Anda di halaman 1dari 15

Tanda dan gejala

Keluhan umum yang sering dikatakan ibu dengan kehamilan letak sungsang
adalah terasa penuh dibagian atas dan gerakan janin terasa lebih banyak dibagian
bawah.
Pada pemeriksaan abdomen , tidak dapat diraba bagian yang keras dan
bulat, yakni kepala, dan kepala teraba teraba di fundus uteri. Kadang- kadang
bokong janin teraba bulat dan memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong
tidak dapat digerakkan semudah kepala. Auskultasi menunjukkan DJJ lokasinya
setinggi atau sedikit lebih tinggi dari umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka
harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letakknya tidak sejajar dengan jari jari lain dan panjang jari
kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. (Wiknjosastro,2012)

Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
Biasanya pada pasien post op keadaan umumnya lemah.
2. Tanda-Tanda vital meliputi pemeriksan fisik, tekanan darah, sushu,
pernafasan, nadi.

B1 (Breathing)
 Inspeksi : Bentuk dada simetris,pola nafas teratur, tidak ada retraksi otot
bantu nafas.
 Palpasi : Vocal premitus terdapat getaran suara.
 Perkusi : suara perkusi resonan.
 Auskultasi : tidak ada suara tambahan.

B2 (Blood)
 Inspeksi : CRT (Capillary Refill Time) <2 detik.
 Palpasi : pulsasi kuat, nadi akan melambat sekitar 60 x/menit pada
waktu selesai persalinan.
 Auskultasi : irama jantung kuat, bunyi jantung S1 (lub), S2(dub).
B3 (Brain)
 Inspeksi : Kesadaran composmentis, orientasi baik.

B4 (Bladder)
 Inspeksi : Menggunakan Kateter, warna urine kuning kemerahan,
berbau amis, terdapat lochea rubra sekitar 90 cc.

B5 (Bowel)
 Inspeksi –
 Palpasi : Kontraksi uterus bisa baik/tidak
 Auskultasi : Bising usus melemah 5x/ menit

B6 (Bone)
 Inspeksi : tugor kulit elastis,, Terdapat luka post op masih dibalut,
terdapat strie, abdomen mengecil, payudara menonjol, aerola hitam,
putting menjol,warna kulit sawo matang atau kuning langsat, tidak ada
oedema, kekuatan otot
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

B7 (Pengindraan)
 Inspeksi : Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang tidak
ditemukan adanya kerusakan pengindraan.

B8 (Endokrin)
 Inspeksi : Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang tidak
ditemukan adanya pembesaran kelenjar endokrin.
(Muttaqin,2011)
2.4.3 Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan

kognitif perawat mengembangkan daya

berfikir dan penalaran yang dipengaruhi

pengalaman meliputi data subjektif dan data

objektif (Perry dan Potter, 2012).

2.4.4 Diagnosa Keperawatan

2.4.4.1 Nyeri akut b.d Terputusnya


kontinuitas jaringan sEkunder
akibat pembedahan
(D.0077)
2.4.4.2 Resiko infeksi b.d proses pembedahan (D.0142
2.4.4.3 Konstipasi penurunan peristaltic
b.d trauma skunder terhadap post
op section caesarea.(D.0049)
2.4.4.4 Gangguan mobilitas fisik
b.d adanya nyeri akibat
insisi
pembedahan(D.0054)
2.4.4.5 Defisit perawatan diri b.d kelemahan otot
(D.0109)
2.4.5 Perencanaan Keperawatan

2.4.5.1 Diagnosa 1 : Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan

sekunder akibat pembedahan. (D.0077)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2x24 jam diharapakan nyeri berkurang, Dengan Kriteria

Hasil :

1) Mampu mengontrol nyeri.

2) Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi,

tanda nyeri)

3) Skala nyeri menurun

4) Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri

5) Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan

6) TTV dalam batas normal, S : 36-37ᵒC, TD : 120/80 mmHg, RR

: 18-20x/menit, N: 80-100 x/menit.

Intervensi :

(1) Bina hubungan saling percaya.

R/ Dengan rasa percaya, pasien dapat mengungkapkan

perasaannya sehingga akan mempermudah melakukan

tindakan keperawatan.

(2) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuesi, kualitas, dan faktor

presipitasi.

R/ Untuk mengetahui secara jelas tentang nyeri yang di

alami pasien dan dapat melakukan tindakan management

nyeri untuk mengatasi nyeri yang timbul.


(3) Berikan penjelasan pada pasien tentang nyeri dan

penyebab nyeri.

R/ Memberi pemahaman nyeri pada pasien.

(4) Observasi TTV

R/ Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

(5) Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam.

R/ Penarikan nafas dalam secara perlahan-

lahan dapat mengurangi rasa nyeri jika sewaktu-

waktu muncul.

(6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik.

R/ Pemberian obat analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

2.4.5.2 Diagnosa 2 : Resiko infeksi b.d proses pembedahan. (D.0142)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2x24 jam diharapkan pasien tidak terjadi infeksi. Dengan

Kriteria Hasil:

1) Bebas dari tanda dan gejala infeksi.

2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor

yang mempengaruhi penularan serta

penatalaksanaannya.

3) Mampu untuk mencegah timbulnya infeksi.

Intervensi :

(1) Berikan penjelasan pada pasien tentang penyebab

dan cara mencegah infeksi.

R/ Untuk mempermudah pasien agar dapat

mencegah terjadinya infeksi.

(2) Kaji luka insisi pada abdomen.


R/ Untuk mengidentifikasi apakah keadaan luka sudah

kering atau masih basah dan apakah ada tanda-tanda

infeksi atau tidak, adanya pusatau tidak

(3) Ajarkan pada pasien untuk menjaga kebersihan sekitar

luka dan lingkungan, serta teknik rawat luka dengan

antiseptic.

R/ Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang

atau penyebaran organism infeksi.

(4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotic.

R/ Pemberian obat anti biotik dapat mencegah

terjadinya infeksi.

2.4.5.2 Diagnosa 3 : Konstipasi b.d trauma skunder terhadap post

op sectio caesaria .(D.0049)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2x24 jam diharapkan konstipasi tidak terjadi. Dengan Kriteria

Hasil :

1) Bising usus normal

2) Tidak teraba massa abdomen

3) Frekuensi defekasi kembali

normal Intervensi :

(1) Observasi tanda dan gejala konstipasi

R/ Untuk mengetahui perkembangan pasien.

(2) Monitor bising usus

R/ Untuk mengetahui adanya penurunan bising usus.

(3) Kaji feses : frekuensi dan konsistensi.

R/ Untuk mengetahui perkembangan pasien.


(4) Anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak minum.

R/ Agar konsistensi padat dan mengurangi konstipasi.

(5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat laktasif.

R/ Pemberian obat laktasif dapat melunakkan feses

sehingga tidak terjadi konstipasi.

2.4.5.3 Diagnosa 4 : Hambatan mobilitas fisik b.d adanya nyeri

akibat insisi pembedahan. (D.0054)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat

meningkatkan mobilitas fisik.

Kriteria Hasil :

1) Keadaan umum baik.

2) Dapat beraktivitas secara mandiri.

3) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilisasi.

Intervensi :

(1) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk beraktifitas.

R/ Mengetahui tingkat kemampuan dalam melakukan

aktifitas mandirinya.

(2) Berikan penjelasan pada pasien tentang pentingnya

mobilisai dini post op section caesaria.

R/ Memberikan penjelasan pada pasien agar melakukan

mobilisasi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya

thrombosis.
(3) Anjurkan pasien untuk mobilitas dini : mika miki,duduk.

R/ untuk mempercepat pemulihan fisik serta untuk

membantu flatulensi.

(4) Bantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai

dengan kebutuhan.

R/ Dapat memberikan rasa tenang dan aman pada

pasien karena kebutuhan pasien terpenuhi serta

mempermudah pasien untuk bermobilisasi.

(5) Evaluasi perkembangan dan kemampuan pasien

dalam beraktivitas.

R/ Mengetahui kondisi umum pasien.

2.4.5.4 Diagnosa 5 : Devisit perawatan diri b.d kelemahan otot skunder. (D.0109)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2x24 jam diharapkan pasien dapat memenuhi kebutuhan

personal hygiene dengan,

1) Pasien dapan menjaga personal hygienenya.

2) Mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara

mandiri dengan atau tanpa alat bantu.

(1) Bina hubungan saling percaya.

R/ Dengan rasa saling percaya, pasien dapat

mengungkapkan perasaannya sehingga akan

mempermudah melakukan tindakan keperawatan.


(2) Berikan penjelasan tentang pentingnya perawatan diri.

R/ Agar pasien dapat memahami pentingnya perawatan diri.

(3) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam perawatan diri.

R/ Mengetahui kemampuan pasien dalam personal hygiene.

(4) Anjurkan dan libatkan keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan personal hygiene pasien

R/ Keluarga merupakan orang terdekat yang paling

penting dan tepat untuk masalah ini dan membuat pasien

merasa lebih diperhatikan.

(5) Anjurkan pasien mengganti baju 1 hari sekali.

R/ Kebersihan dapat mencegah terjadinya penyebaran

organisasi infeksius.

2.4.6 Implementasi

Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan, selama 2X24

jam dilakukan tindakan keperawatan berupa membina hubungan

saling percaya kepada klien, mengkaji nyeri secara komprehensif,

menjelaskan informasi tentang nyeri dan penyebab nyeri,

mengobservasi TTV, melakukan teknik relaksasi dan distraksi,

berkolaborasi pemberian obat analgesik.

Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan proses

pembedahan, selama 2X24 jam dilakukan tindakan keperawatan

berupa menjelaskan informasi tentang penyebab dan cara

mencegah infeksi, memantau insisi pada abdomen, mengajarkan

klien menjaga kebersihan


sekitar luka dan lingkungannya, merawat luka dengan antiseptik,

berkolaborasi pemberian obat antibiotik.

Pada diagnosa konstipasi penurunan peristaltic

berhubungan dengan trauma sekunder terhadap post op sectio

caesaria, selama 2X24 jam dilakukan tindakan keperawatan

berupa memantau tanda dan gejala konstipasi, memonitor bising

usus, memantau feses frekuensi dan konsistensi, menganjurkan

klien makan tinggi serat dan banyak minum,berkolaborasi

pemberian obat laktasif.

Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan adanya nyeri akibat insisi pembedahan, selama 2X24 jam

dilakukan tindakan keperawatan berupa memantau tingkat

kemampuan klien untuk beraktifitas, menjelaskan klien tentang

pentingnya mobilisasi post op section caesaria, menganjurkan

klien untuk mobilitas dini, membantu klien pemenuhan aktivitas

sehari-hari, mengevaluasi perkembangan dan kemampuan klien.

Pada diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan

kelemahan otot sekunder, selama 2X24 jam dilakukan tindakan

keperawatan berupa membina hubungan saling percaya ke klien,

menjelaskan tentang pentingnya perawatan diri, memantau tingkat

kemampuan klien dalam perawatan diri, menganjurkan dan

libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal hygine

klien, menganjurkan klien mengganti baju sehari sekali.


2.4.7 Evaluasi

Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan nyeri

klien berkurang di tandai dengan mampu mengontrol nyeri, mampu

mengenal nyeri, skala nyeri 0-1 (dari 0-10), dapat melakukan

tindakan untuk mengurangi nyeri, kooperatif dengan tindakan yang

dilakukan, TTV dalam batas normal.

Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan proses

pembedahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2X24 jam diharapkan klien tidak terjadi infeksi di tandai dengan

bebas dari tanda dan gejala infeksi, mendeskripsikan proses

penularan penyakit faktor yang mempengaruhi penularan serta

penatalaksanaannya, mampu untuk mencegah timbulnya infeksi.

Pada dignosa konstipasi penurunan peristaltic berhubungan

dengan trauma sekunder terhadap post op sectio caesaria. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan

konstipasi tidak terjadi di tandai dengan mempertahankan bentuk

feses lunak, bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi, feses

lunak dan berbentuk.

Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan adanya nyeri akibat insisi pembedahan. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2X24 jam di harapkan klien dapat

meningkatkan mobilitas fisik di tandai dengan keadaan umum baik,

dapat beraktifitas secara mandiri, mengerti tujuan dari peningkatan

mobilisasi.
81

Pada diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan

kelemahan otot sekunder. Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2X24 jam diharapkan dapat memenuhi kebutuhan personal

hygine di tandai dengan klien dapat menjaga personal hyginenya,

mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara mandiri dengan

atau tanpa alat bantu


82
DAFTAR PUSTAKA

Aminin, Fidya, 2013:17. Panduan praktikum Asuhan Kebidanan Patologi.


Jakarta: Salemba Medika

Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012. Angka kejadian Section Caesaria Di Jawa
Timur. www.google.com Diakses pada tanggal 17 September 2018 pukul
14.00

Gibbons, L.Et all (2010). The Global Number and casts of Addionally needed and
Unnended and Unne Cessary Caesarean Sections Performed per Year.

Overase as A Barter to Universal Coverage. World Health Report

Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu kebidanan : Patologi dan
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica (YEM).

Helen, Varney. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume2. Jakarta :
EGC

Jekti.
(2011).Ilmukebidanan.http://midwiferymella.blogspot.co.id/2011/10/ant
enat al-care.html?m=1. Diakses pada tanggal 18 September 2018 pukul
13.00Jitowiyono, Sugeng dan Weni Kristiyanasari.(2010).Asuhan
Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta: Nuha Medika. Manuba, IBG, dkk.
2010.

Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : ECG Nanda Nic-Noc,
2015, Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.

Ariani. T. A. (2012). Neuro behavior. Jakarta: Salemba Medika.

Doengoes, Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H. dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction.

Rumah Sakit Umum Daerah Bangil. (2019). Data Awal Kasus Penyakit Bulan
Januari-Juni Tahun 2015. Bangil: Balitbang RSUD Bangil

Carpenito, Lynda Jual. (2007). Rencana Asuhan dan


Pendokumentasian Keperawatan. Alih Bahasa Monica Ester.
Edisi 2. Jakarta: EGC.

Lismidar, H. (1992). Proses Keperawatan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Bobak. L. J. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


83
Oxorn, Harry dan Forte W.R. (2010). Ilmu Kebidanan.Jakarta. Yayasan Essentia
Medica
Depkes RI, (2011), Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA), Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Kesehatan Keluarga, Jakarta.

Nugroho, Taufan. 2011.Buku Ajar Obstretri.yogjakarta:Nuha Medika

Green,C. J and J. M. Wilkinson. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal


& Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 9 Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnisa Medis & Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika

Morgan, Geri.2009.Obstretri & Ginekologi Panduan Praktik (Practice Guidelines


For Obstretri& Gynecology).Jakarta:EGC

Dutton,L.A., Densmore,J.E., & Turner,M.B.2011.Rujukan Cepat Kebidanan.


Jakarta: EGC. Manuaba,C., Manuaba, F.,&

Manuaba.2008.Gawat Darurat Obstretri Ginekologi & Obstretri Ginekologi


Sosial untuk Profesi Bidan.Jakarta:EGC

Manuaba,C., Manuaba, F.,& Manuaba.2007.Pengantar Kuliah


Obstretri.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai