Anda di halaman 1dari 12

RESUME MENINGITIS, ENCHEPALITIS, DAN TRAUMA KEPALA

NAMA : ERIKA TUNIKE PRATIWI

NIM : 212019010067

KELAS : 4B

PRODI : D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


PENGERTIAN MENINGITIS

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu lapisan pelindung yang
menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Meningitis terkadang sulit dikenali, karena penyakit ini
memiliki gejala awal yang serupa dengan flu, seperti demam dan sakit kepala.
Meningitis atau radang selaput otak dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
atau parasit. Kondisi-kondisi tertentu, seperti melemahnya sistem imun tubuh, juga dapat
memicu munculnya meningitis.
Semua golongan usia berpotensi terjangkit meningitis, termasuk bayi. Apabila meningitis
tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat memburuk dan memicu komplikasi seperti kejang,
gagal ginjal, atau bahkan kematian.

GEJALA MENINGITIS
Gejala meningitis dapat berbeda-beda, tergantung tipe, usia, dan keparahan kondisi pasien.
Gejala yang umumnya muncul pada penderita meningitis yang berusia di atas 2 tahun meliputi :

 Demam tinggi
 Leher kaku
 Sakit kepala berat
 Kejang
 Sensitif terhadap cahaya
 Mual atau muntah
 Sulit berkonsentrasi atau kebingungan
 Ruam
 Nafsu makan berkurang

Pada bayi atau anak-anak di bawah 2 tahun, beberapa gejala yang muncul umumnya serupa
dengan penderita meningitis yang berusia di atas 2 tahun, seperti demam tinggi, mengalami
gangguan tidur, nafsu makan berkurang, dan kaku pada leher. Namun, terdapat beberapa gejala
lain yang lebih spesifik, seperti adanya benjolan di bagian kepala dan bayi terus menangis.
Ketika gejala ini muncul, pasien harus segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Meski gejala awalnya mirip dengan flu, meningitis tetap harus diwaspadai, karena juga
dapat menimbulkan kejang dan kaku pada leher. Pada bayi di bawah usia 2 tahun, meningitis
umumnya ditandai dengan memunculkan benjolan di kepala.
Risiko terkena meningitis juga akan meningkat pada ibu yang sedang hamil atau lupa
menjalani imunisasi.
PENYEBAB MENINGITIS
Berdasarkan penyebabnya, meningitis terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

 Meningitis Bakterialis
Meningitis tipe ini disebabkan oleh bakteri dan dapat menular. Bakteri yang menyebabkan
meningitis meliputi:

 Streptococcus pneumoniae
Bakteri ini sering menjadi penyebab meningitis bakterialis. Meningitis akibat bakteri ini
kerap dikaitkan dengan infeksi bakteri ini di bagian tubuh lain,
seperti pneumonia, sinusitis, atau endokarditis.
 Neisseria meningitidis
Bakteri ini menyebar melalui air liur atau lendir saluran pernapasan.
 Haemophilus influenza
Haemophilus influenza tipe B atau Hib adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan
meningitis pada anak-anak. Selain meningitis, bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi
pada darah, tenggorokan, kulit, dan sendi.
 Listeria monocytogenes
Bakteri tipe ini umumnya terdapat pada makanan, seperti melon, keju, dan sayuran
mentah.
 Staphylococcus aureus
Bakteri tipe ini umumnya ditemukan pada kulit dan saluran pernapasan. Kondisi ini kerap
di kaitkan dengan prosedur operasi di otak atau cedera otak.

 Meningitis Virus
Virus yang menyebabkan meningitis meliputi virus kelompok enterovirus, virus herpes
simplex, virus HIV, virus West Nile, atau virus mumps. Masing-masing jenis virus memiliki
pola penyebaran dan penularan yang berbeda-beda.
Kondisi ini umumnya  menimbulkan gejala yang tergolong ringan dan dapat pulih dengan
sendirinya. Namun, pada beberapa keadaan kondisinya tetap membutuhkan perawatan dan bisa
memburuk.

 Meningitis Jamur
Meningitis yang disebabkan oleh jamur masih tergolong jarang terjadi. Meningitis tipe ini
biasanya menyerang seseorang yang memiliki sistem imun lemah, seperti penderita kanker
dan AIDS.
Beberapa jenis jamur yang dapat menyebabkan meningitis adalah cryptococcus, blastomyces,
histoplasma, dan coccidioides. Jamur umumnya ini terdapat pada kotoran hewan seperti burung
dan kelelawar. Penyebaran jamur dapat melalui tanah atau debu yang terkontaminasi dan
terhirup oleh pasien.
 Meningitis Parasit
Parasit penyebab meningitis, seperti Angiostrongylus cantonensis dan Baylisascaris
procyonis, tidak disebarkan melalui kontak langsung. Parasit ini umumnya terdapat pada hasil
bumi, serta kotoran, makanan, dan hewan seperti siput, ikan, unggas. Memakan makanan yang
berbahan dasar hewan tersebut atau melakukan aktivitas seperti berenang berpotensi tertular
parasit penyebab meningitis.
Meningitis juga dapat dipicu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti cedera kepala, kanker,
dan lupus. Penggunaan obat-obatan tertentu atau pernah menjalani tindakan medis seperti operasi
otak juga dapat memicu munculnya meningitis.

FAKTOR PEMICU MENINGITIS


Ada beberapa faktor lain yang dapat memicu meningitis, di antaranya :

 Usia
Umumnya, meningitis virus muncul pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun, dan
meningitis bakteri muncul pada orang di bawah 20 tahun.
 Kehamilan
Kehamilan meningkatkan potensi meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria.
Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi berupa keguguran.
 Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan yang ramai, seperti siswa yang tinggal di asrama, bisa
meningkatkan risiko meningitis.
 Melewati jadwal vaksinasi
Risiko akan meningkat apabila pasien melewati jadwal vaksinasi yang telah dianjurkan
dokter.

CARA MENGOBATI DAN MENCEGAH MENINGITIS


Pengobatan Meningitis
Pengobatan meningitis harus disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut penjelasannya :

 Meningitis Virus
Pada kondisi tertentu, meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh virus
dapat pulih dengan sendirinya. Namun, jika kondisi meningitis yang disebabkan oleh virus
tergolong parah, dokter mungkin akan meresepkan obat golongan antiviral, seperti acyclovir.
Dokter juga akan menganjurkan pasien meningitis virus untuk cukup beristirahat dan
memperbanyak minum air putih.
 Meningitis Bakterialis
Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri, pengobatan yang dilakukan dapat berupa
pemberian antibiotik atau kortikosteroid. Dokter akan menyesuaikan antibiotik yang digunakan
dengan bakteri penyebab meningitis.
Beberapa antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati meningitis adalah
golongan sefalosporin, seperti cefotaxim dan ceftriaxone. Selain untuk mengobati meningitis
yang disebabkan bakteri, penggunaan antibiotik juga menurunkan potensi terjadinya komplikasi,
seperti kejang atau pembengkakan pada otak.

 Meningitis Jamur
Radang selaput otak yang disebabkan oleh jamur diatasi dengan obat antijamur,
seperti amphotericin B atau fluconazole. Dokter akan menyesuaikan tipe obat beserta dosis
dengan kondisi pasien.
Dalam mengatasi meningitis tipe lain, dokter akan menyesuaikan pengobatan dengan
penyebab yang menyertainya. Apabila meningitis disebabkan oleh adanya kondisi seperti kanker
atau penyakit autoimun, maka dokter akan menganjurkan terapi atau obat yang bertujuan untuk
menangani kondisi tersebut.
Pengobatan meningitis atau radang selaput otak umumnya berbeda-beda tergantung
kepada penyebabnya. Sebagai contoh, dokter bisa meresepkan obat antimikroba, atau
menjalankan terapi lain bila meningitis disebabkan oleh kanker atau lupus.
Penyakit ini bisa dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat dan menghindari kondisi
yang dapat memicu penyebaran infeksi. Guna meningkatkan kekebalan tubuh dari kuman
penyebab meningitis, lakukan vaksinasi (termasuk vaksin PCV) sesuai anjuran dokter. Vaksin
meningitis ini juga perlu diperoleh oleh setiap orang yang hendak menjalani ibadah haji.

KOMPLIKASI MENINGITIS
Komplikasi yang muncul akibat meningitis pada tiap orang dapat berbeda-beda. Berikut
adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi :

 Kehilangan penglihatan
 Kejang
 Gangguan ingatan
 Migrain
 Kehilangan pendengaran
 Arthritis atau radang sendi
 Gagal ginjal
 Syok
 Kesulitan berkonsentrasi
 Kerusakan otak
 Hidrosefalus

PENCEGAHAN MENINGITIS
Pencegahan meningitis dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan penyebaran
infeksi dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Beberapa upaya di bawah ini dapat
dilakukan dalam mencegah meningitis:

 Cuci tangan dengan benar tiap kali beraktivitas


 Jaga jarak dengan orang yang terinfeksi
 Gunakan masker jika sedang sakit
 Rutin berolahraga
 Jangan berbagi makanan atau barang pribadi
 Pilih makanan yang telah dipasteurisasi
 Menghindari asap rokok
 Istirahat yang cukup

Selain beberapa upaya di atas, pencegahan meningitis juga dapat dilakukan dengan menerima
vaksinasi atau imunisasi. Pemberian vaksin bertujuan agar melindungi pasien dari penyebab
seperti bakteri atau virus. Beberapa vaksin yang digunakan untuk mencegah meningitis meliputi:

 Vaksin pneumococcal, untuk memberikan perlindungan terhadap bakteri pneumococcal.


 Vaksin Hib, untuk melindungi pasien dari bakteri Haemophilus influenzae tipe B
penyebab meningitis.
 Vaksin MenC, untuk melindungi pasien dari bakteri meningococcal grup C.
 Vaksin MMR, untuk melindungi pasien dari kondisi yang memicu meningitis, seperti
gondongan, campak, dan rubella.
 Vaksin ACWY, untuk memberikan perlindungan pada pasien terhadap
bakteri meningococcal grup A, C, W, dan Y.
 Vaksin meningitis B, untuk melindungi pasien dari bakteri meningococcal tipe B.

Pemberian vaksin harus disesuaikan dengan umur pasien. Konsultasikan dengan dokter
terkait vaksin yang tepat dengan kondisi.
ENSEFALITIS

1. Pengertian

Ensefalitis adalah peradangan parenkim otak yang berhubungan dengan disfungsi neurologis
seperti penurunan kesadaran, kejang, perubahan kepribadian, kelumpuhan saraf kranial,
gangguan bicara, dan defisit motorik dan sensorik. Ensefalitis dapat disebabkan oleh etiologi
infeksi seperti virus dan bakteri, serta etiologi noninfeksi seperti proses autoimun. Beberapa
organisme yang dapat menyebabkan ensefalitis adalah virus herpes simpleks, virus varicella
zoster, dan Mycoplasma sp. Di Indonesia, ensefalitis juga bisa menjadi komplikasi berbagai
penyakit infeksi tropik, seperti pada infeksi dengue dan malaria.

2. Patofisiologi

Patofisiologi ensefalitis berbeda tergantung etiologinya. Penyebab yang paling sering ditemukan
adalah virus herpes simpleks (HSV).

a. Ensefalitis Virus

Sebagian besar kasus ensefalitis herpes simpleks diduga berkaitan dengan reaktivasi virus yang
dorman di ganglia trigeminal, kemudian menyebabkan reaksi inflamasi yang menimbulkan
manifestasi klinis seperti kejang, penurunan kesadaran, atau kelumpuhan saraf kranial.

Arbovirus juga bisa menyebabkan ensefalitis. Inokulasi arbovirus terjadi melalui gigitan nyamuk
atau kutu. Sementara, virus rabies dapat masuk dan menyebabkan ensefalitis melalui gigitan
hewan yang terinfeksi atau paparan cairan sekresi hewan. Beberapa virus lain yang bisa
menyebabkan ensefalitis adalah virus varicella-zoster (VZV) dan cytomegalovirus (CMV).

Secara umum, virus bereplikasi di luar sistem saraf pusat dan masuk ke otak secara hematogen
atau melalui perjalanan sepanjang jalur saraf. Begitu melewati sawar darah-otak, virus memasuki
sel-sel saraf, menyebabkan gangguan fungsi sel, gangguan perivaskular, perdarahan, dan respons
inflamasi difus.

b. Ensefalitis Autoimun

Pada ensefalitis autoimun, terbentuk antibodi yang menyerang antigen permukaan neuron.
Antibodi yang berkaitan dengan ensefalitis autoimun antara lain N-methyl D-aspartate (NMDA)
receptor antibody encephalitis, leucin-rich glioma inactivated 1 antibody encephalitis, anti-Hu,
anti-MA, dan anti glutamic acid decarboxylase.[1] Ensefalitis reseptor NMDA adalah bentuk
autoimun yang paling umum, dan disertai oleh teratoma ovarium pada 58% wanita yang terkena.
c. Ensefalitis Karena Penyebab Lain

Ensefalitis juga bisa disebabkan oleh agen infeksius lain, termasuk bakteri, fungi, dan parasit,
walaupun jumlah kasusnya lebih jarang. Bakteri yang bisa menyebabkan ensefalitis antara lain
Rickettsia spp, Ehrlichia spp, Borrelia burgdorferi, Mycoplasma spp, Bartonella spp,
Mycobacterium spp, dan Treponema pallidum. Ensefalitis bakteri dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri yang menyebar (misalnya dari meningitis) atau sebagai komplikasi dari penyakit menular
yang dialami misalnya sifilis.

3. Etiologi

Etiologi ensefalitis yang paling sering adalah virus. Virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2
lebih sering ditemukan pada neonatus dibandingkan orang dewasa.

Etiologi ensefalitis selengkapnya adalah:

a. Virus: HSV tipe 1 dan 2, virus varicella zoster (VZV), virus Epstein-Barr (EBV),
cytomegalovirus (CMV), arbovirus, rabies, influenza, adenovirus, mumps, virus campak, virus
dengue, virus japanese encephalitis

b. Bakteri: Rickettsia spp, Ehrlichia spp, Borrelia burgdorferi, Mycoplasma spp, Bartonella spp,
Mycobacterium spp, Treponema pallidum

c. Fungi: Aspergillus fumigatus, Blastomyces dermatitidis, Candida spp, Cryptococcus


neoformans, Coccidioides immitis, Histoplasma capsulatum

d. Parasit: Acanthamoeba, Naegleria fowleri, Entamoeba histolytica, Plasmodium falciparum,


Toxoplasma gondii

e. Protozoa: Baylisascaris procyonis, Balamuthia mandrillaris, malaria

f. Autoantibodi: N-methyl D-aspartate receptor antibody, leucin-rich glioma inactivated 1


antibody, anti-Hu, anti-MA, dan anti glutamic acid decarboxylase.

Faktor risiko ensefalitis adalah :

a. Usia: beberapa etiologi ensefalitis lebih banyak ditemukan pada anak dan neonatus, misalnya
virus herpes simpleks, M pneumoniae, T pallidum, dan T gondii

b. Kontak dengan binatang: beberapa etiologi ensefalitis disebarkan melalui kontak dengan
binatang. Misalnya, arbovirus dari nyamuk, rabies dari kucing atau anjing, dan Rickettsia
rickettsii dari tungau

c. Imunokompromais: pasien dengan imunokompromais lebih mudah mengalami ensefalitis


akibat virus varicella zoster, cytomegalovirus, L monocytogenes, dan Mycobacterium
tuberculosis
d. Transplantasi dan transfusi: risiko ensefalitis akibat cytomegalovirus dan virus Epstein-Barr
meningkat pada pasien pasca transfusi darah atau transplantasi organ

e. Pasien yang tidak divaksin: risiko ensefalitis akan meningkat pada pasien yang tidak divaksin,
misalnya vaksin campak, vaksin rubella, dan vaksin japanese encephalitis

f. Riwayat berpergian: berpergian ke daerah tertentu juga bisa meningkatkan risiko ensefalitis
akibat berbagai patogen, misalnya malaria.

4. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan ensefalitis adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah


komplikasi.

Terapi Antiviral

Antivirus bisa diberikan pada ensefalitis akibat virus herpes simpleks dan varicella zoster untuk
mempersingkat perjalanan klinis, mencegah komplikasi, mencegah perkembangan latensi atau
kekambuhan, mengurangi penularan, dan menghilangkan latensi yang telah ada.

5. Tanda dan gejala

Gejala-gejala ensefalitis virus umumnya berupa:

Gejala-gejala yang mirip flu, misalnya demam, sakit tenggorokan, dan batuk

-Mengalami photophobia atau rasa sensitif terhadap cahaya

-Muntah

-Sakit kepala

-Leher dan punggung yang kaku

-Kejang-kejang

-Kelumpuhan atau paralisis

-Kebingungan atau linglung

-Malaise atau rasa tidak enak badan

-Hilang ingatan (amnesia)

-Koma

6. Pengobatan
Ensefalitis virus tergolong kondisi medis yang serius. Sayangnya, belum ada pengobatan spesifik
untuk menyembuhkan penyakit ini. Pasalnya, virus lebih sulit untuk diberantas dibandingkan
dengan bakteri.Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan tujuan mengurangi keparahan gejala
yang dialami oleh penderita. Beberapa metode penanganan yang dapat dilakukan meliputi:

-Obat-obatan antivirus. Pengobatan ini dapat dilakukan melalui suntikan apabila virus
penyebabnya termasuk virus yang rentan. Metode ini juga bisa mengurangi pembengkakan pada
otak.

-Obat-obatan untuk meredakan rasa sakit.

-Obat-obatan untuk mencegah muntah.

-Obat-obatan anticonvulsant (untuk mencegah kejang).

-Obat-obatan untuk mencegah demam.

-Cairan dalam jumlah cukup untuk mencegah dehidrasi. Namun cairan juga tidak boleh
diberikan berlebihan karena dapat memperburuk pembengkakan pada otak (cerebral oedema).

-Makanan yang banyak mengandung antioksidan (misalnya, blueberry, tomat, dan ceri) serta
minyak yang sehat untuk memasak (Seperti minyak zaitun dan minyak sayur).

+Pemulihan total dari penyakit ensefalitis virus umumnya membutuhkan waktu beberapa minggu
hingga beberapa bulan.
Trauma Kepala
1. PENGERTIAN
Cedera kepala (trauma kepala) adalah masalah pada struktur kepala akibat mengalami
benturan yang berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Masalah ini dapat berupa
luka ringan, memar di kulit kepala, bengkak, perdarahan, patah tulang tengkorak, atau gegar
otak.

2. PENYEBAB
Cidera kepala terjadi ketika ada benturan keras,terutama yang langsung mengenai
kepala,keparahan cidera akan tergantung dari mekanisme dan kerasnya benturan yang dialami
penderita.

3. TANDA DAN GEJALA CIDERA KEPALA

A. CEDERA KEPALA RINGAN

 Pasien sadar dan menuruti perintag pemeriksa


 Tidak ada penurunan kesadaran atau kehilangan kesadaran <20 menit
 Tidak ada gangguan saraf
 Tidak ada muntah
 Pasien dapat mengeluh nyeri kepala atau pusing

B. CEDERA KEPALA SEDANG

 Pasien tidak dapat atau dapat menuruti perintah pemeriksa, namun respon yang diberikan
tidak sesuai
 Kehilangan kesadaran >20 menit dan <36 jam
 Amnesia post traumatik < 24 jam dan < 7 hari
 Muntah menyemprot
 Kejang

C. CEDERA KEPALA BERAT

 Pasien mengalami penurunan kesadaran yang progresif atau kehilangan kesadaran > 36
jam
 Amnesia post traumatik > 7 hari
 Tanda kerusakan saraf lokal (sesuai lokasi otak yang mengalami kerusakan, misalnya
gangguan penglihatan, gangguan nafas dan kelumpuhan.

4. KOMPLIKASI CIDERA KEPALA

o Pendarahan Otak
o Kejang
o Keluar cairan bening dari telinga
o Gangguan bicara, ingatan, dan emosi
o Infeksi

5. KOMPLIKASI CEDERA KEPALA


Jika tidak ditangani dengan baik, penderita cedera kepala sedang hingga berat sangat rentan
mengalami komplikasi, baik sesaat setelah trauma atau beberapa minggu setelahnya. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi adalah:

Penurunan kesadaran

a) Vertigo
b) Kejang berulang atau epilepsi setelah trauma
c) Kerusakan saraf dan pembuluh darah
d) Stroke
e) Infeksi, seperti meningitis

Sumber (National Institute on Disability & Research Rehabilitation, 2015).

Anda mungkin juga menyukai