Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit Apendisitis

1. Definisi

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua

umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki

berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut

pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah

abdomen darurat (Melendez et al., 2018)

Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Terapi

bedah sering dibutuhkan dalam penanganan appendicitis. Saat ini, bedah

laparoscopic menjadi pilihan tindakan bedah yang lebih baik disbanding Open

Appendicectom. Bedah laparoscopic lebih aman, lebih pendek masa perawatan

dan minimum komplikasi. Namun tidak semua kondisi apendisitis membutuhkan

treatment bedah, kondisi tertentu dapat dilakukan dengan terapi konservatif yaitu

dengan obat-obatan (Amir & Bhabhor, 2022)

2. Manifestasi Klinis (Kusumawati, 2023)

a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam rinan, mual, muntah

b. Anoreksia, malaise

c. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney e.Spasme otot

d. Konstipasi, diare

1
3. WOC

Sumber: (Nurarif & Kusuma, 2016)

2
4. Pemeriksaan Penunjang

a. Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.

b. Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non

spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk

mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.

c. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang

merupakan tanda adanya infeksi.

d. Pemeriksaan Laboratorium.

1) Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml.

2) Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

5. Penatalaksanaan

Menurut Wijaya & Putri (2013) penatalaksanaan medis pada appendisitis

meliputi :

a. Sebelum operasi

1) Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendisitis

seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilaksanakan.

Klien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Pemeriksaan abdomen dan

rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara

periodik, foto rontgen abdomen dan thotals tegak dilakukan untuk mencari

kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan

dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya

keluhan (Saputra et al., 2023)

3
2) Antibiotik

Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksidan abses intra

abdominal luka operasi pada klien apendiktomi. Antibiotik diberikan sebelum,

saat, hingga 24 jam pasca operasi dan melalui cara pemberian intravena (IV).

b. Operasi

Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah apendiktomi. Apendiktomi

adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membuang apendiks. Indikasi

dilakukannya operasi apendiktomi yaitu bila diagnosa appendisitis telah

ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pada keadaan yang meragukan diperlukan

pemeriksan penunjang USG atau CT scan.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan

insisi pada abdomen bawah. Anastesi diberikan untuk memblokir sensasi rasa

sakit. Efek dari anastesi yang sering terjadi pada klien post operasi adalah

termanipulasinya organ abdomen sehingga terjadi distensi abdomen dan

menurunnya peristaltik usus. Hal ini mengakibatkan belum munculnya peristaltik

usus.

Empat jam pasca operasi klien sudah boleh melakukan mobilisasi bertahap,

dan dalam 8 jam pertama setelah perlakuan mobilisasi dini pada klien pasca

operasi abdomen terdapat peningkatan peristaltik ususbahkan peristaltik usus

dapat kembali normal. Kembalinya fungsi peristaltik usus akan memungkinkan

pemberian diet, membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi serta mempercepat

proses penyembuhan.

4
Operasi apendiktomi dapat dilakukan dengan 2 teknik, yaitu operasi

apendiktomi terbuka dan laparaskopi apendiktomi. Apendiktomi terbuka

dilakukan dengan cara membuat sebuah sayatan dengan panjang sekitar 2 – 4 inci

pada kuadran kanan bawah abdomen dan apendiks dipotong melalui lapisan

lemak dan otot apendiks. Kemudian apendiks diangkat atau dipisahkan dari usus

(Amir & Bhabhor, 2022)

Sedangkan pada laparaskopi apendiktomi dilakukan dengan membuat 3

sayatan kecil di perut sebagai akses, lubang pertama dibuat dibawah pusar,

fungsinya untuk memasukkan kamera super mini yangterhubung ke monitor ke

dalam tubuh, melalui lubang ini pula sumber cahaya dimasukkan. Sementara dua

lubang lain di posisikan sebagai jalan masuk peralatan bedah seperti penjepit atau

gunting. Ahli bedah mengamati organ abdominal secara visual dan

mengidentifikasi apendiks. Apendiks dipisahkan dari semua jaringan yang

melekat, kemudian apendiks diangkat dan dikeluarkan melalui salah satu sayatan

(Musiana et al., 2023).

Jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan

garam fisiologis dan antibiotika. Tindakan pembedahan dapat menimbulkan luka

insisi sehingga pada klien post operatif apendiktomi dapat terjadi resiko infeksi

luka operasi.

c. Pasca operasi

Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di

dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan. Klien dibaringkan dalam posisi

terlentang. Klien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Puasa

diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.

5
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data demografi

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus

kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demamtinggi

3) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.

c. Pemeriksaan fisik ( system)

1) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,

konjungtiva anemis.

2) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema,

TD>110/70mmHg; hipertermi

3) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada

tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak

terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.

6
4) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda

adanya infeksi dan pendarahan.

5) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit

pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.

6) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses

perjalanan penyakit.

7) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.

8) Abdomen : terdapat nyeri lepas, distensi abdomen.

d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan

kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi

lamanya penyembuhan luka.

2) Pola nutrisi dan metabolism.

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat

pembatasan intake makanan atau minuman

3) Pola Eliminasi.

Penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa

BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi

alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh

anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.

4) Pola aktifitas.

Malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus

bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.

7
5) Pola sensorik dan kognitif.

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran,

kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, waktu dan tempat.

6) Pola Tidur dan Istirahat.

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat

mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

7) Pola Persepsi dan konsep diri.

Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala

kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan

dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidakstabil.

8) Pola hubungan.

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan

peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami

emosi yang tidak stabil

2. Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2017), 2018,(PPNI, 2019)

a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi appendic (D.0077)

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada appendicitis).

(D.0130)

c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)

d. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif

(muntah). (D.0034)

e. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142).

8
3. Diagnosa, Tujuan, dan Kriteria Hasil sesuai SDKI, SLKI, SIKI

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun Observasi:
Pengertian : Kriteria Hasil:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pengalaman sensorik Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
atau emosional yang k Memburuk Membaik kualitas, intensitas nyeri
berkaitan dengan 1 Frekuensi nadi  Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan 1 2 3 4 5  Identifikasi respons nyeri non verbal
aktual atau fungsional, 2 Pola nafas  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
dengan onset 1 2 3 4 5 nyeri
mendadak atau lambat Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun
t Meningkat Menurun
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
dan berintensitas
ringan hingga berat 3 Keluhan nyeri  Monitor efek samping penggunaan analgetik
yang berlangsung 1 2 3 4 5 Terapeutik:
kurang dari 3 bulan. 4 Meringis  Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
1 2 3 4 5  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5 Gelisah
 Fasilitasi istirahat dan tidur
1 2 3 4 5
6 Kesulitan tidur  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
1 2 3 4 5 strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

9
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)
(D.0130) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan
suhu tubuh tetap berada pada rentang normal
Observasi:
Pengertian : Kriteria Hasil:
Suhu tubuh Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
 Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi,
meningkat di atas Meningkat Menurun terpapar lingkungan panas, penggunaan
rentang normal 1 Menggigil inkubator)
tubuh 1 2 3 4 5  Monitor suhu tubuh
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Monitor kadar elektrolit
Memburuk Membaik  Monitor haluaran urine
3 Suhu tubuh  Monitor komplikasi akibat hipertermia
1 2 3 4 5 Terapeutik:
4 Suhu kulit
 Sediakan lingkungan yang dingin
1 2 3 4 5
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

10
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Tingkat Ansietas (l.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)
(D.0080) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan tingkat ansietas menurun Observasi:
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Kondisi emosi dan Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
pengalaman Memburuk Membaik  Monitor tanda-tanda ansietas
subjektif individu 1 Konsentrasi Terapeutik:
1 2 3 4 5  Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
terhadap objek yang
2 Pola tidur kepercayaan
tidak jelas dan
1 2 3 4 5
spesifik akibat  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
antisipasi bahaya memungkinkan
Meningkat Menurun
yang memungkinkan 3 Perilaku gelisah
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
individu melakukan 1 2 3 4 5
4 Verbalisasi kebingungan  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
tindakan untuk
1 2 3 4 5  Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
menghadapi kecemasan
ancaman 5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
1 2 3 4 5 Edukasi
6 Perilaku tegang  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
1 2 3 4 5 dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
 Latih teknik relaksasi

11
4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi, menuju status

kesehatan yang lebih baik. Implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan

dalam fase intervensi yang telah ditetapakan sebelumnya. Tindakan keperawatan

merupakan perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk

mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-tindakan keperawatan

pada intervensi keperawatan terdiri dari observasi, terapeutik, kolaborasi dan

edukasi.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati

dan tujuan atau kiteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari

evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai

berdasarkan kriteria hasil sesuai dengan standar luaran keperawatan Indonesia

(PPNI, 2019).

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP

(subjective, objective, assesment, dan planing). Adapun komponen SOAP yaitu:

S (Subjective): dimana perawat menemukan keluhan pasien yang masih

dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan,

O (Objective): adalah data yang dirasakan hasil pengukuran atau observasi

perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan

keperawatan,

A (Assesment): adalah interprestasi dari data subjektif dan objektif,

12
P (Planing): merupakan perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,

dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang

telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah

yang pasien hadapi yang telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil

13
DAFTAR PUSTAKA

Amir, E., & Bhabhor, V. P. (2022). Doubts, Problems and Certainties about
Acute Appendicitis (A. Guttadauro (ed.); First). IntechOpen.

Kusumawati, H. (2023). Acute Management Of Appendicitis Patients: Case


Study. Jurnal EduHealth, 14(3), 1243–1247.
http://ejournal.seaninstitute.or.id/index.php/healt/article/view/2584

Melendez, F., Fandino, J., & Alvarado, A. (2018). Current Issues in the
Diagnostics and Treatment of Acute Appendicitis (D. Garbuzenko (ed.);
First). IntechOpen.

Musiana, Hartoyo, M., & Hidayat, A. (2023). Buku Ajar Keperawatan Medikal
BEdah S1 Keperawatan Jilid II (Cetakan 1). Mahakarya Citra Utama.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC (Revisi 1). Mediation.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesi: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Saputra, M. K. F., Susanto, W. H. A., & Mufarikhah, H. (2023). Keperawatan


Perioperatif (N. Sulung & I. Melisa (eds.)). PT Global Eksekutif Teknologi.

Wijaya, A., & Putri, Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan


Dewasa) (1st ed.). Nuha Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai