Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWAT JIWA PADA KLIEN

DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RSJ. PROF.DR. SOEROJO


MAGELANG

Di Susun Oleh :

ARBIN DASTARI
203203104

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWAT JIWA PADA KLIEN


DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA
GRHASIA YOGYAKARTA

Di Susun Oleh :

ARBIN DASTARI
203203104

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(……………………………) (……………………………….)

Mahasiswa

(Arbin Dastari)

2
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart & Sundeen, 2010).
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi
atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang
belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak
aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Menurut Yosep (2009) perilakukekerasanadalah suatu keadaan emosi
yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau amarah. Hal ini
didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian
penting dari keadaan emosional yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke
dalam diri atau secara destruktif.
Sedangkan menurut Aziz (2014) perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis.

B. Jenis Perilaku Kekerasan dan Rentang Respon


1. Verbal: teriak-teriak, mengancam, membuat gaduh lingkungan sekitar.
2. Simbolik: melukai orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan,
merasa terancam, dendam, marah, jengkel, muka merah, mata melotot,
agresif, tangan mengepal, kaku mondar-mandir, tampak teriak-teriak,
memukul, atau melukai orang lain, merusak lingkungan, dan melukai diri
sendiri.
Rentang Respon Marah

Adaptif Mal Adaptif


Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

3
C. Tanda dan Gejala
Data Subjektif :
1. Verbal: mengancam, mengumpat, dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar, dan ketus.
2. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
3. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
4. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan
tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
5. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
6. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.
7. Perhatian: melarikan diri dan melakukannya penyimpangan.
Data Objektif
1. Fisik: mata melotot/ pamdangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.

D. Penyebab
Ada beberapa faktor predisposisi yang berkaitan dengan timbulnya
perilaku kekerasan, yaitu:
1. Faktor psikologis
a. Psychoanalitical Theory, teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting hidup
yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting kematian
yang diekspresikan dengan agresivitas.
b. Frustation aggresion theory, teori ini menyatakan bahwa bila usaha
seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka

4
akan timbul dorongan agresif yang akan memotivasi perilaku yang
dirancang untuk melaukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi.
2. Faktor social budaya
Teori ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-
respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi.,
dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
kebangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
dipelajarinya. Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan.
Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana
yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
3. Faktor biologis
Penelitian neurobiologi berpendapat bahwa adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik),
perangasangan terutama diberikan pada nukleus periforniks hipotalamus.
Jadi kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal ( untuk interpretasi
indera penciuman dan memori). Neurotransmiter yang sering dikaitkan
dengan perilaku agresif adalah: serotonin, dopamin, norepinephrine,
acetilkolim, dan asam amino GABA.
Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor presipitasi
terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yaitu:
1. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang
percaya diri.
2. Lingkungan: ribut, kehilangan orang/ objek yang berharga, konflik
interaksi sosial

5
E. Psikopatologi
Resiko mencederai diri,Orang lain,
lingkungan, RBD
Effect
 
Care Problem

Perilaku kekerasan
Causa
Halusinasi

                            Gambar 1. Pohon Masalah (Fitria, 2009)

F. Fokus Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan, antara lain:
1. Identifikasi klien
Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medic
2. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal.
4. Faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologi, dan sosial budaya.
5. Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu

6
6. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan.Kaji fungsi organ jika ada
keluhan.
7. Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
8. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek
klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
11. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi

7
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi
dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

G. Diagnosa Keperawatan Utama


Perilaku Kekerasan

8
H. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN

No Rencana Tindakan
Diagnosis Tujuan Kriteria hasil
. Tindakan (Pasien) Tindakan (Keluarga)
1 Risiko Perilaku Setelah melakukan 1. Pasien mampu SP I SP I
Kekerasan interaksi dengan klien mengidentifikasi 1. Identifikasi penyebab, 1. Diskusikan masalah yg
selama … s.d. …. kali, penyebab PK tanda & gejala, PK yang dirasakan dalam merawat
klien dapat mengontrol 2. Pasien mampu dilakukan, akibat PK. pasien.
perilaku kekerasan mengidentifikasi 2. Jelaskan cara mengontrol 2. Jelaskan pengertian, tanda &
dengan kriteria hasil : tanda dan gejala PK PK: fisik, obat, verbal, gejala, dan proses terjadinya
1. Pasien mampu 3. Pasien mampu spiritual. PK (gunakan booklet).
mengontrol perilaku mengidentifikasi Pk 3. Latihan cara mengontrol 3. Jelaskan cara merawat PK.
kekerasan yang dilakukan PK secara fisik: tarik nafas 4. Latih satu cara merawat PK
2. Pasien tidak 4. Pasien mampu dalam dan pukul kasur dan dengan melakukan kegiatan
mencederai diri mendengarkan bantal. fisik: tarik nafas dalam dan
sendiri, orang lain penjelasan cara 4. Masukan pada jadwal pukul kasur dan bantal.
dan lingkungan mengontrol PK : fisik, kegiatan untuk latihan fisik. 5. Anjurkan membantu pasien
obat, verbal, spiritual sesuai jadwal dan memberi
5. Pasien mau latihan pujian.
cara mengontrol Pk

9
secara fisik : tarik
nafas dalam , pukul
bantal atau kasur
6. Pasien mau ditambah
latihan mengontrol Pk
dengan obat (jelaskan
6 benar : jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara,
kontiunuitas minum
obat)
SP II SP II
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
fisik. Beri pujian. dalam merawat/melatih pasien
2. Latih cara mengontrol PK fisik. Beri pujian.
dengan obat (jelaskan 6 2. Jelaskan 6 benar cara
benar: jenis, guna, dosis, memberikan obat.
frekuensi, cara, kontinuitas 3. Latih cara
minum obat). memberikan/membimbing
3. Masukkan pada jadual minum obat.

10
kegiatan untuk latihan fisik 4. Anjurkan membantu pasien
dan minum obat. sesuai jadual dan memberi
pujian.

SP III SP III
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
fisik & obat. Beri pujian. dalam merawat/melatih pasien
2. Latih cara mengontrol PK fisik dan memberikan obat.
secara verbal (3 cara, yaitu: Beri pujian.
mengungkapkan, meminta, 2. Latih cara membimbing: cara
menolak dengan benar). bicara yang baik.
3. Masukkan pada jadual 3. Latih cara membimbing
kegiatan untuk latihan fisik, kegiatan spiritual.
minum obat dan verbal. 4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberikan
pujian.

SP IV SP IV
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
fisik & obat & verbal. Beri dalam merawat/melatih pasien

11
pujian. fisik, memberikan obat,
2. Latih cara mengontrol latihan bicara yang baik &
spiritual (2 kegiatan). kegiatan spiritual. Beri pujian.
3. Masukkan pada jadual 2. Jelaskan follow up ke
kegiatan untuk latihan fisik, RSJ/PKM, tanda kambuh,
minum obat, verbal dan rujukan.
spiritual. 3. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberikan
pujian.

SP V SP V
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
fisik, obat, verbal dan dalam merawat/melatih pasien
spiritual. Beri pujian fisik, memberikan obat, cara
2. Nilai kemampuan yang bicara yang baik dan kegiatan
telah mandiri spiritual dan follow up. Beri
3. Nilai apakah PK terkontrol pujian
2. Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien

12
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ /
PKM

13
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. (2014). Buku ajaran Keperwatan Jiwa.Jakarta: PT Gramedia Utama.

Keliat Budi Anna. (2006). Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: penerbit
buku kedokteran EGC.

Musliha, S. (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Meco Medica.

Stuart, GW dan Sundeen, S.J, (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa. edisi 3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Vedebeck, S. L. (2009). Psychiatric Mental Healt Nu.rsing. Philadelphia:


Lippicott

Yosep, I.(2009).Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika Aditama.

14

Anda mungkin juga menyukai