Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Menghitung Balance Cairan
Revisi Tanggal
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Menghitung Balance Cairan No. Dokumen:
Berlaku:
1. PENGERTIAN
Suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake ) dan
mengukur jumlah cairan yang keluar (output).
2. TUJUAN
a. Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien
b. Menentukan tingkat dehidrasi klien
3. PERSIAPAN ALAT
a. Gelas Ukur
b. Alat tulis
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Menghitung Balance Cairan No. Dokumen:
Berlaku:
4. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
b. Tahap Kerja
1) Tentukan jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh klien
Terdiri atas :Air minum, Air dalam makanan, Air hasil oksidasi (metabolisme),
Cairan intravena
2) Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien
Terdiri atas :Urine, Kehilangan cairan tanpa disadari(Insensible Water Loss
(IWL)): paru dan kulit, Keringat, Feces, Muntah
3) Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan menggunakan rumus:
Keseimbangan cairan tubuh = intake – output
Hal – hal yang perlu di perhatikan :
a. Rata – rata intake perhari
1. Air minum : 1500 – 2500 ml
2. Air dalam makanan : 750 ml
3. Air hasil oksidasi (metabolisme) : 200 ml
b. Rata – rata output perhari
1. Urine :1400 – 500 ml
2. IWL
a) paru :350 – 400 ml
b) kulit :350 – 400 ml
3. Keringat :100 ml
4. Feces :100 – 200 ml
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Menghitung Balance Cairan No. Dokumen:
Berlaku:
c. IWL
1. Dewasa : 15cc/ kgBB/ hari
2. Anak : (30 – usia {tahun} cc/kg BB/hari
0
4. Jika ada kenaikan suhu : IWL = 200 (Suhu badan sekarang – 36,8 c)
c. Tahap Terminasi
1) Evaluasi tindakan
2) Menyampaikan RTL
3) Berpamitan dengan klien
4) Mendokumentasikan pada catatan perawat
INSTRUKSIONAL KERJA
PERHITUNGAN STATUS GIZI
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Perhitungan Status Gizi
Revisi Tanggal
Berlaku:
1. DEFINISI
Pengkajian Nutrisi merupakan pengumpulan informasi tentang status nutrisi
dan untuk menentukan adanya masalah kebutuhan nutrisi. Komponen pengkajian nutrisi
terdiri dari pemeriksaan antropometrik, pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, dan
riwayat diet.
Berlaku:
a. Pemeriksaan Antropometrik
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh.
Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2002). Sedangkan
sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri,
khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi
dalam asuhan medik. Untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa
pengukuran secara spesifik diperlukan dan pengukuran ini mencakup pengukuran
berat badan, indeks massa tubuh (IMT). (Andy Hartono, 2000).
Pengkajian Antropometri meliputi :
1. BB (Berat Badan)
Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberikan
gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Dalam keadaan normal dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi
terjamin, berat badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam
keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat
berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Pada masa
bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan
fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi,
asites, oedema dan adanya tumor (Supariasa, dkk, 2001). Hal-hal yang harus
dipertimbangkan kalau kita akan menggunakan berat badan sebagai satu-
satunya kriteria untuk menentukan keadaan gizi seseorang :
a. Berat badan harus dimonitor untuk memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi preventif secara dini (dan intervensi guna
mengatasi kecenderungan penurunan/ penambahan berat yang tidak
dikehendaki).
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 14
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perhitungan Status Gizi No. Dokumen:
Berlaku:
b. Berat badan harus dievaluasi dalam konteks riwayat berat, baik gaya
hidup maupun status berat terakhir.
c. Berat badan tidak memberikan informasi mengenai komposisi tubuh dan
dengan demikian tidak efektif untuk menentukan resiko penyakit yang
kronis. Namun IMT (indeks masa tubuh menentukan) merupakan sarana
untuk mengukur resiko penyakit kronis
d. Pasien yang berukuran tubuh besar tapi bukan gemuk dapat memiliki nilai
IMT di atas nilai standar, namun tidak ada hubungannya dengan
peningkatan resiko untuk menderita gangguan gizi atau penyakit.
Mengukur Berat Badan (BB) Penimbangan BB dilakukan secara teratur
minimal satu minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau
penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam
1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan
penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat
badan.
2. Umur
Umur merupakan faktor penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 14
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perhitungan Status Gizi No. Dokumen:
Berlaku:
Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan umur.
3. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh
bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi
dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru
akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan parameter
yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
b. Indeks-indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa
indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur.
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 14
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perhitungan Status Gizi No. Dokumen:
(Antropometri)
Berlaku:
2. Z-Skor
Pertama kali dianjurkan oleh WHO pada tahun 1979, di Indonesia
penggunaan Z-Skor untuk penilaian status gizi anak balita telah disepatkati
pada semiloka antropometri tahun 1991. kemudian pada tanggal 17-19
Januari 2000 telah diadakan Diskusi Pakar dibidang Gizi yang
diselenggarakan oleh persagi bekerja sama
dengan UNICEF-Indonsesia dan LIPI. Salah satu agenda diskusi adalah
tentang keseragaman instilah status gizi dan baku antropometri yang
dipakai. Diskusi pakar telah menyepakati bahwa:
a. Buku antropometri yang digunakan adalah WHO-NCHS
b. Istilah status gizi:
1. BB/U
gizi lebih: > 2,0 SD
gizi baik: -2,0 SD s/d + 2 SD
gizi kurang: -2,0 SD
gizi buruk: -3,0 SD
2. TB/U
normal: > -2,0 SD
pendek: < -2,0 SD
3. BB/TB
gemuk: > 2,0 SD
normal: -2,0 SD s/d + 2 SD
kurus: < -2,0 SD
sangat kurus: <-3,0 SD
Penilaian status gizi berdasarkan Z-Skor dilakukan dengan melihat
distribusi normal pertumbuhan seseorang. Nilai ini menunjukkan jarak nilai
baku median dalam unit simpang baku dengan asumsi distribusi normal.
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 14
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perhitungan Status Gizi No. Dokumen:
Berlaku:
Keterangan:
a. X = BB atau TB aktual / hasil pengukuran
b. M = Nilai baku median BB atau TB
c. SB = Nilai simpang baku
(Jika BB atau TB aktual yang diketahui berada diatas nilai median maka
SB yang digunakan adalah jarak antara 0 SD dengan 1 SD tetapi, jika BB
dan TB aktual yang diketahui berada dibawah nilai median maka SB yang
digunakan adalah jarak antara 0 SD dengan -1 SD) (Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi VI, 2000).
3. INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada
bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT
tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti
adanya edema, asites dan hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO,
yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan
perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk
perempuan adalah 18,7-23,8.
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari 14
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perhitungan Status Gizi No. Dokumen:
Berlaku:
Metode recall ini dapat digunakan untuk survei konsumsi keluarga bila
semua anggota keluarga di wawancarai atau salah seorang keluarga mengetahui
tentang konsumsi anggota keluarga yang lainnya, biasanya orang tersebut adalah
ibu rumah tangga.
Meskipun penilaian status gizi dapat dilaksanakan untuk mengukur tingkat
keadaan gizi sejumlah penduduk, namun penilaian tersebut juga berguna untuk
menunjukkan jenis kurang gizi yang dijumpai dalam masyarakat pada umumnya
dan disub-kelompok penduduk pada khususnya.
Adapun cara untuk menilai status gizi
1. Pemeriksaan fisik
Kelainan yang ditemukan dalam pemeriksaan jasmani untuk pengkajian gizi
umumnya mencerminkan deplesi simpanan nutrien yang bermakna. Kelainan
berdasarkan nutrien itu umumnya terlihat pada pasien-pasien AIDS,
malnutrisi, protein-kalori, penyakit renal
kronis, dan pada pasien-pasien dengan riwayat penggunaan alkohol. (Andy
Hartono, 2000).
Tabel . Kemungkinan Diagnosis Berdasarkan Gejala Dalam Pemeriksaan
Jasmani yang Berhubungan Dengan Keadaan Gizi
Bagian Gejala/ Tanda Jasmani Kemungkinan
Tubuh Diagnosis
Mata Vaskularisasi kornea Defisiensi riboflavin
Konjungtiva kering dan suram, Defisiensi Vitamin A
bercak bitot
Konjungtiva palpebra interior yang Defisiensi asam folat,
Pucat Besi
Gusi Perdarahan gusi atau gusi Defisiensi asam
tampak merah, bengkak, askorbat, vitamin A
hipertrofi gingival antar-gigi
Inflamasi stomatis, ulserasi Defisiensi asam askorat
asam folat, Vit B12
60
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 11 dari 14
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perhitungan Status Gizi No. Dokumen:
(Antropometri)
Berlaku:
2. Pemeriksaan laboratoris
Pemeriksaan laboratorium (biokimia darah) akan menghasilkan data-
data yang membantu menegakkan diagnosis defisiensi mikronutrien dan
protein. Disamping itu, parameter biokimia juga mempunyai peranan dalam
menegakkan diagnosa penyakit yang ada kaitannya dengan gizi. Monitor
penting dalam dari pemeriksaan laboratorium ini adalah parameter biokimia
yang sering diperiksa pada pasien. Banyak biodata yang berubah akibat
permasalahan medis (etiologi) yang terjadi bersamaan. Karena itu hasil tes
harus dievaluasi dalam konteks status medis.
Tabel 2.3 Pemeriksaan Laboratorium
Monitor Penting Batas-batas
Penting
Albumin 3,5 – 5,0 mg Menurun (Hipo albuminemia)
Stres akut, Katabolisme,
Overload cairan, Gagal hati,
Pembedahan,
Meningkat (Hiper albuminemia)
Dehidrasi, Gagal ginjal
Kalsium 8,5 – 10,5 Menurun (hipo kasemia)
Asupan yang tidak memadai
(khususnya saat terapi suplemen
fosfor atau pada defisiensi
vitamin D), Asupan magnesium
yang tidak memadai, Kadar
serum albumin yang rendah,
Tranfusi massif, Pankreatitis
Meningkat (hiper kalsemia)
Pemberian Kalsium dan atau
vitamin D yang berlebihan
3. PERSIAPAN ALAT
a. Timbangan BB, TB, LILA
b. Buku catatan
4. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Orientasi
1) Memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur
5) Menanyakan kesiapan pasien
6) Mencuci tangan
b. Fase Kerja
1) Penilaian Antropometri
Pengukuran BB :
a) Meminta pasien untuk tidak mengenakan baju yang tebal dan tidak
menggunakan alas kaki
b) Memastikan timbangan berada pada skala 0.0
c) Membantu pasien naik ke atas timbangan dengan berat badan tersebar merata
pada kedua kaki dan posisi kaki tepat di tengah alat timbangan
d) Melihat angka yang muncul di timbangan
e) Membantu pasien turun dari timbangan
Pengukuran TB
a) Meminta pasien untuk melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup
kepala). Posisikan responden tepat dibawah microtoice
b) Responden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser
c) Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel
pada dinding tempat microtoise dipasang
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 14 dari 14
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perhitungan Status Gizi No. Dokumen:
(Antropometri)
Berlaku:
c. Fase Terminasi
1) Merapikan pasien dan alat
2) Melakukan evaluasi tindakan
3) Menjelaskan RTL
4) Berpamitan dan mencuci tangan