Anda di halaman 1dari 7

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang

penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah;
perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan.
Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong
dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

Pemberian antibiotic dapat dilakukan :


1. Melalui oral (mulut)
2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu,
kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak
membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk
mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah itu
dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian
antibiotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.

I.         Komplikasi
1.    Dini :
a.    Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b.    Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh
c.    Atritis septik
2.    Lanjut :
a.    Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang
terkena.
b.    Fraktur patologis
c.    Kontraktur sendi
d.   Gangguan pertumbuhan

ASUHAN KEPERAWATAN
A.      Pengkajian
1.    Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.
2.    Riwayat Kesehatan
a.         Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi
internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah
mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan
terjadinya supurasi tulang.

b.         Riwayat Kesehatan Dahulu


Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat
torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus,
malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.

c.         Pemeriksaan Fisik
1)   Keadaan Umum
a. Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada
keadaan klien).
b. Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus osteomielitis
biasanya akut)
c. Tanda-tanda vital tidak normal

2)   Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada
palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara nafas tambahan.

3)   Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak
teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

4)   Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi
sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

5)   Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.

6)   Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien
osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.

7)   Pola nutrisi dan metabolism


Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis
menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

B.       Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2.    Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan.
3.    Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang, kerusakan
kulit
4.    Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi

C.      Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
-       Tujuan :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan peningkatan rasa kenyamanan.
-       Kriteria Hasil :
Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal.
-       Intervensi Keperawatan
Mandiri
a. Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri.
b. Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami
infeksi.
c. Ajarkan  relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri dan meningkatan relaksasi masase.
d. Ajarkan metode distraksi selama  nyeri akut
e. Amati perubahan suhu setiap 4 jam.
f. Kompres air hangat
g. Kolaborasi :
h. Pemberian obat-obatan analgetik    

Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat


imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan
-       Tujuan :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
-       Kriteria Hasil :
a. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
b. Mempertahankan posisi fungsional
c. Meningkatkan / fungsi yang sakit
d. Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
-       Intervensi Keperawatan
Mandiri
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
b. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada
ekstremitas yang sakit dan  tak sakit.
c. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak.
d. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
e. Ubah posisi secara periodic
f. Kolaborasi :
g. Fisioterapi
Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan
pembentukan abses tulang, kerusakan kulit
-       Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan penyembuhan luka
sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
-       Kriteria hasil :
           Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak
terjadinya infeksi yang berkepanjangan.
-       Intervensi Keperawatan :
           Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
           Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau
eritema atau drainase atau bau tidak sedap
           Berikan perawatan luka
           Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang
tidak enak atau asam.
           Kaji tonus otot, reflek tendon.
           Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas
cedera
Kolaborasi :
           Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
           Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;


imobilisasi
-       Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi kulit
teratasi dan kembali dalam batas normal.
-       Kriteria hasil :
           Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan
kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
-       Intervensi Keperawatan :
           Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna kulit.
           Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
           Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi.
           Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak dengan
jumlah sedikit berat.
            Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan dukung
bantal setelah pemasangan.
            Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban atau gips.

BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth.
(2001).  Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
streptococcus hemolitikus. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4
tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya. Proses
spesifik (M.Tuberculosa). Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau
jerawat, ISPA).

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/

Anda mungkin juga menyukai