SYNDROME NEFROTIK
DISUSUN OLEH
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, baik bersifat total maupun
sebagian yang ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya. Fraktur adalah patah tulang yang
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dari tenaga tersebut, keadaan
tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan kondisi fraktur
tersebut.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari fraktur tibia
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan dari fraktur tibia
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari kasus penderita fraktur tibia
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.
1. Data Subjektif
a. Anamnesa
1) Identitas Klien : Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama : Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat
beraktivitas /mobilisasi pada daerah fraktur tersebut
3) Riwayat Penyakit Sekarang : Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan
oleh trauma /kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak,
kebiruan, pucat/perubahan warna kulit dan kesemutan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu : Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah
tulang atau tidak sebelumnya dan ada/tidaknya klien mengalami pembedahan
perbaikan dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga : Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita
osteoporosis, arthritis dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun
dan menular.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan dikumpulkan,
pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara berurutan dari kepala sampai
kejari kaki.
a. Inspeksi : Pengamatan terhadap lokasi pembengkakan, warna kulit pucat, Laserasi,
kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya faktur adanya spasme otot dan
keadaan kulit.
b. Palpasi : Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakan otot oleh sentuhan kita
adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat
nyeri tekan pada area fraktur dan di daerah luka insisi.
c. Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.
d. Auskultasi : Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara melalui struktur
berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur solit bergerak. Pada pasien fraktur
pemeriksaan ini pada area yang sakit jarang dilakukan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan leukosit urine : Bisa cenderung dapat terjadi formasi batu kemih
yang menetap akibat Program Immobilisasi.
- Darah : Hitung darah lengkap: memotokrit mungkin meningkat, atau menurun
karena pendarahan bermakna pada sisi fraktur.
b. Rontgent : Untuk mengetahui secara pasti lokasi fraktur, luas fraktur, dan
menunjukkan jenis kerusakan sehingga dapat ditegakkan diagnosa pasti,(Doenges,
2000)
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa keperawatan yang
biasa muncul pada pasien dengan fraktur yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema
dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan
oksigenasi, ansietas.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik,
kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka/ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan,
prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
C. Intervensi dan Implementasi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa Intervensi dan implementasi
keperawatan yang muncul pada pasien meliputi :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang dengan Kriteria Hasil :
1) Nyeri berkurang atau hilang
2) Klien tampak tenang.
Intervensi :
1) Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
2) Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
3) Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
4) Observasi tanda-tanda vital.
5) Melakukankolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemaha
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pasien memiliki cukup energi untuk
beraktivitas dengan Kriteria hasil :
1) Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
2) Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
3) Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik
Intervensi :
Intervensi :
Seorang laki – laki berusia 31 tahun dirawat di ruang Bedah setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas 6 jam yang lalu, mengeluh nyeri pada paha sebelah kiri dan kaki kanan, skala 8. Hasil
pengkajian : tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat luka robek pada
tibia 6 cm, tampak tonjolan tulang. Status neurovascular pada kedua kaki : nadi distal fraktur
(+), parestesi dan paralisis (-). Hasil pemeriksaan TTV; tekanan darah = 100/70, nadi 100x/ mnt,
respirasi : 22x / menit, suhu : 38 o C. Pemeriksaan lab : Hb 10.2, Ht 31%, eritrosit 3.72, leukosit
11.000. Hasil x-ray: fraktur obliq pada 1/3 bagian distal femur kiri dan fraktur cruris segmental
pada 1/3 media kanan. Terapi : ketorolac 2 x1, ranitidine 2 x1 dan cefazolin 2 x 1 gram IV.
Direncanakan pada kaki kanan dipasang skeletal traksi dan pemasangan external fixation pada
tibia.
A. Pengkajian
1. Identitas :
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : palopo
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
2. Keluhan utama : nyeri pada paha sebelah kiri dan kaki kanan
3. Riwayat penyakit sekarang : mengalami kecelakaan lalu lintas dan terdapat bengkak pada
daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat luka robek pada tibia 6 cm, tampak tonjolan
tulang.
4. Riwayat penyakit dahulu : -
5. Riwayat penyakit keluarga : -
6. Pemeriksaan Fisik.
a. TTV; tekanan darah = 100/70, nadi 100x/ mnt, respirasi : 22x / menit, suhu : 38o C
b. Inspeksi : Tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat luka
robek pada tibia 6 cm, tampak tonjolan tulang.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb 10.2
- Ht 31%
- eritrosit 3.72
- leukosit 11.000
b. Hasil x-ray:
- fraktur obliq pada 1/3 bagian distal femur kiri
- fraktur cruris segmental pada 1/3 media kanan.
B. Masalah keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Risiko infeksi
C. Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur bedah) d.d
DS : mengeluh nyeri pada paha sebelah kiri dan kaki kanan,
DO : skala nyeri 8, tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat
luka robek pada tibia 6 cm,
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan integritas struktur tulang d.d
DS : mengeluh nyeri pada paha sebelah kiri dan kaki kanan,
DO : tampak bengkak pada daerah paha kiri dan pada kaki kiri terdapat luka robek pada
tibia 6 cm, tampak tonjolan tulang, fisik lemah, kekuatan otot menurun.
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasiv d.d
DO : suhu 38o C, pemeriksaan lab : Hb 10.2, Ht 31%, eritrosit 3.72, leukosit 11.000.
D. Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur bedah)
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam, diharapkan rasa nyeri dapat
teratasi dengan KH:
a. Nyeri yang dilaporkan : ringan
b. Panjangnya episode nyeri : ringan
c. Ekspresi wajah : tidak ada
d. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgetik : sering menunjukkan
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Ketika terjadi patah tulang, maka akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatnya terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya.
Diagnosa keperawatan yang biasa timbul meliputi : Nyeri, Intoleransi aktivitas,
Kerusakan integritas kulit, Hambatan mobilitas fisik, Risiko infeksi.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Suriya, Melti & Zuriati. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan pada Sistem
Muskuloskletal Aplikasi Nanda Nic & Noc. Sumbar : Pustaka Galeri Mandiri.