Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS

Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners di Departemen Anak

Disusun Oleh :
ALVINDA MUTIARA RORIMPANDEI
Kelompok 3A

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
A. Definisi
Meningitis adalah peradangan
pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spiral column yang
menyebabkan proses infeksi pada
system saraf pusat. (Suriadi, 2006).
Meningitis merupakan
peradangan pada daerah meningen,
meningitis itu sendiri terdiri atas
meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut
nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang disebabkan oleh
virus. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006).
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum
tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau jamur),
tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker dan
kondisi lainnya. (WHO, 2014).

B. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
1. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat lain
yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok (Neisseria
meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumoniae), haemophilus influenzae. Ada
pula yang timbul karena perjalanan radang langsung dari radang tulang tengkorak,
mastoiditis misalnya, dari tromboflebitis atau pada luka tembus kepala. Penyebabnya
ialah streptokok, stafilokok, kadang-kadang pneumokok. Likuor serebrospinal keruh
kekuning-kuningan karena mengandung pus, nanah. Nanah ialah campuran leukosit
hidup dan yang mati, jaringan yang mati dan bakteri.
Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri
kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan
umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12-24 jam tibul gambaran
klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan brudzinski. Bila terjadi
koma yang dalam, tanda-tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut akan
cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah, mudah
terangsang dan menunjukkan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif dan
halusinasi. Pada keadaan koma yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga
terjadi dilatasi pupil dan koma.

2. Meningitis serosa
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain
seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia. Likuor serebrospinal jernih
meskipun mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi.
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang
dewasa. Meningitis tuberculosis terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis
primer, biasanya dari paru-paru. Meningitis bukan terjadi karena terinfeksi selaput
otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui
pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tuang belakang atau vertebra
yang kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid.
Tuberculosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada
meningitis tuberculosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau
pengobatan yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis
sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan, reabsorpsi berkuran atau
produksi berlebihan dari likuor serebrospinal.Anak juga bisa menjadi tuli atau buta
dan kadang-kadang menderita retardasi mental.
Gambaran klinik pada penyakit ini mulanya pelan. Terdapat panas yang tidak
terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah, berat badan yang
menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti halusinasi. Pada
pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk
dan brudzinski. Dapat terjadi hemiparases dan kerusakan syaraf otak yaitu N III, N
IV, N VI, N VII, N VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.

Sedangkan berdasarkan etiologinya dibedakan berdasarkan:


a. Meningitis Bakterial
Meningitis bacterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen,
dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan subarahnoid. Meningitis
bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka kematian sekitar
25%. Meningitis bakterial adalah suatu peradangan pada selaput otak, ditandai
dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan
terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal. Meningitis
purulenta adalah radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa pus,
disebabkan oleh kuman non spesifik dan nonvirus. Meningitis bakterial jika cepat
dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat akan mendapatkan hasil yang
baik. Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai meningitis purulen atau
meningitis septik.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus
pneuemonia (pneumococcus), Neisseria meningitides, Haemophilus influenza,
(meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis.
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), bakteri ini penyebab tersering
meningitis akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-
anak. Neisseria meningitides (meningococcus) bakteri ini merupakan penyebab
kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat
adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk
kedalam peredaran darah.Haemophilus influenza, Haemophilus influenzae type b
(Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis.Jenis bakteri ini
sebagai penyebab terjadinya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam
dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaksin) telah membuktikan terjadinya angka
penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.Staphylococcus
aureus, Mycobakterium tuberculosis jenis hominis.
Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Diplococcus pneumonia
dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negatif.Pada anak-anak bakteri
tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan Diplococcus
pneumonia. (Satyanegara, 2010)
b. Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik.Sering terjadi akibat lanjutan
dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps, herpes
simplek, dan herpes zoster. Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus
susunan saraf pusat yang akut dengan gejalah rangsang meningeal,pleiositosis
dalam likuor serebrospinalis dengan deferensiasi terutama limfosit,perjalanan
penyakit tidak lama dan selflimited tanpa komplikasi.
Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA
(ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus RNA adalah
enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus (influenza,
parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antaa lain virus herpes, dan
retrovirus (AIDS). Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali
seperti semula (penyembuhan secara komplit). Pada kasus infeksi virus akut,
gambaran klinik seperti meningitis akut, meningo-ensepalitis akut atau ensepalitis
akut.Derajat ringan akut meningo-ensepalitis mungkin terjadi pada banyak infeksi
virus akut, biasanya terjadi pada anak-anak, sedangkan pada pasien dewasa tidak
teridentifikasi.
c. Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf
pusat dapat berupa meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau
kista).
Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30-40% dan insidensinya
meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan penurunan daya tahan
tubuh. Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur,
disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada
pasien acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

C. Etiologi dan Faktor Resiko


a) Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis. Adapun beberapa bakteri yang
secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
- Haemophillus influenza
- Nesseria meningitides (meningococcal)
- Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
- Streptococcus, grup A
- Staphylococcus aureus
- Escherichia coli
- Klebsiella
- Proteus
- Pseudomonas
b) Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya
sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat
melalui sistem vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak, mumps,
herpes simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme
sel sehingga sel mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi
enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan
neurologic.
c) Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
d) Faktor maternal
Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
e) Faktor Imunologi
Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat
imunosupresi.
f) Faktor resiko terjadinya meningitis :
1) Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis,
pneumonia, TBC, perikarditis, dll. Pada meningitis bacterial, infeksi yang
disebabkan oleh bakteri terdiri atas faktor pencetus sebagai berikut diantaranya
adalah :
- Otitis media
- Pneumonia
- Sinusitis
- Sickle cell anemia
- Fraktur cranial, trauma otak
- Operasi spinal
- Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system
kekebalan tubuh seperti AIDS.
2) Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorrhea
3) Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
tengah, operasi cranium.

D. Manifestasi Klinis
Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah atau diare,
tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah (tidak ada gejala spesifik yg
muncul: gangguan pernapasan (apnea berulang), mual, demam).
Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan, muntah,
mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk,
dan tanda kernig dan Brudzinsky positif. (spesifik : high pitach cry suara tangisan
melengking)
Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda
kernig dan brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus
(menunjukkan adanya infeksi meningococcal).
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi
maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-
tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit
kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.

E. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid.Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,
memasuki cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan hidung
(sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat
yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat
menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan
sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus.

F. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya
cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
2. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada meningen
dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
hematogen termasuk ke ventrikuler.
3. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi
Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla
spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intrakranial.
4. Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
5. Epilepsi
6. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang
sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai
tempat menyimpan memori.
7. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak
tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap
beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur
virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapeutik
- Isolasi
- Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultur,
diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
- Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan mencegah
kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
- Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi
heparin pada anak yang mengalami DIC,
- Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
- Mempertahankan ventilasi
- Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
- Penatalaksanaan syok bacterial
- Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
- Memperbaiki anemia
b. Penatalaksanaan Medis
- Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
- Steroid untuk mengatasi inflamasi
- Antipiretik untuk mengatasi demam
- Antikonvulsant untuk mencegah kejang
- Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
- Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
- Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering
atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat
badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang menderita
meningitis sering datang dengan penurunan kesadaran karena kekurangan
cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat
hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
- Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal diberikan
diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah kejang dapat
diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada neonatus 30 mg,
anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk
rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian
diberikan selama 2 hari. Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya
dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian.
Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat
menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan suhu
tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
- Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara,
cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsangan depolarisasi
neuron yang dapat berlangsung cepat.
- Pembebasan jalan nafas denga menghisap lendir melalui section dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian oksigen untuk mensupport
kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkin juga terjadi depresi
pusat pernafasan karena peningkatan tekanan intrakranial sehingga perlu
diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran
pernafasan. Pemberian oksigen pada anak dengan meningitis dianjurkan
konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui masker oksigen.
- Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik
yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-400mg/KgBB dibagi
dalam 6 dosis pemberian secara intrevena dikombinasikan dengan kloramfenikol
50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis pemberian. Pemberian antibiotik ini yang
paling rasional melalui kultur dari pembelian cairan serebrospinal melalui lumbal
fungtio.
c. Penatalaksanaan di Rumah:
- Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas
dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport
penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anakyang menderita demam
terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis membutuhkan masukan
oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga berfungsi
menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun
lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan panas anak ke
lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya kadang anak yang justru menerima
paparan sinar dari lingkungan.
- Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala
miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan
nafas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
- Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam.
Kompres ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi.
Perpindahan panas anak biar dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian
pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah berpindah ke lingkungan.
- Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk
patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 – 120
mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan rata-rata
3 kali sehari.
- Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti
cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga
kelangsungan fungsi sel tubuhyang sebagian besar komposisinya adalah unsur
cairan. Sedangkan minuman hangat dapat membantu mengencerkan sekret
yang kental pada saluran pernafasan.

Ronkhi : saluran pernapan bawah


Stridor : saluran pernapasan atas
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengakajian
1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
b. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
c. Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
a. Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan
darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
c. Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d. Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-
laki.
g. Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.
h. Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
Tujuan :
- Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
- Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Rasa sakit kepala berkurang
- Kesadaran meningkat
- Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.
Intervensi:
- Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.
- Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
- Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada
hipertensi sistolik.
- Monitor intake dan output.
- Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk
mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.
- Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
- Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
- Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.

b. Nyeri sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak


Tujuan
- Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria hasil:
- Pasien dapat tidur dengan tenang
- Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
Intervensi:
- Pantau berat ringan nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala nyeri.
- Pantau saat muncul awitan nyeri.
- Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang
- Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata
- Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-
hati
- Berikan obat analgesik.

c. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan


status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
- Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan
kesadaran
Intervensi:
- Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya
- Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman,
dan alat suction selalu berada dekat pasien.
- Pertahankan bedrest total selama fae akut
- Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll.

d. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Tujuan:
- Suhu tubuh klien menurun dan kembali normal.
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
Intervensi:
- Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
- Pantau suhu lingkungan
- Berikan kompres hangat
- Berikan selimut pendingin
- Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Riyadi,Sujono.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.Yogyakarta: Gosyen
Publising.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Ed.8. Jakarta: EGC dalam http://askep-
asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-meningitis.html diakses pada 1
April 2020.
Suriadi, Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Penerbitan
Penebar Swadaya
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai