Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAULUAN PASIEN DENGAN MENINGITIS DI

RUANGAN ANAK RSUD CENDRAWASI DOBO

DI SUSUN OLEH:
NAMA : NOVITA S. URDJEL
NIM : P.1911155

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

AMBON

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Salah
satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi susunan saraf
pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi
dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%.
Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian
penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus influenzae tipe B
ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis. Pada penelitian lanjutan, didapatkan 38%
penyebab meningitis pada anak kurang dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995 meningitis
yang disebabkan Neisseria meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya
pada usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19 tahun . Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan
Steptococcus pneumoniae angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada anak
kurang dari 2 tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia,
dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14% dan
gangguan pendengaran 28%.
Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya gejala
perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia disertai peningkatan
jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Berdasarkan durasi dari gejalanya,
meningitis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Meningitis akut memberikan manifestasi
klinis dalam rentang jam hingga beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset
dan durasi berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik
meningitis saling tumpang tindih karena etiologinya sangat bervariasi. Oleh karena itu sangat
diperlukan tenaga kesehatan perawat yang kompeten dalam melakukan asuhan keperawatan
pada anak dengan meningitis.

B.   Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya meningitis?
2. bagaimana cara penyembuhan meningitis?
3. apa saja tanda dan gejala meningitis?
4. kompikasi apa saja yang dapat mucul pada anak dengan meningitis

C.  Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
a. agar mampu memahami tentang konsep dasar meningitis pada anak
2.      Tujuan Khusus
a. Agar mampu memahami konsep dasar penyakit meningitis meliputi:
1) Definisi meningitis
2) Etiologi meningitis
3) Manifestasi klinis meningitis
4) Patofisiologi meningitis
5) Komplikasi meningitis
6) Penatalaksanaan pada meningitis
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Dasar Penyakit


A.    Definisi
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spiral
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat. (Suriadi, 2006)
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. (NANDA, 2012)
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu sendiri terdiri
atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut
nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang disebabkan oleh virus.
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2006)
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum tulang
belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau jamur), tetapi
juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker dan kondisi
lainnya. (WHO, 2014)
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu
dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus influenza
dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter, araknoid
dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang
superfisial.
TAMBAHKAN KESIMPULAN PRIBADI
B.     Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu :
1.    Meningitis purulenta
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat lain yang
menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok (Neisseria meningitidisis),
pneumokok (Diplococcus pneumoniae), haemophilus influenzae.Ada pula yang timbul
karena perjalanan radang langsung dari radang tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari
tromboflebitis atau pada luka tembus kepala.Penyebabnya ialah streptokok, stafilokok,
kadang-kadang pneumokok.Likuor serebrospinal keruh kekuning-kuningan karena
mengandung pus, nanah.Nanah ialah campuran leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang
mati dan bakteri.
Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri
kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan umum dan
rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12-24 jam tibul gambaran klinis meningitis yang
lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam, tanda-tanda
selaput otak akan menghilang, penderita takut akan cahaya dan amat peka terhadap
rangsangan, penderita sering gelisah, mudah terangsang dan menunjukkan perubahan mental
seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada keadaan koma yang berat dapat terjadi
herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.
2.    Meningitis serosa
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.Penyebab lain seperti lues,
virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.Likuor serebrospinal jernih meskipun mengandung
jumlah sel dan protein yang meninggi.
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang
dewasa.Meningitis tuberculosis terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis primer,
biasanya dari paru-paru.Meningitis bukan terjadi karena terinfeksi selaput otak langsung
penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada
permukaan otak, sumsum tuang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam
rongga arachnoid.
Tuberculosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa.Pada meningitis
tuberculosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang
terlambat.Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi,
hydrocephalus akibat sumbatan, reabsorpsi berkuran atau produksi berlebihan dari likuor
serebrospinal.Anak juga bisa menjadi tuli atau buta dan kadang-kadang menderita retardasi
mental.

C.     Etiologi
1.       Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri yang secara
umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
a. Haemophillus influenza
b. Nesseria meningitides (meningococcal)
c. Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
d. Streptococcus, grup A
e. Staphylococcus aureus
f. Escherichia coli
g. Klebsiella
h. Proteus
i. Pseudomonas
2.      Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem
nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem
vaskuler.Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak, mumps, herpes
simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sel
mengalami nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter
yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.

3.       Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
4.      Faktor maternal
Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
5.      Faktor Imunologi
Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat
imunosupresi.
6.       Faktor resiko terjadinya meningitis :
a. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC,
perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan oleh bakteri terdiri atas faktor
pencetus sebagai berikut diantaranya adalah :
1) Otitis media
2) Pneumonia
3) Sinusitis
4) Sickle cell anemia
5) Fraktur cranial, trauma otak
6) Operasi spinal
7) Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan
tubuh seperti AIDS.
2)      Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorrhea
3)      Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi
cranium.

D.    Manifestasi Klinis
1. Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah atau diare, tonus
otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.
2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus.
Tanda kernig dan brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus
(menunjukkan adanya infeksi meningococcal).
3. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan, muntah,
mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku
kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.

E.     Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak
dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid
dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui
villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak
melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret
telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang
masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme
yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan
ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal
yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat
menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus.
TAMBAHKAN PATWAY BUAT BAGAN

F.    Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain: 
1.      Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya
cairan dari lapisan otak ke daerah subdural. 
2.      Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada meningen dapat
sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun hematogen
termasuk ke ventrikuler. 
3.      Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi Liquor
Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis.
Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intrakranial. 
4.      Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat. 
5.      Epilepsi 
6.      Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat
menyimpan memori. 
7.      Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas
atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan untuk
pengobatan.

G.    Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Terapeutik
a. Isolasi
b. Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultur,
diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
c. Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
d. Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
e. Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
f. Mempertahankan ventilasi
g. Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
h. Penatalaksanaan syok bacterial
i. Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
j. Memperbaiki anemia
2. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
b. Steroid untuk mengatasi inflamasi
c. Antipiretik untuk mengatasi demam
d. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
e. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
f. Pemberian cairan intravena.
g. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang
h. Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara,
cahaya dan rangsangan polusi.
i. Pembebasan jalan nafas denga menghisap lendir melaluisection dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi.
j. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
BAB II

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajin

Tanggal : 07-03-2022

jam :18:00 wit

Ruangan : Anak

Tanggal masuk :26-02-2022

jam : 18:28 wit

Diagnosa Medis : Meningitis

a. Data Subjektif

1. Biodata pasien

Nama : An. D
Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 12 Thn

Agama : Kristen protestan

Suku/ Bangsa : Indonesia

pendidikan : SD

pekerjaan :-

Alamat : Desa Maririmar

2. Keluhan Utama : ibu pasien mengatakan anaknya demamn selama 1


minggu disertai muntah≥ 7x, sakit kepala, dan batuk beringus
3. Riwayat Kesehatan sekarang : ibu klien mengatanakan anaknya masih
demam,disertai muntah dan batuk,
b. . Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum:

Tingkat kesadaran :Delirium

TTV :
S: 39,9˚c
N : 98
RR: 16x/m
BB: 22 kg
SPO2: 98

c. Penatalaksanaan
1. infus D10% : 1:250ml / 50ml/jam : merupakan obat yang menngandung
glukosa Monohidrat yang biasanya digunakan pada pasien yang
memiliki riwayat kadar natrium rendah ,kadar magnesium rendah, tes
toleransi glukosa, kadar kalium rendah,tingkat kalsium rendah, dan
kehilangan cairan
2. Dexametasone inj 1x1 Amp : merupakan obat kartikostiroidyang bekerja
dengan menghambat pengeluaran zat kimia tertentu didalam tubuh yang
bisa memicu peradangan
3. Gentamicin inj amp 1x160mg : merupakan jenis antibiotic yang gunakan
untuk mengobati jeni-jenis infeksi yang disebabkan terutama oleh
bakteri gram negative,
4. Pct ( bila demam) 300ml/4jam: merupakan obat yang sering digunakan
untuk mengatasi demam dan meringankan nyeri
5. sonde susu formula dancaw 150ml/3 jam : bertujuan untuk
mempermudah pasien dalam mengkomsumsi makanan
d. diagnosa keperawatan
1. gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
2. hipertemi berhubungan dengan adanya proses infeksi
TAMBAHKAN MINIMAL 1 DIAGNOSA LAGI
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Yang disebabkan
oleh bakteri, virus, faktor maternal dan faktor imunologi

B.   Saran
dengan mengetahui tentang petensi bahaya dari meningitis maka perlu dihindari hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya meningitis serta pola hidup sehat perlu diterapkan untuk
mencegah meningitis sedini mungkin
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Perawatan Bayi dan Anak.Jakarta: Depkes RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta: Salemba Medika
Ngastiyah. 1997.  Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Riyadi,Sujono.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.Yogyakarta: Gosyen Publising
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8.
Jakarta: EGC dalam http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-
meningitis.htmldiakses pada 1 Mei 2014
Suriadi, Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Penerbitan Penebar
Swadaya
Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome.Ed. 5. Jakarta: EGC
dalamhttp://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-meningitis.html diakses
pada 1 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai