“ MENINGITIS”
Disusun oleh:
DIII KEPERAWATAN
2023/2024
BAB I
KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut meningen.
Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piamater (leptomeningens)
disebut meningitis. Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen. Meningitis dapat
disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar
meningitis disebabkan bakteri. Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang
melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Batticaca (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak merupakan infeksi pada
cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan
superficial otak. dan medulla sipinalis. Kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang
subaraknoid dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medulla spinalis
terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
sserebrospinal Jadi, meningitis adalah suatu reaksi peradangan seluruh selaput. otak (meningen)
yang ditandai adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinalis, yang disebabkan oleh virus,
bakteri, dan jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.
B. Etiologi
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme:
Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus
group A. Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering
klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal,
dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus influenza,
Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam
bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit,
limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri
fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal
akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar
otak dan medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat
menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan
peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan
saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih
panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel,
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis. Meningitis ini terjadi sebagai akibat
dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex dan herpes
zoster. Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan
meningens Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang
dipengaruhi. Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan
perubahan produksi enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan
kemungkinan kelainan neurologi.
a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia dan Neiseria
meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan
diplococcus pn
C. Manifestasi Klinis
Menurut (Brunner & Suddarth, 2013), manifestasi klinis dari Meningitis. Adalah:
1. Sakit kepala dan demam sering kali menjadi gejala awal, demam cenderung tetap tinggi
selama proses penyakit; sakit kepala biasanya tidak kunjung hilang atau berdenyut dan
sangat parah akibat iritasi meningea.
2. Iritasi meningeal memunculkan sejumlah tanda lain yang dikenali dengan baik sebagai tanda
umum semua jenis meningitis:
a. Kaku kuduk adalah tanda awal
b. Tanda kernig positif: ketika berbaring dengan paha difleksikan pada abdomen,
pasien tidak dapat mengekstensikan tungkai secara komplek,
c. Tanda Brudzinki positif: memfleksikan leher pasien menyebabkan fleksi lutut dan
panggul, fleksi pasif pada ekstremitas bawah di satu sisi tubuh menghasilkan
pergerakan yang serupa di ekstremitas sisi yang lain.
d. Fotofobia (sensitivitas pada cahaya) sering terjadi.
3. Ruam (Neisseria meningitis), berkisar dari ruam petekie dengan lesi Purpura sampai area
ekonomis yang luas.
4. Disorientasi dan gangguan memori: manifestasi perilaku juga sering terjadi saat penyakit
berlanjut, pasien dapat mengalami letargi, tidak responsif, dan koma.
5. Kejang dapat terjadi dan merupakan akibat dari area iritabilitas diotak; ICP meningkat
sekunder akibat perluasan pembengkakan di otak atau hidrosefalus; tanda awal peningkatan
ICP mencakup penurunan tingkat kesadaran dan defisit motorik fokal.
6. Infeksi fulminal akibat terjadi sekitar 10% pasien meningitis meningolokal, memunculkan
tanda-tanda septikemia yang berlebihan: demam tinggi, lesi purpurik ekstensif (di wajah dan
ekstremitas), syok dan tanda koagulasi intravaskuler disemini (DIC) terjadi secara mendadak:
kematian dapat terjadi dalam beberapa jam setelah infeksi.
D. Klasifikasi
Menurut (Dwy Ardyan,2012)
a. Meningitis Bakteri (Septic) Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran
pernafasan. Jenis organisme yang sering menyebakan meningitis bacterial adalah
streptococcus pneumonia dan neisseria meningitis. Meningococal meningitis adalah tipe dari
meningitis bacterial yang sering terjadi pada daerah penduduk yang padat, seperti: asrama,
penjara. Klien yang mempunyai kondisi seperti: otitis media. Pneumonia, sinusitis akut atau
sickle cell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya meningitis. Fraktur
tulang tengkorak dan pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis. Selain itu
juga dapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun seperti AIDS dan defisiensi
imun baik yang kongenital Atau yang didapat.
b. Meningitis Virus (Aseptic) Meningitis virus adalah infeksi pada meningen, cenderung jinak
dan bisa sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar ke sistem saraf
pusat melalui sistem vaskuler. Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti
campak, herpes simpleks dan herspes zoster. Virus herpes simpleks. mengganggu
metabolisme sel sehingga selveepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu
produksi enzim dan neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan
neurologis.
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan yang terjadi pada cairan otak, yaitu:
a. Meningitis Serosa Adalah radang selaput otak arakhnioid dan piameter yang disertai
cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycrobacterium tubercolusa.
Penyebab lainnya virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis Purulenia
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebab lainnya antara lain Diplococcus pneumoniae (pneumokokus). Neisseria meningitis
(meningokokus). Strepcoccus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aureginosa (Satyanegara,
2010).
E. Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling
luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam piamater.Cairan
serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang
dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian dialirkan melalui system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui Beberapa cara misalnya
hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan arena
lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan. Netropil
bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam
ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada ruang
subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul
juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya
eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid dan
piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir melalui ruang
subaraknoid di dalam system. ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF diabsobsi
melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningintis.
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain
barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau
pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan
serebrospinal dan dunia luar. Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat
melalui ruang subarakhoid dapat menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid,
cairan serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf
kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat
aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013).
Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi lumbal.
Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat
tidak ditemukan adanya peningkatan. Tekanan intrakranial.
1) Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,sel darah
putih dan protein meningkat, glukosa dan protein, kultur(-).
2. Pemeriksaan darah
Dilakukan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar
ureum, elektrolit dan kultur.
1) Pada Meningitis Scrosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu.
Pada Meningitis Tuberkolosa didapatkan juga. Peningkatan LED.
2) Pada Meningitis Purulenia didapatkan peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan radiologis
1) Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan
CT Scan
2) Pada Meningitis Purulenia dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada (Smeltzer, 2002).
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum:
Pasien di isolasi
Pasien diistirahatkan/bedrest
Kontrol hipertermia dengan kompres, pemberian antipiretik seperti parasetamol,
asam salisilat.
Kontrol kejang: Diazepam, fenobarbital
Kontrol peningkatan intrakranial: Manitol, kortikosteroid
Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2. Pemberian antibiotik
Diberikan 10-14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas.
Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, gentamisin.
Kloromfenikol, selalosporin
Steroid untuk mengatasi inflamasi
Antipiretik untuk mengatasi demam
Antikolvusant untuk mencegah kejang
Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan.
Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt(Ventrikel Peritoneal Shunt)
Ventriculoperitonel Shunt adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh terlalu banyak cairan
serebrospinal. Cairan dialirkan dari ventrikel diotak menuju rongga peritoneum.
Prosedur pembedahan ini dilakukan di dalam kamar operasi dengan anastesi umum
sekitar 90 menit.
4. Pengobatan simptomatis
Diazepam IV: 0,2-0,5 mg/kg/dosis, atau rectal 0,4 0,6/mg/kg/dosis
Turukan demam antipiretika: parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis
Kompres air atau es
5. Pengobatan suportif
Cairan intravena
Zat asam, usuhakan agar konsitrasi O, berkisar antara 30-50%
Hisap lendir
Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
Hindarkan penderita dari rodapaksa seperti jatuh.
I. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intracranial
2. Hydrosephalus Penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga meningkatkan
tekanan pada otak.
3. Infark serebral: Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen,
karena terhambatnya aliran darah ke daerah tersebut.
4. Ensepalitis: peradangan pada jaringan otak dan mengakibatkan virus, bakteri,
dan jamur.
5. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormon
6. Abses otak: Infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah didalam
otak serta pembengkakakan.
7. Kejang: Gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan tubuh yang
tidak terkendali dan hilangnya kesadaran.
8. Endokarditis: Infeksi pada endokardium yaitu lapisan bagian dalam jantung.
9. Pneumonia Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara disalah
satu atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan.
10. Syok sepsis: Infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah
yang sangat rendah.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas.
Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit kepala,
mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan. dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan. fisik pasien
secara PQRST.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan
kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernah
mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat berguna
untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam
keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat
memacu terjadinya meningitis.
3) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis biasanya
bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa
2) Tanda-Tanda Vital
a. TD: Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau meningkat
dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK (N=90-140 mmHg).
b. Nadi Biasanya nadi menurun dari biasanya (N60-100x/i).
c. Respirasi Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih
meningkat dari pernafasan normal (N=16-20x/i).
d. Suhu Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih
dari normal antara 38-41°C (N-36,5°C 37,4°C).
h. Ekstremitas
Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi
(khusunya lutut dan pergelangan kaki). Klien sering mengalami penurunan
kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu ADL.
i. Rasangan Meningeal
1) Kaku kuduk
Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena
adanya spasme otot-otot Fleksi menyebabkan nyeri berat.
2) Tanda kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
3) Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi fleksi lutut
dan pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada. Ekstremitas bawah pada
salah satu sisi, gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstermitas yang
berlawanan.
5) Data Penujang
Menurut Hudak dan Gallo(2012):
1) Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar
glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum
meningkat
2) Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3) Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4) Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na naik dan K+ furun
5) MRI, CT-Scan
B. Diagnosa
1. Hipertermi b.d proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal. (D.0130)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dibuktikan
dengan kekuatan otot menurun (D.0054)
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak (Meningitis)
(D.0017)
4. Risiko Luka Tekan b.d Hipertemi, Penurunan mobilisasi, penurunan perfusi jaringan
(D.0144).
5. Risiko Jatuh b.d Penurunan Kesadaran dan Penurunan Kekuatan Otot (D.0143)
C. Intervensi
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup kemungkinan
masyarakat, mahasiswa pada khususnya mahasiswa keperawatan, dan seluruh jajaran
terkait, dapat memandang positif serta memahami adanya informasi ini, sesuai apa yang
dibahas didalamnya dengan menerapkan sesuai peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2014). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Long, Barbara C. (2014). Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester. Ed.8. Jakarta: EGC,
Suriadi & Yuliani, Rita. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi pertama. Jakarta: KDT.