Anda di halaman 1dari 75

PRAKTISI MENGAJAR

ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO


PERILAKU KEKERASAN
Tujuan pembelajaran
◦ Setelah pembelajaran ini Saudara diharapkan mampu:
1. Melakukan pengkajian pada pasien risiko perilaku kekerasan
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien risiko perilaku kekerasan
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien risiko perilaku kekerasan
4. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan risiko perilaku
kekerasan
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat risiko perilaku kekerasan
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan risiko perilaku kekerasan
7. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan risiko perilaku kekerasan
sesuai Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)

2
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
KONDISI DIMANA INDIVIDU PERNAH ATAU MENGALAMI RIWAYAT MENCEDERAI DIRINYA
SENDIRI, ORANG LAIN ATAUPUN LINGKUNGAN BAIK SECARA FISIK, EMOSIONAL, SEKSUAL

MAUPUN LISAN KARENA INDIVIDU TIDAK MAMPU MENGENDALIKAN ATAU


MENGONTROL AMARAH SECARA KONSTRUKTIF (KARTIKA ET AL., 2018)

RISIKO PERILAKU KEKERASAN MEMPERLIHATKAN INDIVIDU TERSEBUT DAPAT


MENGANCAM SECARA FISIK, EMOSIONAL DAN ATAU SEKSUAL KEPADA ORANG LAIN
(KELIAT, 2010).
 Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri , orang lain maupun lingkungan (Maramis, 2004)
 Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di
hadapi oleh seseorang yang ditunjukkan dengan perilaku aktual
melakukan kekerasan,pada diri sendiri,orang lain, maupun lingkungan
, secara verbal maupun non verbal, bertujuan untuk melukai orang
lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000)
PENGERTIAN

◦ Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap


kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart and Sundeen, 1995)

◦ Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan
oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif
Tanda dan Gejala
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/orang lain

6
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut Azizah (2016) adalah sebagai berikut :
a. Fisik
Muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh
kaku, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat,
mengepalkan tangan dan jalan mondar-mandir.
b. Verbal
Bicara kasar, suara tinggi, membentak/berteriak, mengancam secara
verbal atau fisik, mengumpat dengan kata kotor, suara keras dan ketus
c. Perilaku
Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,
melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan dan amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, dendam jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan juga menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan juga sarkasme.
f. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang
lain, tidak peduli dan juga kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri dan penyimpangan seksual.
RENTANG RESPON MARAH
Respons Respons
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan:
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat
menimbulkan respons pasif dan melarikan diri/respon
melawan dan menantang  respon maladaptif yaitu
agresif - kekerasan
Asertif : Emosi yang diungkapkan tanda mencederai orang lain

Frustasi : Gagal dalam mencapai apa yang diinginkan sebab terdapat hambatan
atau tidak terwujud

Pasif : Kelanjutan respon yang mana klien tidak mampu


mengekspresikan/ mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakannya

Agresif : Perilaku merusak atau destruktif yang masih dapat dikontrol

Amuk : Perilaku merusak atau destruktif yang tidak dapat dikontrol.


FAKTOR PREDISPOSISI
1. Psikologis
- Kegagalan yang dialami dapt menimbulkan
frustasi  timbul agresif atau amuk
- Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi
penganiayaan

2. Perilaku
- Reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan
- Sering mengobservasi kekerasan dirumah atau
diluar rumah  menstimulus individu mengadopsi
PK
Lanjutan …

3. Sosial Budaya
- Budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasif-agresif)
- Kontrol sosial yang tidak pasti terhadap PK 
akan menciptakan seolah-olah PK diterima
(Permisive)

4. Bioneurologis
Adanya kerusakan sistem limbik, lobus frontal/
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter
 berperan terjadinya PK
FAKTOR PRESIPITASI
1. Klien
- Kelemahan fisik :penyakit fisik
- Keputusasaan
- Ketidakberdayaan
- Percaya diri yang kurang
2. Lingkungan
- Situasi lingkungan yang ribut, padat
- Kritikan yang mengarah pada penghinaan
- Kehilangan orang yg dicintai/pekerjaan
3. Interaksi dengan orang lain
- Interaksi sosial yang provokatif dan konflik
Asuhan Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan
Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan. Sesi pengkajian meliputi pengumpulan informasi
tentang kebutuhan ataupun permasalahan klien. Pengumpulan informasi dikumpulkan melalui data biologis,
psikologis, sosial serta spiritual (Azizah et al., 2016).
Identitas
Meliputi nama kliem, nama panggilan klien, tujuan, usia, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,
dan no rekam medis.

Penyebabnya masuk dan Faktor Presipitasi


Alasan klien atau anggota keluarga datang ke RS Jiwa, alasan yang menyebabkan klien melakukan kekerasan,
apa yang dilakukan klien di rumah, apa yang dilakukan keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Faktor predisposisi
◦ Menanyakan apakah keluarga tersebut menderita gangguan jiwa, apa hasil
pengobatan sebelumnya,
◦ apakah pernah melakukan atau mengalami kekerasan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam rumah tangga, serta sikap kriminal.
◦ Tanyakan kepada klien keluarga apakah terdapat yang alami gangguan jiwa,
serta tanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak mengasyikkan.
◦ Pada faktor dengan perilaku kekerasan adalah faktor predisposisi, faktor
presipitasi pengalaman klien yang tidak menyenangkan di masa lalu,
◦ riwayat anggota keluarga dengan gangguan jiwa dan riwayat kekerasan.
Pemeriksaan fisik
◦ Periksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, serta tanyakan kepada klien apakah merasa tidak
enak badan. Pada klien dengan perilaku kekerasan, tekanan darah meningkat, RR meningkat, pernapasan,
kemerahan, tonus otot meningkat, dan pelebaran pupil.
Psikososial
◦ 1)Genogram
◦ Genogram mengambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan,
serta pola asuh. Pada klien perilaku kekerasan perlu mempelajari pola asuh keluarga dalam menghadapi
klien.
2)Konsep diri
a)Citra diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidaksadar. Klien dengan perilaku
kekerasan terhadap citra dirinya mereka kurang menyadari tentang ukuran, bentuk,
fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
b)Identitas diri
Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yangdapat dikenal dengan stressor identitas. Stressor
identitas diantaranyakehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik dengan orang lain.
c)Fungsi peran
Fungsi peran klien yang melakukan perilaku kekerasan terganggu oleh perilaku yang merugikan diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
d)Ideal diri
Klien dengan perilaku kekerasan, jika kenyataan tidak sesuai dengan kenyataan, maka mereka akan
menunjukkan kemarahan, dan pengkajian perilaku kekerasan tentang ideal diri harus didasarkan pada
harapan klien akan kondisi fisik ideal, lokasi, tugas, dan peran dalam keluarga, Harapan di tempat kerja
atau sekolah, lingkungan klien, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana bila realitanya tidak cocok
dengan harapannya.
e)Harga diri
Harga diri yang dipunyai oleh klien dengan perilaku kekerasan merupakan harga diri rendah, sebab pemicu
awal marahnya perilaku kekerasan adalah tidak dapat menerima kenyataan, bersifat tidak stabil, yang
menganggap dirinya tidak berharga.
3)Hubungan sosial
Hubungan sosial dalam perilaku kekerasan menjadi rusak. Karena berisiko merugikan diri sendiri, orang
lain, serta lingkungan, dan mempunyai amarah yang tidak terkontrol.
4)Spiritual
Nilai serta kepercayaan, aktivitas ibadah ataupun melaksanakan kepercayaan, kepuasan dalam
melaksanakan kepercayaan.
f.Status mental
Penampilan, ucapan, gerakan, efek dan emosi, interaksi dalam wawancara, persepsi atau perasaan, proses
berpikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, kemampuan menilai atau mengambil keputusan,
persepsi, mekanisme koping.
POHON MASALAH
Risiko tinggi mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Efec)

(Core Problem)
Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri: (Cause)


Harga Diri Rendah
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut Madhani dan Kartina (2020), adalah :
a.Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b.Risiko perilaku kekerasan.
c.Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Intervensi
Intervensi pada risiko perilaku kekerasan ini bertujuan untuk mengenali risiko perilaku
kekerasan dan cara mengontrol risiko perilaku kekerasan. Yang dilakukan dengan
merencanakan beberapa tindakan seperti mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik,
verbal, dan spiritual. Didalam intervensi ini juga melakukan tindakan keluarga yang bertujuan
untuk mengenal masalah, mengambil keputusan, mencegah kekambuhan risiko perilaku
kekerasan. Untuk tindakan keperawatan keluarga dalam intervensi risiko perilaku kekerasan ini
dilakukannya diskusi untuk menjelaskan mengenai cara merawat pasien ketika dirumah.
lanjutan intervensi…
◦ Intervensi pada gangguan konsep diri : harga diri rendah ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Yang dilakukan dengan merencanakan beberapa tindakan
seperti membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan, membantu klien memilih atau
menetapkan kemampuan yang akan dilatih dan melatih kemampuan yang dipil klien. Didalam intervensi
ini juga melakukan tindakan keluarga yang bertujuan untuk mengenal masalah, mengambil keputusan
dalam merawat klien harga diri rendah, menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga
diri klien, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan mencegah kekambuhan
Rencana Tindakan Keperawatan Untuk Pasien

Tujuan
1) Pasien dapat menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat menyebutkan tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial dan
terapi psikofarmaka.

24
Lanjutan …

◦ Rencana Tindakan Keperawatan


1. Manajemen Perilaku Kekerasan (MPK)

Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab PK
- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
- Klien dapat mengidentifikasi PK yg biasa dilakukan
- Klien dapat mengidentifikasi akibat PK
- Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif
dalam berespon terhadap kemarahan
Lanjutan …

- Klien dapat mendemonstrasikan perilaku


yang terkontrol
- Klien dapat dukungan keluarga dalam
mengontrol perilaku
- Klien dapat menggunakan obat dg benar

2. Pada saat terjadi PK


Tujuan :
- Klien mendapat perlindungan dari lingkungan
untuk mengontrol PK
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK KLIEN
A. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab PK
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
3. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yg pernah
dilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari PK yg
dilakukan
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/
mengontrol PK nya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol PK-nya
secara fisik, spiritual, sosial dan dgn terapi
psikofarmaka
B.Tindakan

1. Bina hubungan saling percaya


a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan sambil menyebukan nama
perawat
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat
setiap kali bertemu
e. Beri rasa aman dan sikap empati

2. Diskusikan bersama pasien penyebab PK saat


ini dan yang lalu
Lanjutan…
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi
penyebab PK
a. Diskusikan tanda dan gejala PK secara fisik
b. Diskusikan tanda dan gejala PK secara psikologis
c. Diskusikan tanda dan gejala PK secara sosial
d. Diskusikan tanda dan gejala PK secara spiritual
e. Diskusikan tanda dan gejala PK secara intelektual

4. Diskusikan bersama pasien PK yang biasa


dilakukan pada saat marah secara :
a. verbal
b. terhadap orang lain
c. terhadap diri sendiri
d. terhadap lingkungan
Lanjutan …
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol PK secara :


a. Fisik : pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam
b. Sosial/verbal : menyatakan secara asertif rasa
marahnya
c. Spiritual : sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
d. Patuh minum obat

7. Latih pasien mengontrol PK secara fisik :


a. Latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal
b. Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul
kasur - bantal
Lanjutan …
8. Latih pasien mengontrol PK secara sosial/verbal
a. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal :
- menolak dengan baik
- meminta dengan baik
- mengungkapkan perasaan dengan baik
b. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah
secara verbal

9. Latih pasien mengontrol PK secara spiritual


a. Latih mengontrol PK secara spiritual :
- Sholat
- Berdoa
b. Susun jadwal latihan sholat, berdoa
Lanjutan …

10. Latih pasien mengontrol PK dg patuh minum obat :


a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan
prinsip lima benar (benar nama pasien,nama obat,
cara minum obat, waktu minum obat dan benar
dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhenti minum obat
b. Susun jadwal minum obat secara teratur

11. Ikut sertakan pasien dalam TAK Stimulasi


Persepsi mengontrol PK
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
PASIEN
SP 1 : Membina hubungan saling percaya, identifikasi
penyebab perasaan marah, tanda dan gejala
yang dirasakan, PK yang dilakukan, akibatnya
serta mengontrol secara fisik 1

SP 2 : Latihan mengontrol PK secara fisik ke 2


a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke 2 : pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Lanjutan …

SP 3 : Latih mengontrol PK secara sosial/verbal


a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara
verbal: menolak dgn baik, meminta dgn baik,
mengungkapkan perasan dgn baik
c. Susun jadwal ltihan mengungkapkan secara
verbal

SP 4 : Latih menontrol PK secara spiritual


a. Diskusikan hasil latihan mengontrol PK secara
fisik dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadwal latihan sholat/berdoa
Lanjutan …

SP 5 : Latihan mengontrol PK dengan obat


a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien utk
cara mencegah marah yang sudah dilatih
b. Latih pasien minum obat secara teratur dgn
prinsip lima benar (benar nama pasien,nama
obat cara minum obat, waktu minum obat dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum obat
c. Susun jadwal minum obat secara teratur
Implementasi
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tindakan keperawatan pada Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yaitu dengan
mengontrol perilaku kekerasan pasien dan membina hubungan saling percaya’.

Risiko Perilaku Kekerasan

Tindakan keperawatan pada risiko perilaku kekerasan yaitu dengan melatih berbicara baik-baik,
menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan
akibat perilaku kekerasan serta melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul bantal, menjelaskan dan
melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar, melatih cara verbal atau bicara baik-baik, melatih cara
spiritual.
Evaluasi

Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), evaluasi klien dengan perilaku kekerasan harus
didasarkan pada pengamatan terhadap perubahan perilaku dan reaksi subjektif. Klien diharapkan
dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, tanda-tanda sikap kekerasan, akibat
perilaku kekerasan, cara-cara konstruktif dalam menghadapi amarah, menunjukkan perilaku
terkontrol, mendapatkan support keluarga dalam mengendalikan sikap, serta pemakaian obat
dengan benar.
2. TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK
KELUARGA

A. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
dengan riwayat PK

B. Tindakan
1. Diskusikan masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan bersama kel. ttg PK (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yg muncul dan
akibat dari perilaku tsb)
Lanjutan …
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi
pasien yang perlu segera dilaporkan kpd perawat,
spt melempar atau memukul benda/orang lain.

4. Latih keluarga merawat pasien dengan PK


a. Anjurkan keluarga utk memotivasi pasien
melakukan tindakan yg telah diajarkan oleh perawat
b. Ajarkan keluarga utk memberikan pujian kpd pasien
bila pasien dpt melakukan kegiatan tsb secara tepat
b. Diskusikan bersama keluarga tindakan yg hrs
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala PK
5. Buat perencanaan pulang bersama keluarga
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
KELUARGA
SP 1 : Memberikan penyuluhan kepada keluarga ttg
cara merawat klien PK dirumah
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien
b. Diskusikan bersama kel. ttg PK (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yg muncul dan
akibat dari perilaku tsb)
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi
pasien yang perlu segera dilaporkan kepada
perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain.
Lanjutan …

SP 2 : Melatih keluarga melakukan cara-cara


mengontrol kemarahan
a. Evaluasi pengetahuan keluarga ttg marah
b. Anjurkan keluarga utk memotivasi pasien
melakukan tindakan yg telah diajarkan oleh
perawat
c. Ajarkan keluarga utk memberikan pujian kpd
pasien bila pasien dpt melakukan kegiatan tsb
secara tepat
d. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang
hrs dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-
gejala PK
Lanjutan …

SP 3 : Membuat perencanaan pulang bersama


keluarga
Buat perencanaan pulang Bersama keluarga.

Kriteria evaluasi :
• Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien

Tindakan keperawatan :
• Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah.

Rasional :
• Mengetahui apa yang dilakukan setelah pulang
TINDAKAN KEPERAWATAN : MANAJEMEN KRISIS
(PD SAAT TERJADI PK)

1. Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara rendah


2. Jika harus dilakukan pembatasan gerak
- Jangan lakukan sendiri, minimal ada 2-3 org
 satu orang jadi leader
- Bicarakan pd klien sesuai protokol pengekangan/
pembatasan gerak
EVALUASI PADA PASIEN

1. Pasien mampu menyebutkan penyebab,


tanda dan gejala PK, PK yang biasa
dilakukan dan akibat PK

2. Pasien mampu menggunakan cara


mengontrol PK secara teratur sesuai jadwal :
a. secara fisik
b. secara sosial/verbal
c. secara spiritual
d. dengan terapi psikofarmaka
EVALUASI PADA KELUARGA

Keluarga mampu :
- Mencegah terjadinya PK
- Menunjukkan sikap mendukung dan menghargai
- Memotivasi dlm mengontrol PK
- Mengidentifikasi perilaku yang harus dilaporkan ke perawat
Menghadapi Pasien PK

46
Mengendalikan Pasien PK

47
Mengendalikan Pasien

48
Mengendalikan Pasien PK

49
Mengendalikan Pasien PK

50
Pengikatan Pasien PK

51
ASKEP
RISIKO
PERILAKU
KEKERASA
N SDKI
PRAKTISI MENGAJAR
Risiko Perilaku Kekerasan
[SDKI D.0146]

◦ Risiko perilaku kekerasan merupakan diagnosis keperawatan yang


didefinisikan sebagai berisiko membahayakan secara fisik, emosi,
dan/atau seksual pada diri sendiri atau orang lain.
Faktor Risiko

Faktor risiko adalah kondisi atau situasi yang


dapat meningkatkan kerentanan pasien
mengalami masalah Kesehatan.

5.Disfungsi sistem keluarga


1.Pemikiran waham/delusi
6.Kerusakan kognitif
2.Curiga pada orang lain
7.Disorientasi atau konfusi
3.Halusinasi
8.Kerusakan kontrol impuls
4.Berencana bunuh diri
Faktor Risiko

9. Persepsi pada lingkungan tidak akurat 14.Penganiayaan atau pengabaian anak


10.Alam perasaan depresi 15.Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri
11.Riwayat kekerasan pada hewan sendiri atau orang lain atau destruksi properti
orang lain
12.Kelainan neurologis
16.Impulsif
13.Lingkungan tidak teratur
17.Ilusi
Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang berarti penulisannya menggunakan
metode dua bagian, yaitu:
◦ [masalah] + [faktor risiko]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:


◦ Risiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan halusinasi
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
◦ Risiko perilaku kekerasan d.d halusinasi
Perhatikan:
1.Masalah = Risiko perilaku kekerasan
2.Faktor risiko = Halusinasi
3.d.d = dibuktikan dengan
4.Diagnosis risiko tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki
etiologi.
Luaran

◦ Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis risiko
perilaku kekerasan adalah “kontrol diri meningkat”.
◦ Kontrol diri meningkat diberi kode L.09076 dalam SLKI.
Kontrol diri meningkat diberi kode L.09076

Kontrol diri meningkat berarti meningkatnya kemampuan untuk mengendalikan atau mengatur
emosi, pikiran, dan perilaku dalam menghadapi masalah.
◦ Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa kontrol diri meningkat adalah:
1.Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
2.Verbalisasi umpatan menurun
3.Suara keras menurun
4.Bicara ketus menurun
◦ Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3
komponen, yaitu:
◦ [Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
◦ Contoh:
◦ Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kontrol diri meningkat,
dengan kriteria hasil:
1.Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
2.Verbalisasi umpatan menurun
3.Suara keras menurun
4.Bicara ketus menurun
◦ Perhatikan:
1.Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kontrol diri
2.Ekspektasi = Meningkat
3.Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Intervensi

◦ Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa
intervensi dapat mengatasi penyebab.
◦ Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa
intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
◦ Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
◦ Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis risiko
perilaku kekerasan adalah:
1.Pencegahan perilaku kekerasan
2.Promosi koping
Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)

◦ Intervensi pencegahan perilaku kekerasan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
kode (I.14544).
◦ Pencegahan perilaku kekerasan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
mengidentifikasi dan menurunkan meminimalkan kemarahan pasien yang diekspresikan secara
berlebihan dan tidak terkendali secara verbal sampai dengan mencederai orang lain dan/atau
merusak lingkungan.
◦ Tindakan yang dilakukan pada intervensi pencegahan perilaku kekerasan berdasarkan SIKI, antara lain:
O…T...E…K
Observasi

• Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis: benda tajam, tali)
• Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
• Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan (mis: pisau cukur)
Terapeutik

• Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin


• Libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi

• Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan pasien


• Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
• Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal (mis: relaksasi, bercerita)
Edukasi

• Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan pasien


• Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
• Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal (mis: relaksasi, bercerita)
Promosi Koping (I.09312)

Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon
stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan
SIKI

Observasi
• Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
• Identifikasi kemampuan yang dimiliki
• Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
• Identifikasi pemahaman proses penyakit
• Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
• Identifikasi metode penyelesaian masalah
• Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Intervensi promosi koping berdasarkan SIKI

Terapeutik
• Diskusikan perubahan peran yang dialami
• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
• Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
• Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
• Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
• Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
Intervensi promosi koping berdasarkan SIKI

Terapeutik lanjutan..
• Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
• Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
• Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
• Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
• Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
• Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
Intervensi promosi koping berdasarkan SIKI

Terapeutik lanjutan..
• Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
• Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
• Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
• Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
• Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
Edukasi
• Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
• Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
• Anjurkan keluarga terlibat
• Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
Edukasi lanjutan
• Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
• Latih penggunaan Teknik relaksasi
• Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
• Latih mengembangkan penilaian obyektif
75

Anda mungkin juga menyukai