Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

SYNDROME NEFROTIK

DISUSUN OLEH

1. NURDIANTISA 01.2018.013 (Reguler)


2. Jihan fahirah 01.2018.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
PALOPO
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, baik bersifat total maupun
sebagian yang ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya. Fraktur adalah patah tulang yang
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dari tenaga tersebut, keadaan
tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan kondisi fraktur
tersebut.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari fraktur tibia
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan dari fraktur tibia
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari kasus penderita fraktur tibia
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.
1. Data Subjektif
a. Anamnesa
1) Identitas Klien : Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama : Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat
beraktivitas /mobilisasi pada daerah fraktur tersebut
3) Riwayat Penyakit Sekarang : Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan
oleh trauma /kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak,
kebiruan, pucat/perubahan warna kulit dan kesemutan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu : Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah
tulang atau tidak sebelumnya dan ada/tidaknya klien mengalami pembedahan
perbaikan dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga : Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita
osteoporosis, arthritis dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun
dan menular.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan dikumpulkan,
pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara berurutan dari kepala sampai
kejari kaki.
a. Inspeksi : Pengamatan terhadap lokasi pembengkakan, warna kulit pucat, Laserasi,
kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya faktur adanya spasme otot dan
keadaan kulit.
b. Palpasi : Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakan otot oleh sentuhan kita
adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat
nyeri tekan pada area fraktur dan di daerah luka insisi.
c. Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.
d. Auskultasi : Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara melalui struktur
berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur solit bergerak. Pada pasien fraktur
pemeriksaan ini pada area yang sakit jarang dilakukan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan leukosit urine : Bisa cenderung dapat terjadi formasi batu kemih
yang menetap akibat Program Immobilisasi.
- Darah : Hitung darah lengkap: memotokrit mungkin meningkat, atau menurun
karena pendarahan bermakna pada sisi fraktur.
b. Rontgent : Untuk mengetahui secara pasti lokasi fraktur, luas fraktur, dan
menunjukkan jenis kerusakan sehingga dapat ditegakkan diagnosa pasti,(Doenges,
2000)
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa keperawatan yang
biasa muncul pada pasien dengan fraktur yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema
dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan
oksigenasi, ansietas.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik,
kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka/ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan,
prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
C. Intervensi dan Implementasi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa Intervensi dan implementasi
keperawatan yang muncul pada pasien meliputi :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang dengan Kriteria Hasil :
1) Nyeri berkurang atau hilang
2) Klien tampak tenang.
Intervensi :
1) Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
2) Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
3) Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
4) Observasi tanda-tanda vital.
5) Melakukankolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemaha
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pasien memiliki cukup energi untuk
beraktivitas dengan Kriteria hasil :
1) Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
2) Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
3) Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik

Intervensi :

1) Rencanakan periode istirahat yang cukup.


2) Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan..
4) Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan dapat encapai penyembuhan
luka pada waktu yang sesuai dengan Kriteria Hasil :
1) tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi :

1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.


2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
3) Pantau peningkatan suhu tubuh.
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
6) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kelemahan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien akan menunjukkan
tingkat mobilitas optimal dengan Kriteria hasil :
1) Penampilan yang seimbang.
2) Melakukan pergerakkan dan perpindahan.
3) Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi.
Intervensi :
1) Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
2) Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
3) Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
4) Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
5) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer, procedure
invasif
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi /terkontrol
dengan Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :

1) Pantau tanda-tanda vital.


2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase
luka, dll.
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb
dan leukosit.
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan
E. Discharge Planning
1. Tindakan perawatan yang diberikan pada perencanaan pulang yaitu meliputi: pendidikan
(edukasi, reedukasi, reorientasi) kesehatan yang diharapkan dapat mengurangi angka
kekambuhan dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga.
2. Program pulang bertahap.
3. Melatih pasien kembali ke lingkungan dan masyarakat antara lain yang dilakukan pasien
di rumah sakit, dan tugas keluarga.
4. Rujukan.
5. Integrasi pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawatan
komunitas dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di
rumah.
ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang laki – laki berusia 31 tahun dirawat di ruang Bedah setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas 6 jam yang lalu, mengeluh nyeri pada paha sebelah kiri dan kaki kanan, skala 8. Hasil
pengkajian : tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat luka robek pada
tibia 6 cm, tampak tonjolan tulang. Status neurovascular pada kedua kaki : nadi distal fraktur
(+), parestesi dan paralisis (-). Hasil pemeriksaan TTV; tekanan darah = 100/70, nadi 100x/ mnt,
respirasi : 22x / menit, suhu : 38 o C. Pemeriksaan lab : Hb 10.2, Ht 31%, eritrosit 3.72, leukosit
11.000. Hasil x-ray: fraktur obliq pada 1/3 bagian distal femur kiri dan fraktur cruris segmental
pada 1/3 media kanan. Terapi : ketorolac 2 x1, ranitidine 2 x1 dan cefazolin 2 x 1 gram IV.
Direncanakan pada kaki kanan dipasang skeletal traksi dan pemasangan external fixation pada
tibia.

A. Pengkajian
1. Identitas :
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : palopo
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
2. Keluhan utama : nyeri pada paha sebelah kiri dan kaki kanan
3. Riwayat penyakit sekarang : mengalami kecelakaan lalu lintas dan terdapat bengkak pada
daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat luka robek pada tibia 6 cm, tampak tonjolan
tulang.
4. Riwayat penyakit dahulu : -
5. Riwayat penyakit keluarga : -
6. Pemeriksaan Fisik.
a. TTV; tekanan darah = 100/70, nadi 100x/ mnt, respirasi : 22x / menit, suhu : 38o C
b. Inspeksi : Tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat luka
robek pada tibia 6 cm, tampak tonjolan tulang.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb 10.2
- Ht 31%
- eritrosit 3.72
- leukosit 11.000
b. Hasil x-ray:
- fraktur obliq pada 1/3 bagian distal femur kiri
- fraktur cruris segmental pada 1/3 media kanan.
B. Masalah keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Risiko infeksi
C. Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur bedah) d.d
DS : mengeluh nyeri pada paha sebelah kiri dan kaki kanan,
DO : skala nyeri 8, tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat
luka robek pada tibia 6 cm,
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan integritas struktur tulang d.d
DS : mengeluh nyeri pada paha sebelah kiri dan kaki kanan,
DO : tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat luka robek pada
tibia 6 cm, tampak tonjolan tulang, fisik lemah, kekuatan otot menurun.
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasiv d.d
DO : suhu 38o C, pemeriksaan lab : Hb 10.2, Ht 31%, eritrosit 3.72, leukosit 11.000.
D. Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur bedah)
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam, diharapkan rasa nyeri dapat
teratasi dengan KH:
a. Nyeri yang dilaporkan : ringan
b. Panjangnya episode nyeri : ringan
c. Ekspresi wajah : tidak ada
d. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgetik : sering menunjukkan
Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,


onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri.
b. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
c. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
dirasakan.
d. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih
dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan.
e. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang dipakai selama pengkajian
nyeri dilakukan.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan integritas struktur tulang
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam, diharapkan pasien dapat
melakukan aktifitas fisik dengan KH:
a. Menjalankan kursi roda dengan aman :tidak terganggu
b. Kontraksi kekuatan otot : sedikit terganggu
c. Kontrol gerakan : sedikit terganggu

Intervensi :

a. Bantu pasien dengan ambulasi awal jika diperlukan


b. Instruksikan pasien mengenai pemindahan dan teknik ambulasi yang aman.
c. Bantu pasien untuk berpartisipasi dalam latihan peregangan sambil berbaring atau
duduk.
d. Bantu untuk berdiri, duduk dan mengayuh tubuh dari sisi ke sisi untuk menstimulasi
mekanisme keseimbangan.
e. Monitor respon pasien pada latihan keseimbangan
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami ifeksi dengan KH:
a. Menjalankan strategi kontrol resiko yang sudah ditetapkan : sering menunjukkan
b. Menghindari paparan ancaman kesehatan : sering menunjukkan
c. Demam : tidak ada

Intervensi :

a. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien.


b. Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protokol institusi.
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien serta gunakan sarung
tangan steril sesuai kebijakan.
d. Monitor adanya infeksi sistemik dan lokal
e. Jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana.
E. Discard planning
1. Anjurkan pada pasien untuk check-up secara teratur di tempat pelayanan kesehatan.
2. Anjurkan pada pasien untuk makan makanan yang bergizi dan banyak mengandung serat
seperti: nasi ditambah lauk pauk dan susu.
3. Minum obat sesuai dengan instruksi dokter.
4. Saat berjalan gunakan tumpuan lebih banyak pada kaki yang tidak sakit.
5. Melatih ujung kaki untuk digerakan 1-3 kali dalam setengah jam.
6. Menjaga kebersihan luka dan segera laporkan ke tenaga kesehatan bila ada bau yang
tidak enak, ada rembesan darah keluar, demam tinggi.
7. Anjurkan untuk banyak minum 2-3 liter/hari.
8. Jelaskan penyebab dari fraktur, pengobatan dan komplikasi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Ketika terjadi patah tulang, maka akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatnya terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya.
Diagnosa keperawatan yang biasa timbul meliputi : Nyeri, Intoleransi aktivitas,
Kerusakan integritas kulit, Hambatan mobilitas fisik, Risiko infeksi.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Suriya, Melti & Zuriati. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan pada Sistem
Muskuloskletal Aplikasi Nanda Nic & Noc. Sumbar : Pustaka Galeri Mandiri.

Tinjauan, kepustakaan. Askep Fraktur Tibia. Kumpulan Asuhan Keperawatan.


https://sites.google.com/site/kumpulanasuhankeperawatan/askep-fraktur-tibia

Anda mungkin juga menyukai