2 Klien dapat 2.1.2 Bantu klien
mengungkapkan mengungkapkan
perasaan jengkel penyebab perasaan
ataupun kesal jengkel atau kesal

3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien


mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan apa
tanda dan gejala perasaan saat marah yang dialami dan
perilaku kekerasan atau jengkel dirasakannya saat
3.2 Klien dapat jengkel atau marah
menyimpulkan tanda 3.1.2 Observasi tanda dan
dan gejala jengkel gejala perilaku
atau kesal yang kekerasan pada klien
dialaminya 3.2.1 Simpulkan bersama
klien yanda dan gejala
jengkel atau kesal yang
dialami klien
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan
perilaku kekerasan perilaku kekerasan perilaku kekeraan yang
yang biasa dilakukan yang biasa dilakukan biasa dilakukan klien
4.2 Klien dapatbermain 4.2.1 Bantu klien bermain
peran sesuai perilaku peran sesuai perilaku
kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa
dilakukan dilakukan
4.3 Klien dapat 4.3.1 Bicarakan dengan klien
menngetahui cara apakah dengan cara
yang biasa dilakukan klien lakukan
untuk menyelesaikan masalahnya selesai
masalah
5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan akibat atau
mengidentifikasi menjelaskan akibat kerugian dari cara yang
akibat perilaku dari cara yang dilakukan klien
kekerasan digunakan klien: 5.1.2 bersama klien
a. akibat pada klien menyimpulkan akibat
sendiri, dari cara yang
b. akibat pada orang dilakukan klien
lain, 5.1.3Tanyakan pada klien
c. akibat pada apakah dia ingin
lingkungan mempelajari cara baru
yang sehat
6. Klien dapat 6.1 klien dapat 6.1.1 diskusikan kegiatan
mendemonstrasikan menyebutkan contoh fisik yang biasa dilakukan
cara fisik untuk pencegahan perilaku klien
mencegah perilaku kekerasan secara 6.1.2 beri pujian atas
kekerasan fisik: tarik napas kegiatan fisik yang
dalam, pukul kasur, biasa dilakukan klien
dan bantal 6.2.1 Diskusikan dua cara
6.2 klien dapat fisik yang paling
mendemonstrasikan mudah untuk
cara fisik untuk mencegah perilaku
mencegah perilaku kekerasan
kekerasan 6.2.2 Diskusikan cara
6.3 Klien mempunyai melakukan tarik napas
jadwal untuk dalam dengan klien
melatih cara 6.2.3 Beri contoh klien cara
pencegahan fisik menarik napas dalam
yang telah dipelajari 6.2.4 Minta klien untuk
sebelumnya mengikuti contoh yang
6.4 Klien mengevaluasi diberikan sebanyak 5
kemampuannya kali
dalam melakukan 6.2.5 Beri pujian positif atas
cara fisik sesuai kemampuan klien
jadwal yang disusun mendemonstrasikan
cara menarik napas
dalam
6.2.6 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
6.3.1 diskusikan dengan
klien mengenai
frekuensi latihan yang
akan dilakukan sendiri
oleh klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan
untuk melatih cara
yang dipelajari
6.4.1 klien mengevaluasi
peaksanaan latihan
6.4.2 validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
6.4.3 berikan pujian atas
keberhasilan klien
6.4.4Tanyakan pada klien
apakah kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah
7 Klien dapat 7.2 Klien dapat 7.1.1 diskusikan cara
mendemonstrasikan menyebutkan cara bicara yang baik
cara social untuk bicara yang baik dengan klien
mencegah perilaku dalam mencegah 7.1.2 Beri contoh cara
kekerasan perilaku kekerasan bicara yang baik :
a. Meminta dengan d. Meminta dengan
baik baik
b. Menolak dengan e. Menolak dengan
baik baik
c. Mengungkapkan f. Mengungkapkan
perasaan dengan perasaan dengan
baik baik
7.3 Klien dapat 7.2.1 Minta klien
mendemonstrasikan mengikuti contoh
cara verbal yang baik cara bicara yang baik
7.4 Klien mumpunyai a. Meminta dengan
jadwal untuk melatih baik : “Saya minta
cara bicara yang baik uang untuk beli
7.5 Klien melakukan makanan”
evaluasi terhadap b. Menolak dengan
kemampuan cara baik : “ Maaf, saya
bicara yang sesuai tidak dapat
dengan jadwal yang melakukannya
telah disusun karena ada
kegiatan lain.
c. Mengungkapkan
perasaan dengan
baik : “Saya kesal
karena permintaan
saya tidak
dikabulkan”
disertai nada suara
yang rendah.
7.2.2 Minta klien
mengulang sendiri
7.2.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien
7.3.1 Diskusikan dengan
klien tentang waktu
dan kondisi cara
bicara yang dapat
dilatih di ruangan,
misalnya : meminta
obat, baju, dll,
menolak ajakan
merokok, tidur tidak
pada waktunya;
menceritakan
kekesalan pada
perawat
7.3.2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
7.4.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaa latihan
cara bicara yang baik
dengan mengisi
dengan kegiatan
jadwal kegiatan (
self-evaluation )
7.4.2 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
7.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepada
klien : “ Bagaimana
perasaan Budi
setelah latihan bicara
yang baik? Apakah
keinginan marah
berkurang?”
8 Klien dapat 8.2 Klien dapat 8.1.1 Diskusikan dengan
mendemonstrasikan menyebutkan kegiatan klien kegiatan ibadah
cara spiritual untuk yang biasa dilakukan yang pernah
mencegah perilaku 8.3 Klien dapat dilakukan
kekerasan mendemonstrasikan 8.2.1 Bantu klien menilai
cara ibadah yang kegiatan ibadah yang
dipilih dapat dilakukan di
8.4 Klien mempunyai ruang rawat
jadwal untuk melatih 8.2.2 Bantu klien memilih
kegiatan ibadah kegiatan ibadah yang
8.5 Klien melakukan akan dilakukan
evaluasi terhadap 8.2.3 Minta klien
kemampuan mendemonstrasikan
melakukan kegiatan kegiatan ibadah yang
ibadah dipilih
8.2.4 Beri pujian atas
keberhasilan klien
8.3.1 Diskusikan dengan
klien tentang waktu
pelaksanaan kegiatan
ibadah
8.3.2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih kegiatan
ibadah
8.4.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan
ibadah dengan
mengisi jadwal
kegiatan harian (self-
evaluation)
8.4.2 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
8.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepada
klien : “Bagaimana
perasaan setelah
teratur melakukan
ibadah? Apakah
keinginan marah
berkurang
9 Klien dapat 9.2 Klien dapat 9.1.1 Diskusikan dengan
mendemonstrasikan menyebutkan jenis, klien tentang jenis
kepatuhan minum dosis, dan waktu obat yang
obat untuk mencegah minum obat serta diminumnya (nama,
perilaku kekerasan manfaat dari obat itu warna, besarnya);
(prinsip 5 benar: benar waktu minum obat
orang, obat, dosis, (jika 3x : pukul
waktu dan cara 07.00, 13.00, 19.00);
pemberian) cara minum obat.
9.3 Klien 9.1.2 Diskusikan dengan
mendemonstrasikan klien tentang manfaat
kepatuhan minum minum obat secara
obat sesuai jadwal teratur :
yang ditetapkan a.Beda perasaan
9.4 Klien mengevaluasi sebelum minum
kemampuannya dalam obat dan sesudah
mematuhi minum obat minum obat
b. Jelaskan bahwa
dosis hanya boleh
diubah oleh dokter
c.Jelaskan mengenai
akibat minum obat
yang tidak teratur,
misalnya, penyakit
kambuh
9.2.1 Diskusikan tentang
proses minum obat :
a.Klien meminta obat
kepada perawat
( jika di rumah
sakit), kepada
keluarga (jika di
rumah)
b. Klien memeriksa
obat susuai dosis
c.Klien meminum
obat pada waktu
yang tepat.
9.2.2 Susun jadwal minum
obat bersama klien
9.3.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum
obat dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation)
9.3.2 Validasi pelaksanaan
minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada
klien : “Bagaiman
perasaan setelah minum
obat secara teratur?
Apakah keinginan untuk
marah berkurang?”

10 Klien dapat 10.2 Klien mengikuti 10.1.1 Anjurkan klien


mengikuti TAK : TAK : stimulasi untuk mengikuti
stimulasi persepsi persepsi pencegahan TAK : stimulasi
pencegahan perilaku perilaku kekerasan persepsi pencegahan
kekerasan 10.3 Klien mempunyai perilaku kekerasan
jadwal TAK : 10.1.2 Klien mengikuti
stimulasi persepsi TAK : stimulasi
pencegahan perilaku persepsi pencegahan
kekerasan perilaku kekerasan
10.4 Klien melakukan (kegiatan tersendiri)
evaluasi terhadap 10.1.3 Diskusikan dengan
Perilaku kekerasan pelaksanaan TAK klien tentang
berhubungan dengan kegiatan selama
harga diri rendah TAK
10.1.4 Fasilitasi klien
untuk mempraktikan
hasil kegiatan TAK
da beri pujian atas
keberhasilannya
10.2.1 Diskusikan dengan
klien tentang jadwal
TAK
10.2.2 Masukkan jadwak
TAK ke dalam
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation).
10.3.2 Validasi
kemampuan klien
dalam mengikuti
TAK
10.3.3 Beri pujian atas
kemampuan
mengikuti TAK
10.3.4 Tanyakan pada
klien: “Bagaimana
perasaan Ibu setelah
mengikuti TAK?”
11 Klien mendapatkan 11.1 Keluarga dapat 11.1.1 Identifikasi
dukungan keluarga mendemonstrasikan kemampuan keluarga
dalam melakukan cara cara merawat klien dalam merawat klien
pencegahan perilaku sesuai dengan yang
kekerasan telah dilakukan
keluarga terhadap
klien selama ini
11.1.2 Jelaskan
keuntungan peran
serta keluarga dalam
merawat klien
11.1.3 Jelaskan cara- cara
merawat klien :
a. Terkait dengan
cara mengontrol
perilaku marah
secara konstruktif
b. Sikap dan cara
bicara
c. Membantu klien
mengenal
penyebab marah
dan pelaksanaan
cara pencegahan
perilaku kekerasan
11.1.4 Bantu keluarga
mendemonstrasikan
cara merawat klien
11.1.5 Bantu keluarga
mengngkapkan
perasaannya setelah
melakukan
demonstrasi
11.1.6 Anjurkan keluarga
mempraktikannya
pada klien selama di
rumah sakit dan
melanjutkannya
setelah pulang ke
rumah.
3. Perilaku kekerasan Tujuan umum : 2.1 Agar klien mampu 2.1.1 bina hubungan
berhubungan dengan Klien dapat mampu berinteraksi dengan terapeutik
harga diri rendah meningkatkan harga perawat dan orang lain 2.2.1 diskusikan
dirinya 2.2 klien dapat kemampuan dan aspek
Tujuan khusus : mengemukakan positif yang masih di
1. Klien mampu kemampuan yang dia miliki klien
membina miliki 2.2.2 beri kesempatan
hubungaan saling 2.3 agar klien bisa klien untuk mencoba
percaya melakukan kemampuan 2.2.3 setiap bertemu klien
2. Klien dapat yang di miliki hindarkan penilaian
mengidentifikasika 2.4 klien dapat menilai agresif
n kemampuan yang seberapa kemampuan dia 2.2.4 utamakan
di miliki miliki memberikn pujian
3. Klien dapat menilai 2.5 agar klien bisa berpikir realistic
kemampuan yang di untuk membentuk 2.2.5 diskusikan dengan
gunakan kegiatan sesuai klien kegiatan yang masih
4. Klien dapat kemampuannya sendiri. bisa di gunakan
merancang kegiatan
sesuai dengan
kemampuan yang di
miliki.

Evaluasi :

1. Klien mampu mendemonstrasikan cara mengontrol prilaku kekerasan


2. Klien mampu membina hubungan saling percaya
3. Klien dapat mengontrol dan penanganan prilaku kekerasan dengan cara
meningkatkan kemampuan spiritual
4. Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien dapat
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah (dari diri
sendiri,orang lain dan lingkungan)
5. Klien dapat mengungkapkan prilaku kekerasaan yang biasa di lakukan
6. Klien dapat bermain peran sesuai prilaku kekerasan yang biasa di lakukan
dan dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau
tidak.
7. Klien dapat menyalurkan kemarahannya dengan memilih cara yang sehat
dan kemampuan aktifitas yang biasa dia lakukan
8. Klien kooperatif dan bisa di ajak untuk bekerja sama.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM

A. Pengertian Waham

1. Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian relitas


yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi/informasi secara akurat.
2. Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).
3. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI,
1994).
4. Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan
dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan
sangat terkenal.

B. Klasifikasi waham

Jenis Waham Pengertian Perilaku klien


Waham kebesaran Keyakinan secara berlebihan bahawa “Saya ini pejabat di
dirinya memiliki kekuatan khusus atau kementrian semarang!”
kelebihan yang berbeda dengan orang “Saya punya perusahaan paling besar
lain, diucapkan berulang-ulang tetapi lho “.
tidak sesuai dengan kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu agama secara “ Saya adalah tuhan yang bisa
berlebihan, diucapkan berulang-ulang menguasai dan mengendalikan semua
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. makhluk”.
Waham curiga Keyakinan seseorang atau sekelompok “ Saya tahu mereka mau
orang yang mau merugikan atau menghancurkan saya, karena iri
mencederai dirinya, diucapkan berulang- dengan kesukses an saya”.
ulang tetapai tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham somatic Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau “ Saya menderita kanker”. Padahal
sebagian tubuhnya terserang penyakit, hasil pemeriksaan lab tidak ada sel
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak kanker pada tubuhnya.
sesuai dengan kenyataan.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang bahwa dirinya “ini saya berada di alam kubur ya,
sudah meninggal dunia, diucapkan semua yang ada
berulangulang tetapi tidak sesuai dengan disini adalah roh-roh nya”
kenyataan.
C. Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak
Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
- Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan
menilai dan menilik terganggu.
- Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan
gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
- Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
- Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,
ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.

D. Proses terjadinya waham


a. Fase Lack of Huma need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien
baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

b. Fase Lack of Self Esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan)
serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

c. Fase Control Internal Eksternal


Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien
adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi
sejak kecil secara optimal.

d. Fase Environment Support


Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan
lingkungannya menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan
klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

e. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya
serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

f. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan
religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta
ada konsekuensi sosial.

E. Manifestasi Klinis
1. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir
magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.
c. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar,
afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan,
manerisme, stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak
bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri
rendah.
2. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.
3. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :
Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak
makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih
dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan,
menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar,
menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
4. Tanda dan gejala
a. Waham kebesaran
Ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “saya ini tiitsan bung karno, punya banyak
perusahaan, punya rumah di berbagai negara bisa menyembuhkan
berbagai macam penyakit.
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencedrai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contohnya : “banyak polisi mengintai saya, tengga saya ingin
menghancurkan hiidupsaya, suster akan meracuni makanan saya”.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus
terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk
syurga”.
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sessuai kenyataan.
Contohnya : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang
kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah
membusuk, tubuh saya menghilang.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
didunia ini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada
didunia”.

F. Pohon masalah

Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

Core problem : GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM

Causa : ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS


G. Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham
antara lain :
a. Psikofarmalogi
b. Litium Karbonat
a) Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala
hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium
juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan
ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
b) Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan
3 dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2
kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan
hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan
respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release
maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama.
c) Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah
0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar
900mg-1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan
setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan
tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L
d) Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada
kadar litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada
awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan
rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama pengobatan.
c. Haloperidol
a) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku
berat pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif.
Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak
yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai
kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian,
agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
b) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
2. Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
c) Efek samping :
1. Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala
ekstrapiramidal, diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas,
perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing.
Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
2. Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal
dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan
pada hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan.
Pada hati dapat menimbulkan gangguan fungsi hati
3. Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan
akneiform, dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada
endokrin dan metabolic antara lain laktasi, pembesaran payudara,
martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan seksual, nyeri
payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna : Anoreksia,
konstipasi, diare dan mual muntah. Mata : Penglihatan kabur.
Pernapasan : Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria :
Retensi urin.

d. Penarikan Diri High Potensial


Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik
diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan
dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah
satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial.
Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu
sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan
morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
e. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana
arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi
gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa
menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
f. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham,
namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk
semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses
terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam
psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi
supportif.

H. Konsep Asuhan Keperawatan pada klien waham

I. Pengkajian
a. Identitas Klien Informan
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama
perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji
fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi
yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga,
masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
f. Konsep Diri.
a) Citra tubuh
Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif
terhadap diri sendiri.
b) Identitas diri
Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku
seorang polisi padahalkenyataan nya tidak benar.
c) Peran Klien
Berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.
d) Ideal diri
Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia
bosan sudah lama di RSJ.
e) Harga diri
Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena
perasaan negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya
diri dan merasa gagal mencapai tujuan.
g. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang
tidak haramonis.
h. Spiritual.
Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham
agama meyakini agamanya secara berlebihan.
a) Kegiatan Ibadah
Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan
ibadah secara berlebihan.
i. Status Mental.
j. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan
waham yang ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian
seperti seorang ustadz.
k. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah
ke wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi
pembicaraan tidak sesuai dengankenyataan.
l. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.
m. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang
akan melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham
nihilistik merasa sedih karena meyakini kalau dirinya sudah
meninggal.
n. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
a) Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
b) Curiga : menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya
pada orang lain.
o. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien
mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya
yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
p. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of
ideas,pengulangankata-kata.
q. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik

II. Analisa Data


1) Gangguan isi fikir : waham
2) Isolasi sosial
3) Harga diri rendah kronis
III. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi prilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan
isi pikir : Waham
2. Gangguan isi piker : waham berhubungan isolasi diri
3. Isolasi diri berhubungan harga diri rendah kronis

IV. Intervensi

Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


.
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Hubungan saling percaya
keperawatan selama 3x24 jam dengan menggunakan prinsip menjadi dasar interaksi
diharapkan pasien dapat komunikasi teraupetik. selanjutnya dalam membina
berkomunikasi dengan baik dan 2. Sapa klien dengan ramah baik klien dalam berinteraksi dengan
terarah verbal maupun non verbal baik dan benar, sehingga klien
kreteria hasil : 3. Perkenalkan diri dengan sopan mau mengutarakan isi
1. Klien dapat membina 4. Tanyakan nama lengkap dan perasaannya
hubungan saling percaya. nama yang disukai klien. 2. Meningkatkan orientasi klien
2. Klien dapat 5. Jelaskan tujuan pertemuan pada realita dan meningkatkan
mengidentifikasikan 6. Jujur dan menepati janji rasa percaya klien pada perawat.
kemampuan yang 7. Tunjukkan rasa empati dan 3. Suasana lingkungan
dimiliki. menerima klien dengan apa persahabatan yang mendukung
3. Klien dapat mengidentifikasi adanya. dalam komunikasi teraupetik.
kebutuhan yang tidak dimiliki. 8. Jangan membantah dan 4. Mengetahui penyebab waham
mendukung waham klien. curiga dan intervensi
9. Katakan perawat menerima selanjutnya yang akan
keyakinan klien. dilakukan oleh klien.
10. Katakan perawat tidak 5. Reinforcement positif dapat
mendukung keyakinan klien. meningkatkan kemampuan yang
11. Yakinkan klien dalam keadaan dimiliki oleh klien dan harga
aman dan terlindung “Anda diri klien.
berada ditempat aman dan 6. Klien terdorong untuk memilih
terlindung”. aktivitas seperti sebelumnya
12. Gunakan keterbukaan dan tentang aktivitas yang pernah
kejujuran, jangan tinggalkan dimiliki oleh klien.
klien dalam keadaan sendiri. 7. Dengan mendengarkan klien
13. Observasi apakah wahamnya akan merasa lebih diperhatikan
mengganggu aktivitas sehari- sehingga klien akan
hari dan perawatan diri klien. mengungkapkan perasaannya.
14. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini.
15. Tanyakan apa yang bisa
dilakukan (kaitkan dengan
aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri) kemudian
anjurkan untuk melakukan saat
ini.
16. Jika klien selalu bicara tentang
wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada.
Perawat perlu memperhatikan
bahwa klien sangat penting.
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Membina hubungan saling
keperawatan selama 3x24 jam dihar dengan : percaya. Kontak yang jujur,
Pasien dapat berinteraksi dengan a. Beri salam setiap singkat, konsisten dengan
orang lain berinteraksi perawat dapat membantu klien
kriteria hasil : b. Perkenalkan nama, nama membina kembali interaksi
1. Pasien dapat membina panggilan perawat dan penuh percaya dengan orang
hubungan saling percaya tujuan perawat lain.
2. Pasien mampu menyebutkan berkenalan 2. Keterlibatan orang terdekat
penyebab menarik diri c. Tanyakan dan panggil dapat membantu membangun
3. Pasien mampu menyebutkan nama kesukaan pasien dan atau kembali membentuk
keuntungan berhubungan d. Tunjukkan sikap jujur sistem pendukung dan
sosial dan kerugian menarik dan menepati janji setiap mengintegrasikan klien kembali
diri kali berinteraksi kedalam jaringan sosial
e. Tanyakan perasaan 3. Solitude dan kesepian dapat
pasien dan masalah yang diterima atau dengan pilihan,
dihadapi pasien dan perbedaan ini membantu
f. Buat kontak interaksi klien mengidentifikasi apa yang
yang jelas terjadi pada dirinya sehingga
g. Dengarkan dengan penuh dapat diambil langkah untuk
perhatian ekspresi mengatasi masalah ini.
perasaan pasien
2. Tanyakan pada pasien tentang:
a. Orang yang tinggal
serumah atau sekamar
pasien
b. Orang yang paling dekat
dengan pasien dirumah
atau ruang perawatan
c. Apa yang membuat
pasien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan pasien dirumah
atau diruang perawatan
e. Apa yang membuat
pasien tidak dekat orang
dengan tersebut
f. Upayakan yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
g. Diskusikan dengan pasien
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain
3. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan perasaan
4. Tanyakan pada pasien tentang :
a. Manfaat hubungan sosial
b. Kerugian menarik diri
c. Diskusikan bersama
pasien tentang manfaat
berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri
5. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan perasaannya.
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya
keperawatan selama 3x 24 jam a. Sapa klien dengan ramah,
Klien dapat melakukan hubungan baik verbal maupun
sosial secara bertahap. nonverbal
Kriteria hasil : b. Perkenalkan diri dengan
1. Klien dapat mengidentifikasi sopan
kemampuan dan aspek positif c. Tanya nama lengkap
yang dimiliki. klien dan nama panggilan
2. Klien dapat menilai yang disukai klien
kemampuan yang dapat d. Jelaskan tujuan
digunakan. pertemuan, jujur dan
3. Klien dapat menetapkan dan menepati janji
merencanakan kegiatan sesuai e. Tunjukkan sikap empati
dengan kemampuan yang dan menerima klien apa
dimiliki adanya
2. Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaanya
tentang penyakit yang
dideritanya
a. Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien
b. Katakan pada klien
bahwa ia adalah seorang
yang berharga dan
bertanggungjawab serta
mampu menolong dirinya
sendiri.
c. Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki kllien dan beri
pujian / reinforcement
atas kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
d. Saat bertemu klien,
hindarkan memberi
penilaian negatif.
3. Utamakan memberi pujian yang
realistis.
4. Diskusikan kemampuan klien
yang masih dapat digunakan
selama sakit
5. Diskusikan juga kemampuan
yang dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah sakit dan
di rumah nanti.
6. Rencanakan bersama klien
aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
7. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi klien
8. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien
lakukan.

V. Evaluasi
1. Klien dapat memenuhi kebutuhannya setelaah di lakukan pertemuan
2. Klien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah di lakukan
3. Klien mampu menyebutkan serta memilih kemampuan yang di miliki
4. Klien mampu mengidentifikasi masalah dan menjelaskan cara merawatnya
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan keadaanya saat ini
6. Klien dapat menunjukan kemampuan yang dia miliki
7. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang ada pada dirinya
8. Klien dapat menjelaskan semua kebutuhan yang tidak terpenuhi
9. Klien dapat bercerita sesuai dengan realitas
10. Setelah di adakan 2 kali pertemuan klien dapat membina hubungan dan
dukungan

Daftar Pustaka

1. Yosep, iyus,. (2010). keperawatan jiwa: Edisi Revisi. PT Refika Aditama


2. Nasir, Abdul., & Abdul Muhit. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa:
pengantar dan teori. Jakarta:Salemba Medika.
3. Kusumawati, Farida., & Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
4. Anna, budi. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(basic
course).jakarta: EGC
5. Anna, budi.2009. ModelPraktik Keperawatan Profesional jiwa. Jakarta :
EGC
6. Purba, J. M, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: Usu Press.
7. Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta:
EGC.
8. Townsend, Mary C. 2005. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri, Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai