Anda di halaman 1dari 21

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

MENINGITIS

OLEH :
KELOMPOK 5
1. Afitry Widyawati 213220001
2. Layla Maulid Suyoto 21322007
3. Bunga Resiani 213220013
4. Deti Eva Nurvalah 213220019
5. Wahyu Eginanjar 213220025
6. Ferdinand Syahdika 213220031
7. Nurani Radianti 213220037
8. Ayu Risti Umayah 213220043
9. Santi Handayani 213220049
10. Debby Adi Purnama 213220055
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga makalah Meningitis ini dapat
selesai disusun.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah Meningitis.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
KONSEP PENYAKIT.................................................................................................4
a. DEFINISI..........................................................................................................4
b. ETIOLOGI.......................................................................................................4
c. PATOFISIOLOGI...........................................................................................6
d. MANIFESTASI KLINIK................................................................................7
e. PENATALAKSANAAN MEDIC...................................................................8
KONSEP KEPERAWATAN......................................................................................9
a. PENGKAJIAN.................................................................................................9
b. DIANGNOSA.................................................................................................12
c. PERENCANAAN...........................................................................................13
KESIMPULAN...........................................................................................................19
KONSEP PENYAKIT
a. DEFINISI
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut
meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan
plamater (leptomeningens) disebut meningitis.Peradang pada bagian duramater
disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur
atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan
bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang
melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013). Batticaca (2008),
mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan
medulla spinalis, gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi
sekunder) seperti pneumonia, endokarditis, atau osteomielitis.

b. ETIOLOGI
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien
memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan
otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.
a. Meningitis bakteri Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri
adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides,
dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan
dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan
yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri
dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid.
Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan
menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar
otak dan medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat
granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan
eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih
lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di
otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi
edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang
menujuh atau keluar dari sel.
b. Meningitis virus Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik
meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai akibat dari berbagai macam
penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex dan herpes
zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks serebral,
substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai
macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex
merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan
produksi enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel
dan kemungkinan kelainan neurologi. Nurarif dan Kusuma (2016),
mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu:
1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus
pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria
meningitidis dan diplococcus pneumonia.
c. PATOFISIOLOGI
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada
bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam
piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam
ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian
dialirkan melalui system ventrikal.

Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara
misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada
CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon
peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri
menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat
menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat
menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh
terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat
meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid
dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir
melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak dan
medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari
meningintis.

Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood
brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur
pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila
adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya
mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat
menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan
ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf kranial dan
spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat
aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk,
2013)
c. MANIFESTASI KLINIK
Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya :
a. Demam, merupakan gejala awal
b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai
dengan koma.

Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien


meningitis meliputi:
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secara umum
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Bingung
g. Perubahan pola nafas
h. Ataksia
i. Kaku kuduk
j. Ptechialrash
k. Kejang (fokal, umum)
l. Opistotonus
m. Nistagmus
n. Ptosis
o. Gangguan pendengaran
p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
q. Fotophobia

d. PENATALAKSANAAN MEDIC

Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:

1) Penatalaksanaan umum

a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/ bedrest
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi

2) Pemberian antibiotik

a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas


b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan
TBC. Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2012)
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar
glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
5. MRI, CT-scan/ angiorafi
KONSEP KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
1. Pengkajian keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan
proses keperawatan. Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah
pasien, agar dapat memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap
pengkajian (Muttaqin, 2008).
a. Identitas
1. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
2. Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan
klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya
demam, sakit kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan
tingkat kesadaran 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Pengkajian RKS yang
mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu Pengkajianpenyakit yang pernah dialami
pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi
keluhan sekarang meliputi pernah kah pasien mengalami infeksi jalan
nafas bagian atas, otitis media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala. Riwayat sakit TB paru
perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk
produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang
sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya
apakah ada di dalam keluarga yang pernah mengalami penyakit
keturunan yang dapat memacu terjadinya meningitis.

c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien
meningitis biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa
2. Tanda- Tanda Vital
a. TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau
meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK ( N =
90- 140 mmHg).
b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih
meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
d. Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh
lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).
3. Pemeriksaan Head To Toe
a.Kepala Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
b. Mata Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien
meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa
kelainan. Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
c.Hidung Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan
pada fungsi penciuman
d. Telinga Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis
adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
e.Mulut Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
f. Leher Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis. Palpasi :
Biasanya teraba distensi vena jugularis. Nerfus IX dan X : Biasanya
pada pasien meningitis kemampuan menelan kurang baik Nerfus XI :
Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk
g. Dada
i. Paru I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat
perubahan pola nafas Pa : Biasanya pada pasien meningitis
premitus kiri dan kanan sama P : Biasanya pada pasien
meningitis tidak teraba A : Biasanya pada pasien meningitis
bunyi tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis
tuberkulosa.
ii. Jantung I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba Pa
: Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial
midklavikula sinistra RIC IV. P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC
III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5 midklavikula. A :
Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
h. Ekstremitas Biasanya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri
pada sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum
sehingga menggangu ADL.
i. Rasangan Meningeal
a) Kaku kuduk Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesulitan karena adanya spasme otot-otot .Fleksi menyebabkan
nyeri berat.
b) Tanda kernig positif Ketika pasien dibaringkan dengan paha
dalam keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak dapat
diekstensikan sempurna.
c) Tanda Brudzinski Tanda ini didapatkan jika leher pasien
difleksikan, terjadi fleksi lutut dan pingul: jika dilakukan fleksi
pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, gerakan yang
sama terlihat pada sisi ekstermitas yang berlawanan.
d) Pola Kehidupan Sehari-hari
1) Aktivitas / istirahat Biasanya pasien mengeluh mengalami
peningkatan suhu tubuh
2) Eliminasi Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume
pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan
perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
3) Makanan / cairan Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu
makan, selalu mual dan muntah disebabkan peningkatan asam
lambung. Pemenuhan nutrisi pada pasien meningitis menurun
karena anoreksia dan adanya kejang.
4) Hygiene Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri karena penurunan kekuatan otot.
e) Data Penujang menurut Hudak dan Gallo(2012):
1) Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC)
meningkat, kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat,
glukosa serum meningkat
2) Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3) Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4) Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan
K + turun
5) MRI, CT-Scan
b. DIAGNOSA
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hambatan aliran
darah ke otak.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
pada saluran nafas
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja otot
pernafasan
d. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
c. PERENCANAAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hambatan aliran darah ke otak.
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Edema serebra
kepewatan diharapkan tingkat 1. Monitor adanya kebingungan
resiko ketidakefektifan perfusi perubahan pikiran, keluha pusing,
jaringan otak berkurang dengan pingsan
Perfusi jaringan serebral Indikator: 2. Monitor setatus neurologi
1. Tidak ada deviasi dari kisaran dengan ketat dan bandingan
normal tekanan intrakranial dengan nilai normal
2. Tidak ada saki kepala Edema 3. Monitor TTV
serebra 4. Monitor TIK dan CPP
3. Tidak ada keadaan pingsan 5. Monitor setatus pernafasan:
4. Tidak ada refleks saraf frekuensi, irama kedalaman
terganggu pernafasan PaO2, PCO2,pH,
bikarbonat
6. Catat perubahan pasien dalam
merespon terhadap stimulus
7. Berikan anti kejang, sesuai
kebutuhan
8. Hindari fleksi leher
9. Latihan roam pasif
10. Monitor intake dan output
2.   Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan secret
pada saluran nafas
SLKI SIKI
Status pernafasan : kepatenan Management jalan nafas
jalan nafas a. Monitoring jalan
a. Frekuensi nafas (frekuensi,
pernafasan tidak kedalaman, usaha
ada deviasi dari nafas).
kisaran normal b. Monitoring suara
b. Irama pernafasan nafas tambahan
tidak ada deviasi c. Beri minum
dari kisaran normal hangat.
c. Kedalaman d. Posisikan semi
inspirasi tidak ada fowler dan fowler
deviasi dari kisaran Terapi O2
normal. a. Monitor kecepatan
d. Kemampuan untuk oksigen
mengeluarkan b. Monitor posisi alat terapi
secret tidak ada O2
deviasi dari kisaran c. Monitor aliran O2 secara
normal periodik dan pastikan
e. Suara nafas fraksi yang diberikan
tambahan tidak ada cukup
f. Pernafasan dari d. Monitor afektifitas terapi
cuping hidung tidak O2 (misal oksimeteri dan
ada AGD)
g. Penggunaan otot Monitor tekanan intra kranial
bantu nafas tidak (TIK)
ada 1. Monitor tekanan darah ke otak
h. Batuk tidak ada 2. Monitor pasien TIK dan reaksi
perawatan serta neurologis serta
rangsangan lingkungan
3. Pertahankan setrilitas sistem
pemantauan
4. Periksa pasien ada tidak
adanya gejala kaku kuduk
5. Berikan antibiotic
6. Letakkan kepala dan posisi
pasien dalam posis netral, hindari
fleksi pinggang yang berlebihan
7. Berikan ruang perawatan agar
menimalkan elifasi TIK
8. Monitor CO2 dan pertahankan
palemeter yang di tentukan

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


peningkatan kerja otot pernafasan

SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Airway management
keperawatan di harapkan 1. Buka jalan nafas dengan
ketidakefektifan pola nafas menggunakan teknik chin lift
Kriteria hasil : atau jaw thrust bila perlu
1. Mendemonstrasikan batuk 2. Posisikan apsien untuk
efektif dan suara nafas yang memaksimalkan ventilasi
bersih, tidak ada sianosis dan 3. Identifikasi pasien perlunya
dyspnea (mampu mengeluarkan pemasangan alat jalan nafas
sputum, mampu bernafas dengan buatan
mudah, tidak ada pursed lips) 4. Pasang mayo bila perlu
2. Menunjukkan jalan nafas yang 5. Lakukan fisioterapi dada jika
paten (klien tidak merasa tercekik, perlu
irama nafas, frekuensi pernafasan 6. Keluarkan secret dengan batuk
dalam rentang normal, tidak ada atau suction
suara nafas abnormal) Tanda – 7. Auskulatsi suara nafas catat
tanda vital dalam batas normal adanya suara nafas tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dan status
O2
13. Oxygen therapy
14. Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
15. Pertahankan jalan nafas yang
paten
16. Atur peralatan oksigenasi
17. Pertahankan posisi pasien
18. Observasi adanya tandatanda
hipoventilasi
19. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
20. Vital sign monitoring
21. Monitor TD, andi, suhu dan
RR
22. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
23. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
24. Monitor TD, nadi, RR
sebelum , selama, dan setelah
aktifitas
25. Monitor kualitas dari nadi
26. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
27. Monitor suara paru

4. Nyeri dada b/d agen cidera biologis

SLKI SIKI
Tingkat Nyeri Management Nyeri
a. Nyeri berkurang Observasi
dengan skala 2 a. Identifikasi lokasi,
b. Pasien tidak karakteristik, durasi,
mengeluh nyeri frekuensi, kualitas,
c. Pasien tampak intensitas nyeri.
tenang b. Identifikasi skala
d. Pasien dapat tidur nyeri
dengan tenang c. Identifikasi nyeri
e. Frekuensi nadi non verbal.
dalam batas normal d. Identifikasi faktor
(60-100x/mnt) yang memperingan
f. Tekanan darah dan memperberat
dalam batas normal nyeri.
(90/60 mmHg- Kualitas hidup pasien
120/80 mmHg) a. Monitor efeksamping
g. RR dalam batas penggunaan analgetik.
normal (16-20 x/ b. Monitor keberhasilan terapi
mnt) komplementer yang sudah
Kontrol Nyeri diberikan.
a. Melaporkan bahwa nyeri Terapetik
berkurang dengan a. Fasilitasi istirahat tidur
menggunakan b. Kontrol lingkungan yang
management nyeri memperberat nyeri (misal :
b. Mampu mengenali nyeri suhu, pencahyaan dan
(skala, intensitas, kebisingan)
frekuensi dan tanda c. Beri teknik non
nyeri) farmakologis untuk
Status kenyamanan meredakan nyeri (ex:
a. Menyatakan rasa aromaterapi, kompres
nyaman setelah nyeri hangat dan dingin, terapi
berkurang. pijat dll)
Edukasi
a. Jelaskan penyebab , periode
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c. Anjurkan menggunakan
analgetik yang tepat
d. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
KESIMPULAN

Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak. Penyakit nfeksi
otak bermacam-macam seperti Meningitis, Meningoensefalitis, dan Abses serebri.
Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piamater
(leptomeningens) disebut meningitis. Meningitis merupakan peradangan pada meningen
yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).

Batticaca (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak merupakan
infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid, ruang
subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla sipinalis. Kuman-kuman dapat
masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain,
sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.

Oragnisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi Neisseria meningitis


(meningitis meningokok), Haemopbilus influenzae, dan Streptococcus pneumoniae
(organism ini biasanya terdapat di nasofaring). Organisme penyebab meningitis yang
sering menyerang bayi (sampai usia 3 bulan) adalah Escberichid coli dan Listeria
monocytogenes. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dapat dibagi menjadi meningitis
aseptik (aseptic meningitis) yang disebabkan oleh virus, dan meningitis bakterial
(bacterial meningitis) yang disebabkan oleh berbagai bakteri (Batticaca, 2008).

Anda mungkin juga menyukai