Anda di halaman 1dari 13

ASKEP Laparatomy

Tinjauan Teoritis
Laparatomy
A. Definisi Laparatomy
Laparatomy adalah suatu pembedahan pada rongga abdomen yang dilakukan untuk
memeriksa nyeri atau trauma pada abdomen. Prosedur ini dapat di indikasikan pada klien
yang mengalami nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau klien yang
mengalami trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber
nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
B. Indikasi Laparatomy
Indikasi dilakukannya laparotomy
diantaranya yaitu :
1) Kanker pada organ abdomen (seperti pada
ovarium, kolon, pancreas, atau hati)
2) Peritonitis appendicitis
3) Kolelitiasis, kolesistitis
4) Pankreatitis akut atau kronik
5)Abses retroperitoneal, abdominal, atau pelvis (kantong/benjolan yang
infeksi)
6) Divertikulitis (inflamasi kantong usus)
7) Adhesi
(perlengketan jaringan pada abdomen)
8) Perforasi usus
9) Kehamilan ektopik (kehamilan di luar uterus)
10) Perdarahan internal
11) Trauma abdomen

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :

1) Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan


2) Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
3) Kelemahan
4) Mual, muntah, anoreksia
5) Konstipasi

D. Komplikasi Yang Dapat Terjadi pada Laparatomy

1) Perdarahan
2) Infeksi
3) Kerusakan organ internal
4) Adhesi organ visceral
ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST LAPARATOMY

ASKEP Pre Laparatomy


1.)Pengkajian
Yang perlu dikaji pada tahap pre laparatomy:
a) Biodata
(1) Identitas Klien,meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis,
tindakan medis.
(2) Identitas Penanggungjawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien, sumber biaya.
b) Lingkup Masalah Keperawatan
Keluhan utama
c) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang
(2) Riwayat Kesehatan Dahulu
(3) Riwayat kesehatan Keluarga

d) Riwayat Psikologi
e) Riwayat Sosial
f)Riwayat Spiritual
g) Kebiasaan Sehari-hari
h) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan Umum
(2) Sistem Pernapasan
(3) Sistem Kardiovaskuler
(4) Sistem Pencernaan.
(5) Sistem Perkemihan
(6) Sistem Persarafan
(7)Sistem Penglihatan
(8) Sistem Pendengaran
(9) Sistem Muskuloskeletal
(10) Sistem Integumen
(11) Sistem Endokrin
i.)Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium

ASKEP Post Laparatomy


1.)Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien post laparatomy meliputi :
a) Biodata
(1) Identitas Klien,meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis,
tindakan medis.
(2) Identitas Penanggungjawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien, sumber biaya.

b) Lingkup Masalah Keperawatan


Keluhan utama : klien dengan post laparatomy ditemukan adanya keluhan nyeri pada luka
post operasi, mual, muntah, distensi abdomen, badan terasa lemas.
c) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang. Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada saat
pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST, yaitu :
(a) P (Provokatif atau Paliatif), hal-hal yang dapat mengurangi atau memperberat. Biasanya
klien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi. Nyeri bertambah bila klien bergerak atau
batuk dan nyeri berkurang bila klien tidak banyak bergerak atau beristirahat dan setelah
diberi obat.
(b) Q (Quality dan Quantity), yaitu bagaimana gejala dirasakan nampak atau terdengar, dan
sejauh mana klien merasakan keluhan utamanya. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
dengan skala ≥ 5 (0-10) dan biasanya membuat klien kesulitan untuk beraktivitas.
(c) R (Regional/area radiasi), yaitu dimana terasa gejala, apakah menyebar? Nyeri dirasakan
di area luka post operasi, dapat menjalar ke seluruh daerah abdomen.
(d) S (Severity), yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampai mengganggu aktivitas atau
tidak. Biasanya aktivitas klien terganggu karena kelemahan dan keterbatasan gerak akibat
nyeri luka post operasi.

(e) T (Timing), yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri dan berapa lama
nyeri itu hilang selama periode akut. Nyeri dapat hilang timbul maupun menetap sepanjang
hari.
(2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan terjadi. Biasanya klien
memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.
(3) Riwayat kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan klien, penyakit
turunan maupun penyakit kronis. Mungkin ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit gastrointestinal.
d) Riwayat Psikologi
Biasanya klien mengalami perubahan emosi sebagai dampak dari tindakan
pembedahan
seperti cemas.

e) Riwayat Sosial
Kaji hubungan klien dengan keluarga, klien lain, dan tenaga kesehatan. Biasanya klien tetap
dapat berhubungan baik dengan lingkungan sekitar.
f)Riwayat Spiritual
Pandangan klien terhadap penyakitnya, dorongan semangat dan keyakinan klien akan
kesembuhannya dan secara umum klien berdoa untuk kesembuhannya. Biasanya aktivitas
ibadah klien terganggu karena keterbatasan aktivitas akibat kelemahan dan nyeri luka post
operasi.
g) Kebiasaan Sehari-hari
Perbandingan kebiasaan di rumah dan di rumah sakit, apakah terjadi gangguan atau tidak.
Kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : makan, minum, eliminasi Buang Air Besar
(BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), istirahat tidur, personal hygiene, dan ketergantungan.
Biasanya klien kesulitan melakukan aktivitas, seperti makan dan minum mengalami
penurunan, istirahat tidur sering terganggu, BAB dan BAK mengalami penurunan, personal
hygiene kurang terpenuhi.

h) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan Umum
Kesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung beratnya kondisi penyakit yang
dialami, tanda-tanda vital biasanya normal kecuali bila ada komplikasi lebih lanjut, badan
tampak lemas.
(2) Sistem Pernapasan
Terjadi perubahan pola dan frekuensi pernapasanmenjadi lebih cepat akibat nyeri, penurunan
ekspansi paru.
(3) Sistem Kardiovaskuler
Mungkin ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda kelemahan, kelelahan yang
ditandai dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tekanan darah dan nadi
meningkat.
(4) Sistem Pencernaan
Mungkin ditemukan adanya mual, muntah, perut kembung, penurunan bising usus karena
puasa, penurunan berat badan, dan konstipasi.
(5) Sistem Perkemihan
Jumlah output urin sedikit karena kehilangan cairan tubuh saat operasi atau karena adanya
muntah. Biasanya terpasang kateter.
(6) Sistem Persarafan
Dikaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dan dikaji semua fungsi nervus kranialis.
Biasanya tidak ada kelainan pada sistem persarafan.
(7)Sistem Penglihatan
Diperiksa kesimetrisan kedua mata, ada tidaknya sekret/lesi, reflek pupil terhadap cahaya,
visus (ketajaman penglihatan). Biasanya tidak ada tanda-tanda penurunan pada sistem
penglihatan.
(8) Sistem Pendengaran
Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya sekret/lesi, ada tidaknya nyeri tekan, uji
kemampuan pendengaran dengan tes Rinne, Webber, dan Schwabach. Biasanya tidak ada
keluhan pada sistem pendengaran.
(9) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri.

(10) Sistem Integumen


Adanya luka operasi pada abdomen. Mungkin turgor kulit menurun akibat kurangnya volume
cairan.
(11) Sistem Endokrin
Dikaji riwayat dan gejala-gejalayang berhubungan dengan penyakit endokrin, periksa ada
tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening. Biasanya tidak ada keluhan pada
sistem endokrin.

i.)Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
1) Elektrolit : dapat ditemukan adanya penurunan kadar elektrolit akibat kehilangan cairan
berlebihan
2) Hemoglobin :dapat menurun akibat kehilangan darah
3) Leukosit : dapat meningkat jika terjadi infeksi

j) Terapi
Biasanya klien post laparotomy mendapatkan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri,
antibiotik sebagai anti mikroba, dan antiemetik untuk mengurangi rasa mual.

2.) Diagnosa Keperawatan


Beberapa diagnosa pada post laparatomy:
1.Inefektif bersihan jalan nafas b.d efek anastesi
2. Kerusakan integritas kulit b.d insisi pembedahan, perubahan sensasi
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan darah, kehilangan air dengan abnormal.
Diagnosa Keperawatan Intervensi

Ansietas b.d prosedur pembedahan, prosedur 1. Monitor klien tanda dan gejala ansietas saat 1. Pengk
preoperative. pengkajian keperawatan dengan a
2. Fokuskan diskusi pada stressor yang membua
Kriteria Hasil: mempengaruhi kondisi pasien 2. Focus
1) Klien akan menunjukan kemampuan focus 3. Diskusikan persepsi klien akan prosedur kemamp
pada pengetahuan baru dan skill pembedahan, ketakutan yang berhubungan ketakuta
2) Identifikasi gejala sebagai indicator dengan operasi dan mem
kecemasan sendiri 4. Berikan informasi prosedur sebelum operasi, 3. Disku
3) Tidak menunjukan prilaku agresiv penyakit klien, dan persiapan operasi. membua
4) Berkomunikasi dan penanganan perasaan sendiri d
negative dengan tepat pengetah
5) Rileks dan nyaman dalam beraktivitas 4. Tinda
pengetah

Diagnosa Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Dx 1: 1. Manajemen 1. Kepatenan jalan 2.melakukan S:
.Inefektif jalan nafas nafas suction
bersihan jalan 2. Suction : mengindikasikan 3.memberikan O: -
nafas b.d efek pembuangan efektivitas respirasi. terapi O2 Pengeluaran
anastesi 3. Terapi 2. Pasien yang 4.mengatur sekresi efektif
oksigen mengalami posisi klien - Respirasi
Kriteria Hasil: 4. Atur posisi penurunan 5.memantau dan ritme
1) Klien akan klien kesadaran beresiko respirasi dalam batas
mempunyai 5. Pantau terjadi aspirasi normal
kepatenan respirasi saliva dan - Fungsi
jalan nafas pemberian oksigen pulmonali
2) Pengeluaran tambahan dalam batas
sekresi efektif diindikasikan normal
3) Respirasi dengan jalan nafas
dan ritme yang bersih. A:Masalah
dalam batas 3. Kerusakan otak teratasi
normal irreversible bisa
4) Fungsi terjadi bila periode P: Intervensi
pulmonali apneu terjadi lama dihentikan
dalam batas dan kebutuhan
normal oksigen tidak
5) Mampu terpenuhi.
menyususn 4.Posisi supine
rencana untuk meningkatkan
perawatan di resiko obstruksi
rumah jalan nafas oleh
lidah, bila
dimiringkan maka
klien akan
mengalami aspirasi.
Semi fowler adalah
pilihan yang tepat
untuk kenyamanan,
pengembangan
ekspansi paru yang
optimal,
menghindari
aspirasi.
Dx 2: 1. Monitor 1.Monitor S:
Kerusakan karakteristik karakteristik
integritas kulit luka, meliputi luka O: perawatan
b.d insisi lokasi, 2.membersihkan luka optimal
pembedahan, ada/tidaknya dan mengganti Integritas
perubahan dan karakter balutan (teknik kulit adekuat
sensasi eksudat, steril)
Kriteria Hasil: ada/tidaknya A: masalah
1) Klien akan jaringan teratasi
menunjukan nekrotik,
perwatan ada/tidaknya P: Intervensi
optimal kulit tanda-tanda dihentikan
dan luka secara infeksi (nyeri,
rutin bengkak,
2) Menunjukan kemerahan,
intgritas kulit peningkatan
dan membrane sushu,
mukosa penurunan
adekuat ( fungsi)
temperature 2. Bersihkan dan
jaringan, ganti balutan
elastisitas, (wound care)
hidrasi, luka dengan
pigmentasi, teknik steril
dan warna) 3. Minimalisir
penekanan pada
bagian luka
Dx 3: 1. Monitor dan Rasional 1.Memonitor S:
Kekurangan perbaiki intake 1. Terapi diuretik, intake dan
volume cairan output, antara hipertermia, output O: - elektrolit,
b.d kehilangan setiap jam dan pembatasan intake 2.memonitor Ht, dan serum
darah, perbandingkan. cairan dapat hasil LAB osmolalitas
kehilangan air Ukur dan menimbulkan 3.memonitor dalam keadaan
dengan dokumentasikan kekurangan cairan. tekanan normal
abnormal. output urine Pengukuran tiap hemodinamika - urine
Kriteria hasil : setiap 1-4 jam. jam dan 4memberikan output dalam
1) Menunjukan - urine output perbandingannya cairan isotonic batas normal
level elektrolit, lebih dari dapt mendeteksi -
hematokrit dan 200ml/jam kekurangan. hemodinamika
serum selama 2 jam 2. Hasil dalam batas
osmolalitas -urine output laboratorium normal
dalam keadaan kurang dari menambah keadaan
normal. 30ml/jam objektif dari A: masalah
2) Urine output selama 2 jam ketidakseimbangan. teratasi
dalam batas 2. Monitor hasil Penurunan
normal laboratorium osmolalitas urine P: intervensi
3) Hasil sesuai indikasi. berhubungan dihentikan
hemodinamika 3. Monitor dengan diuresis,
dalam batas tekanan peningkatan serum
normal hemodinamika osmolalitas, serum
secara periodic. sodium dan
4. Berikan terapi hematokrit
sesuai indikasi, menunjukan
biasanya cairan hemokonsentrasi.
isotonic 3. Pemantauan
secara periodic
menunjang
peringatan
secepatnya apabila
terjadi kondisi yang
fatal.
4. Cairan isotonic
adalah pengganti
cairan untuk
kehilangan cairan
tubuh. Produk
darah, koloid, atau
albmin, dapat
digunakan untuk
peningkatan MAP.
Monitor digunakan
untuk mencegah
overload volume
cairan.
Intervensi

1. Monitor klien tanda dan gejala ansietas saat 1. Pengk


pengkajian keperawatan dengan a
2. Fokuskan diskusi pada stressor yang membua
mempengaruhi kondisi pasien 2. Focus
3. Diskusikan persepsi klien akan prosedur kemamp
pembedahan, ketakutan yang berhubungan ketakuta
dengan operasi dan mem
4. Berikan informasi prosedur sebelum operasi, 3. Disku
penyakit klien, dan persiapan operasi. membua
sendiri d
pengetah
4. Tinda
pengetah

Diagnosa Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Keperawatan

Dx 1: 1. Manajemen 1. Kepatenan jalan 2.melakukan S:


.Inefektif jalan nafas nafas suction
bersihan jalan 2. Suction : mengindikasikan 3.memberikan O: -
nafas b.d efek pembuangan efektivitas respirasi. terapi O2 Pengeluaran
anastesi 3. Terapi 2. Pasien yang 4.mengatur sekresi efektif
oksigen mengalami posisi klien - Respirasi
Kriteria Hasil: 4. Atur posisi penurunan 5.memantau dan ritme
1) Klien akan klien kesadaran beresiko respirasi dalam batas
mempunyai 5. Pantau terjadi aspirasi normal
kepatenan respirasi saliva dan - Fungsi
jalan nafas pemberian oksigen pulmonali
2) Pengeluaran tambahan dalam batas
sekresi efektif diindikasikan normal
3) Respirasi dengan jalan nafas
dan ritme yang bersih. A:Masalah
dalam batas 3. Kerusakan otak teratasi
normal irreversible bisa
4) Fungsi terjadi bila periode P: Intervensi
pulmonali apneu terjadi lama dihentikan
dalam batas dan kebutuhan
normal oksigen tidak
5) Mampu terpenuhi.
menyususn 4.Posisi supine
rencana untuk meningkatkan
perawatan di resiko obstruksi
rumah jalan nafas oleh
lidah, bila
dimiringkan maka
klien akan
mengalami aspirasi.
Semi fowler adalah
pilihan yang tepat
untuk kenyamanan,
pengembangan
ekspansi paru yang
optimal,
menghindari
aspirasi.

Dx 2: 1. Monitor 1.Monitor S:
Kerusakan karakteristik karakteristik
integritas kulit luka, meliputi luka O: perawatan
b.d insisi lokasi, 2.membersihkan luka optimal
pembedahan, ada/tidaknya dan mengganti Integritas
perubahan dan karakter balutan (teknik kulit adekuat
sensasi eksudat, steril)
Kriteria Hasil: ada/tidaknya A: masalah
1) Klien akan jaringan teratasi
menunjukan nekrotik,
perwatan ada/tidaknya P: Intervensi
optimal kulit tanda-tanda dihentikan
dan luka secara infeksi (nyeri,
rutin bengkak,
2) Menunjukan kemerahan,
intgritas kulit peningkatan
dan membrane sushu,
mukosa penurunan
adekuat ( fungsi)
temperature 2. Bersihkan dan
jaringan, ganti balutan
elastisitas, (wound care)
hidrasi, luka dengan
pigmentasi, teknik steril
dan warna) 3. Minimalisir
penekanan pada
bagian luka

Dx 3: 1. Monitor dan Rasional 1.Memonitor S:


Kekurangan perbaiki intake 1. Terapi diuretik, intake dan
volume cairan output, antara hipertermia, output O: - elektrolit,
b.d kehilangan setiap jam dan pembatasan intake 2.memonitor Ht, dan serum
darah, perbandingkan. cairan dapat hasil LAB osmolalitas
kehilangan air Ukur dan menimbulkan 3.memonitor dalam keadaan
dengan dokumentasikan kekurangan cairan. tekanan normal
abnormal. output urine Pengukuran tiap hemodinamika - urine
Kriteria hasil : setiap 1-4 jam. jam dan 4memberikan output dalam
1) Menunjukan - urine output perbandingannya cairan isotonic batas normal
level elektrolit, lebih dari dapt mendeteksi -
hematokrit dan 200ml/jam kekurangan. hemodinamika
serum selama 2 jam 2. Hasil dalam batas
osmolalitas -urine output laboratorium normal
dalam keadaan kurang dari menambah keadaan
normal. 30ml/jam objektif dari A: masalah
2) Urine output selama 2 jam ketidakseimbangan. teratasi
dalam batas 2. Monitor hasil Penurunan
normal laboratorium osmolalitas urine P: intervensi
3) Hasil sesuai indikasi. berhubungan dihentika
hemodinamika 3. Monitor dengan diuresis,
dalam batas tekanan peningkatan serum
normal hemodinamika osmolalitas, serum
secara periodic. sodium dan
4. Berikan terapi hematokrit
sesuai indikasi, menunjukan
biasanya cairan hemokonsentrasi.
isotonic 3. Pemantauan
secara periodic
menunjang
peringatan
secepatnya apabila
terjadi kondisi yang
fatal.
4. Cairan isotonic
adalah pengganti
cairan untuk
kehilangan cairan
tubuh. Produk
darah, koloid, atau
albmin, dapat
digunakan untuk
peningkatan MAP.
Monitor digunakan
untuk mencegah
overload volume
cairan.

Anda mungkin juga menyukai