Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

OLEH :
IRMAWATI TOHAMBA
14420212131

CI INSTITUSI CI LAHAN

(……………………...…) (…………………………)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
A. Konsep Medis

1. Definisi Apendisitis

Apendisitis adalah suatu proses obstruksi yang dosebabkan oleh benda asing
batu feses kemudian terjadi proses infeksi dan disusul oleh peradangan dari
apendiks verivormis (Nugroho, 2011). Apendisitis merupakan peradangan yang
berbahaya jika tidak ditangani segera bias menyebabkan pecahnya lumen usus
(Williams & Wilkins, 2011). Apendisitis adalah suatu peradangan yang berbentuk
cacing yang berlokasi dekat ileosekal (Reksoprojo, 2010).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya
(Sjamsuhidajat, 2010).
2. Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi faktor


penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping
hyperplasia jaringan limfe, batu feses, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat
juga menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis
yaitu erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.Histolytica (Sjamsuhidajat,
2010).
3. Patofisologi

Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan


oleh fses yang terlibat atau fekalit. Sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa
apendisitis berhubungan dengan asupan makanan yang rendah serat. Pada stadium
awal apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian
berlanjut ke submukosa dan melibatkan peritoneal. Cairan eksudat fibrinopurulenta
terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal
yang bersebelahan. Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas
ke dalam lumen yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang
menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah
menjadi nekrosis ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh
omentum, abses local akan terjadi (Burkit, Quick & Reed, 2007).
4. Pathway/Penyimpangan KDM

5. Manifestasi Klinik
Menurut Wijaya AN dan Putri (2013), gejala-gejala permulaan pada
apendisitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilikus diikuti anoreksia,
nausea dan muntah, ini berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam
nyeri bergeser ke nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda
rangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney, nyeri rangsangan peritoneum
tidak langsung, nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan,
nyeri pada kuadran kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam,
berjalan, batuk, dan mengedan, nafsu makan menurun, demam yang tidak terlalu
tinggi, biasanya terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare.
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada apendisitis menurut Smeltzer dan Bare (2009).
yaitu :
a. Perforasi
Perforasi berupa massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum, dan letak
usus halus. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan 11 suhu
39,50C tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis meningkat
akibat perforasi dan pembentukan abses.
b. Peritonitis Peritonitis yaitu infeksi pada sistem vena porta ditandai dengan
panas tinggi 390C – 400C menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang
jarang.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang post operasi apendiktomi menurut Wijaya dan Putri
(2013), yaitu:
a. Laboratorium Pada pemeriksaan ini leukosit meningkat rentang 10.000 –hingga
18.000 / mm3, kemudian neutrofil meningkat 75%, dan WBC meningkat
sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah)
b. Data Pemeriksaan Diagnostik Radiologi yaitu pada pemeriksaan ini foto colon
menunjukkan adanya batu feses pada katup. Kemudian pada pemeriksaan
barium enema :menunjukkan apendiks terisi barium hanya sebagian.
8. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga (Brunner &
Suddarth, 2010), yaitu:
a. Sebelum operasi
1) Observasi Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu diobservasi
ketat karena tanda dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien diminta tirah
baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya
apendisitis. Diagnosis ditegakkan dengan lokasi nyeri pada kuadran kanan
bawah setelah timbulnya keluhan.
2) Antibiotik Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi memerlukan
antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa komplikasi tidak memerlukan
antibiotik. Penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotik dapat
mengakibatkan abses atau preforasi.
b. Operasi
Operasi / pembedahan untuk mengangkat apendiks yaitu apendiktomi.
Apendiktomi harus segera dilakukan untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum dengan pembedahan
abdomen bawah atau dengan laparoskopi. Laparoskopi merupakan metode
terbaru yang sangat efektif (Brunner & Suddarth, 2010).
Apendiktomi dapat dilakukan dengn menggunakan dua metode
pembedahan, yaitu secara teknik terbuka (pembedahan konvensional
laparatomi) atau dengan teknik laparoskopi yang merupakan teknik
pembedahan minimal invasive dengan metode terbaru yang sangat efektif
(Brunner & Suddarth, 2010).
1) Laparatomi
Laparatomi adalah prosedur vertical pada dinding perut ke dalam
rongga perut. Prosedur ini memungkinkan dokter melihat dan merasakan
organ dalam untuk membuat diagnosa apa yang salah. Adanya teknik
diagnosa yang tidak invasif, laparatomi semakin kurang digunakan
dibanding terdahulu. Prosedur ini hanya dilakukan jika semua prosedur
lainnya yang tidak membutuhkan operasi, seperti laparoskopi yang
seminimal mungkin tingkat invasifnya juga membuat laparatomi tidak
sesering terdahulu. Bila laparatomi dilakukan, begitu organ-organ dalam
dapat dilihat dalam masalah teridentifikasi, pengobatan bedah harus segera
dilakukan.
Laparatomi dibutuhkan ketika ada kedaruratan perut. Operasi
laparatomi dilakukan bila terjadi masalah kesehatan yang berat pada area
abdomen, misalnya trauma abdomen. Bila klien mengeluh nyeri hebat dan
gejala-gejala lain dari masalah internal yang serius dan kemungkinan
penyebabnya tidak terlihat seperti usus buntu, tukak peptik yang
berlubang, atau kondisi ginekologi maka dilakukan operasi untuk
menemukan dan mengoreksinya sebelum terjadi keparahan lebih.
Laparatomi dapat berkembang menjadi pembedahan besar diikuti oleh
transfusi darah dan perawatan intensif (David dkk, 2009).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama . Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien
pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri
pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
2) Riwayat kesehatan sekarang Mengungkapkan hal-hal yang
menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan
pendekatan PQRST : P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus- menerus (menetap). R : Di daerah mana gejala dirasakan S :
Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10. T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang
memperberat dan memperingan keluhan.
3) Riwayat kesehatan masa lalu Perlu dikaji apakah klien pernah
menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap
makanan/minuman, zat dan obat-obatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit yang sama dengan klien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusankan integritas kulit
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
3. Intervensi Keperawatan

NO RENCANA
DIAGNOS Kriteria Hasil Intervensi Rasional
A
D.0077 Luaran Utama : Manajemen nyeri : Observasi :
Tingkat Nyeri : Observasi : 1. Untuk mengetahui
1. Kemampuan 1. Identifikasi lokasi, lokasi, karakteristik,
menuntaskan karakteristik, durasi, durasi, frekuensi,
aktifitas frekuensi, kualitas, kualitas, intensitas
meningkat intensitas nyeri nyeri
2. Keluhan nyeri 2. Identikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui
menurun 3. Identikasi faktor yang skala nyeri 1-10
3. Meringis memperberat dan 3. Untuk mengetahui
menurun memperingan nyeri. hal yang dapat
4. Kesulitan tidur Terapeutik : meringkan atau
menurun 1. Berikan teknik memberatkan nyeri
nonfarmakologi Terapeutik :
untuk mengurangi 1. Tindakan ini
nyeri memungkinkan klien
2. Kontrol lingkungan mendapatkan rasa
yang memperberat kontrol terhadap
rasa nyeri (suhu nyeri
ruangan, kebisingan, 2. Untuk menghindari
pencahayaan) klien dari sesuatu
3. Fasilitasi istirahat dan yang dapat
tidur menambah tingkat
Edukasi : nyeri
1. Jelaskan penyebab, 3. Untuk memenuhi
periode, dan permicu kebutuhan istirahat
nyeri dan tidur pasien
2. Jelaskan strategi Edukasi :
meredahkan nyeri 1. Untuk memberikan
3. Anjurkan memonitor pemahaman
nyeri secara mandiri mengenai penyebab,
4. Ajarkan tehnik periode dan pemicu
nonfarmakologi nyeri
untuk mengurasi rasa 2. Untuk memberikan
nyeri. pemahaman
Kolaborasi : mengenai cara
1. Kolaborasi meredakan nyeri
pemberian analgetik, 3. Pasien dapat menilai
jika perlu dan mengatasi nyeri
secara mandiri
4. Pasien dapat
mengurangi rasa
nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
1. Untuk menghindari
terjadinya nyeri
berkelanjutan
D.0142 Luaran Utama : Pencegahan Infeksi Observasi :
Tingkat Infeksi Observasi : 1. Untuk mengetahui
1. Kebersihan 1. Monitor tanda dan tanda dan gejala
tangan gejala infeksi lokal infeksi local dan
meningkat dan sistemik sistemik terapeutik
2. Kebersihan Terapeutik 2. Untuk mencegah
badan 2. Batasi jumlah resiko infeksi
meningkat pengunjung 3. Agar tidak
3. Nyeri menurun 3. Cuci tangan sebelum terkontaminasi
4. Gangguan dan sesudah kontak bakteri
kognitif dengan pasien dan 4. Untuk menjaga
menurun lingkungan pasien kebersihan pada
5. kultur daaerah 4. Perhatikan teknik daerah yang
luka membaik aseptik pada pasien
yang berisiko tinggi terinfeksi

Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan Edukasi :
gejala infeksi 1. Agar klien
2. Anjurkan cara memahami tanda
mencuci tangan dan gejala infeksi
dengan benar 2. Agar klien
3. Ajarkan cara mengetahui cara
memeriksa kondisi mencuci tangan
luka ata luka operasi yang baik dan benar
Kolaborasi : 3. Agar klien dapat
1. Kolaborasi pemberian mengetahui kondisi
imunisasi, jika perlu luka
Kolaborasi :
1. Untuk
meningkatkan imun
klien dan
menghindari
terjadinya infeksi
yang
berkepanjangan
D.0055 Luaran utama : Dukungan Tidur Observasi :
Pola Tidur Observasi : 1. Untuk mengetahui
1. Keluhan sulit 1. Identifikasi pola pola aktivitas dan
tidur meningkat aktivitas dan tidur tidur klien
2. Keluhan sering 2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui
terjaga pengganggu tidur penyebab sulit tidur
meningkat (fisik dan psikologis) klien
3. Keluhan tidak 3. Identifikasi makanan 3. Untuk mengetahui
puas tidur dan minuman yang makanan dan
meningkat mengganggu tidur minuman yang di
4. Keluhan pola (mis: kopi, the,
tidur berubah alcohol, makanan konsumsi klien
5. Keluhan istrahat mendekati waktu 4. Untuk mengetahui
tidur cukup tidur, minum banyak obat tidur yang di
meningkat air sebelum tidur) konsumsi klien
4. Identifikasi obat tidur
yang dikonsumsi. Terapeurik :
Terapeutik : 1. Meningkatkan
1. Modifikasi kenyamanan
lingkungan (mis: istirahat
pencahayaan, 2. Untuk
kebisingan, suhu, menghindari
matras, dan tempat waktu tidur
tidur). berlebihan
2. Batasi waktu tidur 3. Agar klien tidak
siang, jika perlu banyak fikiran
3. Fasilitasi 4. Agar waktu
menghilangkan stress tidur klien
sebelum tidur terpenuhi
4. Tetapkan jadwal dengan baik
tidur rutin Edukasi :
Edukasi : 1. Memberikan
1. Jelaskan pentingnya pemahaman
tidur cukup selama pada klien
sakit mengenai
2. Anjurkan menepati pentingnya
kebiasaan waktu istirahat/tidur
tidur 2. Membantu
3. Ajurkan menghindari dalam
makanan/minuman pengaturan
yang mengganggu penggunaan
tidur. energi untuk
beraktifitas
3. Mengurangi
faktor yang
dapat
mengganggu
proses
istirahat/tidur

D.0080 Luaran Utama : Reduksi Ansietas Observasi :


Tingkat Observasi : 1. Untuk mengetahui
Pengetahuan 1. Identifikasi saat tingkat perubahan
1. Perlaku sesuai tingkat ansietas ansietas
anjuran berubah (mis: kondisi, 2. Untuk mengetahui
meningka waktu, stressor) tandan dan gejala
2. Kemampuan 2. Monitor tanda dan ansietan
menjelaskan gejala ansietas (verbal Terapeutik :
pengetahuan dan nonverbal) 1. Agar klien dapat
tentang suatu Terapeutik : merasa nyaman dan
topik meningkat 1. Ciptakan suasana percaya kepada
3. Perilaku sesuai terapeutik untuk perawat
dengan menumbuhkan 2. Agar tingkat
pengetahuan kepecayaan. kecemasan klien
meningkat 2. Temani pasien untuk berkurang
4. Perilaku mengurangi 3. Agar dapat
membaik kecemasan, jika menemukan solusi
memungkinkan untuk mengurangi
3. Pahami situasi yang ansietas
membuat ansietas 4. Agar klien bisa
4. Gunakan pendekatan mengunggkapan
yang tenang dan perasaanya
meyakinkan 5. Agar klien dapat
5. Motivasi menghindari situasi
mengidenifikasi yang memicu
situasi yang memicu kecemasan
kecemasan Edukasi :
Edukasi : 1. Agar pasien tidak
1. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama merasa kesepian
pasien, jika perlu 2. Agar perasaan klien
2. Anjurkan lebih baik
mengungkapkan 3. Agar klien dapat
perasaan dan rileks
persepsi Kolaborasi :
3. Latih tehnik relaksasi 1. Agar tidak terjadi
Kolaborasi : ansietas yang
1. Kolaborasi berkepanjangan
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu

4. Evaluasi
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
a. S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan..
b. O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
c. A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
d. P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho & Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetric Untuk mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
NIC-NOC. Mediaction Publishing.

Reksoprodjo, S. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tanggerang, Binarupa Aksara.

Sjamsuhidajat, R & Jong, V. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta, EGC.

Smeltzer, S, C & Bare G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
(Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik


((cetakan III) I ed.). Jakarta: DPP PPNI PPNI, T. P. (2018).

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik


((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI PPNI, T. P. (2019).

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan
II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI

Wijaya A.S & Putri Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Williams & Wilkins. 2011. Nursing : Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit.
Jakarta : PT Indeks.
MIND MAPPING
APENDISITIS

PATOFISIOLOGI MANIFESTASI KLINIS


DEFINISI ETIOLOGI
Pada stadium awal apendisitis, gejala-gejala permulaan pada
Apendisitis adalah Apendisitis akut
terlebih dahulu terjadi inflamasi apendisitis yaitu nyeri atau perasaan
peradangan akibat infeksi merupakan infeksi bakteria.
mukosa. Inflamasi ini kemudian tidak enak sekitar umbilikus diikuti
pada usus buntu atau umbai Berbagai hal menjadi faktor
berlanjut ke submukosa dan anoreksia, nausea dan muntah, ini
cacing. Infeksi ini bisa penyebabnya. Sumbatan
melibatkan peritoneal. Cairan berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari.
mengakibatkan peradangan lumen apendiks merupakan
eksudat fibrinopurulenta terbentuk Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke
akut sehingga memerlukan faktor pencetus disamping
pada permukaan serosa dan berlanjut nyeri pindah ke kanan bawah dan
tindakan bedah segera hyperplasia jaringan limfe,
ke beberapa permukaan peritoneal menunjukkan tanda rangsangan
untuk mencegah batu feses, tumor apendiks,
yang bersebelahan. Dalam 10 peritoneum lokal di titik Mc. Burney,
komplikasi yang umumnya dan cacing askaris dapat
stadium ini mukosa glandular yang nyeri rangsangan peritoneum tidak
berbahaya juga menyebabkan
nekrosis terkelupas ke dalam lumen langsung, nyeri pada kuadran kanan
sumbatan. Penyebab lain
yang menjadi distensi dengan pus. bawah saat kuadran kiri bawah
yang diduga menimbulkan
Akhirnya, arteri yang menyuplai ditekan, nyeri pada kuadran kanan
apendisitis yaitu erosi
apendiks menjadi bertrombosit dan bawah bila peritoneum bergerak
mukosa apendiks karena
apendiks yang kurang suplai darah seperti nafas dalam, berjalan, batuk,
parasit seperti E.Histolytica
menjadi nekrosis ke rongga dan mengedan, nafsu makan menurun,
peritoneal. Jika perforasi yang terjadi demam yang tidak terlalu tinggi,
dibungkus oleh omentum, abses biasanya terdapat konstipasi, tetapi
local akan terjadi kadang-kadang terjadi diare.

KOMPLIKASI PEMERIKSAAN PENUNJANG PENATALAKSANAAN


1. Perforasi 1. Labolatorium 1. Sebelum operasi
2. Peritonitis 2. Data pemeriksan diagnostik a. Observasi
b. Antibiotic
2. Operasi
a. Laparatomi
b. Laparaskopi
3. Setelah operasi
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusankan integritas kulit
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Manajemen nyeri :
2. Pencegahan Infeksi
3. Dukungan Tidur
4. Reduksi Ansietas

Anda mungkin juga menyukai