DI SUUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. WAHYUDI ( 10511100519)
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Di makalah ini memaparkan beberapa hal terkait “
Peenyakit meningitis”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak telah memberikan motivasi baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini ke depannya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Jawaban
yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter) dan jawaban
yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (Involunter).
Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter
melibatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor dari sisteSistem persarafan
terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem
saraf perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem
saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari
sistem saraf pusat.
Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan
internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh untuk
mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi
berlangsung melalui kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak
mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
Stimulus diterima oleh reseptor (penerima rangsang) sistem saraf yang selanjutnya akan
dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls diolah
untuk kemudian meneruskan jawaban (Respon) kembali melalum saraf somatis adalah otot
rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung dan
kelenjar sebasea.
1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori
(Afferent Sensory Pathway).
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis maupun di otak untuk
selanjutnya menentukan jawaban (respon).
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Efferent Motorik Pathway) ke
organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan.
2. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah menjelaskan pengertian sampai pada penatalaksanaan
sistem persyarafan khususnya pada penyakit Meningitis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan
piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis. (Arief Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu mungkin terjadi
sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil. Sesuatu
retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin mengakibatkan
radang selaput otak. (Clifford R Anderson : 1975)
Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan
medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :
Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai
radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla
spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat
sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.
(Harsono : 1996)
2. ETIOLOGI
1) Bakterial :
· Neisseria meningitidis
· Streptococcus pneumoniae
· Neisseria meningitidis
· Streptococcus pneumoniae
· Listeria monocygenes
2) Virus :
· Enterovirus
· Paromisovirus
· HIV
3) Jamur :
4) Parasit :
· Angiostrongylus Cantonensis
· Gnathostoma Spinigerum
· Schistosoma
5) Non Infeksi :
· Meningitis jenis ini disebabkan oleh beberapa faktor : kanker, penyakit lupus, beberapa
obat, cedera kepala, pembedahan otak.
3. PATOFISIOLOGI
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi, dalam
waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam
ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan
limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke – 2 sel-sel plasma. Eksudat terbentuk dan terdiri
dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit, polimorfonuklear dan fibrin
sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan
demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta organisasi
eksudat perineural yang fibrino – purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales (Nn. III, IV,
VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat aliran dan
absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans. (Harsono : 1996)
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan berbagai cara
antara lain :
b. Perkontuinitatum
a. Hyperemia Meningens
c. Eksudasi
4. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda
Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)
Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang, nafsu
makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai septicemia
dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab hemofilus
influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi
meningokok.
Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi koagulasi
intravaskularis diseminata.
Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan fontanela
menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan orang
dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa hebat
sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung.
Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi kaku
kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia.
Gangguan kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada penderita.
Nyeri kepala dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat bila kepala
digerakkan. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal,
tetapi juga dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi
dan hiperestesi, suhu badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar (chills).
(Harsono : 1996)
4. Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang umum.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang lemah.
Ditandai dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare,
tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan
gejala demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi,
foto fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan
brudzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).
b. PENYEBAB
5. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu meningitis Tuberkulosis Generalisata dan meningitis purulenta.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata adalah radang selaput otak araknoid dan piameter
yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya adalah Mycobacterium
Tuberculosa, Penyebab lain seperti Lues, Virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
Meningitis Purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak
dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia Coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa.
1) Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan
iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau
darah di ruang subarakhnoid.
Spesifikasi :
Disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan herpes zooster.
Tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) tidak
ditemukan adanya organisme.
Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan menigens.
2) Sepsis
Meningitis bakterial merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang susunan
saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam menimbulkan kematian, dan kecacatan.
Diagnosis yang cepat dan tepat merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri
(Pradana, 2009).
3) Tuberculosa
6. Manifestasi Klinis
Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah-marah, obstipasi, muntah-muntah.
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini.
Yang sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,
monoparesis, hemiparesis, dan gangguan sensibilitas.
Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks-
refleks tendo yang lemah.
7. Komplikasi
• Gangren: kondisi serius yang muncul ketika banyak jaringan tubuh mengalami
nekrosis/mati terjadi setelah seseorang mengalami luka, infeksi/masalah kesehatan
kronis yang memengaruhi sirkulasi darah.
Pada anak-anak yang menderita meningitis meningokokus yang parah, ruam petechial
(bintik-bintik merah akibat pendarahan didalam kulit) memburuk menjadi gangren
sehingga kadang anggota badan harus diamputasi.
Sepsis: Infeksi meningitis dapat memicu sepsis, suatu sindrom respons radang sistemik
dimana terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung cepat, suhu tubuh abnormal
yang tinggi/rendah, dan peningkatan laju napas.
Kejang: Merupakan tahap awal meningitis, disebabkan oleh peningkatan tekanan dan
luasan daerah radang di otak.
Abnormalitas pada saraf kranial: Adanya gangguan pada kelompok saraf yang berasal
dari batang otak yang mensuplai kepala dan leher dan mengontrol dari berbagai fungsi
diantaranya gerakan mata, otot wajah, dan fungsi pendengaran sehingga pada anak
yang mengalami meningitis dapat terjadi kebutaan, tuli, kelemahan, hilangnya
sensasi/gerakan dan fungsi berbagai bagian tubuh terutama pada bagian wajah
Infark serebri: Berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
8 . PENATALAKSANAAN
Infeksi Intrakranial → Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis).
Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya /
penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan
penurunan neurologis dan juga sampai terjadi kematian..
a). MEDIS
1. PEMBERIAN ANTIBIOTIK
1). Isolasi
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis
bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya hanya dengan prosedur khusus.
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat” infeksi
atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau
voltasenya meningkat (abses).
Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
A. Pengkajian Meningitis
· Identitas :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor registrasi, tanggal pengkajian dan diagnose medis.
· Keluhan utama :
Keluarga pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh; Herpes dan
lain-lain.
· Imunisasi :
- B1 (Breating)
- B2 (Blood)
- B3 (Brain)
Kesadaran menurun disebabkan oleh gangguan metabolism dan difusi serebral yang
berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.
- B4 (Blader)
- B5 (Bowel)
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intracranial yang
menstimulus hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga peningkatan sekresi asam
lambung (F. Sri Susilanigsih, 1994).
B. Analisa Data
- Klien mengatakan
sudah 3 hari tidak bisa
bangun dari tempat tidur
- Klien mengatakan
merasa mual dan muntah
- Klien mengatakan
merasa demam disertai
menggigil
DO:
DO:
Suhu: 390C
DO:
- Pemeriksaan lumbal
fungsi : hasil kultur +
Neisseria meningitidis grup
B
- Klien mendapatkan
terapi panadol 500mg
- Klien diberikan
Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
- Klien diberikan
Dexamethasone 0,15 mg/kg
setiap 6 jam
DO:
- Pemeriksaan lumbal
fungsi : hasil kultur +
Neisseria meningitidis grup
B
- Klien mendapatkan
terapi panadol 500mg
- Klien diberikan
Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
- Klien diberikan
Dexamethasone 0,15 mg/kg
setiap 6 jam
- Klien mengatakan
merasa mual dan muntah
- Klien mengatakan
merasa demam disertai
menggigil
DO:
- Suhu: 390C
- Pemeriksaan lumbal
fungsi : hasil kultur +
Neisseria meningitidis grup
B
- Klien mendapatkan
terapi panadol 500mg
- Klien diberikan
Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
- Klien diberikan
Dexamethasone 0,15 mg/kg
setiap 6 jam
DO:
- Suhu: 390C
- Pemeriksaan lumbal
fungsi : hasil kultur +
Neisseria meningitidis grup
B
- Klien mendapatkan
terapi panadol 500mg
- Klien diberikan
Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
- Klien diberikan
Dexamethasone 0,15 mg/kg
setiap 6 jam
- Suhu: 390C
- Pemeriksaan lumbal
fungsi : hasil kultur +
Neisseria meningitidis grup
B
- Klien mendapatkan
terapi panadol 500mg
- Klien diberikan
Cefotaxime 2 x 1 gram bd.
- Klien diberikan
Dexamethasone 0,15 mg/kg
setiap 6 jam
C. Diagnosa Keperawatan
-Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan neuromuscular
D. Intervensi
TD: 120/80
(normal)
- Hasil pemeriksaan
lumbal fungsi klien (-)
3. Pantau tanda
tanda vital sesuai indika
setelah tindakan lumbal
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
dexamethason dan
terapi O2.
4. Klien dapat
menggerakn sendi-sendi
tubuhnya
1. Kaji tingkat
kemampuan ROM aktif
pasien
2. Melakukan latihan
peregangan
3. Melakukan terapi
pergerakan sendi
4. Melakukan
pengaturan posisi pasien
(miring kanan dan miring
kiri)
5. Kolaborasikan pada
fisioterapi dalam
melakukan terapi ROM
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
· Meningitis adalah radang membrane pelindung system saraf pusat. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertenru.
DAFTAR PUSTAKA
Aminoft, michael. 2015, clinical neurology. United states of ameica: craw education.