Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HIDROCEPHALUS, MENINGITIS DAN KEJANG

Dosen Pembimbing :
Ns.Elsa Naviyanti, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Amelia Devin Krisnawati
2. Cicilia Ester Novita H Bungaa (1903019)
3. Dwi Fitriani Amalia (1903023)
4. Ni'amatun Aprilia (1903039)
5. Siti Fatimah (1903057)

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................4
2.1. Definisi..........................................................................................................................4
2.2. Penyebab......................................................................................................................4
2.3. Klasifikasi......................................................................................................................5
2.4. Patofisologi / Pathway.................................................................................................6
2.5. Proses Keperawatan.....................................................................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

System saraf pada tubuh manusia sangatlah penting, pada kenyataannya juga tidak lepas
dari ancaman penyakit. Penyakit system saraf sangat fatal bagi seorang manusia
terutama pada anak- anak. Kemungkinan seorang anakuntuk terkena penyakit yang
berhubungan dengan saraf sangatlah besar. Penyakit yang sering muncul diantaranya
adalah meningitis yang artinya merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arachnoid dan
piamatter di otakserta spinal cord.
Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab
lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. Selain itu juga yang sering menyerang pada
anak-anak adalah penyakit hidroshepalus, meningitis dan kejang. Hidrosefalus adalah
kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan
atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel.

1.2. Tujuan Penulisan


1. Bagaimana patofisiologi Hidrocephalus, Meningitis dan Kejang ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kasus Hidrocephalus, Meningitis dan Kejang ?
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Konsep Hidrocephalus

2.1.1. Definisi Hidrocephalus


Kata hidrocefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu hidro yang berarti
udara, dan sefalus yang berarti kepala.
Hidrosefalus adalah adanya ketidakseimbangan antara produksi dan
absorpsi cairan serebrospinal, yang dikrakteristikan dengan karena peningkatan
volume cairan serebrospinal, dilatasi sistem ventrikel dan peningkatan tekanan
intrakranial (Nielsen, 2013).
Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai suatu gangguan
pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan serebrospinal jadi terjadi
kelebihancairan serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini juga dapat
diartikan sebagai gangguanhidrodinamika cairan serebrospinal.

2.1.2. Etiologi Hidrocephalus


Hydrocephalus terjadi bila tempat penyumbatan aliran cairan serebro
spinal pada salah satu tempat antara tempat pembentukan cairan serebro spinal
dalam system ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarachnoid. Akibat
penyumbatan terjadi dilatsi ruangan cairan serebro spinal diatasnya. Tempat yang
sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen monroi, foramen
luschka dan magendie, sisterna magna dan sisterna basialis. Secata teoritis
pembentukan cairan serebro spinal yangn terlalu banyak dengan kecepatan
absorbsi yang normal akan menyebabkan terjadinya Hydrocephalus, dapat juga
Hydrocephalus pada bayi diakibatkan oleh kelainan bawaan (congenital), infeksi,
neoplasma dan pendarahan
(Ngastiyah, 1997).

2.1.3. Klasifikasi Hidrocephalus


Jenis Hydrocephalus dapat di klasifikasikan menurut :
1. Waktu pembentukan
a. Hydrocephalus Congenital , yaitu hydrocephalus yang dialami sejak dalam
kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan.
b. Hydrocephalus Akuisita, yaitu hydrocephalus yang terjadi setelah bayi
dilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan
2. Proses Terbentuknya Hydrocephalus
a. Hydrocephalus Akut, yaitu hydrocephalus yang tejadi secara mendadak
yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal).
b. Hydrocephalus Kronik, yaitu hydrocephalus yang terjadi setelah cairan
CSS mengalami obstruksi beberapa minggu
3. Sirkulasi Cairan Serebrospnal
a. Communicating, yaitu kondisi hydrocephalus dimana CSS masih bisa
keluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis hydrocephalus dimana sumbatan aliran
CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan
ventrikel-ventrikel otak
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu hydrocephalus yang disebabkan oleh infeksi yang
mengenai otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkus otak
(meninges).
b. Ex-V acuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cedera
traumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atau
athrophy.

2.1.4. Patofisiologi/patway Hidrocephalus

2.1.5. Proses Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Tindakan Keperawatan
2.2. Konsep Meningitis

2.2.1 Definisi Meningitis


Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang
disebut meningen. Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid
dan plamater (leptomeningens) disebut meningitis. Peradang pada bagian
duramater disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri,
virus, jamur atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis
disebabkan bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane
yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi
pada meningen otak dan medulla spinalis, gangguan ini biasanya merupakan
komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti pneumonia, endokarditis, atau
osteomielitis.

2.2.2 Etiologi Meningitis


1. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri
yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
1) Haemophillus influenza
2) Nesseria meningitides (meningococcal)
3) Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
4) Streptococcus, grup A
5) Staphylococcus aureus
6) Escherichia coli
7) Klebsiella
8) Proteus
9) Pseudomonas

2. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi
awal (misalnya sistem nasofaring.
2.2.3 Klasifikasi Meningitis
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak yaitu :
1. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat
lain yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok
2(Neisseria meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumonia).
Haemophilus influenza ada pula yang timbul karena perjalanan radang
langsung dari radang tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari
tromboflebitis atau pada luka tembus kepala..Penyebabnya ialah streptokok,
stafilokok, kadang-kadang pneumokok. Likuar serebrospinal keruh kekuning-
kuningan karena mengandung pus, nanah.nanah ialah campuran leukosit
hidup dan yang mati, jaringan yang mati dan bakteri. Pada permulaan gejala
awal meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus
menerus, mual, muntah, hilangnya nafasu makan. Bila terjadi koma yang
dalam, tanda – tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut akan
cahaya dan amat peka akan ragsangan.
2. Meningitis serosa
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain
seperti lues, virus, toxoplasma gondhi. Likuor serebrospinal jernih meskipun
mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi. Meningitis tuberculosa
masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang dewasa. Meningitis
tuberculosis terjadi akibat komplikasi penyebab tuber"ulosis primer, biasanya
dari paru-paru. Meningitis bukan terjadi karena selaput otak langsung
penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan
tuberkel pada permukaan otak, sumsum tuang belakang atau vertebra yang
kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid.
Tuberculosa ini timbul karena penyeba penyebaran mycobacterium
tuberculosa. Pada meningitis tuberculosa dapat terjadi pengobatan yang tidak
sempurna atau pengobatan yang terlambat. dapat terjadi cacat neurologis
berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydro"ephalus akibat sumbatan,
reabsorpsi berkuran atau produksi berlebihan dari likuor serebrospinal. anak
juga bisa menjadi tuli atau buta dan kadang-kadang menderita retardasi
mental.

2.2.4 Patofisiologi/patway Meningitis

2.2.5 Proses Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan

3. Rencana Tindakan Keperawatan


2.3. Konsep Kejang

2.3.1 Definisi Kejang


Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior
yang bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya
aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(Widagno, 2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan
tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan
ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Lestari,2016).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi
akibat dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang
yang diakibatkan karena proses ekstrakranium.

2.3.2 Etiologi Kejang


Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya
kejang demam diantaranya :
1) Faktor-faktor prinatal
2) Malformasi otak congenital
3) Faktor genetika
4) Demam
5) Gangguan metabolisme
6) Trauma
7) Neoplasma
8) Gangguan Sirkulasi

2.3.3 Klasifikasi Kejang


Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi,
kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
1) Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat
pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh
yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik,
umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit.
Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya
sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik
padapemeriksaan fisis dan riwayat perkembangan normal, demam bukan
disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dari otak.
2) Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)
biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam
dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama
dengan kejang demam sederhana.
3) Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat
dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan
sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks
waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang
kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan
adanya meningitis.

2.3.4 Patofisiologi/patway Kejang

2.3.5 Proses Keperawatan


1. Pengkajian Keperaawtan

2. Diagnosa Keperawatan

3. Rencana Tindakan Keperawatan


BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
Bagi Mahasiswa diharapkan dapat mempelajari makalah ini untuk pengetahuan dan
pembelajaran yang bisa dipakai untuk mempraktikkan. dalam melakukan asuhan keperawatan
secara profesional dan melaksanakan prinsip rawatan yang benar pada pasin dengan kasus
meningitis.
DAFTAR PUSTAKA

Andareto, Obi. 2015. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kesehatan Obi Andareto Penyakit
Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta
Arydina, dkk. 2014. Bacterial Meningeal Score (BMS) Sebagai Indikator Diagnosis
Meningitis Bakterialis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Sari Pediatri, vol 5.
http://id.portalgaruda.org/?Ref=browse&mod=viewarticle&article=473972 Diakses pada tanggal
7 januari 2017 pukul 14.46
Balitbangkes Departemen Kesehatan RI. 2008. Riskesdas 2007.
http://www.k4health.org/system/files/laporanNasional%20Riskesdas %202007.pdf. Diakses
pada tanggal 19 desember 2016, Pukul 11.05
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan Kejang
Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma Husada.
SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org.Diaskes tanggal : 07 maret 2017
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai